Anda di halaman 1dari 47

ANATOMI HEPAR

Hepar adalah organ intestinal terbesar terbesar dalam tubuh,


berat rata-rata sekitar 1.500gr atau 2% berat badan orang dewasa
normal, hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh
struktur sekitarnya. Hati memiliki permukaan superior yang
cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan
sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan
merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pancreas dan usus
FISIOLOGI HEPAR

Hati sangat penting untuk


mempertahankan hidup dan berperanan pada
hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan
khususnya bertanggung jawab atas lebih dari
500 aktivitas berbeda. Untunglah hati memiliki
kapasitas cadangan yang besar, dan hanya
dengan 10-20% jaringan yang berfungsi, hati
mampu mempertahankan kehidupan. Destruksi
total atau pembuangan hati mengakibatkan
kematian dalam 10 jam
DEFINISI SIROSIS

Istilah sirosis hepatis diberikan oleh Laence


tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange (orange yellow), karena
perubahan warna pada nodul- nodul yang
terbentuk.7,8
Sirosis adalah distorsi irreversible arsitektur
hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan
ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati. Nodul-
nodul ini dapat berukuran mikronodular dan
makronodular. Sirosis dapat mengganggu
sirkulasi darah intrahepatic, dan pada kasus
yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan
fungsi hati secara bertahap
ETIOLOGI
Adapun berbagai macam penyebab sirosis adalah :10
 Penyakit infeksi

 Virus hepatitis (B,C,dan D)


 Bruselosis
 Skistosomiasis
 Toksoplasmosis
 Penyakit Keturunan dan Metabolik

 Hemokromatosis (kelebihan beban besi)


 Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
 Defisiensi α1-antitripsin
 Glikonosis type-IV (penyakit simpanan glikogen)
 Galaktosemia
 Tirosinemia
3. Obat-obatan dan Toksin
 Alkohol (alcoholic cirrhosis)
 Amiodaron
 Arsenik
 Obstruksi bilier/ sumbatan saluran vena
hepatika
 Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD)
 Kolestasis/kolangitis
4. Kriptogenik
KLASIFIKASI

Secara fungsional, sirosis hepatis terbagi atas:


 Sirosis Hati Kompensata

Sering disebut dengan latent cirrhosis hepar.


Pada stadium kompensata ini belum terlihat
gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini
ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
 Stadium Hepatis Dekompensata

Dikenal dengan active cirrhosis hepar, dan


stadium ini biasanya gejala-gejala sudah jelas,
misalnya ascites, edema dan ikterus.
MANIFESTASI KLINIS

Gejala awal sirosis hepatis meliputi10 :


 Perasaan mudah lelah dan lemah

 Selera makan berkurang

 Perasaaan perut kembung

 Mual

 Berat badan menurun

 Pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis


mengecil, buah dada membesar, dan hilangnya
dorongan seksualitas.
Stadium lanjut (sirosis dekompensata), gejala-
gejala lebih menonjol terutama bila timbul
komplikasi kegagalan hepar dan hipertensi portal,
meliputi10:
 Hilangnya rambut badan

 Gangguan tidur

 Demam tidak begitu tinggi

 Adanya gangguan pembekuan darah, pendarahan


gusi, epistaksis,
 gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih
berwarna seperti teh pekat, muntah darah atau
melena, serta perubahan mental, meliputi mudah
lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai
koma.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang bisa
didapatkan dari penderita sirosis hepatis antara
lain4 :
 SGOT (serum glutamil oksalo asetat) atau AST
(aspartat aminotransferase) dan SGPT (serum
glutamil piruvat transferase) atau ALT (alanin
aminotransferase)
 Alkali fosfatase (ALP)

 Gamma Glutamil Transpeptidase (GGT)

 Bilirubin

 Globulin
PENATALAKSANAAN
a. Diet Hati
 Memberikan makanan secukupnya guna mempercepat perbaikan faal
hati tanpa memperberat kerjanya.
 Pada pasien sirosis hepatis dilakukan diet tinggi protein dan tinggi
kalori untuk memperbaiki status gizi pasien. Pemberian protein pada
penderita sirosis hepatis disesuaikan dengan komplikasi keadaan
pasien. Kelebihan protein dapat mengakibatkan peningkatan amonia
darah yang berbahaya, sedangkan kekurangan protein akan
menghambat penyembuhan sel hati.
 Diet Hati I

Diberikan pada sirosis hati dalam keadaan prekoma


Kalori : 1025 kal
Protein : 7 gr
Lemak : 1 gr
 Karbohidrat : 247 kal
 Diet Hati II
Keadaan akut dan prekoma sudah teratasi dan pasien sudah memiliki
nafsu makan yang cukup
Kalori : 1475 kal
Protein : 27 gr
Lemak : 30 gr
Karbohidrat : 278 kal
 Diet Hati III
Diberikan kepada pasien hepatitis akut atau pasien sirosis hepatis yang
nafsu makannya lebih baik, telah dapat menerima protein, dan tidak
menunjukkan gejala sirosis hati aktif.
Kalori : 2013 kal
Protein : 54 gr
Lemak : 46 gr
Karbohidrat : 349 kal
 Diet Rendah Garam berguna untuk mengurangi retensi natrium dan
cairan dalam tubuh.
b. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti alkohol
dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh.
 Terapi terhadap komplikasi yang timbul
 Asites
 Tirah baring
 Diet rendah garam : sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari
 Diuretic : spironolakton 100-200 mg/hari. Respon diuretic bisa
dimonitor dengan penurunan BB 0,5 kg/hari (tanpa edem
kaki) atau 1,0 kg/hari (dengan edema kaki). Bilamana
pemberian spironolakton tidak adekuat, dapat dikombinasi
dengan furosemide 20-40 mg/hari (dosis max.160 mg/hari)
 Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar (4-6 liter),
diikuti dengan pemberian albumin.
 Peritonitis Bakterial Spontan
Diberikan antibiotik golongan cephalosporin generasi III
seperti cefotaksim secara parenteral selama lima hari atau quinolon
secara oral. Mengingat akan rekurennya tinggi maka untuk
profilaksis dapat diberikan norfloxacin (400 mg/hari) selama 2-3
minggu.
 Perdarahan Varises Esofagus (hematemesis/melena)
 Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk
mengetahui apakah perdarahan sudah berhenti atau masih
berlangsung.
 Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg ,
nadi diatas 100 kali/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan
pemberian IVFD dengan pemberian dextrose/saline dan transfuse
darah secukupnya.
 Ensefalopati Hepatik
 Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemebrian
KCL pada hypokalemia
 Mengurangi pemasukan protein makanan dengan
memberi diet sesuai.
 Diet rendah protein 0,5 gram.kgBB/hari, terutama
diberikan yang kaya asam amino rantai cabang
 Laktulosa dapat membantu pasien untuk
mengeluarkan ammonia
 Neomisin, untuk mengurangi bakteri usus penghasil
ammonia
 Pemberian antibiotic ampisilin/sefalosporin pada
keadaan infeksi sistemik
 Transplantasi hati
KOMPLIKASI

 Edema dan Ascites


 Peritonitis Bakterial Spontan

 Varises esophagus dan hemoroid

 Ensefalopati Hepatik

 Sindroma Hepatorenal
PROGNOSIS

Prognosis sirosis hepatis sangat bervariasi


dipengaruhi oleh sejumlah faktor, meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hepar, komplikasi,
dan penyakit lain yang menyertai sirosis.
Klasifikasi Child-Turcotte juga untuk menilai
prognosis pasien sirosis yang akan menjalani
operasi, variabelnya meliputi konsentrasi
bilirubin, albumin, ada tidaknya asites,
ensefalopati, dan status nutrisi.
Klasifikasi Child-Turcotte berkaitan dengan
kelangsungan hidup. Angka kelangsungan hidup
selama satu tahun untuk pasien dengan Child
A,B, dan C berturut-turut 100%,80%, dan 45%.10
LAPORAN KASUS

ANAMNESA PRIBADI
 Nama : Legiman
 Umur : 40 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Agama : Kristen
 Status Perkawinan : Kawin
 Alamat : Dusun I K. Sayur
Simalas
 Pekerjaan : Wiraswasta
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan utama : Nyeri perut kanan atas
Telaah : Os datang ke RSUD DR H. Kumpulan Pane Tebing
Tinggi dibawa oleh keluarganya dengan keluhan nyeri perut
kanan atas yang dialami ± 1 bulan ini, semakin membesar dan
keras ± 2 minggu ini. Os juga mengalami demam ± 3 hari ini yang
bersifat naik turun. Os juga mengeluh mual (+), muntah yang
disertai darah dengan frekuensi 1 kali. Os juga mengalami mata
kuning yang dialami ± 2 minggu ini. Os mengatakan nafsu
makan os berkurang dan os merasa lemas. Os mengatakan kedua
kaki mengalami sembab yang timbul ± 1 minggu ini. Os juga
mengeluhkan diare yang disertai darah yang dialami ± 3 hari ini,
BAK os normal. Os mengatakan pernah mengalami sakit kuning
sebelumnya. Os memiliki riwayat merokok.
Riwayat Pribadi : Merokok
Riwayat Pemakaian Obat : Tidak jelas
Riwayat Penyakit Terdahulu : Hepatitis
STATUS PRESENT
Keadaan umum
 Sensorium : Compos Mentis
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Heart rate : 84 x/i
 Pernafasan : 20 x/i
 Temperatur : 37 ˚C

Keadaan penyakit
 Anemia : (+)
 Ikterus : (+)
 Sianosis : (-)
 Dipsnoe : (-)
 Edema : (+)
 Purpura : (-)
 Turgor : kembali cepat
 Pancaran wajah : tampak lemas
 Sikap tidur paksa : (+)
Keadaan gizi
 TB : 167 cm
 BB : 60 kg
 RBW :

( 89% = underweight)

Pemeriksaan fisik
 Kepala : Normochepali
 Pertumbuhan rambut : Hitam merata tidak mudah dicabut
 Nyeri tekan : (-)
 Perubahan lokal : (-)
a. Muka
 Sembab : (-)
 Pucat : (+)
 Kuning : (+)
 Parese : (-)
 Gangguan lokal : (-)

b. Mata
 Stand mata : DBN
 Gerakan : Normal ke segala arah
 Eksoftalmus : (-) kanan / (-) kiri
 Ptosis : (-) kanan / (-) kiri
 Ikterus : (-) kanan / (-) kiri
 Anemia : (-) kanan / (-) kiri
 Reaksi pupil :(+) kanan / (+) kiri, isokor dengan diameter
± 3mm
 Gangguan lokal : (-) kanan / (-) kiri
c. Telinga
 Bentuk : normotia
 Sekret : (-)
 Radang : (-)

c. Hidung
 Bentuk : DBN
 Sekret : (-)
 Radang : (-)

d. Bibir
 Sianosis : (-)
 Pucat : (-)
 Kering : (-)
 Radang : (-)

e. Gigi
 Karies : (+)
 Pertumbuhan : merata
g. Lidah
 Kering : (-)
 Pucat : (-)
 Beslag : (-)
 Tremor : (-)

h. Tonsil
 Merah : (-)
 Bengkak : (-)

2. Leher
a. Inspeksi
 Struma : Tidak ada pembesaran
 Pembesaran Kelenjar : (-)
 Pulsasi vena : (-)
 Venektasi : (-)
b. Palpasi
 Posisi trachea : Medial dalam batas normal
 Sakit/ nyeri tekan : (-)
 Tekanan vena jugularis : R+3 cmH20

3. Thorax depan
a. Inspeksi
 Bentuk : Fusiformis
 Simetris/asimetris : simetris
 Bendungan vena : (-)
 Ketinggalan bernafas : (-)
 Venektasi : (-)
 Pembengkakan : (-)
 Mammae : DBN, Ginekomastia : (-)
 Ictus cordis : tidak terlihat
 Spider naevi : (+)
b. Palpasi
 Nyeri tekan : (-)
 Fremitus suara:

 Lapangan paru atas : Hantaran kanan =kiri


 Lapangan paru tengah : Hantaran kanan=kiri
 Lapangan paru bawah : Hantaran kanan=kiri
 Ictus : Teraba
 Lokalisasi : Teraba, ICR VI linea
midclavikula sinistra
 Kuat angkat : (-)

c. Perkusi
 Suara perkusi paru

 Lapangan paru atas : Sonor kanan = kiri


 Lapangan paru tengah : Sonor kanan = kiri
 Lapangan paru bawah : Sonor kanan = kiri
 Batas paru hati
 Relatif : ICR VI, linea midclavicula
dextra
 Absolut : ICR VII, linea midclavicula
dextra
 Peranjakan Hati : ICR VII 1 jari di bawah
batas paru hati absolut

 Batas jantung
 Kanan : linea parasternalis dekstra
 Atas : ICR II antara linea parasternalis
sinistra dan midclavicularis
sinistra
 Kiri :ICR V linea midclavicula sinistra
d. Auskultasi
 Paru- paru
 Suara pernafasan
 Lapangan paru atas : Vesikular kanan = kiri
 Lapangan paru tengah : Vesikular kanan= kiri

 Lapangan paru bawah : Vesikular kanan= kiri

 Suara tambahan
 Ronchi basah : (-)
 Ronchi kering : (-)
 Krepitasi : (-)
 Gesekan pleura : (-)

 Cor
- Heart rate : 84 x/menit, irreguler
- Suara katup : M1 > M2; A2 >A1; P2>P1; A2>P2
 Suara tambahan : (-)
- Desah jantung fungsional/organis : (-)
- Gesek pericardial/pleurocardia : (-)
4. Thorax belakang
a. Inspeksi
 Bentuk : Fusiformis
 Simetris/asimetris : Simetris
 Benjolan- benjolan : (-)
 Scapulae alta : (-)
 Ketinggalan bernafas : (-)
 Venektasi : (-)

b. Palpasi
 Nyeri tekan : (-)
 Fremitus suara
 Lapangan paru atas : Hantaran kanan = kiri
 Lapangan paru tengah : Hantaran kanan = kiri
 Lapangan paru bawah : Hantaran kanan = kiri
 Penonjolan- penonjolan : (-)
c. Perkusi
Suara perkusi paru
 Lapangan paru atas : sonor kanan= kiri
 Lapangan paru tengah : sonor kanan= kiri
 Lapangan paru bawah : sonor kanan= kiri
Batas bawah paru
 Kanan : vertebra Thoracal X
 Kiri : vertebra Thoracal XI
d. Auskultasi
Suara pernafasan
 Lapangan paru atas : Vesikuler kanan = kiri
 Lapangan paru tengah : Vesikuler kanan = kiri
 Lapangan paru bawah : Vesikuler kanan = kiri
 Suara tambahan
 Ronki basah : (-)

5. Abdomen
a. Inspeksi
 Membesar : (+)
 Venektasi : (+)
 Sirkulasi kolateral : (+)
 Pulsasi : (-)
 Caput medusa : (-)
b. Palpasi
 Defens muscular : (+)
 Nyeri tekan : (+) Pada kuadran kanan atas
 Lien : Tidak teraba
 Ren : Tidak teraba
 Hepar : Teraba ( 10 cm dibawah arcus
costa, 8 cm dibawah processus
xyphoideus)
 Undulasi : (-)

c. Perkusi
 Suara abdomen : Timpani
 Pekak hati : (+)
 Shufting Dulness : (-)

d. Auskultasi
 Peristaltik usus : (+)
6. Ekstremitas
a. Atas
 Bengkak : (-)
 Merah : (-)
 Eritema Palmaris : (+)
 Stand abnormal : (-)
 Gangguan fungsi : (-)
 Rumple lead test : (-)
 Refleks

 Biceps : (+) kanan = kiri


 Triceps : (+) kanan = kiri
b. Bawah
 Bengkak : (-) / (-)
 Merah : (-) / (-)
 Odema : (+) / (+)
 Pucat : (-) / (-)
 Gangguan fungsi : (-) / (-)
 Varises : (-) / (-)
 Refleks

 KPR : (+) kanan = kiri


 APR : (+) kanan = kiri
RESUME
Anamnesa
Keluhan utama : Nyeri perut kanan atas
Telaah : Os datang dengan keluhan nyeri perut
kanan atas yang dialami kurang lebih satu bulan ini, semakin
membesar dan keras kurang lebih dua minggu ini. Perut os
membesar dirasakan secara perlahan-lahan Os juga mengalami
demam kurang lebih tiga hari ini yang bersifat naik turun. Os
juga mengeluh mual, muntah yang disertai darah dengan
frekuensi satu kali. Os juga mengalami mata kuning yang
dialami kurang lebih dua minggu ini. Os mengatakan nafsu
makan os berkurang dan os merasa lemas. Os mengatakan kedua
kaki mengalami sembab yang timbul ± 1 minggu ini Os juga
mengeluhkan diare yang disertai darah yang dialami kurang
lebih tiga hari ini, BAK os normal. Os mengatakan pernah
mengalami sakit kuning sebelumnya. Sebelumnya os sudah
pernah berobat. Os memiliki riwayat merokok.
Status present
 Sensorium : Compos Mentis
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Heart rate : 84 x/i
 Pernafasan : 20 x/i
 Temperatur : 37 ˚C

Keadaan penyakit
 Pancaran wajah : Tampak lemas
 Oedem : (+)
 Anemia : (+)
 Spider naevi : (+)
 Ikterus : (+)
 Nekrosis : (-)
 Selulitis/abses : (-)
Pemeriksaan fisik
 Kepala : Mata : ikterus
 Leher : TVJ R+3 cmH20
 Thorax : Dijumpai spider naevi
 Abdomen : Perut Membesar (+),Undulasi (-),
kolateral vein (+)
 Extremitas :
 Atas : dalam batas normal
 Bawah : Oedem pada pretibial kanan dan kiri

PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN


 Darah rutin (28-10-2017)
 Hemoglobin : 7.9 g/dl
 Leukosit : 25.700 /L
 Hematokrit : 22.3 %
 Trombosit : 185.000 /L
Kimia Klinik
 Billirubin Total : 4.98 mg/dl
 Billirubin Direck : 2.78 mg/dl
 SGOT : 437 U/I
 SGPT : 247 U/I
 Albumin : 2.6 mg/dl
 Ureum : 207 mg/dl
 Creatinin : 2.89 mg/dl
 Uric Acid : 9.3 mg/dl

Immunologi
 Hbs Ag Kualitatif : POSITIF
 Hbs Ab Kualitatif : NEGATIF

Serologi
 Anti HCV : NEGATIF

Elektrolit
 Kalium : 5,51 mmol/l
 Natrium : 129,1 mmol/l
 Chlorida : 95,2 mmol/l
DIAGNOSA BANDING
 Sirosis Hepatis st Dekompensata
 Hepatitis kronis
 Hepatoma
 JJJJ

DIAGNOSA SEMENTARA
 Sirosis Hepatis st Dekompensata

TERAPI
 Non-farmakologi :

 Bed Rest

 Diet Hati III bentuk M II

 Batasi Cairan
Farmakologi
Therapy :
 IVFD Asering 10 gtt/i (mic)
 Inf. Aminoleban I Fls/ Hari
 Inf. Omeprazole + Nacl 0.9 % 100 cc/ 12 jam
 Inj. Cefotaxime 1 gr/ 8 jam
 Inj. Ethiferan 1 amp/ 8 jam
 Inj. Kalnex 500 mg/ 8 jam
 Inj. Vit K 1 amp/ hari
Po :
 Laxadine syr 3x CI

ANJURAN
Darah Rutin
LFT, RFT
HBS Ag
Anti HCV
Elektrolit
USG Abdomen
Kesan : Hepatosplenomegali dengan ekogenisitas hepar meningkat
disertai ascites dengan pelebaran V. Lienalis serta gambaran
kolateral vena Tanda-tanda sirotik dengan tanda hipertensi portal.
Tak tampak kelainan pada : VF, Pankreas, Kedua ren dan VU
Tak tampak Limfadenopathy paraaorta
Pada tgl 29 Oktober 2017 pkl 21.43 wib kesadaran os
menurun sens: somnolen, TD: 100/60 mmHg, HR: 94
x/i, RR: 24 x/i, T: 37,9°C. Lapor dokter jaga, anjuran
rawat ICU. Os menolak rawat di ICU.
(+) inj. Novalgin 1 amp (k/p)

Pukul 01.39 wib Os tiba-tiba apnoe TD: (-/-), HR: (-),


RR: (-) Lapor dokter jaga, dan Os dinyatakan Exit
oleh dokter dihadapan perawat dan keluarga.
BAB IV
DISKUSI KASUS

Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang


menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang
berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative.
Sirosis adalah konsekuensi puncak cedera hati
progresif. Sirosis dapat terjadi pada sekelompok kasus
hepatitis kronik yang tidak sembuh secara spontan atau
setelah serangan berulang-ulang cedera hati akut, seperti
pada kasus alkoholisme kronik. Pada sirosis, hati menjadi
keras, menciut, dan nodular serta memperlihatkan fungsi
dan penurunan cadangan karena berkurangnya jumlah
jaringan hati yang berfungsi.
Akibat dari sirosis hati, maka akan terjadi dua
kelainan yang fundamental yaitu kegagalan fungsi hati
dan hipertensi portal. Manifestasi dari gejala dan tanda-
tanda klinis ini pada penderita sirosis hati ditemukan
oleh sebarapa berat kelainan fundamental tersebut.
Gejala dan tanda dari kelainan fundamental ini yaitu
gejala kegagalan fungsi hati dapat berupa ikterus, spider
naevi, ginekomastisia, hipoalbumin, kerontokan bulu
ketiak, ascites, eritem palmaris, sedangkan gejala pada
hipertensi portal dapat berupa varises esophagus,
splenomegali, pelebaran vena kolateral, ascites,
hemoroid, dan caput medusa.
Pada kasus ini di diagnosa sebagai sirosis hepatis st
dekompesata dimana dari anamnesa yang dilakukan
didapatkan os nyeri perut kanan atas yang dialami ± 1
bulan ini, perut semakin membesar dan keras.
Os juga mengalami demam yang bersifat naik turun. Os juga
mengeluh mual, muntah yang disertai darah. Os juga
mengalami mata menjadi kuning. Os mengatakan nafsu makan
os berkurang dan os merasa lemas. Os juga mengeluhkan diare
yang disertai darah yang dialami 3 hari ini dan ditemukan
oedem pada ekstremitas bawah.
Pada pemeriksaan fisik pasien: pada mata dijumpain
ikterik : kanan(+) kiri (+), konjungtiva anemis: kanan(+) kiri (+).
Pada pemeriksaan thorax didapatkan spider naevi (+), pada
pemeriksaan fisik abdomen: perut membesar, venektasi (+),
vena kolateral (+), hepar teraba 10 cm dibawah arcus costa dan
8 cm dibawah prosessus xipoideus, benjolan dan tepi irregular,
pada ekstremitas atas eritem palmar (+), ekstremitas bawah:
oedem pretibial dekstra dan sinistra.
Pada kasus ini, pada pemeriksaan fungsi hati ditemukan
peningkatan kadar SGOT dan SGPT. Selain itu, ditemukan juga
peningkatan billirubin total, dan bilirubin direck. Kadar alkali
phosphatase masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan
protein, didapatkan penurunan kadar albumin. Sementara dari
pemeriksaan elektrolit darah ditemukan penurunaan kadar
natrium dan kalium masih dalam batas normal. Pada pemeriksaab
Hbs Ag Kualitatif positif. Pemeriksaan hematologi pada pasien ini
menunjukkan leukosit mengalami peningkatan sedangkan kadar
hemoglobin menurun. Dimana hal ini menunjukkan adanya
anemia ringan yang kemungkinan disebabkan oleh adanya
perdarahan pada saluran cerna. Selain anemia, ditemukan juga
penurunan kadar trombosit atau trombositopenia pada pasien.
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) didapatkan
Hepatosplenomegali dengan ekogenisitas hepar meningkat disertai
ascites dengan pelebaran V. Lienalis serta gambaran kolateral
vena. Tanda-tanda sirotik dengan tanda hipertensi portal.

Anda mungkin juga menyukai