Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
Unit Proses Propylene Recovery adalah unit proses lanjutan dari LPG Treating Unit yang
bertujuan untuk memisahkan Propane Mixed dan Butane Mixed supaya dihasilkan produk
utama yaitu Propylene yang mempunyai kemurnian tinggi ( min. 99,60 % ), disamping
produk lain yaitu Propane dan Butane Mixed yang digunakan sebagai umpan selanjutnya di
Catalytic Condensation Unit atau sebagai komponen blending LPG.
Proses awalnya adalah pemisahan Treated LPG di kolom C 3/C4 Splitter menjadi Propane
Mixed dan Butane Mixed. Selanjutnya Propane Mixed di proses di Wash Water Column
untuk diambil amonia-nya serta diteruskan ke Molocular Sieve Drier untuk menghilangkan
moisture yang terbawa. Kemudian Propane Mixed yang telah dihilangkan moisture-nya
sampai kandungannya mencapai 2,5 wt ppm max. dipisahkan di kolom C3 Splitter menjadi
produk Propylene dan Propane. Sedangkan Butane Mixed yang telah dipisahkan, diproses
lanjut di Catalytic Condensation Unit atau bersama Propane dicampur untuk menghasilkan
produk LPG.
Kemudian Propylene dialirkan ke COS Removal System untuk dihilangkan Carbonyl Sulfida.
Proses terakhir dari produk Propylene ini adalah di Metal Treater untuk menyerap
kandungan metal yang ada, kemudian diproses di Selective Hydrogenation Reactor untuk
penjenuhan senyawa Diene dan Acetylene.
Proses unit ini dirancang oleh Universal Oil Product ( UOP ).
Dari Block Diagram sederhana dibawah ini dapat dilihat gambaran Propylene Recovery Unit
berada :
Untreated
Off Gas
Naphtha Naphtha
Treat.Naphtha
Treating Unit

AR
DMAR

Residue
Catalytic
Craking Unit

Vap. HC Unsaturated
GasConcent
ration Unit

LPG

Untreated Treating Unit


LPG

Treat. LPG

Propylene
Propane
Butane Mixed

Propylene
Recovery
Unit
Catalytic
Condensation
Unit

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

Butane
Polygasoline
LCO
DCO

1.2. SPESIFIKASI
Aliran feed untuk Propylene Recovery Unit berasal dari LPG Treating Unit dengan kapasitas
146,9 m3/jam atau 82,776 ton/jam, namun setelah pelaksanaan Revamping pada saat TA /
2003 maka aliran feed dapat ditingkatkan menjadi 86,00 ton/jam.
1.2.1. SPESIFIKASI FEED ( DESIGN )
Specific Gravity, 15 / 4 C
H2S Content, ppm wt
RSH + Reentry Sulphur, ppm wt
COS Content, ppm wt
Total Sulphur, ppm wt
Caustic as Na+, ppm wt
Copper Strip Corrosion

0,56
1 max.
5 max.
6
11
0,5 max.
No.1 max.

Komposisi, % Mol :
C2
C2=
C3=
C3
nC4
iC4
iC4= ( Iso Butene )
B-1 ( Butene 1 )
B-2 ( Butene 2 )
nC5
iC5
C5=
C6+

< 0,004
0,0
37,25
9,3
4,0
14,2
9,7
8,2
16,5
< 0,001
0,1
0,75
0,0

Acetylene, ppm mol


Propadiene, ppm mol
Butadiene, % mol

< 0,1
10
0,3

1.2.2. SPESIFIKASI PRODUK ( DESIGN )


a. Propylene
Propylene, % mol
Total Paraffine, % mol
Methane, ppm wt
Ethylene, ppm wt
Ethane, ppm wt
Cyclopropane, ppm wt
C4 Hydrocarbon, ppm wt
MODUL-1/YBS/LEU-RCC

99,6
0,4 max.
20
25
300
10
5

min.
max.
max.
max.
max.
max.
2

Pentene, ppm vol


Acetylene, ppm wt
Methylacetilene, ppm wt
Propadiene, ppm wt
1,3 Butadiene, ppm wt
Total Butene, ppm vol
Pentane, ppm vol
Hydrogen, ppm wt
Nitrogen, ppm wt
Carbon Monoxide, ppm wt
Carbon Dioxide, ppm wt
Oxygen, ppm wt
Water, ppm wt
Methanol ( + Isopropyl Alcohol ) , ppm wt
Chloride, ppm wt
Total Sulphur, ppm wt
Total Carbonyl as MEK, ppm mol
COS, ppb wt
Arsine, ppb wt
Phosphine, ppm wt
Ammonia, ppm wt
Antimony, ppb wt

10
max.
1
max.
2
max.
2
max.
2
max.
100
max.
100
max.
20
max.
100
max.
0,2 max.
1
max.
1
max.
2,5 max.
5
max.
1
max.
1
max.
10
max.
30
max.
30
max.
0,03 max.
5
max.
30
max.

b. Propane
RVP, psi
Weathering Test, 95 % Evaporated, C
Copper Strip Corrosion
Total Volatile Sulphur, grains / 100 cuft
Free Water
Moisture
Residue on Evaporation of 100 ml

208
max.
- 38,3 max.
No. 1 max.
15
max.
Nil
Pass
0,05 max.

Komposisi, % Vol :
C4
C5+
C2

2,5 max.
Nil
0,5 max.

c. Mixed C4
COS Content, ppm wt
Mercaptans + Reentry Sulphur, ppm wt
Total Volatile Sulphur, grains / 100 cuft
Copper Strip Corrosion
C5 Content, % wt
C3 & Lighter Content, % wt

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

Nil
10 max.
15 max.
No. 1 max.
2,0 max.
1,0 max.

1.3. SPESIFIKASI CHEMICAL ( DESIGN )


a. Mono Ethanol Amine ( MEA ) / HOCH2 CH2 NH2
Specific Gravity
Molecular Weight
Normal Boiling Point, C
Melting Point, C
Vapour Pressure, mbar @ 20 C
Flash Point, C
Appearance
Odor
Komposisi, % wt :
- MEA
- DEA
- H2O

1,016 1,021
60,5 62,5
170
10,3
5,33
85
Colorless Transparant Liquid
Middly Ammoniacal

b. Caustic ( HaOH ), konsentrasi Be


NaOH, % wt
Na2CO3, % wt
NaCl, ppm
Iron, ppm
Copper, ppm
Silica, ppm

98,5 min.
0,5 max.
1,0 max.
20
98,0 min.
0,12 max.
60,0 max.
12,0 max.
1,0 max.
100,0 max.

b. Monosodium Phosphate Monohydrate ( NaH2PO4H2O )


Purity, %
pH
Fe, %
As, %

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

98,0 min.
4,0 4,6
0,0003 max.
0,0001 max.

BAB II
PRINSIP PROSES
LPG Mixed yang berasal dari LPG Treating Unit dipisahkan di Propylene Recovery Unit
menjadi Propane Mixed ( Propane & Propylene ) dan Butane Mixed ( Butane & Butene )
dengan menggunakan kolom C3/C4 Splitter. Dari puncak kolom splitter, Propane Mixed
dialirkan kedalam vessel Solvent Settler untuk menghilangkan kandungan sulphurnya
dengan menggunakan solvent ( campuran condensate, caustic dan MEA ). Kemudian
Propane Mixed tersebut dialirkan ke kolom Water Wash untuk dihilangkan kandungan
ammonia dan caustic dengan melarutkannya kedalam air, selanjutnya dialirkan ke vessel
Sand Filter untuk menghilangkan cairan yang terbawa bersama aliran. Keluar dari Sand
Filter, Propane Mixed dikeringkan terlebih dahulu dari kandungan airnya di C 3 Feed Drier
baru dipisahkan dikolom C3 Splitter menjadi Propylene dan Propane.
Produk Propylene keluar dari puncak C3 Splitter, dialirkan ke vessel COS Removal untuk
dihilangkan kandungan COS nya, kemudian dialirkan ke Metal Treater untuk dihilangkan
metalnya seperti Arsin, Phosphine dan Antimony. Bila kandungan Diene dan Acetylene
didalam Propylene cukup tinggi, maka Propylene perlu dialirkan ke Reaktor SHP
( Selective Hydrogenation Process ) untuk penjenuhan Diene dan Acetylene dengan
menggunakan Gas Hydrogen menjadi Mono Olefine supaya dapat dihasilkan produk
Propylene yang memenuhi persyaratan.
Produk Propane yang keluar dari bagian bawah C3 Splitter dikirim ke tanki penampung 42-T401 A/B sebagai komponen blending LPG.
Dari bagian bawah C3/C4 Splitter dialirkan Butane Mixed yang sebagian dikirim ke tanki
penampung 42-T-403 A/B/C/D sebagai komponen blending LPG dan sebagian lagi sesuai
kebutuhan untuk feed Catalytic Condensation Unit.
2.1. SEKSI FEED
Feed berasal dari LPG Treating Unit dipompakan dengan 19-P-101 A/B ke 19-E-101 untuk
dipanaskan dan masuk ke kolom 19-C-101 pada tray 20 melalui distributor ( Ada 38 Tray )
supaya Propane Mixed terpisah dari Butane Mixed.
2.2. C3/C4 SPLITTER 19-C-101
Vapour Propane Mixed yang keluar dari puncak 19-C-101 dikondensasikan melalui 19-E102 A/B/C/D ( C3/C4 Splitter Condenser ) masuk ke bagian bawah 19-V-101 ( C3/C4 Splitter
Receiver ). Vapour yang tidak terkondensasi dikirim ke 16-V-104 ( Unit 16 ) melalui 16-E-102
A/B, sedangkan liquid Propane Mixed sebagian dipompakan dengan 19-P-102 A/B kembali
ke kolom sebagai reflux untuk mengontrol temperatur puncak dan sebagian lagi melalui 19E-107 ( Overhead Product Cooler ) dialirkan ke 19-V-103
( Solvent Settler ).
Air yang kemungkinan terikut akan terkumpul didalam boot 19-V-101 dan dibuang ke 19-V106 ( Water Degassing Drum ) melalui level control.
Aliran Butane Mixed yang keluar dari bagian bawah 19-C-101 melalui 19-E-101, kemudian
didinginkan di 19-E-104 A/B ( Bottom Cooler ) dan selanjutnya dikirim ke Catalytic
Condensation Unit atau ke tanki penampung, sebagian dipanaskan di 19-E-103 ( Reboiler )

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

yang menggunakan pemanas Naphtha dari Unit 15 untuk mengatur temperatur bottom
kolom.
2.3. SEKSI PENCUCIAN
Liquid Propane Mixed dari 19-V-101 dipompakan dengan 19-P-102 A/B ke 19-V-103
( Solvent Settler ) bercampur dengan solvent yang disirkulasikan oleh 19-P-106 A/B untuk
dihilangkan kandungan Sulphurnya. Fresh Solvent disiapkan di 19-V-108 ( Solvent Tank )
dengan mencampur 72 % condensate, 20 % MEA dan 8 % NaOH 20Be, kemudian
diinjeksikan dengan 19-P-108 ke aliran sirkulasi solvent. Condensate diambil dari fasilitas
line condensate, MEA diambil dari drum dengan menggunakan pompa19-P-107 A dan
NaOH dapat di supply dari Unit 17.
Liquid Propane Mixed yang sudah bercampur dengan solvent dipisahkan kembali dalam 19V-103 secara gravitasi, solvent ditarik dari boot 19-V-103 dengan 19-P-106 A/B untuk
disirkulasikan, jumlah alirannya dijaga 15 % dari aliran Propane Mixed.
Secara berkala solvent harus diganti untuk menjaga kandungan Sulphur di Propane Mixed
tetap memenuhi persyaratan, spent solvent secara manual di drain ke 19-V-105 ( Caustic
Degassing Drum ) yang kemudian dipompakan dengan 19-P-113 A/B ke Sour water
Stripping Unit ( Unit 24 ).
Liquid Propane Mixed yang sudah terpisah dialirkan melalui bagian atas 19-V-103 dan
dimasukkan dibagian bawah tray 20 dari 19-C-103 ( Wash Water Column ), dikontakkan
dengan aliran larutan Monosodium Phosphate yang dimasukkan dari bagian atas tray 1
untuk dihilangkan kandungan ammonia dan causticnya. Pemisahan liquid Propane Mixed
dan larutan phosphate terjadi didalam kolom.
Larutan phosphate yang berada dibagian bawah kolom disirkulasikan kembali dengan 19-P109 A/B ke tray 1 dari 19-C-103, sedangkan liquid Propane Mixed yang sudah dicuci ditarik
dari bagian atas 19-C-103 dan dialirkan ke 19-S-101 ( Sand Filter ) untuk dihilangkan cairan
yang terbawa bersama aliran. Larutan phosphate dibuat di 19-V-109 ( Phosphate Tank )
dan dipompakan dengan 19-P-110 masuk kealiran sirkulasi ke 19-C-103. Kedalam aliran
sirkulasi juga ditambahkan condensate yang diambil dari penampung condensate 19-V-110
( Wash Water Tank ) dengan menggunakan 19-P-111 A/B.
Cairan yang terkumpul dibagian bawah 19-S-101 di drain secara manual ke 19-V-106
( Waste Water Degassing Drum ), yang selanjutnya dipompakan dengan 19-P-112 A/B ke
Unit 24. Sedangkan Propane Mixed yang sudah tersaring cairannya dialirkan ke 19-V-104
A/B ( Feed Drier ).
MEA drum, Solvent Tank ( 19-V-108 ), Phosphate Tank ( 19-V-109 ) dan Water Tank
( 19V-110 ) sebaiknya diselimuti dengan Nitrogen untuk mencegah masuknya udara kedalam
sistim.
2.4. PROPANE MIXED DRIER
Propane Mixed yang sudah dihilangkan kandungan cairannya di 19-S-101 masih harus
dikeringkan lagi di 19-V-104 A/B ( Feed Drier ) supaya dapat memenuhi persyaratan yang
diinginkan. Feed Drier mempunyai urutan kontrol yang bekerja secara automatic dimana
Drier dapat beroperasi satu buah sedangkan yang lainnya pada posisi regenerasi atau
standby setelah regenerasi atau beroperasi secara seri.
MODUL-1/YBS/LEU-RCC

Aliran Propane Mixed yang masih basah sebagai feed Drier masuk dari bagian bawah 19-V104 A/B dan keluar dari bagian atas dengan persyaratan kandungan air didalam Propane
Mixed masih < 1 ppm wt ( indikasi Moisture Anzlyzer ) yang selanjutnya dialirkan ke 19-C102 ( C3 Splitter ) untuk dipisahkan menjadi Propylene dan Propane.
Bila indikasi di Moisture Analyzer mencapai 1 ppm wt, maka Drier sudah harus di
regenerasi. Sebagian dari Propane Mixed yang kering digunakan untuk regenerasi dengan
melewati 19-E-112 ( Regeneration Vaporizer ), 19-E-111 ( Regenerant Superheater ),
kemudian dikirim dan dicampur dengan Propane Mixed yang keluar dari atas 19-C-101
masuk ke 19-V-101 ( C3/C4 Splitter Receiver ) dan 19-E-102 ( C 3/C4 Splitter Condenser )
untuk di proses ulang.
2.5. REGENERASI DRIER
Selama proses langkah-langkah regenerasi, Propane Mixed diuapkan di 19-E-112 dengan
menggunakan steam coil sebagai pemanas dan selanjutnya menggunakan pemanas listrik
19-E-111 untuk menaikkan temperaturnya.
Aliran regenerant bersama uap air ( hasil pemanasan Propane Mixed yang moisturenya
sudah tinggi ) selanjutnya dialirkan kembali ke 19-V-101.
Untuk mendinginkan kembali Molecular Sieve ( media regenerator ), Propane Mixed kering
dialirkan ke Drier.
2.6. C3 SPLITTER
Aliran Propane Mixed yang kering dimasukkan ke 19-C-102 ( C 3 Splitter ) melalui salah satu
dari tiga Feed Nozzle yaitu pada tray 122, tray 136 dan tray 146. Untuk keperluan start up,
feed masuk pada tray 136. Pengaturan kondisi tekanan dan temperatur di 19-C-102
menggunakan 19-K-101 ( Heat Pump Compressor ).
Uap Propylene keluar dari puncak 19-C-102 masuk ke 19-V-102 (C 3 Splitter Flash Drum)
yang dilengkapi Demister pada bagian atasnya untuk mencegah entrainment liquid ke
Suction compressor. Kemudian gas dari bagian atas 19-V-102 dialirkan ke suction
compressor 19-K-101 untuk dikompresi sehingga tekanan di 19-C-102 naik.
Sebagian gas dari discharge 19-K-101 dikembalikan lagi ( spill back ) ke 19-V-102 untuk
menjaga compressor jangan sampai terjadi surging, sebagian lainnya dimanfaatkan sebagai
pemanas di 19-E-105 ( C3 Splitter Reboiler ) dan sebagian lagi didinginkan di 19-E-106 A/B
( C3 Splitter Trim Cooler ) yang dialirkan ke 19-V-102 sebagai reflux untuk mengatur tekanan
dan temperatur 19-V-102.
Bila tekanan naik maka aliran Propylene yang melalui 19-E-106 diperbanyak supaya
tekanan menjadi turun dan sebaliknya.
Dari bagian bawah 19-V-102, sebagian Propylene dipompakan dengan 19-P-104 A/B
sebagai reflux masuk ke tary 1 di 19-C-102 untuk mengatur kandungan Propane di produk
Propylene dan sebagian lainnya dipompakan dengan 19-P-105 A/B ke 19-V-112 A/B ( COS
Removal System ) untuk dihilangkan COS nya.
Liquid Propane yang sudah dipisahkan Propylene-nya dipompakan dengan 19-P-103 A/B
dari bagian bawah 19-C-102 ke tanki penampung 42-T-401 A/B.

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

2.7. COS REMOVAL & METAL TREATMENT


Liquid Propylene yang dipompakan dari 19-V-102 masuk ke 19-V-112 A/B ( COS Removal
System ) yang disusun secara seri untuk dihilangkan COS nya.
Secara berkala Molecular Sieve nya diganti dengan menyetop salah satu vessel secara
bergantian.
Propylene yang sudah dihilangkan COS nya dialirkan ke 19-V-111 ( Propylene Metal
Treater ) untuk dihilangkan metalnya seperti Arsin, Phosphine dan Antimony sebagai
pemenuhan spesifikasi. Kemudian Propylene dialirkan ke SHP Reactor.
2.8. SHP REACTOR
Propylene dari 19-V-111 dicampur dengan gas Hydrogen yang diperoleh dari 19-K-102
(
Hydrogen Compressor ) dan disempurnakan pencampurannya dengan 19-M-101( Mixer ).
Supaya diperoleh temperatur reaksi yang diinginkan, campuran tersebut dipanaskan terlebih
dahulu di 19-E-108 ( SHP Feed Heater ), kemudian campurannya disempurnakan lagi dan
dimasukkan ke mixer kedua 19-M-102 ( Mixer ) baru masuk ke 19-R-101 A/B ( SHP Reactor
) untuk penjenuhan Diene dan Acetylene menjadi Mono Olefine sebagai persyaratan produk.
Produk yang keluar dari 19-R-101 A/B didinginkan di 19-E-109 ( SHP Effluent Cooler ) dan
selanjutnya dikirim ke tanki penampung 42-T-404 A/B/C/D.
2.9 CAUSTIC / MEA DRAIN SUMP
Caustic / MEA secara berkala di drain dari :
- Drum Handling Area
- Solvent Injection Pump 19-P-107 A
- Solvent Tank 19-V-108
- Solvent Transfer Pump 19-P-108
- Solvent Circulation Pump 19-P-106 A/B
- Solvent Settler 19-V-103
Dan ditampung di 19-OS-901 ( MEA Sump ) yang selanjutnya dipompakan dengan 19-P-901
ke discharge 19-P-113 ( Spent Solvent Transfer Pump ) ke Unit 24.
2.10. WATER DEGASSING
Air buangan dari 19-V-101, 19-C-103, 19-S-101 dikirim ke 19-V-106 ( Waste Water
Degassing Drum ) yang juga menerima buangan air dari Catalytic Condensation Unit.
Air buangan tersebut dipompakan dengan 19-P-112 ke Water Stripping Unit ( Unit 24 ) untuk
diproses lebih lanjut.
2.11. CAUSTIC DEGASSING
Spent Caustic / MEA Solvent secara berkala ditarik dari 19-V-103 ( Solvent Settler ) masuk
ke 19-V-105 ( Caustic Degassing Drum ) yang juga menerima Spent Caustic dari Catalytic
Condensation Unit. Kemudian dipompakan dengan 19-P-113 ke Unit 24.

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

BAB III
VARIABLE PROSES
3.1. VARIABEL
Hal-Hal yang penting diketahui dalam mengoperasikan Propylene Recovery Unit secara baik
dan tercapainya kondisi yang optimum adalah dengan mengetahui Variable Proses utama
yang sangat mempengaruhi kondisi operasi untuk mendapatkan produk yang memenuhi
persyaratan.
3.1.1. C3/C4 SPLITTER
Ada dua variable utama yang dapat mengontrol operasi di 19-C-101 ( C 3/C4 Spliiter ) yang
berpengaruh terhadap jumlah C4+ didalam produk Propylene dan Propane yaitu :
a. Panas yang diberikan pada reboiler.
Panas yang diberikan pada reboiler adalah dari sirkulasi Naphtha panas dari 15-C-101 ( Unit
15 ), sehingga efektifitas penguapan fraksi C3 tergantung pada pengaturan laju alir dan
temperatur sirkulasi Naphtha tersebut yang dikembalikan ke 15-C-101 sebagai Top Pump
Around.
Panas yang berlebihan akan mengakibatkan terbawanya fraksi C4 keatas yang akan dapat
mengakibatkan terjadinya flooding pada tray karena fraksi C 4 tersebut akan terkondensasi
pada tray diatasnya.
Panas yang kurang akan mengakibatkan terikutnya fraksi C3 turun kebawah bersama fraksi
C4 sehingga jumlah fraksi C3 yang diinginkan tidak tercapai.
b. Temperatur pada tray atas.
Temperatur bagian atas kolom dijaga sedemikian supaya didapatkan maksimal fraksi C 3 dan
minimal fraksi C4.
Kenaikan temperatur bagian atas kolom dapat mengakibatkan terbawanya fraksi C 4,
sedangkan penurunan temperatur akan menghasilkan produk puncak dengan fraksi C4 yang
rendah namun mengakibatkan fraksi C3 terikut turun ke produk bawah.
3.1.2 SISTEM PENCUCIAN
Solvent yang digunakan merupakan campuran dari 20 % wt MEA, 8 % wt NaOH 20Be dan
72 % wt condensate yang dicampur dalam 19-V-108 ( Solvent Mix Tank ) dan dinjeksikan ke
19-V-103 ( Solvent Settler ). Penghilangan COS dari Propane Mixed di 19-V-103 dipengaruhi
oleh kekuatan solvent, proses pencampuran dan pemisahan antara Propane Mixed dan
solventnya sendiri.
Laju alir sirkulasi solvent yang dikontakkan dengan Propane Mixed diatur sebesar 15 % dari
laju alir Propane Mixed. Solvent settler dipertahankan terisi 1/3 bagian solvent dan 2/3 bagian
Propane Mixed.
Apabila kekuatan larutan caustic kurang dari 3 %, maka spent solvent harus dikeluarkan dan
dibuang ke Caustic Degassing Drum, kemudian diganti kembali dengan larutan caustic yang
baru.

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

3.1.3. C3 DRIER 19-V-104 A/B


Drier harus diregenerasi secara rutin untuk mendapatkan Propane Mixed yang kering
sebelum dikirim ke 19-C-102 ( C3 Splitter ). Moisture Content dari Propane Mixed yang
keluar dari 19-V-104 A/B diukur menggunakan on-stream analyzer.
Apabila Moisture Content sudah lebih dari 1 ppm, maka segera lakukan regenerasi Drier
dan kemudian dapat dikembalikan beroperasi seperti biasa. Sequence dari regenerasi akan
berjalan secara otomatis untuk memudahkan pengoperasiannya.
3.1.4. C3 SPLITTER
Ada dua variable proses utama yang dapat mengontrol operasi dari 19-C-102 ( C 3 Splitter )
yang akan mengatur kadar Propane didalam produk Propylene.
a. Panas yang diberikan pada reboiler.
Panas yang diberikan pada reboiler 19-E-105 diperoleh dari overhead material 19-K-101
( Heat Pump Compressor ).
Apabila panas yang diberikan pada reboiler bertambah, maka akan semakin banyak
Propane yang menguap keatas kolom sehingga akan menaikkan laju alir reflux supaya
temperatur dapat dipertahankan tetap pada tray bagian atas. Dengan demikian akan lebih
banyak terjadi kontak antara uap dan cairan sehingga pemisahan Propane dan Propylene
akan lebih baik. Namun panas yang berlebihan akan mengakibatkan banyaknya Propane
yang menguap, kemudian terkondensasi dan terjadi flooding pada tray diatasnya sehingga
purity Propylene menjadi turun.
Panas yang diberikan kurang akan mengakibatkan terikutnya Propylene turun kebawah
bersama Propane sehingga walaupun purity Propylene naik namun recovery Propylene
menjadi turun.
b. Propane Analyzer Controller pada bagian atas 19-C-102 ( C3 Splitter )
Propane Analyzer Controller 19-AC-001 yang terletak di tray bagian atas 19-C-102 adalah
untuk mendapatkan komposisi produk Propylene yang stabil dengan mendeteksi kandungan
Propane yang ada didalam produk Propylene dan mengatur laju alir reflux pada bagian atas
kolom.
Penurunan set point 19-AC-001 akan meningkatkan laju alir reflux dan mengurangi adanya
Propane pada produk Porpylene, namun akan mengakibatkan jumlah Propylene terikut
keproduk bawah ( Propane ). Kalau penurunannya berlebihan maka purity Propylene akan
mengalami kenaikan namun recoverynya kurang.
Sebaliknya apabila set point dinaikkan, maka akan lebih sedikit Propane yang terikut ke
produk Prolylene dan akan lebih sedikit Propylene yang lolos ke produk bawah ( Propane ).
Kalau berlebihan maka purity Propylene akan mengalami penurunan karena entrainment
Propane ke dalam produk Propylene walaupun recoverynya mengalami kenaikan.

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

10

3.1.5 TEMPERATUR
Temperatur merupakan variable utama dalam proses ini karena temperatur diperlukan untuk
mendapatkan kontak uap dan cairan dalam kolom supaya pemisahannya sempurna.
Temperatur yang berlebihan dapat menyebabkan flooding, oleh sebab itu panas yang
digunakan khususnya pada reboiler column di set agar supaya jumlah reflux yang digunakan
mendekati disain dan demikian pula temperatur top column diatur untuk mendapatkan
komposisi yang diinginkan.
Sedangkan temperatur reaksi di reaktor yang dipilih adalah untuk mengusahakan sebanyak
mungkin perubahan di-olefine menjadi mono-olefine dengan mengatur temperatur yang
serendah mungkin.
Bila temperatur terlalu tinggi , maka mono-olefine yang terbentuk akan berubah menjadi
produk jenuh yang tidak dikehendaki.
3.1.6 SHP REACTOR 19-R-101 A/B
a. Performance SHP
Selective Hydrogenation Process ( SHP ) adalah proses bed yang sangat selektif untuk
penjenuhan Diene dan Acetylene dengan mempergunakan gas Hydrogen didalam fraksi C 3,
C4 dan C5 supaya mendapatkan Mono-Olefine.
Oleh karena prosesnya sangat selektif, maka konversi Diolefine dan Acetylene dapat
mencapai 100 % sehingga untuk mendapatkan produk yang diinginkan, pengaturan reaksi
penjenuhan sangat diperlukan.
Reaksi yang terjadi didalam reaktor SHP berlangsung dalam phase cair melalui fixed bed
catalyst dari jenis UOP H-14171, dengan dibatasi jumlah gas hydrogen yang digunakan
untuk menjenuhkan di-olefine menjadi mono-olefine.
Performance dari SHP ditunjukkan dengan Konversi dari Di-Olefine dan selektifitas dari
Mono-Olefine :

Konversi Di-Olefine, % wt

( Feed % wt DO - Effluent % wt DO ) x 100


= --------------------------------------------------------------Feed % wt DO

( Effluent % wt MO - Feed % wt MO ) x 100


Selektifitas Mono-Olefine, % wt = -------------------------------------------------------------Feed % wt DO - Effluent % wt DO
Kadar Di-Olefine dan Mono-Olefine didalam feed serta effluent diukur dengan menggunakan
Gas Chromatography.
Apabila terjadi kontaminasi dari katalis berupa Sulphur, Basic Nitrogen atau Carbon
Monoxide, maka diperlukan temperatur reaksi yang lebih tinggi dari biasanya supaya dapat
diperoleh produk yang diinginkan, namun dengan adanya peningkatan temperatur reaksi
maupun penambahan pemakaian gas hydrogen lebih tinggi dari yang dibutuhkan, akan
mengakibatkan terjadinya reaksi penjenuhan Mono-Olefine.
MODUL-1/YBS/LEU-RCC

11

b. Tekanan SHP Reaktor


Tekanan SHP Reaktor bukan merupakan variable proses, meskipun perubahan tekanan
operasi dapat merubah komposisi produk, khususnya produk bagian atas. Set tekanan
ditujukan :
Untuk mempertahankan Hydrocarbon dalam keadaan cair dan Hydrogen di SHP
Reaktor tetap tercampur dengan fraksi cair.
Untuk meyakinkan penjenuhan dapat tercapai sesuai dengan keinginan.
Oleh karena itu tekanan biasanya di set pada tekanan disain dan dibiarkan sendiri tanpa
perlu diubah-ubah.
c. LHSV Reactor
LHSV ( Liquid Hourly Space Velocity ) adalah perbandingan antara laju alir Feed per jam
dengan Catalyst Volume.
Feed ( Vol./Hr.)
LHSV = ------------------------------------ = Hr
Catalyst Volume ( Vol. )

-1

LHSV dirancang berdasarkan kandungan Sulphur, konsentrasi Di-Olefine dan Ratio Butene
2 / Butene 1 yang diinginkan.
LHSV yang rendah akan memberikan kesempatan Feed lebih lama bereaksi dengan katalis
dan akan mengurangi pemakaian quench sehingga mengakibatkan delta temperatur di bed
reaktor akan bertambah, mirip dengan akibat yang ditimbulkan oleh kenaikan temperatur.
d. Hydrogen / Di-Olefine Ratio
Variable operasi yang utama di reaktor SHP adalah Flow Hydrogen.
Ratio Hydrogen / Di-Olefine = 1.02 akan menghasilkan konversi 100 % tanpa ada
penjenuhan Mono-Olefine yang terbentuk.
Kenaikan temperatur disebabkan oleh panas exothermis yang dihasilkan oleh reaksi
penjenuhan, pada saat hydrogen bereaksi dengan ikatan rangkap sebesar 30 Kcal/Mol H2.
Untuk fleksibilitas reaksi, bila ada sedikit penyimpangan kandungan Di-Olefine dalam Feed
diperlukan hydrogen 10 % - 20 % lebih banyak.
Pemakaian hydrogen yang berlebihan akan mengakibatkan reaksi penjenuhan MonoOlefine yang tidak diinginkan akan terjadi, sehingga akan menurunkan kualitas produk .

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

12

3.2. KONDISI OPERASI


Kondisi operasi yang diambil pada saat Pre Test tanggal 3 5 Juni 2003 dan Post Test
Pasca TA-2003 tanggal 23 25 Desember 2003 hanya menyesuaikan kebutuhan.
DISKRIPSI

TAG NO.

DESIGN

PRE TEST

POST TEST

82,78

70,3

86,3

100

84,92

104,25

FEED SYSTEM C3 / C4 SPLITTER


19-C-101
Flow Feed Inlet, T/Hr

19-FU-001

Capacity, %
Temperature Feed Inlet, C

19-TI-002

68

70,4

68,1

Temperature Tray 4, C

19-TI-004

50

51,1

50,7

Flow Reflux, T/Hr

19-FC-005

104,21

70,2

71,9

Temperatur Reflux, C

19-TC-005

48

50,0

50,0

Temperature Overhead Product, C

19-TI-003

49

49,6

49,6

Pressure Overhead Product, Kg/cm2

19-PC-002

18,7

19,1

19,2

Temperature Bottom Product, C

19-TI-006

106

105,8

101,1

Pressure C3 Mixed Inlet, Kg/cm2

19-PC-012

23,2

23,2

23,2

Temperature C3 Mixed Inlet, C

19-TI-052

30

29,3

29,2

Temperature Tray 10, C

19-TI-017

26,5

26,4

26,5

Flow Reflux, T/Hr

19-FR-013

464,7

362,6

378,1

19-TI-017

27

26,4

26.5

19-PI-013

11,2

11,3

11,4

Flow Overhead Product, T/Hr

19-FU-015

25,1

10,3

23,4

Temperature Bottom Product, C

19-TI-018

37

36,8

37,0

Flow Bottom Product, T/Hr

19-FU-011

7,19

6,3

6,0

10

10,4

10,5

PRODUCT SYSTEM C3 SPLITTER


19-C-102

Temperature Overhead Product, C


Pressure Overhead Product, Kg/cm

Delta T Overhead & Bottom, C

MATERIAL BALANCE ( DESIGN ) :


INLET
Treated LPG / C3 & C4 Mixed

Total

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

Kg/jam
82.776

82.776

OUTLET

Kg/jam

Propylene

25.103

Propane

7.186

Mixed C4

50.399

Total

82.688

13

BAB IV
CATALYST / CHEMICAL
4.1. CATALYST
Ada dua macam catalyst yang digunakan di Propylene Recovery Unit yaitu :
1. SHP Catalyst H 14171
Basis katalis ini adalah Nikel Oksida ( < 40 % wt ) dan Alumina ( > 60 % wt ).
Produk ini dikeluarkan oleh Nikki Universal ( Jepang ).
Propylene Recovery Unit dilengkapi dengan dua reaktor, 19-R-101A dan 19-R-101B yang
masing-masing isi katalisnya adalah 1,47 m3. ( Total = 2,94 m3 )
Spesifikasi :
Base
Paladium Content, % wt
Diameter, mm
Bulk Density, kg/m3
Bentuk

: Phosphate Acid
: 0,1
:24
: 700
: Sphere

2. Metals Removal Catalyst E 315


Metal Treater 19-V-111 menggunakan jenis katalis ini dengan isi sebanyak 5970 kg.
Produk ini dikeluarkan oleh Nikki Universal ( Jepang ).
Spesifikasi :
Lead Content PbO, % wt
Size, US mesh
Bulk Density, kg/m3
Bentuk

: 20
:5x8
: 700
: Sphere

4.2. CHEMICAL
Chemical yang digunakan di Propylene Recovery Unit cukup banyak yaitu :
1. Mono Ethanol Amine ( HOCH2 CH2 NH2 )
Sebagai komponen solvent di 19-V-108. Kebutuhan selama normal operasi 1110 kg per
bulan dan pengisian awal sebanyak 280 kg.
Produk ini dikeluarkan oleh Mitsui Toatsu.
Sifat-sfat physis :
Melting Point, C
Normal Boiling Point, C
Flash Point, C
Water Solubility
Vapour Pressure, mbar @ 20C
MODUL-1/YBS/LEU-RCC

: 10,3
: 170
: 85
: Yes
: 5,3
14

Spesifikasi :
Specific Gravity
Color ( APHA )
Appearance
Odor

: 1,017 1,021
: 15 max.
: Colorless Transparant Liquid
: Middly Ammoniacal

Composition :
- MEA ( % wt )
- DEA ( % wt )
- H2O ( % wt )
Appearance Molecular Weight

: 98,5 min.
: 0,5 max.
: 1,0 max.
: 60,5 62,5

2. Caustic ( NaOH ) 20 Be
Sebagai komponen solvent di 19-V-108. Kebutuhan selama normal operasi 3 m 3 per bulan
dan pengisian awal adalah sebanyak 1 m3
Sifat-sifat physis :
Sodium Hydroxide Solution / Caustic Soda Solution
Molecular Weight
: 40,1
Melting Point
: 12 15 C ( 50 % solution ).
Boiling Point
: 142
C ( 50 % solution ).
Viscosity
: 100 cp @ 20 C ( 50 % solution ).
Specific Gravity
: 1,525 @ 20 C ( 50 % solution ).
Vapour Density
: 1,22
@ 20 C ( 50 % solution ).
Vapour Pressure
: 1 mbar @ 20 C
Water Solubility
: Not Applicable
Electrical Conductivity: High
Spesifikasi :
NaOH, % wt
Na2CO3, % wt
NaCl, ppm
Iron, ppm
Copper, ppm
Silica, ppm

: 98,0 min.
: 0,12 max.
: 60,0 max.
: 12,0 max.
: 1,0 max.
: 100,0 max.

3. Monosodium Phosphte Monohydrate ( NaH2PO4H2O )


Sebagai bahan pembuat larutan yang ditampung di 19-V-109 dan diinjeksikan ke Water
Wash Column 19-C-103 untuk menghilangkan kandungan ammonia dan caustic di Propane
Mixed. Kebutuhan selama normal operasi 3610 kg per bulan.
Produk ini dikeluarkan oleh Kogyo Kaisha.

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

15

Spesifikasi :
Purity, %
pH
Fe, %
As, %

: 98,0 min.
: 4,0 4,6
: 0,0003 max.
: 0,0001 max.

4. Molecular Sieve
Molecular Sieve yang digunakan di Drier 19-V-104 A/B adalah Type ODG 442 dengan
ukuran 1/16 berbentuk pellets. Kebutuhan untuk masing-masing Drier adalah 12,7 m 3 ( Total
25,4 m3 ). Produk ini dikeluarkan oleh UOP.
Spesifikasi :
ABD, mg/l
pH
Absorption Capasity, lbs H2SO4 / cuft Mol Sieve

: 44,8
: 8 11
: > 0,95

Composition :
- Silicon Oxide ( SiO2 ), % wt
- Aluminium Oxide ( Al2CO3 ), % wt
- Sodium Oxide, % wt
- Potasium Oxide, % wt
- Magnesium Oxide, % wt

: < 50
: < 40
: < 30
: < 15
:< 5

5. COS Selective Adsorbent


Jenis COS Selective Adsorbent yang digunakan di 19-V-112 A/B adalah Alcoa Selexsorb
COS . Kebutuhan untuk dua vessel tersebut adalah sebanyak 44226 kg. Produk ini
dikeluarkan oleh ALCOA.
Spesifikasi :
Specific Gravity
Bulk Density, lbs / cuft
Alumina Oxide, % wt
Sodium Oxide, % wt
Silica Dioxide, % wt
Iron Oxide, % wt
Loss on Ignition, % wt

: 3,2
: 45 - 52
: 93,0 max.
: 0,6 max.
: 0,2 max.
: 0,1 max.
: 0,5 max.

6 Ceramic / Alumina Balls


Ceramic digunakan sebagai pondasi katalis di 19-R-101 A/B, 19-V-104 A/B, 19-V-111 dan
19-V-112 A/B. Ada beberapa ukuran ceramic dan pada umumnya spesifikasinya sama.
a. Ceramic / Alumina Balls 19 mm ( 3/4 )
Ceramic / Alumina Balls 19 mm ini di loading pada :
Bagian lapisan paling atas di 19-R-101 A/B ( 400 kg / 0,2 m3 )

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

16

Bagian lapisan paling bawah dan lapisan paling atas di 19-V-104 A/B ( 3200 kg / 1,6
m3 )
Bagian lapisan paling bawah dan lapisan paling atas di 19-V-111 ( 1540 kg / 0,77
3
m ).

Spesifikasi :
Al2O3 + SiO2, %
SiO2, %
Fe2O3, %
Operating Temperature, C
Material Hardness ( Mohs scale )
Max. Material Water Adsorbtion Rate, % wt
Crush strength, kg
Packing, kg/drum

: 90 min.
: 80 min.
: 1 max.
: > 980
: 6,5 min.
: 3,0
: 45,4 min.
: 125

b.
Ceramic / Alumina Balls 6 mm ( )
Ceramic / Alumina Balls 19 mm ini di loading pada :
Bagian sebelah bawahnya ceramic 19 mm pada bagian atas 19-R-101 A/B ( 400
kg / 0,2 m3 ).
Bagian sebelah atasnya ceramic 19 mm pada bagian bawah 19-V-104 A/B
dan
sebelah bawahnya ceramic 19 mm pada bagian atas 19-V-104 A/B
( total 1280 kg /
0,64 m3 ).
Bagian sebelah atasnya ceramic 19 mm pada bagian bawah 19-V-111 dan sebelah
bawahnya ceramic 19 mm pada bagian atas 19-V-111 ( total 620 kg / 0,31 m3 ).
Spesifikasi :
Al2O3 + SiO2, %
SiO2, %
Fe2O3, %
Operating Temperature, C
Material Hardness ( Mohs scale )
Max. Material Water Adsorbtion Rate, % wt
Crush strength, kg
Packing, kg/drum

: 90 min.
: 80 min.
: 1 max.
: > 980
: 6,5 min.
: 3,0
: 45,4 min.
: 125

c. Ceramic / Alumina Balls 3 mm ( 1/8 )


Ceramic / Alumina Balls 3 mm ini di loading pada :
Bagian sebelah bawahnya ceramic 6 mm pada bagian atas 19-R-101 A/B
( 400
3
kg / 0,2 m ).
Bagian sebelah atasnya ceramic 6 mm pada bagian bawah 19-V-104 A/B
( 740 kg
3
/ 0,37 m ), sedangkan bagian atasnya tidak di loading.
Bagian sebelah atasnya ceramic 6 mm pada bagian bawah 19-V-111 ( 360 kg / 0,18
m3 ), sedangkan bagian atasnya tidak di loading.

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

17

Spesifikasi :
Al2O3 + SiO2, %
SiO2, %
Fe2O3, %
Operating Temperature, C
Material Hardness ( Mohs scale )
Max. Material Water Adsorbtion Rate, % wt
Crush strength, kg
Packing, kg/drum

: 90 min.
: 80 min.
: 1 max.
: > 980
: 6,5 min.
: 3,0
: 13,6 min.
: 125

d.
Tabular Alumina Balls
Tabular Alumina Balls yang digunakan untuk 19-V-112 A/B adalah jenis Alcoa T 162 dengan
ukuran dan jumlah yang diperlukan sebanyak 4200 kg.
Spesifikasi :
Al2O3 + SiO2, %
SiO2, %
Fe2O3, %
Operating Temperature, C
Material Hardness ( Mohs scale )
Max. Material Water Adsorbtion Rate, % wt
Crush strength, kg
Packing, kg/drum

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

: 90 min.
: 80 min.
: 1 max.
: > 980
: 6,5 min.
: 3,0
: 45,4 min.
: 125

18

DAFTAR LAMPIRAN

- Lampiran no. 1

: Process Flow Diagram Propylene Recivery Unit

- Lampiran no. 2

: Process UOP COS Removal System

- Lampiran no. 3

: Selective Hydrogenation Process

- Lampiran no. 4

: SHP Reactor 19-R-101 A/B

- Lampiran no. 5

: Sand Filter 19-S-101

- Lampiran no. 6

: C3 Drier 19-V-104 A/B

- Lampiran no. 7

: Propylene Metals Treater 19-V-111

- Lampiran no. 8

: COS Removal Vessels 19-V-112 A/B

MODUL-1/YBS/LEU-RCC

19

Anda mungkin juga menyukai