Kontak Lens PDF
Kontak Lens PDF
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
digunakan langsung diatas bola mata atau kornea mata untuk memperbaiki
kesalahn refraksi mata (Anderson, 2007).
1.2.
lensa
kontak
beserta
keuntungan
dan
kelemahannya
2.
3.
Extended-wear
Digunakan pada malam hari, tersedia dalam jenis soft lens dan RGP.
Keuntungan: bisa dipakai selama 7 hari tanpa dilepas.
Kelemahan: tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, risiko
komplikasi meningkat, memerlukan pemeriksaan kesehatan mata yang
rutin, dan pelayanan yang profesional.
4.
Extended-wear disposable
Digunakan dalam waktu berjangka, dari hari pertama sampai 6 hari
kemudian diganti.
Keuntungan: tidak perlu dibersihkan, memiliki risiko yang rendah jika
digunakan sesuai petunjuk, tersedia dalam berbagai warna, bifokal, dan
sebagai lensa cadangan.
Kelemahan: Penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP,
tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih
sulit.
5.
Planed replacement
Lensa ini digunakan secara berjangka sebagai pengganti dari soft lens,
kebanyakan digunakan lebih dari 2 minggu, sebulan atau 4 bulan.
Keuntungan: mudah dibersihkan dan tidak mudah terkena infeksi, baik
untuk mata yang sehat, tetapi harus dengan resep dokter.
Kelemahan: penglihatan tidak setajam seperti menggunakan lensa RGP,
tidak mengoreksi semua kelainan refraksi mata, dan perawatannya lebih
sulit.
1.3.
Indikasi Penggunaan
Indikasi-indikasi penggunaan lensa kontak:
1.
2.
a. Penyakit
pada
kornea,
contohnya
ulkus
kornea
non-healing,
4.
Indikasi
diagnostik,
termasuk
selama
menggunakan
gonioskopi,
6.
7.
1.4.
Kontraindaksi
Pengguanaan lensa kontak dikontraindikasikan pada orang yang memiliki
gangguan mental dan tidak ada gairah hidup, blepharitis kronik dan styes rekuren,
konjungtivitis kronis, dry-eye syndrome, distrofi dan degenarasi kornea mata,
penyakit yang rekuren seperti episkleritis, skleritis, dan iridocyclitis (Kharuna,
2007).
1.5.
2.
Pengaruh
metabolik
terhadap
kornea
mata
adalah
bahan-bahan
digunakan
pada
orang
yang
memiliki
simptom
Kelopak mata
a. Giant papillary conjunctivitis (GPC) adalah komplikasi yang tersering
timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3
faktor yaitu peningkatan frekuensi pemakaian lensa, penurunan lama
pemakaian lensa kontak, perubahan larutan pembersih yang kuat.
Untuk lensa RGP, ia mudah berpindah dari kornea ke forniks atas. Jika
tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati
konjungtiva dan membawanya ke dalam jaringan yang lembut di
kelopak
mata,
dan
akan
menimbulkan
gejala
yang
relatif
Konjungtiva
a. Alergi kontak merupakan reaksi hipersensitivitas dermatitis kontak
akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak.
Manifestasi klinisnya adalah rasa gatal yang diikuti dengan adanya
injeksi, rasa terbakar, merah, berair, secret mukoid, dan chemosis.
Sebagai tambahan kelopak mata bisa edema dan eritema.
b. GPC, rata-rata 1-3% pengguna lensa kontak akan mendapatkan
simptom GPC yang kompleks, terdiri dari injeksi konjungtiva, sekret
mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur,
dan pergerakan lensa yang berlebihan.
c. Contact lens-induced superior limbic keratoconjunctivits (CL-ISLK)
merupakan suatu reaksi imun pada konjungtiva perifer. Manifestasi
klinisnya adalah penebalan konjungtiva, eritema, dan timbul berbagai
warna pada konjungtiva bulbaris superior. Sel epitelium keratinisasi
akan berisi banyak sel-sel goblet yang diinvasi oleh neutrofil.
Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa
terbakar, gatal, dan penurunan akuitas visual.
3.
Epitelium kornea
a. Kerusakan epitel yang mekanik. Lensa kontak merupakan banda asing
yang akan menggosok kornea dan menekan epitel kornea setiap
mengedipkan mata sepanjang hari dan menimbulkan abrasi kornea.
Jika tidak dikenali dan diobati akan mengakibatkan stres pada epitel
4.
Stroma kornea
a. Infiltrat steril. Penggunaan lensa kontak akan menginduksi terjadinya
keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau
leukosit polimorfonuklear di sub-epitel dan sel mononuklear di perifer
kornea secara tiba-tiba. Berdiameter 0,1-2 mm, tunggal atau
berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel
yang menyebabkan kerusakan epitel. Manifestasi klinisnya adalah
nyeri ringan, inflamasi pada anterior chamber yang minim, kerusakan
epitel, kemudian terbentuk ulkus.
b. Infeksi kornea (keratitis). Disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa
(acanthamoeba keratitis). Infeksi bakteri biasanya timbul di kelopak
mata dan kelenjar air mata. Penggunaan lensa kontak mengganggu
pertukaran air mata, sehingga air mata terkumpul di kornea mata.
Selain itu, ketebalan epitel menurun, pergantian sel menurun dan
terjadi deskuamasi, sehingga meningkatkan risiko infeksi bakteri pada
sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang
mungkin ada seperti berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri
yang sering menimbulkan infeksi kornea mata adalah P. aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis. Infeksi ini
biasanya berasal dari larutan lensa kontak yang terkontaminasi. Infeksi
bakteri yang akut biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dengan
simptom nyeri, fotopobia, berair, sekret purulen, dan penurunan
penglihatan. Awalnya infiltrat stroma berwarna putih kekuningan yang
berkembang di bawah sel epitel yang rusak diikuti adanya reaksi di
anterior chamber dan injeksi konjungtiva. Setelah itu, berkembang
menjadi edema epitel kemudian menjadi nekrosis. Dilaporkan di
United State dan Netherland, bahwa infeksi kornea mata memiliki
risiko yang paling sering ditimbulkan akibat penggunaan lensa kontak
dalam 2 dekade terakhir ini.
c. Acanthamoeba keratitis merupakan infeksi yang sulit untuk diterapi.
Sumber infeksi ini berasal dari larutan lensa kontak, dimana tempat
2.6.
Manajemen
2.6.1. Terapeutik
Dibawah ini obat-obatan yang digunakan, berdasarkan penyebab mikroba
dari infeksi kornea:
1.
Jika penyebab bakteri tidak teridentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga
sebagai akibat dari nifeksi bakteri, maka diberi moxifloxacin, gatifloxacin,
atau
tobramycin
dengan
cefazolin.
Terapi
alternatifnya
adalah
levofloxacin,
oxfloxacin,
penicillin
G,
vancomycin,
atau
ceftaxidim.
3.
4.
ciprofloxacin,
tobramycin,
atau
gentamicin.
Terapi
6.
7.
Jika penyabab mikroba tidak teridentifikasi, tetapi ada ulkus yang diduga
sebagai akibat dari infeksi jamur, maka diberi; natamycin atau
voriconazole. Terapi alternatif; amphotericin B, nystatin, miconazole, atau
flucytosine.
8.
9.
Ulkus jamur adalah organisme mirip seperti hifa (benang halus). Inisial
terapi adalah natamycin atau voriconazole. Terapi alternatifnya adalah
amphotericin B atau nystatin.
10.
11.
Jika mata mengalami keratitis, maka malam hari dapat diterapi dengan
baik dan lindungi kornea mata dari kekeringan. Sebagai tambahan berikan
lubrikasi pada kornea mata berupa tetes mata atau salap mata sebelum
tidur.
12.
Jika terjadi reaksi kornea mata terhadap larutan lensa kontak, maka
hentikan segera penggunaan lensa kontak, obati dan lakukan monitoring
(langsung dokter mata yang melakukannya) serta sebagai tambahan
berikan topikal steroid atau NSAID jika diduga tidak ada infeksi pada
mata (Mezu-Nnabue, 2009).
2.6.2. Prevensi
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penggunaan lensa kontak,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan menurut American
Optometric Association:
1.
2.
Bersihkan lensa kontak dengan hati-hati secara rutin, gosok lensa kontak
dengan menggunakan jari-jari tangan dan bilas dengan air bersih sebelum
merendam lensa kontak dalam larutan multi-fungsi pada malam hari.
3.
Simpan lensa yang digunakan dalam kotak penyimpanan dan ganti kotak
tersebut
setiap
bulan.
Selain
itu,
bersihkan
kotak
setelah
menggunakannya.
4.
5.
Selalu ikuti rekomendasi lensa kontak yang telah direncanakan oleh dokter
mata anda.
6.
7.
Lakukan pemeriksaan mata dan lensa kontak anda secara rutin kepada
dokter mata anda.
2.7.
Pengetahuan
2.7.1. Definisi
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman
seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu
ransangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:
a.
Tahu (know)
Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sutau spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan
yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan
pengalaman yang paling rendah.
b.
Memahami (comprehension)
Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang
diketahui. Orang telah paham akan objek materi harus mampu
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (application)
Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya.
d.
Analisis (analysis)
Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam
komponen-komponen, dan termasuk ke dalam struktur organisasi tersebut.
e.
Sintesis (synthesis)
Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di
dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi (evaluation)
Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2003).
Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b.
Umur
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian
ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan
tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
c.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.
Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
pendidikannya lebih rendah.
d.
Keyakinan
Biasanya keyakinan secara turun-temurun dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang,
baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
e.
Sumber Informasi
Penghasilan
Pengahasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.
Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu
untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.
g.
Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan
dengan tingkat-tingkat pengetahuan diatas (Notoatmodjo, 2003).
b.
c.