Anda di halaman 1dari 5

Suku Jawa (Jawa Tengah) dan Suku Sunda (Jawa Barat)

JAWA TENGAH = SUKU JAWA


JAWA BARAT = SUKU SUNDA
Statistik Tahun 2010
Jawa Barat : 5,5 juta
Jawa Tengah : 33 Juta
Suku bangsa Jawa, adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Jumlahnya mungkin ada sekitar 90
juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan terutama ditemukan di provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Tetapi di provinsi Jawa Barat banyak ditemukan Suku Jawa, terutama di Kabupaten
Indramayu dan Cirebon yang mayoritas masyarakatnya merupakan orang-orang Jawa yang
berbahasa dan berbudaya Jawa. Di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara populasi
mereka juga cukup banyak. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti Osing dan Tengger.
Di Indonesia, orang Jawa bisa ditemukan dalam segala bidang, terutama sebagai Pegawai Negeri
Sipil dan Militer. Orang Jawa tidak menonjol dalam bidang Bisnis dan Industri. Orang Jawa juga
banyak yang bekerja sebagai buruh kasar dan tenaga kerja Indonesia sebagai pembantu rumah
tangga dan buruh di hutan-hutan di luar negeri yang mencapai hampir 6 juta orang.
Masyarakat Jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pakar antropologi
Amerika yang ternama, Clifford Geertz, pada tahun 1960-an membagi masyarakat Jawa menjadi
tiga kelompok: kaum santri, abangan dan priyayi. Menurutnya kaum santri adalah penganut
agama Islam yang taat, kaum abangan adalah penganut Islam secara nominal atau penganut
Kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan. Tetapi dewasa ini pendapat Geertz
banyak ditentang karena ia mencampur golongan sosial dengan golongan kepercayaan.
Orang Jawa Tengah memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus. Tetapi
mereka juga terkenal sebagai sukubangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat ini
konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin menjaga harmoni atau keserasian dan
menghindari konflik, karena itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila
terjadi perbedaan pendapat.
Namun, tidak semua orang Jawa memiliki sikap tertutup dan tidak mau berterus terang. Orang
Jawa di daerah timur bantaran Sungai Brantas khususnya Kota Surabaya, Kota dan Kabupaten
Mojokerto, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Jombang, Kota dan Kabupaten
Pasuruan, Kota Batu, Kota dan Kabupaten Malang memiliki watak egaliter, lugas, terbuka, terus
terang, apa adanya, dan tidak suka basa-basi.
Bagi masyarakat di pulau Jawa bagian Barat atau lebih dikenal dengan propinsi Jawa Barat,
mereka tidak bisa disebut sebagai orang Jawa atau berasal dari suku Jawa. Penduduk di
provinsi ini lebih dikenal dengan sebutan orang Sunda atau suku Sunda, sementara daerahnya
sering terkenal dengan sebutan Tatar Sunda, PaSundan, atau Bumi Parahyangan dengan
Bandung sebagai pusatnya.
Secara fisik sulit dibedakan antara orang Sunda dan orang Jawa yang sama-sama mendiami
Pulau Jawa. Perbedaan yang nampak sebagai penduduk Pulau Jawa, akan tampak jelas ditinjau
dari segi kebudayaannya, termasuk bahasa, jenis makanan yang disukai dan kesenian yang
dimiliki. Berbeda dengan suku Jawa yang mayoritas hidup di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta
dan Jawa Timur, suku Sunda tidak menggunakan bahasa Jawa tetapi bahasa Sunda.
Bahasa Jawa dan bahasa Sunda jelas memiliki perbedaan yang signifikan. Selain memang

mempunyai perbedaan ejaan, pengucapan dan arti, bahasa Jawa lebih dominant dengan
penggunaan vocal O diakhir sebuah kata baik itu dalam pemberian nama orang atau nama
tempat, seperti Sukarno, Suharto, Yudhoyono, Purwokerto, Solo dan Ponorogo. Sementara
bahasa Sunda lebih dominant berakhiran huruf A seperti Nana Sutresna, Wiranata, Iskandar
Dinata, Purwakarta dan Majalaya.
Bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, suku Sunda dikenal sebagai masyarakat yang senang
memakan sayuran atau daun-daunan sebagai lalaban (sayuran yang dimakan mentah-mentah
dengan sambal). Bagi orang Sunda, dedaunan dan sambal merupakan salah satu menu utama
setiap makan selain tentunya lauk pauk lain seperti ikan dan daging. Selain kebudayaan dan
makanan, salah satu karakteristik orang Sunda adalah terkenal dengan karakternya yang lembut,
tidak ngotot dan tidak keras. Mereka bersikap baik terhadap kaum pendatang atau dalam bahasa
Sunda someaah hade ka semah.
Karena karakternya yang lembut banyak orang berasumsi bahwa orang Sunda kurang fight,
kurang berambisi dalam menggapai jabatan. Mereka mempunyai sifat mengalah daripada harus
bersaing dalam memperebutkan suatu jabatan. Tidak heran kalau dalam sejarah Indonesia,
kurang sekali tokoh-tokoh Sunda yang menjadi pemimpin di tingkat Nasional dibandingkan
dengan Orang Jawa.
Contohnya, tidak ada satupun presiden Indonesia yang berasal dari suku Sunda, bahkan dari
sembilan orang wakil presiden yang pernah menjabat sejak zaman Presiden pertama Soekarno
sampai sekarang Presiden Yudhoyono, hanya seorang yang berasal dari suku Sunda yaitu Umar
Wirahadikusuma yang pernah menjabat sebagai wakil presiden di zaman Presiden Soeharto.
Bila dilihat dari unsur sosial dan budaya seperti tersebut di atas, orang dari tatar Sunda memang
tidak sama dengan Jawa, sehingga dengan demikian walaupun tinggal di satu pulau, tetap saja
tidak bisa disamakan. Namun nampaknya faktor alam yang lohjinawi itulah yang membentuk
karakter dan kepribadian seperti itu, sehingga membentuk kultur budaya dan perilaku yang
membedakan dengan orang Jawa.
Memahami orang Sunda pada zaman ini merupakan tantangan yang besar bagi sejarawan,
antropolog dan sarjana-sarjana yang ingin meneliti tentang kedua suku ini. Bahkan sarjanasarjana Sunda dan Jawa terkemuka segan untuk mencoba melukiskan karakter dan kontribusi
rakyat Sunda dan rakyat Jawa. Agaknya, melalui berbagai cara, masyarakat Sunda dan Jawa
telah terserap ke dalam budaya Indonesia. Pendapat saya adalah bahwa kita akan segera
mengamati suatu pembaharuan etnis antara orang-orang Sunda dan Jawa yang disertai dengan
definisi baru tentang apa artinya menjadi orang Sunda dan orang Jawa.
Lahir dilingkungan jawa campur sunda membuat saya merasa nyaman, bagaimana tidak, saya
bisa berbicara dengan fasih dua bahasa yang paling popular ditanah jawa ini yaitu bahasa jawa
dan sunda. Saya tidak kesulitan berkomunikasi dengan orang sunda begitupun ketika
berkomunikasi dengan orang jawa walaupun terkadang lawan bicara aneh ada kata-kata yang
bercampur satu sama lain. Kali ini saya akan coba mencermati tingkat kepercayaan diri antara
orang sunda dan jawa khususnya dalam berbicara ditempat-tempat umum.
Sebagian besar orang jawa yang saya temui ternyata mempunyai kecenderungan lebih percaya
diri ketimbang orang sunda. Saya waktu pertama kali berkunjung ke ITB yang dikenal sebagai
Universitas Negeri Bandung versi Film Jomblo, sempat kaget karena bahasa jawa sering sekali
terdengar dikampus itu, bahkan saya punya teman yang cukup dekat dan begitu pede
menggunakan bahasa jawa walaupun ditempat-tempat umum. Bahkan mereka tidak sedikitpun

malu ketika logat jawa mereka begitu terlihat ketika berbicara atapun berpidato. Kejadian
serupapun sempat saya alami juga ketika saya mendapat sebuah project di Telkom Flexi Pusat,
sempat kaget karena kantor itu hamper seperti kantor didaerah semarang dan Surabaya, penuh
dengan gema-gema bahasa jawa yang lebih medok dari saya ketika saya berbicara bahasa sunda.
Ini yang membuat saya sedikit kagum kepada mereka, mereka ditempat orang lain tapi masih
saja bisa menjaga budaya mereka dan sedikitpun tidak terpengaruh oleh lho dan gue nya betawi.
Pemandangan kontras saya alami ketika ngobrol sunda dengan orang-orang asli bandung, apalagi
yang remaja, sebagian dari mereka bahkan tidak bisa berbahasa sunda, sungguh tragis, seperti
kehilangan jatidiri seorang sunda yang lahir didaerah sunda, mereka hilang nyawa sundanya. Ini
saya perhatikan terjadi di Bandung, anak-anak sekarang lebih senang menggunakan aku, gue,
bokap, nyokap daripada menggunakan abdi, pun biang sareng pun bapa. Namun tidak semuanya
seperti itu, orang-orang sunda asli garut, tasik dan kearah ketimuran ternyata lebih kuat
mempertahan budaya sundanya, bahkan saya mengenal seorang yang begitu masih luwes dalam
berbahasa sunda.
Intinya begini, ketika berbicara tentu ada tempatnya dimana kita harus berbicara menggunakan
bahasa inggris, Indonesia dan bahasa asli kita sendiri, saya cukup aman mengingat dua bahasa itu
bisa saya gunakan walaupun dua-duanya kadang tidak begitu dalam. Semua budaya punya
kelebihan dan kekurangan, yang paling menghawatirkan apabila kita sudah tidak bangga
denggan kelebihan budaya kita dan membiarkan kekurangan itu tepat menganga.
Rasanya pantas saja jika bangsa Indonesia sering kali dipimpin oleh orang jawa walaupun belum
sukses, hal ini menunjukan bahwa orang jawa lebih pede ketimbang orang sunda.

Watak,
Menurut saya ya
orang jawa itu di katagorikan orang yang pemalu , dari wataknya mereka itu pemalu , kemayu ,
plin plan , terus lebih percaya sama primbon (hanya sebagian).
lalu fisik orang jawa itu ayu , manis , item manis gitu deh kaya saya hehehe
soalnya saya orang jawa .
terus kalau orang sunda itu , di katagorikan orang yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng .
putih-putih euy kaya orang korea gitu . pacar saya juga orang sunda loh hahaha
dari fisik mereka lebih cenderung cantik dan ganteng karna keputihannya . mungkin karena
rumahnya di daerah pergunungan yang sejuk . beda dengan jawa yang tinggal nya sangat panas .
lalu dari wataknya orang sunda mereka itu cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer
(mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas).

Dari berbahasa mereka orang sunda dan orang jawa .

Berbahasa orang jawa

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara
pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh. Aspek kebahasaan ini
memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa. seperti saya kalau berbahasa jawa lebih
suka bahasa kasar , soalnya bahasa halus tuh susah ribet .
contohnya ora itu artinya tidak bisa itu bahasa kasarnya ya .. kalau bahasa halusnya itu mboten
itu bahasa halusnya .
tapi sebagian besar orang jawa ya suka mencampur antara bahasa indonesia dengan bahasa
jawa.. 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya.

Berbahasa orang sunda

orang sunda itu beberapa tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran,
hingga bahasa kasar. banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan tidak lagi
menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur kata.Seperti yang terjadi di pusat-pusat keramaian
kota Bandung dan Bogor dimana banyak masyarakat yang tidak lagi menggunakan bahasa
Sunda.beberapa dialek dalam bahasa Sunda, antara lain dialek Sunda-Banten, dialek SundaBogor, dialek Sunda-priyangan, dialek Sunda-Jawa, dan beberapa dialek lainnya yang telah
bercampur baur dengan Bahasa Jawa dan Bahasa Melayu. Karena pengaruh budaya Jawa pada
masa kekuasaan Kerajaan Mataram islam.
Profesi orang jawa dan orang sunda

Orang jawa

orang jawa itu sukanya merantau , jauh dari keluarga dan mencari nafkah di luar tempat ia lahir .
mereka lebih suka merantau yang bener-bener jauh dari tempat asalnya seperti di jakarta .
makanya kebanyakan orang yang mudik itu orang jawa semua hampir ya sebagian besar .
ke Malaysia , lampung ,sumatra utara, jambi , sumatera selatan .

Orang sunda

masyarakat Sunda lebih suka berkerja atau mencari nafkah di tempat asalnya atau tempat
lahirnya . berprofesi sebagai petani, penambang pasir, dan berladang. Sampai abad ke-19, banyak
dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah. Di wilayah perkotaan, banyak

orang Sunda yang berprofesi sebagai buruh pabrik, pegawai negeri, dan pembantu rumah tangga.
Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama asal
tasikmalaya dan garut . Mereka banyak menjual aneka perabotan rumah tangga.
Kerajinan orang jawa dan orang sunda

Jawa

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua
hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah
pewarnaan sebagian dari kain.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya
Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau
menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa
lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik
Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian
bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada
corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim
bagi kaum lelaki.

Sunda

Angklung kesenian khas kabupaten Jawa Barat.Nah waktu saya pulang ke kampung halaman
saya di Ciamis di ajak ayah saya untuk mengantarkan sejumlah ujung-ujung bambu ke para
pengrajin angklung.
Agak kaget juga mendengarnya lho apa bener di Ciamis ada pengrajin Angklung? Ah ikut aja
deh,ternyata yang carter bapak saya itu adalah pemasok bahan baku Angklung.beliau mengaku
sudah menjalani profesinya selama 30 tahun.wah sebuah kesetian pada profesi yang harus di
apresiasi.
Kata beliau sekarang lebih berfungsi sebagai oleh-oleh dan cinderamata.
Semoga saja Angklung ini dapat mengangkat nama kabupaten Ciamis,dan menjadi sentra
industri yang dapat di perhitungkan.

Anda mungkin juga menyukai