ABSTRAK
Air sadah adalah air yang memiliki kandungan senyawa kalsium dan magnesium yang cukup
tinggi. Ambang batas maksimum kesadahan air yang dianjurkan adalah 350 ppm. Penurunan
kesadahan air dapat dilakukan dengan beberapa cara pelunakan air sadah, salah satunya adalah
dengan cara pertukaran ion menggunakan zeolit alam Lampung dengan beberapa metode
aktivasi. Metode aktivasi yang dapat digunakan adalah secara fisika dengan cara pemanasan
dalam oven atau furnace dan secara kimia menggunakan larutan NaOH, HCl, H2SO4 atau NH3.
Dalam penelitian ini digunakan metode aktivasi secara kimia Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa Zeolit alam Lampung dapat digunakan untuk melunakkan air sadah.
Metode aktivasi yang paling baik adalah menggunakan larutan NaOH menjadi Na2Z. Konversi
pelunakan air sadah yang diperoleh adalah sebesar 76,5 % dari kesadahan awal 2118 ppm
menjadi 498 ppm.
Kata Kunci : pelunakan air, air sadah, kesadahan, zeolit alam Lampung, aktivasi
PENDAHULUAN
Air bersih merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling penting dan utama. Penyediaan air
bersih yang memenuhi syarat hendaknya menjamin kualitas, kuantitas serta kontinuitas. Dalam
beberapa kasus, daerah yang mempunyai lapisan batu gamping umumnya memilki kualitas air
tanah yang cukup baik, kecuali kandungan unsur dan senyawa mineral tertentu seperti Kalsium
(Ca2+) dan Magnesium (Mg2+) yang cukup tinggi sehingga disebut air sadah atau air keras
(Siahaan, 2000).
Kesadahan air merupakan sifat alami dari air itu sendiri. Kadar kesadahan air ini berbeda-beda
di masing-masing tempat tergantung pada kondisi tanah daerah tersebut. Kesadahan dalam air
menunjukkan bahwa terjadi kontak antara formasi geologi dengan badan air tersebut. Sampai
ambang batas maksimum yang dianjurkan yaitu 350 ppm, kesadahan air tidak menjadi masalah.
Tetapi jika kadar kesadahan air melewati batas maksimum, maka harus diturunkan yang biasa
disebut dengan pelunakan air (water softening).
Masalah yang timbul karena tingginya kadar kesadahan dalam air antara lain timbulnya kerak
pada ketel atau alat masak yang lain jika digunakan untuk memasak dan sabun kurang berbusa
jika air digunakan untuk mencuci. Secara ekonomi dan teknis, hal ini sangat merugikan karena
adanya kerak pada ketel atau alat masak akan menyebabkan transfer panas terhambat sehingga
panas yang dibutuhkan harus lebih tinggi sehingga dibutuhkan bahan bakar yang lebih banyak
dan waktu yang lebih lama. Begitu juga jika digunakan untuk mencuci harus digunakan sabun
yang lebih banyak. Dalam skala rumah tangga, hal ini mungkin tidak terlalu dirasakan tetapi
dalam skala industri, kerugian yang ditimbulkan sangat besar.
Salah satu cara yang digunakan untuk melunakkan air sadah adalah dengan cara pertukaran ion
(Powell, 1954). Dalam penelitian ini digunakan zeolit alam Lampung sebagai media pertukaran
ion. Alasan pemakaian zeolit alam Lampung dalam penelitian ini adalah karena zeolit alam
Lampung memiliki kapasitas pertukaran kation yang tinggi (cation exchange capacity/CEC)
sebesar 85 mek/gram (Hendri, 1992), merupakan sumber daya mineral yang sangat potensial di
Propinsi Lampung karena cadangan depositnya terbesar di Indonesia yaitu sebesar 137 juta ton,
murah dan mudah diolah. Zeolit yang akan digunakan harus diaktivasi terlebih dahulu dengan
beberapa metode aktivasi yaitu cara fisika dengan pemanasan dalam oven atau furnace dan cara
kimia menggunakan larutan NaOH, HCl, H2SO4 atau NH3 (Arifin dkk, 1999). Tujuan dari
penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kemampuan zeolit alam Lampung dalam
menurunkan kadar kesadahan air.
Tumpukan zeolit
Air bersih
Gambar 1. Sketsa Alat Penelitian
100
Konversi NaOH, %
80
60
t vs Konversi
40
20
0
0
50
100
150
waktu perendaman,jam
Gambar 3 memperlihatkan hubungan antara konsentrasi NaOH awal dengan konversi NaOH
untuk waktu perendaman 24 jam dan diperoleh hasil bahwa konsentrasi NaOH awal yang
optimum adalah 1 N dengan konversi sebesar 85,9%.
100
Konversi, %
80
60
Waktu = 24 jam
40
20
0
0
Konversi Pelunakan, %
Gambar 4 memperlihatkan hubungan antara debit air sadah dan konversi pelunakan air sadah
dengan larutan CaCl2 2118 ppm sebagai model air sadah dan zeolit yang digunakan sebanyak 20
kg. Dari gambar 4 diperoleh hasil bahwa Na2Z dapat digunakan untuk menurunkan kadar
kesadahan air untuk senyawa kalsium dengan debit air yang paling optimum adalah sebesar 1
L/menit dan konversi pelunakan air sebesar 76,5 %.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
NaZ = 20 kg
Gambar 4. Hubungan Antara Debit Air Sadah Dengan Konversi Pelunakan Air Sadah
(larutan CaCl2 awal 2118 ppm dan berat Na2Z 20 kg)
Gambar 5 memperlihatkan hubungan antara debit air sadah dan konversi pelunakan air sadah
dengan larutan MgSO4 1240 ppm sebagai model air sadah dan zeolit yang digunakan sebanyak
20 kg. Dari gambar 5 diperoleh hasil bahwa Na2Z juga dapat digunakan untuk menurunkan
kadar kesadahan air untuk senyawa magnesium dengan debit air yang paling optimum adalah
sebesar 1 L/menit dan konversi pelunakan air sebesar 50,5 %.
Konversi Pelunakan, %
60
50
40
30
NaZ = 20 kg
20
10
0
0
Jenis Zeolit
Na Z
HZ
Z NH3
Surfaktan
ABS
[Mg++] sebelum
1240
1240
1289
1483
1483
[Mg++] setelah
614
1173
851
1094
997
Konversi,%
50,5
5,4
34,0
26,3
32,8
Tabel 2 memperlihatkan perbandingan pemakaian Na2Z dan zeolit dengan metode aktivasi lain
untuk larutan CaCl2 sebagai model air sadah dan zeolit yang digunakan sebanyak 20 kg. Dari
tabel 2 diperoleh hasil bahwa aktivasi yang paling baik digunakan adalah menggunakan larutan
NaOH menjadi Na2Z dengan konversi 76,5 %.
Tabel 2. Perbandingan pemakaian Na2Z dengan zeolit lain untuk air sadah
(digunakan larutan CaCl2 1 L/menit, berat zeolit 20 kg)
No.
1.
2.
3.
4.
Jenis Zeolit
Na Z
Z NH3
Surfatan
ABS
[Ca++] sebelum
2118
1760
1760
1760
[Ca++] setelah
498
780
720
1360
Konversi,%
76,5
55,7
59,1
22,7
Pembahasan
Pada penelitian digunakan larutan CaCl2 dan MgSO4 sebagai model air sadah, sehingga
tumpukan zeolit hanya dilewati oleh satu senyawa homogen. Padahal air sadah di alam tidak
hanya mengandung senyawa kalsium dan magnesium, tetapi ada senyawa-senyawa lain seperti
kation-kation bervalensi 2 (Sr2+, Ba2+, Fe2+ dan Mn2+) serta senyawa natrium (Na+) yang juga
dapat menjadi penyebab kesadahan air walaupun bukan penyebab utama serta pengotorpengotor lain yang mungkin ada. Jika hasil penelitian diterapkan pada air sadah yang
sesungguhnya maka nilai konversi mungkin akan turun karena kation yang dipertukarkan lebih
kompleks.
Konversi 76,5% diperoleh dari kesadahan awal 2118 ppm menjadi 498 ppm. Nilai akhir yang
diperoleh masih berada di atas ambang batas maksimum yang dianjurkan. Jika zeolit ini akan
diterapkan pada air sadah dengan kesadahan awal di bawah 2118 ppm, maka dengan satu kolom
saja mungkin masih diperoleh hasil di bawah ambang batas maksimum. Tetapi jika kesadahan
awal 2118 ppm atau lebih tinggi dari itu, maka perlu ditambah satu atau beberapa kolom
penukar ion lagi. Jadi kolom dibuat sebagai kolom alir bersinambung. Hal ini juga berlaku jika
kita menggunakan air sadah yang sesungguhnya, karena kemampuan zeolit juga akan turun jika
digunakan pada air sadah yang sesungguhnya.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan zeolit alam Lampung
dalam menurunkan kadar kesadahan air pada air sadah yang sesungguhnya. Selain itu juga perlu
dilakukan perhitungan yang lebih rinci untuk mengetahui kemampuan pertukaran ion tiap
kolom, sehingga kita dapat merancang dimensi kolom, jumlah kolom yang digunakan, berat
zeolit dalam kolom dan debit air sadah yang dialirkan untuk mendapatkan hasil akhir yang
diinginkan.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Zeolit alam Lampung dapat digunakan untuk menurunkan kadar kesadahan air setelah
dilakukan aktivasi sebelumnya.
2. Metode aktivasi yang paling baik adalah menggunakan larutan NaOH menjadi Na2Z.
3. Konversi yang diperoleh untuk menurunkan kadar kesadahan air menggunakan Na2Z adalah
sebesar 76,5 %
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. & Komarudin. 1999. Zeolit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral.
Bandung
Powell, S.T. 1954. Water Conditioning For Industry. pp. 146 192. Mc.Graw Hill Book
Company.Inc. New York.
Siahaan, R. 2000. Pengolahan Air Sadah Dengan Proses Pengendapan dan Kristalisasi. Jurnal
Penelitian Permukiman. Vol. 16 (3). Hal. 63-71.