Oleh :
Ahmad Mauludin Sohih
Firna Putri Mandasari
Putri Mustika waulandari
Linda susilowati
Mochtar Gunawan Wibisono
121810401024
131810401054
131810401059
131810401018
131810401021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan
praktikum lapang yang berjudul Perilaku Bekantan secara Ex-situ di Taman Safari
Prigen Pasuruan ini sesuai dengan yang direncanakan.
Penyusunan laporan ini digunakan untuk melengkapi standart ketuntasan
penilaian mata kuliah Perilaku Hewan. Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, semua bentuk saran dan
kritik senantiasa penulis harapkan bagi kesempurnaan laporan ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
memberikan bantuan baik secara langsung mapun tidak langsung selama proses
penyusunan laporan ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga penyusunan laporan ini banyak membawa
manfaat bagi pihak-pihak yang terkait.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................5
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................6
1.3 Tujuan..................................................................................................................6
1.4 Manfaat................................................................................................................7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................8
2.1 Bekantan..............................................................................................................8
2.2 Feeding................................................................................................................9
2.3 Grooming...........................................................................................................10
2.4 Perilaku Defence................................................................................................11
2.5 Perilaku Reproduki dan Pengasuhan Anak........................................................12
2.6 Perilaku Agonistik.............................................................................................13
2.7 Perilaku Adaptif.................................................................................................13
BAB 3. METODELOGI..............................................................................................15
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.........................................................................15
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................................15
3.3 Cara Kerja..........................................................................................................16
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................17
4.1 Ingestif...............................................................................................................17
4.1.1 Makanan.....................................................................................................17
4.2 Berjalan dan Berpindah.....................................................................................18
4.3 Adaptif...............................................................................................................19
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada setiap kehidupan makhluk hidup, pasti ada banyak interaksi yang terjadi
di antara mereka baik secara internal maupun eksternal. Selain itu, interaksi ini akan
menimbulkan suatu keadaan timbal balik yang lama maupun tidak akan bertahan
lama. Namun intinya tetap sama bahwa suatu stimulus atau rangsangan akan
menimbulkan suatu tanggapan perilaku. Stimulus atau rangsangan dapat berupa
stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar diri organisme. Setiap individu
mampu merespons beberapa stimulus yang akan mengenai diri organisme tersebut.
Oleh karena itu, untuk merespons rangsang, dibutuhkan adanya reseptor. Makhluk
hidup mampu melakukan tanggapan ataupun respon terhadap berbagai stimulus baik
yang berasal dari lingkungan luar maupun dari dalam tubuh sendiri. Apabila contoh
tanggapan dikaitkan dengan mekanisme terjadinya perilaku pada makhluk hidup,
maka fungsi reseptor sangat berperan dalam mendeteksi stimulus dan system saraf
yang akan mengoordinasikan respon sehingga timbul suatu aksi terpola yang dapat
diamati sebagai perilaku.
Pentingnya dilakukan Praktikum Lapang (Praklap) Perilaku Hewan agar
mengetahui perilaku hewan Bekantan. Selain itu karena tidak dimungkinkan
melakukan praktikum di laboratorium karena tidak tersedianya
hewan bekantan di laboratorium biologi FMIPA Universitas Jember.
Praklap Perilaku Hewan dilaksanakan di Taman Safari Indonesia II Prigen
Pasuruan dengan pertimbangan karena wilayah mudah dijangkau dan
relatif lengkap koleksi hewannya. Wilayah Taman Safari ini juga
relatif
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Primata
Famili
: Cercopithecidae
Subfamili
: Colobinae
Genus
: Nasalis
Spesies
: Nasalis larvatus
Bekantan memiliki bulu coklat kemerahan di punggung dan bahu sampai di
bagian tengah. Dada bekantan berwarna krem dengan kerah krem disekitar leher dan
pinggang sampai pantat dan ekornya. Lengan dan kaki bekantan panjang dengan kulit
tangan dan kaki abu-abu. Bulu orange menutupi bahu dan ada semacam topi bulu
meah gelap menutupi kepala. Wajahnya berwaarna merah daging dengan mata kecil
cokelat. Telinganya kecil dan lurus ke atas kepala. Hidung panjang dan besar pada
Bekantan (Nasalis larvatus) hanya dimiliki oleh spesies jantan. Sedangkan hidung
betina tidak besar dan bekantan remaja memiliki hidung seperti terbalik yang kecil.
Hidung bekantan jantan sangat besar yang terlihat menggantung di atas mulut.
Kadang-kadang mereka harus mendorongnya keluar dari mulut sebelum meletakkan
sesuatu ke dalam mulutnya. Hidung mereka akan membengkak dan menjadi merah
ketika mereka gembira atau marah. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung
besar sebagai pasangannya. Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina.
Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan
betina berukuran sekitar 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut
yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat dari kebiasaan mengkonsumsi
makanannya yang selain mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga
memakan dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna (Bennet and
Henrickson, 1995).
Habitat bekantan sangat terbatas pada tipe hutan rawa gambut, bakau serta
sangat tergantung pada sungai. Walaupun sebagian kecil ada yang hidup di hutan
Dipterocarpaceae dan hutan karangas namun masih berada disekitar sungai. Tipe
hutan yang disenangi bekantan adalah tipe Riverine Mangrove dengan sungai yang
cukup besar. Kebutuhan hutan ditepi sungai bagi bekantan adalah untuk tempat
bermalam dan untuk tempat berkomuikasi (Bismark, 1997).
2.2 Feeding
Bekantan makan diujung-ujung cabang, duduk pada awak cabang atau ranting.
Salah satu tangannya dipergunakan untuk berpegang pada cabang atau ranting di
bagian atas, sedangkan tangan lainnya meraih makanan. Kalau berada pada posisi
yang sulit, kedua tangan akan berfungsi untuk berpegang sedangkan makanan dapat
diarnbil langsung dengan mulut. Makanan yang dikonsumsi oleh bekantan terdiri dari
buah-buahan, bunga, jenis paku-pakuan, cendawan, larva insecta, dan rayap.
Sedangkan makanan yang paling disukai olehnya dan dijadikan sebagai makanan
utamanya adalah Gauna motleyana dan Eugenia sp. Jenis ini banyak tersebar
dipinggiran sungai hingga jauh kedarat. Bekantan memang pernilih dalam pencarian
makanan yang di sukai terutama buah dan daun muda pedada (Sonneratia lanceolata)
yang tumbuh di hutan bakau sepanjang sungai dekat pantai. Selain itu mereka juga
mengkonsunasi pucuk-pucuk dari pohon bakau tempat mereka beristirat dan bermain
(Bismark, 1980).
Bekantan lebih menyukai pohon yang berada persis disamping sungai untuk
tempat tidumya. Dalam satu pohon bisa dihuni oleh satu kelempok yang kira-kira
berjumlah 4-12 ekor. Pernbentukan jumlah individu dalarn kelompok tempat tidur ini
tergantung pada keadaan pohon, seperti bentuk percabangan, tinggi pohon,
kerirnbunan pohon, serta jarak antara pohon yang satu dengan lainnya. Sama halnya
dengan jenis monyet lain, bekantan juga hidup berkelompok. Setiap kelompok terdiri
dari beberapa ekor jantan dan betina dewasa, serta beberapa ekor anak yang masih
digendong oleh induknya. Besarnya kelompok tersebut sangat dipengaruhi oleh
jumlah persediaan makanan (Maruf, 2004).
10
Gambar 1.
2.3 Grooming
Sama halnya dengan jenis monyet lain, bekantan juga hidup berkelompok. Setiap
kelompok terdiri dari beberapa ekor jantan dan betina dewasa, anak-anak yang belum
dewasa, serta beberapa ekor anak yang masih digendong oleh induknya. Besarnya
jumlah individu dalam suatu kelompok monyet sangat dipengaruhi oleh jumlah
persediaan makanan (Wilson, 1975; Freeland, 1976; Tilson,1977; Bismark, 1979)
serta rendahnya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit (Freeland, 1976).
Gambar 2. grooming
Dalam aktivitas sehari-hari kelompok bekantan membentuk beberapa kelompokkelompok kecil (anak kelompok). Pembentukan anak kelompok ini terjadi sejak dari
pohon tempat tidur. Pada pagi hari, sebagian awal dari aktifitas hariannya, anak
anggota itu bergerombol kemudian berpencar setelah aktivitas makan dan berjalan
meningkat. Aktivitas sosial lain yang dilakukan bekantan ketika mereka sedang
istirahat adalah mencari kutu yang dilakukan secara berantai antara bekantan yang
satu dengan bekantan yang lain (grooming). Chivers, (1974) berpendapat bahwa
grooming merupakan tingkah laku sosial antara individu kera atau monyet dalam
kelompoknya seperti pada H. syndaetylus dan M. fascicularis. Aktivitas grooming
11
pada bekantan dapat terjadi antara anak dengan induknya atau induk yang satu
dengan induk yang lainnya dengan waktu relatif tidak lama (Salter, et.al, 1985).
2.4 Perilaku Defence
Seperti kebanyakan hewan mammalia lain, bekantan memiliki kemampuan
untuk memberi isyarat (suara) kepada koloni atau populasi mereka apabila didekati
dari hewan lain agar berpindah ke tempat yang aman dan mencoba memperingatkan
kepada hewan lain tersebut. Hal ini dibuktikan saat peneliti mencoba melakukan
pengamatan lebih dekat akan (bekantan) dengan adanya isyarat suara khusus yang
diberikan kepada koloni bekantan tersebut. Bekantan akan mengeluarkan suara mirip
klakson mobil yang keras sebagai peringatan ketika mereka merasakan bahaya yang
membuat hidung mereka menonjol. Hidung bekantan berfungsi sebagai resonator
ketika bersuara. Bekantan juga akan diam-diam meluncur ke dalam air dan berenang
tenang tanpa percikan air agar tidak menarik perhatian predator. Pada saat bahaya
seluruh pasukan dapat melompat ke dalam air sebagai sarana melarikan diri. Sebagian
kaki berselaput membantu bekantan berenang dan mengurangi beban berat ketika
berjalan di lumpur mangrove yang lembut (Meijaard and Nijman, 2000).
2.5 Perilaku Reproduki dan Pengasuhan Anak
Bekantan betina siap kawin setelah mencapai usia 4 tahun. Bekantan jantan
akan mencapai kematangan seksual pada usia 4-5 tahun Bekantan betina memiliki
masa kehamilan antara 166 sampai 200 hari dan hanya melahirkan satu ekor anak
dalam sekali masa kehamilan. Bayi yang baru lahir akan memiliki wajah biru dan
hampir hitam yang masih jarang-jarang. Perubahan warna yang menandakan mereka
dewasa sekitar 3 - 4 bulan. Betina akan menjaga bergantian dengan jantan setelah
betina menyusui. Bekantan muda akan tinggal dekat dengan induknya selama sekitar
1 tahun atau sampai induknya memiliki anak lagi (Rajanathan and Bennett, 1990).
12
Bekantan
juga
memiliki
selaput
pada
kakinya
yang
dapat
13
14
BAB 3. METODELOGI
b. Tempat pelaksanaan
Pengamatan di laksanakan di Taman Safari Indonesia II Prigen Pasuruan.
15
Bekantan
16
17
Leaping adalah gerakan yang melibatkan kedua tangan, berayun dari cabang
ke cabang sebagian besar bergerak di pohon yang sama dengan jarak yang pendek.
Berjalan dengan empat kaki (Gambar 6) yang meliputi pindah dari cabang satu ke
yang lain pada pohon yang sama atau di tanah dengan cara lambat. Akan tetapi
berjalan dengan dua kaki hanya terjadi saat melintasi daerah terbuka ditanah untuk
menghindari bahaya atau ancaman bagi mereka. Leaping dilakukan dengan lengan
terentang, menggunakan tindakan cambuk seperti cabang ramping untuk memberi
efek loncatan. Perilaku ini dikenal untuk menggantung pada periode pendek, kadangkadang untuk bergerak jarak pendek dan hanya menggunakan lengan saja (Lehner,
1979).
18
Perilaku bergerak secara aktif terjadi selama jam makan, mereka harus pindah
dari cabang ke cabang untuk mencari makanan berupa dedaunan muda, terutama
ketika dedaunan muda sangat langka. Tapi ketika sumber makanan berlimpah,
bekantan akan membatasi gerakan saat makan. Melompat dan leaping dengan cara
yang cepat biasanya terjadi ketika ada ada ancaman dan tanda bahaya yang diberikan
oleh jantan dewasa melalui vokalisasi (Lehner, 1979).
Perilaku berjalan dan leaping dapat diamati di Taman safari, akan tetapi hanya
berjalan dengan empat kaki saja yang teramati. Perilaku yang teramati yaitu ketika
bekantan berjalan menuju anggota kelompoknya untuk mermain-main, dan perilaku
mengayun juga terlihat ketika bekantan sedang bermain diantara replika pepohonan.
Bekantan memiliki perilaku berenang ketika mereka akan berpindah kesuatu tempat
yang tidak ada pohon, akan tetapi pada pengamatan tidak terjadi.
4.3 Adaptif
Adaptif merupakan perilaku hewan yang tujuannya untuk mempertahankan
kehidupannya, termasuk bekantan ini. Pada penelitian ini ditemukan perilaku
bekantan adaptif dengan cara resting (istirahat).
4.3.2 Defens berupa Interaksi
Sebuah riset menyatakan bahwa bekantan beriteraksi dengan spesies lain
sesama primata dalam suatu wilayah yang sama. Interaksi ini terjadi antara kelompok
19
20
2013). Perilaku ini tidak terlihat saat pengamatan karena mungkin saat itu bukan
waktu dari bekantan untuk proses kawin.
4.4 Agonistik
Interaksi agonistik dan tindakan yang terdiri dari mengejar, menampar,
menggigit, menyuarakan, ancaman wajah (Gambar 7) dan ancaman postural. Mimik
ancaman wajah yaitu postur dari bibir atas atau kedua bibir secara vertikal ditarik,
mengekspos gigi dan kadang-kadang gusi (Thierry, et al. 2000). Secara umum,
agonistik biasanya tidak terlihat antara kelompok dan anggota kelompok yang sama,
untuk agresi yang serius jarang terjadi. Namun agresi kecil biasanya terjadi antara
individu dalam kelompok seperti ancaman wajah, ancaman postural dan vokalisasi
(Yeager, 1990). Sebagian besar perilaku agonistik ini terjadi antara remaja dan subdewasa, misalnya dengan kejar-kejaran dan ancaman wajah untuk itu remaja akan
mengeluarkan suara untuk menakut-nakuti lawan. Ini terjadi antara hewan muda atau
remaja saat bermain-main seperti mengejar, menampar dan menggigit. Perilaku ini
terjadi ketika anggota lain dari kelompok mungkin beristirahat atau tidur (Meijaard
dan Nijman, 1999).
21
Perilaku agonistik ini terlihat jelas pada pengamatan yaitu ketika lima ekor
bekantan saling berkejaran dan memukul sesama anggota kelompok, mereka juga
mengeluarkan suara-suara saat berkejaran dan berkelahi.
4.4.1 Pohon Tempat Tidur
Perilaku ini merupakan perilaku agonistik. Kelompok bekantan mulai mencari
pohon tempat tidur pada pukul 17.00. satwa ini memilih pohon tempat tidur yang
sekaligus menyediakan makanan seperti pucuk, bunga, buah dan daun, misalnya
pohon S. Caseolaris, Ilex cymosa dan Ficus sp. Sampai dengan pukul 18.00 beberapa
anggota kelompok masih emperlihatkan kegiatan makan sambil menunggu saat tidur.
Mereka tidur berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon lain, tetapi ada
kemungkinan satu pohon dipakai tempat tidur selama dua malam berturut-turut.
Lokasi tempat tidur cenderung membentuk siklus, mereka akan kembali pada pohon
tempat tidur selama dalam waktu paling lama enam hari (Fan dan Jlang, 2008).
Kelompok bekantan yang jumlah anggotanya besar, terbagi menjadi 2-4 sub
kelompok pada saat tidur, dimana setiap sub kelompok menempati 1 pohon. Jarak
antara satu pohon dengan pohon lainnya yang dipakai untuk tidur oleh sub keompoksub kelompok tersebut berkisar 5-90 m mereka memilih pohon tempat tidur di tepi
sungai, tinggi pohon yang dipilih berkisar 2-27 m. Bekantan menyukai tidur di pohon
bakau di tepi-tepi sungai sebagai strategi untuk memudahkan dalam mengenali
gangguan (Fan dan Jlang, 2008).
Umumnya bekantan tidur di percabangan pertama. Hal ini diduga sebagai cara
mereka menghindar dari terpaan angin yang cukup keras dibagian atas tajuk. Mereka
juga memilih pohon tempat tidur yang relatif tinggi, di mana tajuknya terpisah dari
tajuk pohon lainnya. Hal ini berkaitan dengan strategi bekantan menghindari predator,
seperti ular dan kucing hutan (Fan dan Jlang, 2008).
Perilaku tidur dipohon pada pengamatan di Taman Safari tidak terjadi, karena
pada saat itu tidak ada bekantan yang tidur dan tidak ada pohon nyata yang digunakan
oleh bekantan untuk tidur. Tempat hidup bekantan di Taman Safari sengaja dibuat
23
seperti dialam, menggunakan replika pepohonan dari semen, kolam kecil, air terjun
dan beberapa tali untuk berayun.
4.5 Grooming
Pada mamalia sosial, fungsi utama perilaku grooming adalah
untuk
menjaga
higienis
hewan
tersebut
contohnya
yaitu
24
Selama curah hujan tinggi mereka akan cenderung diam tanpa membuat
gerakan apapun, mereka akan duduk di suatu tempat atau dahan dengan kepala
menunduk diantara kaki belakang, tapi kadang mereka menggoyangkan tubuh untuk
menghapus atau mengibaskan air hujan di rambut-rambutnya (Napier dan Napier,
1967).
25
bunga,
jenis
paku-pakuan,
cendawan,
larva
26
duduk
tangannya
pada
awak
dipergunakan
cabang
untuk
atauranting,
berpegang
salah
pada
satu
cabang
27
melindungi,
menggendong
(carrying),
mencari
kutu
menggendong
berarti
individu
bergendong
atau
pada
dua
bulan
pertama,
sehingga
memerlukan
28
29
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
kesimpulan yaitu bahwa perilaku bekantan yang ditemukam di Taman Safari
Prigen Pasuruan yaitu perilaku ingestif yaitu perilku makan, perilaku berjalan dan
berpindah, perilaku adaptif yang ditemukan yaitu perilaku defens dan perilaku
membujuk (ajakan) dan kopulasi. Selain itu pada perilaku agonistik juga ditemukan
berupa perilaku berupa berkejaran dan memukul sesama anggota kelompok, dan juga
perilaku berkelahi. Perilaku grooming juga ditemukan pada pengamtan bekantan di
Taman safari, seperti perilaku istirahat pula. Selain itu perilaku feeding dan foraging
tidak ditemukan pada perilaku bekantan, karena makanannya sudah disediakan oleh
petugas. Perilaku pariental care ditemukan pada pengamatan bekantan.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan tim penulis pada penulisan laporan ini yaitu,
supaya menambah lama waktu penelitian, karena penelitian ini hanya dilakukan
dengan singkat jadi kemungkinan masih belum di temukan perilaku-perilaku
unik/khas bekantan.
30
DAFTAR PUSTAKA
32
33