yang
mengandung
senyawa
gula
dapat
dihindari,
sehingga
Mw : jumlah mol
Ms : jumlah mol zat terlarut
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode khusus
(kromatografi, nuclear magnetic resonance / NMR). Pada praktikum kali ini, metode yang
digunakan adalah metode pengeringan dengan oven biasa dan metode destilasi.
Metode oven memiliki beberapa kekurangan, yaitu bahan lain ikut menguap, terjadi
penguraian karbohidrat menghasilkan air yang ikut terhitung, ada air yang terikat kuat pada
bahan yang tidak terhitung. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus
didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah
dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang
terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-
benar terikat kuat dalam sampel, setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui
persen kadar air dalam bahan.
Pada metode destilasi harus menggunakan pelarut imicible yang mempunyai massa jenis
lebih ringan daripada air dan mempunyai titik didih lebih besar daripada air, contohnya
toluene. Air yang masuk ke dalam kondensor harus mengalir. Pada metode ini, sampel dan
pelarut dimasukkan dalam labu sampai sampel terendam kemudian dipanaskan sehingga
terjadi penguapan. Uap yang terbentuk akan naik dan masuk ke kondensor yang
mengkondensasi uap sehingga akan mencair kembali dan ditampung untuk mengukur kadar
airnya.
Penggunaaan pelarut yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari air bertujuan
agar air berada di bagian bawah gelas penampung sehingga pengukuran volume
lebih mudah. Penggunaan pelarut dengan berat jenis lebih tinggi akan
menyulitkan pengukuran volume air (akan terbentuk dua meniskus sehingga
ketelitian data kurang).
Pada kondisi biasa, titik didih air dan toluen akan bersama-sama menguap pada
suhu 850C dengan perbandingan air toluen = 20:80. Uap air dan pelarut
dikondensasi, oleh karena air dan toluen tidak dapat bercampur maka setelah
kondensasi air dan toluen akan terpisah sehingga volume air dapat ditentukan.
Keuntungan metode ini adalah kadar air ditetapkan langsung dan hasil akhir
merupakan nilai kadar air yang nyata dan bukan karena kehilangan berat contoh.
Hasil lebih teliti dibandingkan metode pengeringan oven karena jumlah contoh
lebih banyak. Waktu analisis singkat (0,5-1 jam), peralatan sederhana dan
mudah didapat serta pengaruh kelembababn lingkungan dapat dihindari dan
dapat mencegah oksidasi selama pemanasan. Selain itu metode ini memiliki cara
pengerjaan sederhana dan mudah ditangani.
Kelemahan metode ini adalah permukaan alat gelas harus selalu bersih dan
kering. Senyawa alkohol atau gliserol mungkin terdistilasi bersama air yang
dapat mengakibatkan data yang diperoleh lebih tinggi dari nilai sebenarnya.
Pelarut yang digunakan mudah terbakar, sebagian pelarut beracun (misal
benzena), serta ketelitian membaca volume air yang terkondensasi terbatas.
Analisis kadar air metode distilasi azeotropik (SNI 01-3181-1992 yang
dimodifikasi) memiliki prinsip bahwa penguapan air dari bahan bersama-sama
dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada suatu perbandingan yang tetap. Uap
air dari bahan beserta pelarut dikondensasi kemudian ditampung dalam gelas
penampung. Air yang mempunyai berat jenis lebih besar dibandingkan
pelarutnya (jika digunakan pelarut dengan berat jenis lebih rendah) akan berada
di baian bawah pelarut sehingga volumenya dapat dengan mudah ditentukan.
Berikut adalah prosedur kerja dari metose distilasi azeotropik:
Tahap pengukuran
Keringkan labu didih dan tabung Bidwell-Sterling dalam oven bersuhu 1050C dan
dinginkan dalam desikator. Timbang 3 gram contoh (Ws). asukkan contoh ke
dalam labu didih yang telah dikeringkan dan tambahkan 60-80 ml toluena.
Rangkai alat distilasi, labu didih, dan pemanas. Refluks dengan suhu rendah
(skala hot plate 4-5) selama 45 menit. Naikkan suhu (skala 8) dan lakukan
pemanasan selama 60-90 menit. Baca volume air yang didistilasi (Vs).
Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh dengan metode
volumetri berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang digunakan adalah pereaksi Karl
Fischer (campuran iodin, sulfur dioksida, dan pridin dalam larutan metanol).
Pereaksi karl fischer pada metode ini sangat tidak stabil dan peka terhadap uap
air oleh karena itu sebelum digunakan pereaksi harus selalu distandarisasi.
Selama proses titrasi terjadi reaksi reduksi iodin oleh sulfur dioksida dengan
adanya air. Reaksi reduksi iodin akan berlangsung sampai air habis yang
ditunjukka munculnya warna coklat akibat kelebihan iodin. Penentuan titik akhir
titrasi sulit dilakukan karena kadang-kadang perubahan warna yang terjadi tidak
terlalu jelas.
Pereaksi karl fischer sangat sensitif terhadap air. Sehingga metode ini dapat
diaplikasikan untuk analisis kadar air bahan pangan yang mempunyai kandungan
air sangat rendah (seperti minyak/lemak, gula, madu, dan bahan kering). Metode
Karl Fischer juga dapat digunakan untuk mengukur kadar air konsentrasi 1 ppm.
Metode Termogravimetri
Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan
panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan selama pemanasan)
dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara otomatis sebagai fungsi dari
waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat selama pemanasan untuk
suatu program suhu tertentu.
Sedangkan metode spektroskopi NMR didasarkan pada sifat-siat nuklir dari atomatom hidrogen dalam molekul air. Perputaran atom hidrogen dalam molekul air
yang berbeda dengan perputaran atom hidrogen dalam molekul lain dapat
diidentifikasi yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai parameter pengukuran
kadar air. Metode ini dapat mengukur kadar air bahan dari kisaran 5-100%.
Analisis berlangsung cepat, tidak menggunakan suhu tinggi, tidak destruktif,
dapat mengukur air terikat berbeda sifatnya dengan air bebas). Pengerjaan
mahal, cukup rumit, tidak cocok untuk analisis bahan yang mengandung
lemak/minyak tinggi.