Anda di halaman 1dari 11

Dampak Kura - kura Ocean Park Pantai Kartini Jepara Terhadap

Lingkungan
Muhammad Bagas Ramadan

Jepara memilik pantai wisata bahari yang terkenal dan berpotensi untuk
dikembangkan. Pengembangan pantai di jepara cukup besar yaitu pantai kartini
jepara, pantai kartin mulai banyak berkembang dari tahun 2003 hingga sekarang.
Pengembangan pantai kartini yang cukup besar dan dapat dilihat kasat mata
yaitu berupa aquarium raksasa berbentuk kura - kura yang disebut kura - kura
ocean park jepara.
Dampak baik wisata kura kura ocean park yaitu dari segi peningkatan
ekonomi di wilayah pantai kartini. Setelah pesat pertumbuhan di sektor ekonomi
wilayah pantai kartini munculah dampak baru yaitu dampak buruk dilingkungan
pantai kartini yang menyangkut dengan ekosistem pantai kartini yang berjalan
tidak selaras.
Permasalahan dari penelitian ini berupa penjabaran masalah yang sedang
dihadapi pantai kartini dengan adanya kura - kura ocean park jepara dan
tambahan saran untuk melangkah ke ranah yang lebih harmonis dengan
lingkungan binaan pantai kartini jepara.

kata kunci : pantai, dampak, lingkungan


Pendahuluan
Jepara, Kota yang berada di sisi
utara jawa tengah memiliki jumlah
penduduk 1.06 juta jiwa , dengan
memiliki luas wilayah 1000.413.19
Ha, memiliki potensi yang besar di
bidang sumber daya manusia dan
sumber daya alam, jepara sendiri
memiliki satu satu SDM di industri
yang bisa mengukir dengan baik,
sedangkan sumber daya alam yang
ada di jepara yang berpotensi besar
yaitu di bidang pariwisata.
Pariwisata jepara terkenal akan
wisata pantainya, ada delapan
pantai yang ada di jepara yang
diakui dengan memiliki pesona dan
daya tarik dan keunikan sendiri sendiri adapun pantai yang berada
di jepara yaitu: Pantai Kartini, Pantai
Bandengan, Pantai Telok Awor,
Pantai EmpurancakPantai Pungkruk,
pantai ombak mati blebak, pantai
pailus, diantara pantai - pantai
tersebut
yang
memiliki
pembangunan
yang
cukup
Signifikan dan memiliki jumlah
wisata yang paling banyak yaitu
Pantai Kartini Jepara.
Pantai Kartini Jepara Memiliki
Jumlah Pengunjung Banyak diantara
Pantai - Pantai yang ada di Jepara.
Adapun hasil surfey tersebut
memang
mempunyai
benar
dikarenakan
didalam
kawasan
pantai kartini tersebut memang
mempunyai daya tarik berupa "Kura
- Kura Ocean Park" yang dibangun
sejak
2003-2011
dimana
pembangunan itu benar benar

selesai.
(suaramerdeka25februari2011)
Kura - kura Ocean Park memang
memberikan kesan angin segar
dalam
bidang
kepariwisataan
kabupaten jepara di bidang ekonomi,
dari segi pendapan dinas pariwisata
sendiri mendapat keuangan yang
signifikan diri tahun 2011, juga
berpengaruh nya pedagang dan
pengusaha yang berada didalam
kawasan tersebut. Berpengaruhnya
pedagang dan pengusaha
yang
dikawasan pantai kartini, memiliki
dampak yang besar juga bagi
lingkungan pantai kartini. Persaingan
Ekonomi yang Telah Menimbulkan
Dampak Baru. Dampak - dampak
baru tersebut yaitu: Dampak Sosial,
Dampak Lingkungan.
Ekologi
Ekologi
berasal
dari
kata eko berarti
rumah
tangga,
dan logy berarti
ilmu,
ekologi
merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara
manusia dengan lingkungannya.
Lingkungan hidup adalah sistem
yang merupakan kesatuan ruang
terdiri dari semua benda, daya,
makhluk hidup, termasuk manusia
dengan
perilakunya
yang
mempengaruhi perikehidupan dan
kesejahteraan
manusia
serta
makhluk hidup lainnya.Landasan
ilmu lingkungan adalah ekologi yang
mengajarkan
bahwa
ada
ketergantungan
antara
semua
komponen (Sudharto P.Hadi,2013 : 3
).Menurut sudharto P. Hadi evolusi

hubungan manusia dan alam ada


tiga fase yaitu :
1.Tahap Pan Cosmism
Evolusi
pertama
manusia dimana manusia
menjadi bagian dari alam.
Disebut sebagai tahapan
pan
cosmism
artinya
menyatu
dengan
alam
semesta. Dalam pandangan
manusia pada fase ini, alam
itu sesuatu yang bersifat
sakral yang harus dijaga
agar tidak menimbulkan
bencana. Cara pandang
yang
demikian
menumbuhkan nilai nilai
yang
mengajarkan
bagaimana manusia harus
menjaga keserasian dengan
lingkungan alam.
2..Tahap Antroposentris
:
Evolusi kedua ini disajikan
tentang aktivitas manusia
yang telah digerakan oleh
suatu pandangan bahwa
mereka merasa menguasai
alam. Penguasaan atas alam
menimbulkan
berbagai
bencana lingkungan yang
akhirnya
mengancam
eksistensi manusia.
3.Tahapan
Holisme
Lingkungan
Evolusi
ketiga
menguraikan
tentang
tahapan yang dicita-citakan.
Suatu
tahapan
dimana
manusia
diharapkan
menyelaraskan
kehidupan
dan aktivitasnya dengan
alam.
Dalam
mendayagunakan
alam,
manusia diharapkan selalu

memperhatikan
daya
dukungnya
sehingga
keberlanjutan
aktivitas
manusia tetap berlangsung.
Pariwisata
Bahari
dan
Kawasan
Kegiatan
pariwisata
merupakan salah satu bentuk
aktivitas manusia, seperti
dijelaskan
olehMichael
Chubb, et. al., (1981 dalam
Sari,
2004)
yang
mengklasifikasikan aktivitas
manusia menjadi lima hal
yaitu rekreasi, kebutuhan
fisik, spiritual, pekerjaan dan
pendidikan, serta tugas-tugas
keluarga
dan
kemasyarakatan.
Dimana
aktivitas manusia tersebut
sebagai suatu perjalanan
yang
dilakukan
untuk
sementara
waktu,
yang
diselenggarakan dari suatu
tempat ke tempat lain,
dengan maksud bukan untuk
berusaha (business) atau
mencari nafkah di tempat
yang
dikunjungi,
tetapi
sematamata
untuk
menikmati
perjalanan
tersebut guna pertamasyaan
dan rekreasi atau untuk
memenuhi keinginan yang
beraneka ragam (Yoeti, 1985:
109). Kemudian di dalam
Undang-Undang Nomor 9
Tahun
1990
dinyatakan
bahwa
yang
dimaksud
dengan
wisata
adalah
kegiatan perjalanan atau
sebagian
dari
kegiatan
tersebut
yang
dilakukan

secara sukarela serta bersifat


sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata.
Di dalam Undang- Undang
Nomor
9
Tahun
1990
dinyatakan bahwa objek dan
daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang menjadi
sasaran wisata. Objek dan
daya tarik wisata (UndangUndang Nomor 9 Tahun
1990) terdiri atas:
1. Objek dan daya tarik
wisata ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, yang
berwujud
keadaan
alam,
serta
flora
danfauna;
2. Objek dan daya tarik
wisata
hasil
karyamanusiayang
berwujud
museum,
peninggalan
purbakala,
peninggalan sejarah,
seni budaya, wisata
agro,
wisata
tirta,wisataburu,
wisata
petualangan
alam, taman rekreasi,
dan tempat hiburan.
Tahapan tahapan yang
sedang dialami di dalam
wisata
pantai
kartini
Jepara
Pantai Kartini jepara telah
mengalami 2 fase yaitu fase
pan comsism dan kedua
fase Antroposentris dilalam
fasae Pan-Consim masyakat
pantai kartini awalnya hanya
memanfaat
alam
pantai
secukupnya karena pada

dse ini masyakat hanya


melakukan kegiatan ekonomi
yang bisa dibilang seadanya
yaitu berupa menangkap
ikan yang kemudian dijual di
pasar penangkapan ikannya
pun menggunakan alat yang
secukupnya yaitu berupa
perahu kayu kecil dan jaring
dengan awak perahu 2-3
orang
tambah
Mulyaji,
SH.MM
Kepala
Dinas
Pariwisata Jepara. Kemudian
di sektor wisata pantai Kartini
dulunya hanya tempat untuk
bermandi di pantai oleh R.A
Kartini dan setelah masa
penjajahan
kemudian
menjadi
trend
tempat
bermandi di pantai kartini
atau masyarakat sekitar
menyebut pantai ini sebagai
( mandian ).
Kedua point sejarah ini
menunjukan
masyarakat
pantai kartini jepara cukup
berserasi dengan alam dan
masuk dalam kategori pan
cosmism.

Gambar 2.1:
Pan Cosmism Yang Terjadi Di Area Pantai
Kartini Tahap Awal Menuju Ke Akhir

Seiring berjalannya waktu


ketika trend mandi di pantai

kartini sudah meluas di


sekitar area karesidenan Pati
kemudian pemkab Jepara
menetapkan Pantai kartini
yang berada di Jepara
menjadi Pantai Wisata yang
ada di Jepara dan dalam
tahapan
tersebut
akan
digambarkan sebagai berikut
:

perekonomian baru yaitu


sebagian nelayan berdagang
di area wisata pantai kartini.
Melihat wisata pantai kartini
yang terus meningkat dinas
pariwisata
kemudian
menambahkan teknologi ke
dalam wisata pantai kartini
tersebut berupa kura kura
ocean park.

Gambar 2.3:
Antroposentris tahap awal menuju ke akhir

Gambar 2.2 :
Antroposentris tahap awal

Ketika
masuknya
kelembagaan
dinas
pariwisata dan kebudayaan
di kawasan pantai kartini
jepara
itu
menandakan
bahwa
wilayah
pantai
tersebut menjadi wilayah
pantai yang resmi milik pem
kab jepara yang dinaungi
dinas pariwisata. Pemkab
jepara kemudian melakukan
zonasi terhadap masyakat
asli dengan wilayah pantai
yang diperuntukan untuk
wisata.
Setelah
zonasi
tersebut terbentuk kemudian
timbuh
budaya

Gambar 2.4 :
Antroposentris tahap akhir

2.2

Dampak Pembangunan
Pembangunan merupakan
suatu proses perubahan
yang
dikehendaki
dan
disusun
dalam
suatu
perencanaan.
Disamping
tujuan-tujuan
yang
direncanakan
dan
dikehendaki
tersebut,
pembangunan
dapat

mengakibatkan
terjadinya
dampak pada lingkungan
(Soekanto, 1997:488-489).
Pembangunan
merupakan
aktivitas
manusia
untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
seperti
disampaikan
Suratmo
(2007:2)
dapat
mengakibatkan
dampak
berupa
perubahan
yang
terjadi dalam lingkungan.
Kemudian
dampak
pembangunan
terhadap
lingkungan ialah perbedaan
antara kondisi lingkungan
sebelum ada pembangunan
dan yang diperkirakan akan
ada
setelah
ada
pembangunan (Soemarwoto,
2007:39). Dengan demikian
dampak
pembangunan
pada
hakekatnya
merupakan
suatu
perubahanantara
kondisi
lingkungan sebelum ada
pembangunan dan setelah
ada pembangunan.
Lingkungan hidup dapat
didefinisikan sebagai segala
sesuatu di sekitar objek yang
saling
mempengaruhi.
Segala sesuatu yang berada
dalam
suatu
lingkungan
dapat dibagi menjadi dua,
yaitu sumber daya alam dan
sistem hubungan antara
sumber daya alam tersebut.
Lingkungan alam adalah
suatu
kesatuan
areal
tertentu
dengan
segala
sesuatu yang berada dalam
dan sistem hubungan satu
sama lainnya. Disini manusia

hanya merupakan salah satu


komponen yang berada di
dalam
areal
tersebut
(Suratmo, 2007:3). Demikian
pula Soekanto (1997: 431432),memberikan pengertian
lingkunganadalahhalhalatauapaapa
yang
berada di sekitar manusia,
baik sebagai
individu
maupun dalam pergaulan
hidup yang dibedakan dalam
kategorikategori
sebagaiberikut:

a.

b.

c.

Lingkungan
fisik,yakni
semua
benda matiyang ada
di sekelilingmanusia;
Lingkungan biologis,
yaitu segala sesuatu
di sekeliling manusia
yang
berupa
organisme
yang
hidup
(disamping
manusia itu sendiri);
Lingkungan sosial,
yang
terdiri
dariorang-orangbaik
individualmaupunkel
ompokyangberadadi
sekitarmanusia.
Berdasarkan
pengertian
ini,
makamasyarakatseb
agai
komponen
dalam
lingkungan
termasuk
yangmenerimadamp
ak
pembangunan.
Hubungan
antaratujuan
aktivitasmanusiaden
gan dampak pada

lingkungan
dilihat pada

dapat

Lingkungan Sosial. Skema


dampak pembangunan di
area
pantai
kartini
sehubungan
dengan
menambahnya
jumlah
pengunjung mengakibatkan
pertambahnya
teknologi
yang berdampak ke semua
titik yang ada di dalam
lingkungan pantai kartini.

Gambar 2.5
Sumber: Suratmo ( 2007:7) :
Skema Hubungan Antara Tujuan
Aktivitas Manusia Dengan Dampak
Pada Lingkungan

Pada Gambar 2.1 diatas


ditunjukkan
bahwa
pembangunan
mempunyai
sasaran untuk menaikkan
tingkat kesejahteraan rakyat.
Aktivitas pembangunan itu
menimbulkan efek yang tidak
direncanakan
di
luar
sasaran, yaitu yang disebut
damp ak. Dampak dapat
bersifat biofisik atau/dan
sosial-ekonomi-budaya yang
mempunyai
pengaruh
terhadap sasaran yang ingin
dicapai. Dampakprimer dapat
menimbulkan
dampak
sekunder, dan seterusnya
(Soemarwoto, 2007:39).
Dampak
Pembangunan
pantai Kartini Jepara
Dari
metamorfosis
pembangunan ekologi yang
berada di Pantai Kartini
menimbulkan
dampak,
dimana dampak tersebut
menurut soekanto yaitu ada
3 dampak lingkungan Fisik,
Lingkungan
Biologis,

Gambar 2.6
Skema Hubungan dampak yang berada
dalam Pantai kartini Jepara

Jika dampak tersebut tidak


ditanggapi dengan bijaksana
maka lingkungan di pantai
kartini lah terkena dampak
paling
besar
dari
peningkatan pengunjung.
Dampak Pariwisata
Berdasarkan
dampak pembangunan dan
pariwisata,
maka
pada
prinsipnya Erawan (1987:47
dalam Tashadi, Ed., 1994)
membagi menjadi 3 bidang
pokok
yang dipengaruhi
pariwisatayaitu:
ekonomi,
sosial
dan
lingkungan.
Demikian pula Pitana dan
Gayatri
(2005:109)
memperkuat
dengan

menyatakan
bahwa
pariwisata sebagai suatu
kegiatan
yang
secara
langsung
menyentuh
masyarakat
membawa
berbagai dampak. Dampak
pariwisata
terhadap
masyarakat
dan
daerah
tujuan wisata, yaitu: dampak
terhadap sosial ekonomi,
dampak terhadap sosial
budaya
dan
dampak
terhadap lingkungan fisik.
Wisata pantai kartini memang
bermula dengan wisata alam bukan
dengan karya manusia lambat laun
wisata tersebut memang dibesarkan
menjadi wisata dengan karya
manusia yaitu berupa kura kura
resort.
Kura kura resort sendiri
menurut dinas kab jepara memberi
angin segar terhadap wisata Jepara
namun bila di telaah lebih lanjut
melalui pengelompokam dampak
akan terlihat juga dampak buruk dari
kebijakan tersebut Dampak yang
akan di jabarkan yaitu dampak
pariwisata,
dampak
ekonomi
pariwisata, dampak sosial pariwisata
Dampak
Ekonomi
Pariwisata Pantai Kartini
Dengan
Bertambahnya
Kura Kura Ocean Park
Menurut Sujarto
(1993:135) dampak ekonomi
adalah
pengaruh
suatu
aktivitas/kegiatan
terhadap
kondisi peningkatan taraf
hidup dan kesejahteraan
serta
produktifitas
masyarakat.
Adanya
pariwisata
mendatangkan

devisa
negara
dan
terciptanya
kesempatan
kerja
yang
berarti
mengurangi
jumlah
pengangguran sertaadanya
kemungkinan
bagi
masyarakat di daerah wisata
untuk
meningkatkan
pendapatan dan standar
hidup mereka
(DeKadt,
1979:11 dalam Tashadi, Ed.,
1994).
Dampak ekonomi
sendiri
terjadi
di
area
masyarkat yang merubah diri
yang
dahulu
nelayan
kemudian
sekarang
ini
menjadi
pedagang
dan
penjual jasa.

Gambar 2.7 :
Suasana Perdagangan Barang
Dan Jasa Di Area Pantai Kartini
Yang Tertata

Namum dampak
ekonomi yang bertumbuh
subuh perdagangan tersebut
merambah sampai ke dalam
area yang dilarang untuk
berdagang.

Gambar 2.8 :
Area Perdagangan Barang Dan
Jasa Di Area Pantai Kartini Yang
Kumuh Pantai Kartini Jepara

Dampak Sosial
Pariwisata Pantai Kartini
Dengan
Bertambahnya
Kura Kura Ocean Park
Martin (1998:171
dalam Pitana dan Gayatri,
2005:115)
menyatakan
dampak sosial pariwisata
selama ini lebih cenderung
mengasumsikan bahwa akan
terjadi perubahan sosial
akibat
kedatangan
wisatawan.
Pariwisata
berdampak
terhadap
stratifikasi dan mobilitas
sosial (Cohen, 1984 dalam
Pitana dan Gayatri, 2005:
117)
dengan
terjadinya
etimpangan/
kesenjangan
sosial dalam masyarakat.
Sebagaimana
disebutkan
oleh
Wiranatha (2008)
bahwa dampak pariwisata
terhadap
masyarakat
termasuk
terjadinya
kesenjangan
pendapatan/
kesejahteraan
masyarakat
antara pelaku pariwisata
dengan masyarakat lain

yang
tidak
bersentuhan
dengan pariwisata secara
langsung.
Begitu
juga
kawasan wisata sebagai
daerah
tujuan
wisata
memunculkan
aktivitas
ekonomi yang menjadi faktor
daya tarik penduduk yang
menurut Cohen (1984 dalam
Pitana dan Gayatri, 2005:
117) berdampak terhadap
migrasi dari dan ke daerah
pariwisata.
Dampak
perubahan
sosial
masyarakat pantai kartini
setelah adanya kura kura
ocean
park
terjadinya
kesenjangan sosial antar
warga
karena
terjadi
persaingan
bisnis
antar
warga. Adanya kesenjangan
lagi dari warga terhadap
dinas
pengelola
wisata
pantai kartini yaitu

Gambar 2.8 :
Skema Hubungan Sosial
Pariwisata Yang Buruk

Dampak
Pariwisata
Terhadap Lingkungan Fisik

Pantai
Kartini
Dengan
Bertambahnya Kura Kura
Ocean Park

permukiman
Kedua zona ini saling
berkaitan tetapi tidak memiki
hubungan yang baik.

Dampak
pariwisata
terhadap
lingkungan fisik permukiman
di kawasan wisata adalah
penyediaan prasarana dan
sarana untuk menunjang
kegiatan permukiman di
kawasan wisata. Prasarana
permukiman yang harus
dilengkapi di dalam kawasan
wisata adalah kelengkapan
dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi
sebagaimana
mestinya,
yaitu: jaringan jalan untuk
mobilitas
manusia
dan
menciptakan bangunan yang
teratur; dan jaringan air
bersih
untuk
memenuhi
kebutuhan wisatawan dan
masyarakat.
Sedangkan
sarana
lingkungan
permukiman sebagai fasilitas
penunjang yang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya
yaitu:
jaringan
saluran
pembuangan air limbah dan
tempat
pembuangan
sampah untuk kesehatan
lingkungan; dan jaringan
saluran air hujan untuk
pematusan (drainase) dan
pencegahan banjir setempat.
Lingkungan fisik
yang terkena dampak ada
zona yaitu zona kawasan
wisata
dan
zona

Gambar 2.9 :
Skema Hubungan Zona Wisata
Dengan Zona Permukiman

Diketahui
dari
penjelasan yang dipaparkan
sebelunya
dimana
masyarakat pesisir pantai
kartini hidup dari topangan
hasil peningkatan pariwisata
berupa penambahan kura
kura jepara ocean park.
Kesimpulan dari analisa
Manusia
dan
Lingkungan
memang
mempunyai tiga tahapan
yaitu
Pan
Cosmism
,
Antroposentris,
Holisme
Lingkungan
Di dalam pantai kartini
dengan penambahan kura
kura ocean park sendiri tentu
sudah bisa dikategorikan
mencapai
tahapan
antroposentris.
Dalam
masuknya
ke
tahapan
holisme lingkugan memang
tidaklah mudah karena untuk

menjadi
tahapan
ketiga
sendiri perlu waktu dan
kesadaran dari kedua belah
fihak untuk saling membantu
demi
ekosistem
pantai
kartini. Jika permasalahan
memang sudah temukan
masalahnya maka sebagai
fihak yang bertanggup jawab
dalam lingkungan binaan
tersebut
harus
segara
menemukan pemecahannya
agar
mencapai
tahapan
holisme lingkungan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Mengucapkan terima kasih
sebesar besar terhadap
kepada mitra Muhammad
Bagas yang terlibat dalam
proses peneltian :
Mitra Muhammad Bagas
Zamroni Listiaza (Kepala
Dinbinmar Pemkab Jepara )
Afirul (Kepala Penangung
Jawab Kura-Kura Ocean
Park)
Drs. Abdul Latief (Direktur
PT. Adhie Jaya Mukti)
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sudharto P. (2009).


Manusia dan Lingkungan.
Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro
Pitana, I Gde dan Gayatri,
Putu G., (2005).
Sosiologi
Pariwisata,
Yogyakarta : Andi Offset.
Sari, Suzanna Ratih (2004).
Peranan Pariwisata
dalam

pembangunan. Semarang :
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Soekanto, Soerjono, (1997).
Sosiologi Suatu Pengantar,
(EdisiBaru) Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Soemarwoto,
O.
(1997).
Ekologi, Lingkungan Hidup
dan Pembangunan. Cetakan
Ketujuh (Edisi
Revisi).
Penerbit Djambatan. Jakarta.
Sujarto,
Djoko,
(1996).
Penataan Ruang
dalam
Pengembangan
Kota Baru, Jakarta: BPPT.
Suratmo, Gunarwan. (2007).
Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Cetakan
7.
Yogyakarta: gadjah Mada
university Press.
Tashadi, Ed., (1994). Dampak
Pengembangan Pariwisata
Terhadap Kehidupan Sosial
Budaya Daerah Istimewa
Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1990
,
tentang
pariwisata
Yogyakarta.
Jakarta:
Depdiknas.
Post.
Wiranatha, Agung Suryawan., 21
Januari 2008. Pengelolaan
Objek
Wisata
Berbasis
Masyarakat (Debat Publik), Bali

Yoeti, oka A.(1985).Budaya


Tradisinal Nyaris Punah
Jakarta .Deoartene
Pendidikan Dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai