Anda di halaman 1dari 115

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

(LKPP)
_________________________________________________________________________________________

LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL

MATEMATIKA DASAR 1

Oleh : Drs. Raupong, M.Si.

Dibiyai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin


Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Nomor :469/H.423/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FEBRUARI 2008

LEMBARAN PENGESAHAN

RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SCL


Matakuliah : Matematika Dasar 1

Angkatan ke-2
Telah diperiksa dan disetujui
Oleh Coach Clinic SCL
Universitas Hasanuddin

Cochee,

Drs. Muh. Hasbi, M.Sc.


NIP.

Drs. Raupong, M.Si


NIP. 131 802 902

Mengetahui,
Ketua LKPP-Unhas
Ub. Kepala PKPAI-Unhas,

Ir. Machmud Syam, DEA


NIP. 131 637 597

MODUL 1
Judul :

Induksi Matematika dan Koefisien Binomial

BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Modul ini adalah suatu pengantar dalam memahami matematika dasar 1
khususnya dalam pembuktian matematika dan pengembangan materi segitiga
pascal dengan materi induksi matematika dan rumus Binomium Newton.

B. Ruang Lingkup Isi


Adapu ruang lingkup materi modul 1 ini meliputi : Notasi Sigma dan
Perkalian, induksi matematika, kombinasi dan koefisien binomial

C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan pengantar bagi modul-modul selanjutnya

D. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menggunakan notasi sigma pada deret matematika dan
polinomial
2. Mahasiswa

dapat

menyelesaikan

perpangkatan

dua

suku

dengan

menggunakan rumus binomium Newton


3. Mahasiswa dapat menghitung koefisien binomial pada perpangkatan dua suku

BAB II. Pembahasan


1. Notasi Sigma dan Notasi Perkalian
1.1. Notasi Sigma ( )
Misalkan kita tuliskan polinomial Pn(x) sebagai :
Pn(x) = anxn + an-1xn-1 + .+ a1x + a0

(1)

atau
Pn(x) = a0 + a1x + a2x2 + .+ an-1xn-1 + anxn
Mungkin penulisan dan pengucapan bentuk (1) ini dirasa terlalu panjang dan tidak praktis.
Sebuah notasi jumlah akan memendekkan dan menghemat penulisan tersebut. Sebagai misal
bentuk (1) diatas dapat ditulis dengan menggunakan notasi jumlah sebagai berikut :
n

Pn ( x) = a i x i

(2)

i =0

huruf i disebut variable dummy yaitu indeks jumlah (disingkat indeks saja). Notasi
adalah huruf kapital yunani yaitu sigma yang berkorespondensi dengan huruf latin s
(bandingkan dengan SUM dalam bahasa Inggris). Artinya sigma untuk jumlah. Indeks i
mengambil harga-harga bilangan bulat dari yang kecil ke yang terbesar.
pada aixi , diperoleh a0x0.

Perhatikan persamaan (2) jika disubtitusikan i = 0

Jika

disubtitusikan i = 1 pada aixi , diperoleh a1x dan seterusnya. Jika disubtitusikan i = n pada
aixi , diperoleh anxn. untuk lebih jelasnya perhatikan ekspresi berikut :
1

a x

Polinom derajat 1 : P1(x) = a0 + a1x =

i =0

Polinom derajat 2 : P1(x) = a0 + a1x + a2x2 =

a x
i =0

Polinom derajat 5 : P1(x) = a0 + a1x + a2x2 + .+ a5x5=

a x
i =0

Huruf yang sering digunakan selain huruf i juga biasa digunakan huruf kecil seperti j, k, r,
dan lain-lain.
Contoh :
bj + bj+1 + bj+2 + ..+ bk-1 + bk

dapat ditulis secara singkat sebagai :

b
i= j

dibaca sigma dari bi, i mulai j sampai k


indek i bisa dimulai dari sembarang bilangan yang dikehendaki, misalnya :
a3 + a4 + a5 + .+ a10
10

dapat disingkat sebagai :

i =3

Sifat-sifat sigma :
n

+2
c +4...4
+3c = nc;
c = c1+4c4

(i)

i =1

ca

(ii)

i =1

= c ai
i =1

i =1

i =1

i =1

(ai + bi ) = ai + bi

(iii)

n 1

a = a

(iv)

i =1

j =0

a + b

(v)

c konstan

n suku

i =0

i =1

n 1

j +1

= ai +1
i =0

i =1

i =1

i =1

= a0 + ai + bi = a0 + (ai + bi )

Beberapa rumus-rumus sigma


1.

i = 1 + 2 + 3 + ... + n = 2 n(n + 1)
i =1

2.

i =1

1
= 12 + 2 2 + 3 2 + ... + n 2 = n(n + 1)(2n + 1)
6

3. i = 1 + 2 + 3 + ... + n = n(n + 1)
2

i =1
n

1.2. Notasi Perkalian ( )


Untuk menyingkat perkalian a1a2 a3 ...an dapat ditulis dengan menggunakan notasi perkalian
dengan lambang

yaitu
n

a1 a 2 a 3 ...a n = a i
i =1

dimana

adalah huruf kapital Yunani untuk Pi yang berkorespondensi dengan huruf

latin P (product).

Contoh :

(a). i = 1. 2 . 3. ... (n 1)n = n !


i =1

(b). 2 = 2. 2 2 . 2 3. 2 4 2 5 = 215
n =1

2. Induksi matematika
Terlebih dahulu simak teladan berikut :
Pernahkah anda waktu kecil bermain dengan sekumpulan kaset lagu-lagu dengan cara
membariskan kaset-kaset tersebut secara tegak dan berdekatan. Jika sebuah kaset disentuh
hingga terjatuh, maka kaset tersebut akan menimpa kaset di belakangnya dan mengakibatkan
kaset kedua terjatuh menimpa kaset berikutnya dan seterusnya. Pada akhirnya dapat
dibayangkan hasilnya bahwa sederetan kaset-kaset tersebut akan jatuh semua.

Gambar 1.1.

Teladan sederetan kaset yang jatuh di atas mengilustrasikan esensi dari induksi matematika,
yaitu suatu metode yang sangat penting untuk pembuktian rumus-rumus atau pernyataan
tertentu yang melibatkan bilangan asli. Kebenaran metode induksi matematika itu didasarkan
pada teorema berikut.
Teorema 1 ( Prinsip Induksi Matematika)

Misalkan kita mempunyai barisan tak hingga dari pernyataan P(1), P(2), P(3), , P(n), ,
jika kita dapat menunjukkan bahwa
1. Pernyataan P(1) benar,
2. jika P(k) benar, maka P(k+1) juga benar untuk sembarang bilangan asli k,
maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan P(n) benar untuk semua bilangan asli n.
Bukti

Andaikan 1. dan 2. benar tetapi kesimpulan teorema tidak berlaku. Ini berarti bahwa P(n)
tidak berlaku untuk setiap bilangan asli n.
Misalkan m adalah bilangan asli terkecil sehingga P(m) tidak benar, yaitu P(1), P(2), ,
P(m-1) benar, tetapi P(m) tidak benar . Langkah 1 menyatakan P(1) benar. Untuk n 1,

langkah 2 menyatakan P(2) benar, P(3) benar, dan seterusnya hingga P(m-1) benar dan
seharusnya P((m-1)+1) benar. P((m-1)+1)=P(m), sehingga P(m) benar. Hal ini bertentangan
dengan untuk m yang pernyataan P(m) tidak benar.

Definisi 1 :

Misalkan S himpunan himpunan bagian dari bilangan asli N, yang mempunyai sifat
(1). n0 S , khususnya untuk n0 = 1
(2). Jika k S (k + 1) S, (k n0 ), maka N = S, yaitu bahwa himpunan S mengandung
semua bilangan asli yang lebih besar atau sama dengan n0

Catatan

Langkah (1) biasanya dinamakan basis induksi


Langkah (2) dinamakan langkah induksi
Selain itu, asumsi bahwa n = k pada (2) dinamakan hipotesis induksi.

Contoh :

Kita akan buktikan rumus-rumus berikut dengan induksi matematika.

1+ 2 + 3 +L+ n =

1
n(n + 1)
2

1
Langkah (1) : Untuk n = 1, maka 1 = 1(1 + 1) benar.
2
Langkah (2): Andaikan untuk n = k, pernyataan 1 + 2 + 3 + L + k =

1
k (k + 1) benar, akan
2

ditunjukkan kebenaran pernyataan di atas untuk n = ( k + 1 ).


Dari langkah (2), kedua ruas ditambahkan faktor ( k + 1 ), sehingga diperoleh
1 + 2 + 3 + L + k + (k + 1) =
=

1
k (k + 1) + (k + 1)
2
k (k + 1) + (k + 1)
2

1.3. Kombinasi dan Koefisien Binomial


1.3.1 Kombinasi
Kombinasi dari sejumlah objek merupakan cara pemilihan objek yang bersangkutan tanpa
memperhatikan urutan objek itu sendiri. Misalnya pemilihan 3 wakil mahasiswa secara acak
untuk hadir pada lokakarya jurusan dari 4 mahasiswa yang telah terseleksi berdasarkan data

akademiknya. Kombinasi ini memberikan berbagai pilihan yang mungkin tanpa


memperhatikan urutan nomor mahasiswa mereka misalnya atau yang indeks prestasinya
paling tinggi dari keempat mahasiswa tersebut.

Definisi 7 :
Suatu kelompok yang terdiri dari r objek dan yang ingin dipilih dari n objek berbeda tanpa
memperhatikan urutan pemilihannya dinamakan kombinasi r objek dari n objek berbeda
dengan 0 < r < n. Banyaknya kombinasi yang mungkin dinotasikan sebagai
n
C rn atau .
r

Teorema 2 :
Jumlah kombinasi r objek yang dipilih dari n obyek berbeda adalah :

C rn =

n!
r!(n r )!

dengan n!= n(n 1)(n 2 )L 2.1 = n(n 1)!,

n N dan 0!= 1 .

Contoh :

Berapa carakah sebuah panitia yang beranggotakan 3 orang dapat dibentuk dari 5 pria

dan

2 wanita jika dalamkepanitian tersebut paling sedikit harus terdapat 2 pria

Penyelesaian :
Untuk membentuk panitia dengan syarat paling sedikit ada 2 pria, kita harus
mengklasifikasikannya atas dua kasus yaitu :
1. Panitia itu terdiri dari 2 pria dan 1 wanita
Pemilihan 2 pria dari 5 pria menghasilkan :
C 25 =

5!
5!
=
= 10 cara
2!(5 2 )! 2!.3!

Sedangkan pemilihan 1 wanita dari 2 wanita menghasilkan


C12 =

2!
2!
=
= 2 cara
1!(2 1)! 1!.2!

Jadi banyaknya cara pembentukan panitia yang terdiri dari 3 orang yang
beranggotakan 2 pria dan 1 wanita adalah :
C 25 .C12 = 10.2 = 20 cara.
2. Panitia itu terdiri dari 3 pria dan 0 wanita. Pemilihan 3 pria dari 5 orang :

C35 =

5!
5!
=
= 10 cara
3!(5 3)! 3!.2!

Sedangkan pemilihan 0 wanita dari 2 wanita menghasilkan

C 02 =

2!
2!
=
= 1 cara
0!(2 0 )! 0!.2!

Jadi banyaknya cara pembentukan panitia yang terdiri dari 3 orang yang
beranggotakan pria sebanyak 3 orang dan tanpa wanita adalah :
C35 .C 02 = 10.1 = 10 cara

Kesimpulan :

Kepanitian yang beranggotakan 3 orang yang terbentuk dari 5 pria dan 2 wanita dengan
ketentuan anggota prianya paling sedikit 2 orang adalah
C 25 .C12 + C 35 C 02 = 20 + 10 = 30 cara

1.3.2. Koefisien Binomial


Nilai kombinasi C rn atau C nn r sesungguhnya merupakan koefisien binomial. Secara aljabar
dapat dilihat bahwa perpangkatan

(x + y )2 = (x + y )(x + y ) = x 2 + 2 xy + y 2
Koefisien dari setiap suku dalam penguraian binomial dapat diperoleh dengan menghitung
setiap kombinasinya. Koefisien x2 adalah C 02 = C 22 = 1 , koefisien xy adalah C12 = 2 dan
koefisien y2 adalah C 22 = C 02 = 1 . Sehingga secara keseluruhan (x + y)2 dengan koefisien

kombinasi C rn atau C nnr sebagai berikut :

(x + y )2 = C02 x 2 + C12 xy + C 22 y 2 = x 2 + 2 xy + y 2 .
yang dapat ditulis singkat sebagai :

( x + y )2 =

2 2 r

Cr x

r =0

yr .

Secara umum dapat ditulis

( x + y )n

= C 0n x n + C1n x n 1 y + C 2n x n 2 y 2 + L + C nn y n
2

= C r2 x 2r y r
r =0

Contoh :
4
Gunakan rumus koefisien binomial untuk menguraikan ( x + y ) .

Penyelesaian :

(x + y )4 = C 04 x 4 + C14 x 3 y + C 24 x 2 y 2 + C34 xy 3 + C 44 y 4
= x 4 + 4 x 3 y + 6 x 2 y 2 + 4 xy 3 + y 4 .

T U G A S 1.
1. Tentukan nilai dari jumlahan berikut
a.

(4k 3)

b.

k =1

2. Diketahui

20

a
k =1

a.

(k + 5) 2
k =1

= 99 dan

20

b
k =1

20

(ak + bk )

(1) 2
i

k =0

20

(4ak + bk + 2)
k =1

c.

20

(a
k =1

3. Hitunglah
1
j =1 j + 1
n

a.

j2 1

j =2

j2

b.

c. Gunakan notasi untuk menuliskan 1 x 3 x 5 x 7 x x 99.


4. Buktikan rumus-rumus berikut dengan induksi matematika :
a. 1 + 3 + 5 + L + (2n 1) = n 2 ,

n N

b. 13 + 2 3 + 33 + L + n 3 = (12 n(n + 1))

1
c. 12 + 3 2 + 5 2 + L + (2n + 1)2 = n(2n 1)(2n + 1)
3
d.

n
1
1
1
1
+
+
+L+
=
1.2 2.3 3.4
n(n + 1) (n + 1)

e. 2 n < n 3 untuk setiap bilangan asli n 10.


f.

n 3 + 20 habis dibagi 3 untuk setiap bilangan asli n 2.

5. Hitung nilai kombinasi


a.

C 53

b. C 18
8

i +1

= 21 . Hitunglah :
b.

k =1

c.

c. C 53 .C 84

3bk )

3. Dalam berapa cara 5 buah pertanyaan dapat dipilih dari 9 pertanyaan ?


6. Uraikan perpangkatan berikut dengan menggunakan koefisien binomial
a.( x + y )7
b.(2x y2)5
c. Tentukan koefisien suku x4y2 dari perpangkatan

BAB III

1
2

x2 + 3y .

PENUTUP

Keberhasilan mahasiswa memahami konsep dasar notasi sigma, notasi perkalian,


induksi matematika dan koefisien binomial serta dapat menyelesaikan soal-soal dengan baika
akan memudahkan untuk mempelajari modul selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
2. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
3. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.

MODUL 2
Judul :

Fungsi Real

BAB I. Pendahuluan
E. Latar Belakang

Modul ini akan dibahas perbedaan relasi dan fungsi, jenis fungsi, domain
dan daerah hasil (Range) suatu fungsi serta grafik fungsi yang sangat berkaitan
dengan modul-modul selanjutnya.
Pada kegiatan modul 2, khusus akan dibahas mengenai fungsi satu-satu dan
pada yang disingkat fungsi satu-satu dan bagaimana menggambarkan grafik
fungsi sederhana serta bagaimana pula menentukan invers suatu fungsi dan syarat
suatu fungsi komposisi dapat ditentukan.

F. Ruang Lingkup Isi

Adapun ruang lingkup materi modul 2 ini meliputi : Fungsi Real, domain
dan range fungsi, grafik fungsi, invers fungsi, fungsi kompusisi,dan fungsi implit
.

G. Kaitan Modul

Modul ini merupakan konsep dasar bagi modul berikutnya yang mana
mahasiswa tersebut dapat memahami konsep fungsi real untuk dapat digunakan
pada modul-modul berikutnya.

H. Sasaran Pembelajaran

1. Mahasiswa dapat membedakan relasi dan fungsi


2. Mahasiswa dapat menentukan domain dan range suatu fungsi
3. Mahasiswa dapat menggambarkan grafik fungsi sederhana
4. Mahasiswa dapat menentukan invers suatu fungsi
5. Mahasiswa dapat syarat suatu fungsi dapat dikomposisi dan menghitungnya
6. Mahasiswa dapat memebedakan fungsi implisit dan fungsi eksplisit

BAB II. Pembahasan


2.1 Fungsi Real dan Grafik
Misalkan A, B himpunan bagian dari R (bilangan Riil) yang tidak kosong, maka
suatu fungsi bernilai real dari A ke B adalah suatu aturan yang mengawankan setiap unsur di
dalam A dengan tepat satu dan hanya satu unsur di dalam B. Jika fungsi dinotasikan dengan f
dan

a A maka bilangan f (a ) disebut nilai fungsi f di titik a. Notasi

a a f (a )

menyatakan bahwa f memetakan a ke f(a).


Definisi 2.1:

Misalkan A, B R , maka fungsi f dari A ke B , ditulis :


f
f : A B atau A
B
yaitu didefinisikan sebagai suatu aturan pemasangan yang mengaitkan setiap unsur x A
dengan tepat satu unsur y B . Unsur yang berkaitan dengan unsur x ini dilambangkan
y = f (x ) , yang dinamakan aturan fungsi dimana x dinamakan variabel bebas
sebagai
(independent) dan y disebut variabel terikat (dependent)

Dalam hal ini, A disebut domain fungsi yang dinotasikan Df atau D(f), dan himpunan

{y B : y =

f ( x), x A} disebut Range dari f, yang dinotasikan Rf atau R(f).

Bilamana daerah asal tidak disebutkan secara spesifik, maka daerah asal yang dimaksud
adalah daerah asal alamiah (natural domain) dari fungsi f.
Catatan

Istilah fungsi biasa juga disebut pemetaan (mapping).


Daerah asal biasa disebut daerah definisi atau domain
Daerah hasil biasa juga disebut daerah nilai atau Range

Disini, Df atau Rf semuanya merupakan himpunan bagian dari R sehingga fungsi f ini
dinamakan fungsi f dengan peubah real dan bernilai real , disingkat fungsi real.
Fungsi real y = f(x) dapat digambarkan

dalam bentuk diagram panah seperti pada

gambar 2.1.
f
f

range

Rf
Df
f

image

domain

gambar 2.1a
gambar 2.1b

f(x)

Jika diketahui persamaan fungsi y = f(x), x D f , f ( x ) R f , maka : f(x) adalah peta


(image) dari x yang dibawa oleh f, dan x adalah prapeta (antesenden) dari y.
Jadi sebuah bilangan x dengan bayangannya f(x) direpresentasikan melalui sebuah titik P (x,
f(x)), yang biasanya dituliskan sebagai titik P(x,y).
Ciri-ciri fungsi ditinjau dari diagram panah adalah
a) Setiap unsur di dalam domain , melepaskan sebuah anak panah ke sebuah unsur di dalam
daerah hasil (range).

Artinya tidak satupun unsur dalam domainnya yang tidak

melepaskan sebuah anak panah.


b) Setiap anak panah yang dilepaskan dari daerah asal (domain akan mengenai tepat satu
sasaran dalam daerah hasil. Ini berarti bahwa tidak mungkin sebuah anak panah akan
mengenai lebih dari satu sasaran .

Hal ini berbeda dengan suatu relasi yang

memungkinkan hal tersebut bisa terjadi.


c) Mungkin saja terjadi kasus beberapa anak panah yang dilepaskan oleh masing-masing
unsur di dalam domain akan mengenai sasaran yang sama di dalam daerah hasilnya.

2.1.1 Grafik
Grafik fungsi

f : A B adalah himpunan semua titik (x,y) didalam R2, dimana

x A , y = f ( x) B dan A R, B R .
Misal kita mempunyai fungsi y = f(x), x D f , f ( x ) R f . Nilai-nilai x direpresentasikan
oleh absis (sumbu-x), sedangkan nilai-nilai f(x) direpresentasikan oleh ordinat (sumbu-y).
Jadi Himpunan titik-titik (x,y) yang memenuhi y = f(x) dinamakan grafik fungsi f yaitu

{(x, y ) R R

y = f (x ), x D f dan y R f

2.1.2 Domain Dan Range Suatu Fungsi

Domain f adalah suatu himpunan : D f = x R f (x ) R f

} dan range f adalah suatu

himpunan : R f = {f ( x ) R x D f }
.
Untuk menentukan domain dan range fungsi perhatikan contoh-contoh berikut.

Contoh :

Gambar 2.2 berikut merepresentasikan suatu grafik fungsi perubahan temperatur pada suatu
ruangan tertentu selama 24 jam.

f(t) = temperatur dalam oC


25

20

15

Rf
10

0
0

10

12

14

16

18

20

22

24

t = waktu dlm jam


Df
gambar 2.2

Misal persamaan fungsi temperatur adalah y = f (t ) ; t R *

maka Df = [0,24] = t R

f (t ) R f

Rf = [10,21] = f (t ) R t R *

};

R* bilangan real non negatif.


maka 10 0 f (t ) 210 C

Dari grafik terlihat bahwa untuk 0 t 24

f(14) = 21, menunjukan bahwa pada jam 1400, temperatur ruangan mencapai 21 0 C

f(5) = 10, menunjukkan bahwa pada jam 5, temperatur ruangan mencapai 100C

2.1.3. Terminologi Fungsi


Jika A, B R dan f suatu fungsi dari A ke B ditulis

f : A B , maka :

1) Fungsi f dikatakan fungsi pada (onto function) atau Surjective jika setiap unsur dalam
himpunan B (range) merupakan bayangan satu atau beberapa unsur dalam himpunan A
(domain) lihat gambar 2.3a.
2) Fungsi f dikatakan fungsi satu-satu (one to one function) atau Injective bila tidak ada
dua unsur dalam himpunan A yang memiliki bayangan yang sama dalam himpunan B
lihat gambar 2.3b.

3) Fungsi f dikatakan fungsi satu-satu dan pada (one to one-onto function) atau Bijective
jika f fungsi pada dan sekaligus satu-satu, gambar 2.3c.
f

*
*

*
*
*
*
*

*
*
Fungsi pada
gambar 2.3a

f
B

Fungsi satu-satu
gambar 2.3b

Fungsi pada dan satu-satu


gambar 2.3c

Catatan

Untuk fungsi satu-satu, bila x1 , x 2 Df dan x1 x 2 f ( x1 ) f ( x 2 )


Jika A = B, fungsi f dari A ke A dinamakan fungsi pada A

Contoh :

f ( x) = x + 1 adalah fungsi yang bersifat satu-satu, sebab setiap unsur yang berlainan dalam
daerah domain mempunyai bayangan berlainan pula.

2.2 Sifat Simetri Grafik Fungsi


Kadang-kadang dengan melihat kesimetrian dari suatu aturan atau grafik fungsi, sifat fungsi
tersebut lebih mudah dikenali atau digambarkan. Sifat simetri yang mudah dikenali adalah
simetri terhadap sumbu-x, sumbu-y atau simetri terhadap titik asal.
1. Simetri terhadap sumbu-x. Grafik fungsi y = f(x) dikatakan simetri terhadap sumbu x jika
(x,y) terletak pada grafik f maka (x,-y) juga terletak pada grafik f. Ini berarti grafik fungsi
f sekaligus memuat titik (x,y) dan (x,-y), dengan kata lain kedua titik tersebut memenuhi
persamaan fungsi f.
2. Simetri terhadap sumbu y, yaitu bahwa jika (x,y) terletak pada grafik fungsi f maka (x,y) juga terletak pada grafik fungsi f.

3. Simetri terhadap titik asal, yaitu bahwa jika titik (x,y) terletak pada grafik fungsi f maka
(-x,-y) juga terletak pada grafik fungsi f. Ini berarti grafik fungsi f memuat sekaligus titik
(x,y) dan (-x,-y).
Contoh
o Fungsi x = y2 dan 2y2 3x + 1 = 0, grafiknya simetri terhadap sumbu x.
o Fungsi y = x2 , grafiknya simetri terhadap sumbu y.
Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil
Definisi 2.2 :

1.

Fungsi f dikatakan Fungsi Genap jika untuk setiap x Df

berlaku
f ( x) = f ( x)
2.

Fungsi f dikatakan Fungsi Ganjil jika untuk setiap x Df berlaku


f ( x) = f ( x)

Catatan : pada definisi di atas, unsur x dan x Df.

Berdasarkan definisi di atas, maka grafik fungsi genap simetri terhadap sumbu y dan grafik
fungsi ganjil simetri terhadap titik asal (0,0).
Dari pengertian tersebut, sebuah fungsi bukan fungsi genap jika terdapat suatu x Df
sehingga
f (-x) f ( x) ,
dan bukan fungsi ganjil jika terdapat suatu x Df sehingga
f (-x) -f (x).
Contoh :

1. Fungsi f(x) = 5x4 3x2 + 1 adalah fungsi genap, karena


f(x) = 5(-x)4 3(-x)2 + 1 = 5x4 3x2 + 1 = f(x).
2. Fungsi f(x) = 2x3 + 4x adalah fungsi ganjil, karena
f(-x) = 2(-x)3 + 4(-x) = -2x3 - 4x = -(2x3 + 4x) = - f(x).

2.3 Operasi Pada Beberapa Fungsi

Definisi 2.3 :

Misalkan diberikan dua buah fungsi f dan g, dengan peubah bebas x, maka
jumlah, selisih, hasil kali dan hasil bagi dari f dan g ditulis sebagai f + g ; f
g ; f.g dan f

, didefinisikan sebagai

a). (f + g)(x) = f(x) + g(x)

b). (f g)(x) = f(x) g(x)

c). (f g)(x) = f(x) . g(x)

f
f ( x)
d). ( x) =
, g ( x) 0
g ( x)
g

Jika daerah asal fungsi hasil operasi aljabar ini ditentukan setelah aturan operasinya maka
a). Df + g = Df Dg b). Df g = Df Dg
c). Df . g = Df Dg d). D f

= Df Dg { x R : g(x) = 0 }
g

Tampak bahwa Df + g = Df g = Df . g ; tetapi tidak sama dengan D f .


g

Contoh :

Diberikan f ( x) =

1 x
x
; Tentukan aturan fungsi f + g ; f . g dan tentukan
dan g ( x) =
x +1
x

daerah definisinya masing-masing.

Penyelesaian :

a). Jumlah dari f dan g adalah


(f + g)(x) = f(x) + g(x)
=

1
x 2 + (1 x)( x + 1
x
1 x
+
=
=
x( x + 1)
x( x + 1)
x +1
x

daerah definisinya adalah


Df + g = Df Dg = R {-1} R {0} = R {-1,0} .
Jadi daerah asal dari f + g adalah semua bilangan real kecuali -1 dan 0.

b). Hasil kali dari fungsi f dan g adalah

x 1 x x(1 x ) 1 x
=
.
=
x + 1 x x( x + 1) x + 1

( f .g )(x ) = f (x ).g (x ) =

dan
D fg = D f I Dg = R { 1,0}

2.4 FUNGSI-FUNGSI KHUSUS


2.4.1 FUNGSI POLINOM (FUNGSI SUKU BANYAK)
Definisi 2.4 :

Fungsi f yang didefinisikan sebagai


f (x ) = a0 + a1 x + a2 x 2 + L + a n x n
dengan n bilangan bulat non negatif dan a0 , a1 , ....., an adalah konstanta
real, dinamakan fungsi polinom (fungsi suku banyak).

Jika a n 0, maka derajat fungsi polinom tersebut adalah n.

Jika n = 0, maka diperoleh f ( x ) = a0 untuk semua x, maka fungsi polinom tersebut


adalah fungsi konstan. Jadi suatu fungsi konstan yang nilainya tidak nol dianggap
sebagai suatu fungsi polinom yang derajatnya nol

Jika a 0 = 0 dan n = 0, maka derajat fungsi polinom tidak terdefinisi. Fungsi polinom
tanpa derajat ini disebut fungsi nol oleh karena nilainya f ( x ) = 0 untuk semua x.

Fungsi linier adalah fungsi polinom berderajat 1, yang dapat dituliskan dalam bentuk
f (x ) = a 0 + a1 x
atau
f ( x ) = ax + b , dengan a dan b adalah konstanta , dan a 0

Grafiknya merupakan garis lurus dengan tanjakan a dan memotong sumbu y dititik (0,b),
(gambar 2.27). Jika a = 1 dan b = 0 diperoleh f ( x ) = x yang dinamakan fungsi satuan
(fungsi identitas).

Fungsi Kuadrat adalah fungsi polinom berderajat 2 yang dapat dituliskan dalam bentuk
f (x ) = a 0 + a1 x + a 2 x 2
atau
2
f ( x ) = ax + bx + c dengan a, b, c adalah konstanta dan a 0

b
, dan
2a

Grafiknya adalah suatu parabola yang simetri dengan garis vertikal x =


b D
2
,
mempunyai titik puncak di
dimana D = b 4ac .
2a 4a
Contoh :
Misalkan C1, C2 , C3 , berturut-turut grafik fungsi kuadrat
1
f ( x ) = x 2 , f ( x ) = 3 x 2 dan f ( x ) = x 2 , lihat gambar 2.4.1
2
C2

C1

C3

14

12

10

0
-8

-6

-4

-2

-2

gambar 2.4.1

Perhatikan bahwa grafik C2 lebih ramping dari grafik C1, sedangkan grafik C3 lebih lebar
dari C1.

Fungsi Kubik (Fungsi Pangkat Tiga) adalah fungsi polinom berderajat 3 yang dapat
dituliskan dalam bentuk
f (x ) = a 0 + a1 x + a 2 x 2 + a 3 x 3

f ( x ) = ax 3 + bx 2 + cx + d ,

atau

a, b, c, d konstanta dan a 0.

Grafik fungsi kubik ini selalu memotong sumbu x paling sedikit di satu titik.
Untuk kasus a > 0, grafiknya selalu naik atau mempunyai dua titik puncak (gambar
2.4.1a).
Untuk kasus a < 0, grafiknya selalu turun atau mempunyai dua titik puncak (gambar
2.4.1b).

y = ax3+bx2+cx+d
a<0

20
02

y = ax
a>0

y = ax +bx +cx+d
a>0

10

y = ax3
a<0

01

0
-3

-2

-1

3
3

1-

2-

3-

-10
01-

-20
02-

gambar 2.4.1a

gambar 2.4.1b

2.4.2 FUNGSI RASIONAL


Fungsi rasional adalah suatu fungsi yang dapat dituliskan sebagai hasil bagi dua
fungsi polinom, yaitu :
f (x ) =

a 0 + a1 x + a 2 x 2 + L + a n x n

b0 + b1 x + b2 x 2 + L + bm x m

untuk semua x yang membuat penyebut tidak nol.


Contoh :

x2 + 1
; x 1 adalah fungsi rasional
x 1

f (x ) =

2.4.3 FUNGSI IRRASIONAL


Fungsi irrasional adalah fungsi aljabar yang tidak rasional yaitu mengandung faktor
penarikan akar.
Contoh :

f (x ) = x 2 + x3 x ; g (x ) =
3

2x 1
2

x 1

dan

2.4.4 Fungsi Nilai Mutlak


Domain

: R, himpunan bilangan real

Range

: Bilangan real non negatif

Lambang

: x

Definisi

x jika x 0
: f (x ) = x =
x jika x < 0

Grafik

: gabungan dua buah semi garis, yaitu :

x x2 + 6

f1 ( x ) = x , jika x 0
dan
f 2 ( x ) = x , jika x < 0
Fungsi ini mempunyai dua aturan yaitu fungsi f1 ( x ) = x pada selang [0, ) dan fungsi
f 2 (x ) = x pada selang ( ,0] , sehingga D f = D f 1 U D f 2 , dan fungsi f berubah sifat di

titik x = 0.
y

f1

f2
2
1

-2

gambar 2.4.4

Fungsi yang aturannya memuat nilai mutlak dapat dituliskan sebagai fungsi dengan banyak
aturan.

Contoh :

1. fungsi f ( x ) = x 2 dapat dituliskan sebagai fungsi dengan dua aturan yaitu :


x 2 jika x 2
f (x ) =
2 x jika x < 2

y
2

f berubah sifat di x = 2

1
0

gambar 2.4.4a

2.4.5 Fungsi Bilangan Bulat Terbesar (Fungsi Tangga)


Domain

: R

Range

: Himpunan bilangan bulat

Lambang : [x ] menyatakan bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama
dengan x, yaitu :

[x] = n

, jika n x < n + 1 , n bilangan bulat.

Fungsi f ( x ) = [x ] dinamakan fungsi bilangan bulat terbesar.


Grafiknya : menyerupai tangga (lihat gbr. 2.4.5b).
Jika x R , maka tak hingga banyaknya bilangan bulat yang lebih kecil atau sama dengan x,
yang pada garis bilangan digambarkan di sebelah kiri x.

[x ]

|
n2

|
n1

|
n

|
x

|
n+1

|
n+2

......
bilangan bulat yang

x
gambar 2.4.5a

diantara semua bilangan bulat tersebut ada yang terbesar dan bilangan terbesar inilah yang
dimaksud [x ]
Contoh :

jika x = 3,6 , maka terdapat bilangan bulat -2, -1, 0 , 1 , 2 , 3 yang semuanya lebih
kecil dari 3,6. Dan diantara barisan bilangan tersebut, bilangan bulat 3 yang terbesar,
sehingga [3,6] = 3

demikian juga jika x = -2, maka terdapat ......, -5 , -4 , -3 , -2 yang semuanya lebih
kecil atau sama dengan -2, dan diantara barisan bilangan tersebut, bilangan bulat -2
yang terbesar sehingga [ 2] = 2 .

Jadi :

[3,6] = 3 , sebab bilangan 3 adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari 3,6
[ 1,4] = 2 , sebab bilangan -2 adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari 1,4

Demikian juga
[0,3] = 0 ; [ 0,3] = 1 ; 2 = 1 ; [ ] = 3 ; [0] = 0
Untuk menggambarkan grafik fungsi f (x ) = [x ] , perhatikan langkah=langkah berikut :
[x] = n , jika n x < n + 1 , n bilangan bulat.
Jika dipilih n = -2 , -1 , 0 , 1 , 2 , 3 , diperoleh :

[ ]

n = 2 2 x < 1 [x ] = 2 f ( x ) = 2
n = 1 1 x < 0 [x ] = 1 f (x ) = 1
n = 0 0 x < 1 [x ] = 0 f (x ) = 0

n = 1 1 x < 2 [x ] = 1
n = 2 2 x < 3 [x ] = 2

f (x ) = 1
f (x ) = 2

n = 3 3 x < 4 [x ] = 3 f ( x ) = 3

LLLLL
2 , jika 2 x < 1

1 , jika 1 x < 0

0 , jika 0 x < 1

Jadi f (x ) = [x ] = 1 , jika 1 x < 2


2 , jika 2 x < 3

3 , jika 3 x < 4
LLLLL

n , jika n x < n + 1

y
3
2
1
x
-3

-2

-1

-1

-2

grafiknya digambarkan pada gambar 2.39


-3

Grafik

f ( x ) = [x ]

Gbr. 2.4.5b

2.5 Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers


2.5.1 Fungsi Komposisi (Fungsi Bersusun)
Misalkan f dan g dua fungsi yang didefinisikan sebagai berikut :
f : A B dan g : B C,
Jika Rf Dg , maka terdapat fungsi h : A C yang merupakan fungsi komposisi dari f
dan g ( f dilanjutkan g) yang ditulis gof dan aturannya ditentukan oleh :
h(x) = (g f)(x) = g(f(x))

f
>

f(x)

g
>

g(f(x))

gof

gambar 2.5.1

Daerah asal dan daerah hasil fungsi komposisi gof masing-masing adalah :

Dg f = {xA | f(x) B}={x Df |f(x) Dg},


dan
Rg f = {yC | y = g(t), tRf }
Dalam hal ini Dgof adalah himpunan bagian dari Df. Selanjutnya, fungsi komposisi fog
dirancang serupa, dengan f dan g saling bertukar peran.
Misalnya Rg Df , maka fungsi komposisi dari f dan g (g dilanjutkan f) ditulis fog dan
aturannya ditentukan oleh
(fog ) (x) = f ( g(x) )
Daerah asal dan derah hasil fungsi komposisi fog masing-masing adalah
Dfog = { x Dg | g(x) Df } dan
R fog = { y Rf | y = f(t), t Rg }
Dalam hal ini Dfog adalah himpunan bagian dari Dg.

Catatan f o g g o f
Contoh :
Tentukan fungsi komposisi

fg;

gf dan tentukan pula daerah definisi fungsi komposisi dari

fungsi-fungsi berikut:
f ( x) = x + 5 , g ( x) =

1
x4

Penyelesaian : :
f ( x) = x + 5 , g ( x) =

1
x4

1
1
+5
(i). f o g ( x) = f ( g ( x) ) = f
=
x4 x 4
fungsi komposisinya dijamin oleh :
R g D f = [(,0) (0, )] (, ) = R { 0 }

D f o g = x D g g ( x) D f

) = {x R x 0}

(ii). g o f ( x) = g ( f ( x) ) = g ( x + 5)
=

1
, fungsi komposisinya dijamin oleh :
x +1

R f D g = {x R x 0}

} {

D g o f = x D f f ( x) D g = x D f x + 5 D g

= {x D f x + 5 4}

= {x D f x 1}

2.5.2 FUNGSI INVERS (FUNGSI BALIKAN)


Perhatikan kembali definisi fungsi satu-satu pada pembahasan yang lalu. Jika
f: :A B suatu fungsi dari A ke B. f dikatakan fungsi satu-satu jika dan hanya jika untuk
setiap dua elemen x1, x2 A , x1 x2 mengakibatkan f(x1) f( x2). Dengan kata lain f
dikatakan fungsi satu-satu jika hanya jika tidak terdapat dua elemen berlainan dalam daerah
asal yang memiliki pemadanan (peta) yang sama dalam daerah nilai.
Secara geometri, grafik fungsi satu-satu dapat diperiksa dengan menarik garis
mendatar sejajar sumbu x. Setiap garis mendatar y = k , k Rf, hanya memotong grafik
fungsi di satu titik. Fungsi f bersifat satu-satu (one-to-one function) menjamin adanya
fungsi invers (fungsi balikan ) f 1.
Teorema :

Jika f adalah fungsi satu-satu , maka terdapat satu dan hanya satu fungsi g yang terdefenisi
pada range (daerah nilai) f dan memenuhi persamaan f ( g ( x) ) = x, x R f
Fungsi g pada teorema 2.5 selanjutnya disebut inverse dari f dan dinotasikan f -1.

f(x)

f -1

x
f (y)

-1

x = f -1 (y)

y = f(x)
gambar 2.5.2

Jika f adalah fungsi satu-satu, maka terdapat satu dan hanya satu fungsi g yang terdefinisi
pada range f dan memenuhi persamaan f(g(x) ) = x, x Rf. Fungsi g pada teorema diatas
selanjutnya disebut inverse dari f dan dinotasikan oleh f -1.

Contoh: Carilah inversi dari f yang mempunyai aturan : f ( x) = x 3 .


Penyelesaian : :

(
f (f
(f
f f

1
1

)
( x) ) = ( f ( x) )
( x) ) = x

( x) = x karena f ( x) = x 3 , maka
1

f 1 ( x) = x

2.5 Fungsi Transenden


Fungsi yang dibahas pada uraian terdahulu adalah fungsi-fungsi Aljabar. Selanjutnya,
fungsi yang bukan fungsi aljabar disebut fungsi transenden, meliputi fungsi trigonometri dan
inversnya, fungsi logaritma dan inversnya.

2.6.1 Fungsi Trigonometri


Misalkan bahwa sebuah lingkaran satuan yang berpusat di titik asal 0 dengan jari-jari
1 dalam koordinat kartesian, sebuah sudut (dalam satuan derajat) diperoleh dengan
memutar (berlawanan arah jarum jam) dari lingkaran tersebut dari titik (1,0) pada sumbu-x
yang panjangnya u (dalam satuan radian) untuk lengkungan tempuhnya. Karena panjang
busur lingkaran satuan adalah 2 , maka

= 360 o

u
,
2

atau u =

360 o

Perhatikan suatu titik P(x,y) pada sistem koordinat kartesian, ditransformasi menjadi titik
P(u,r) pada sistem koordinat kutub (polar), maka diperoleh hubungan persamaan:
y
y = r sin u
r
x
cos u = x = r cos u ;
r
sin u =

r = jari-jari lingkaran yang berpusat di titik asal 0


Apabila dipilih sebuah lingkaran satuan (r =1), diperoleh hubungan :
sin u = y;
cos u = x ;

sin u y
= ;
cos u x
cos u x
cot u =
= ;
sin u y
tan u =

1
1
=
cos u x
1
1
cosec u =
=
sin u y
sec u =

r =1
y

0
x

P(x y)=P(cosu sin u)

u
1

Lingkaran
Koordinat Kartesian

Gambar

Pilih sudut yang bersesuaian dengan u, P disebut titik tunggal pada lingkaran satuan
dengan pusat 0. Perhatikan bahwa titik P(u,r) pada lingkaran satuan di atas berpadanan
dengan radian u, dan juga berpadanan dengan tiap bilangan (u+k.2) dengan k bilangan
bulat sembarang sehingga berlaku :
y = sin u = sin(u+2k)
x = cos u = cos(u+2k) ; k = 0,1, 2,
Ini berarti nilai-nilai fungsi trigonometri berulang dalam selang-selang kelipatan 2. Oleh
karena itu fungsi trigonometri disebut periodik. Suatu fungsi f disebut periodik jika terdapat
suatu bilangan positif p sedemikian sehingga:
f(x+p) = f(x), untuk setiap x Df
bilangan positif p terkecil yang memenuhi persamaan di atas disebut periodik fungsi.
Fungsi Sinus, Cosinus, Secan, Cosecan mempunyai periode 2. Fungsi tangen dan cotangen
mempunyai perioda .

2.6.2 Grafik Fungsi Trigonometri

1. Grafik y = sin x dan y = cos x


y

cos x

sin x

-2

3 /2

-/2

0
-1
gambar 2.6.2a

/
2

3/2

2. Grafik y = tan x

-/2

/2

3/

-1

gambar 2.6.2b

Contoh :

Tentukan perioda kemudian gambar grafik dari fungsi

f(x) = 3 sin (1/2)x

Penyelesaian : :

a. f(x) = 3 sin (1/2)x; karena sin x mempunyai perioda 2, berarti sin(1/2)x mempunyai
perioda 4, berarti f(x) = 3sin(1/2)x berperioda 4
f(x) memotong sumbu x jika 3 sin(1/2)x = 0, yaitu untuk x = 0, 2, 4, 6,
f(x) mencapai maksimum 3 bila x = 4k, k = 0, 1, 2,
f(x) mencapai minimum -3 bila x = - 4k, k = 0, 1, 2,

Gambar Grafik sebagai berikut:


3sin (1/2)x

-4

-3

-2

-3
gambar 2.55

2.6.3 FUNGSI INVERS TRIGONOMETRI

Telah dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa fungsi-fungsi yang mempunyai invers
adalah fungsi satu-satu atau fungsi monoton (naik/turun). Fungsi trigonometri adalah fungsi
periodik sehingga tidak bersifat satu-satu. Namun kita dapat membatasi domainnya (memilih
interval) dimana fungsi trigonometri tersebut bersifat satu-satu.

Perhatikan fungsi sinus dalam domain [-/2 ,/2] bersifat satu-satu (monoton naik), maka
fungsi sinus dalam domain [-/2,/2] mempunyai fungsi invers.
Definisi 2.6 :

Misalkan y = f(x) = sin x bersifat satu-satu dalam suatu selang, maka:


y = sin x jika hanya jika x = arcsin y atau ditulis:
y = sin x

x = arcsin y

(baca: x sama dengan arkus sinus y yang merupakan fungsi invers sinus dinotasikan
f 1(x) = arcsin x)
Jadi
y=sin x x = arcsin y atau
f(x)=sin x f -1(x) = arcsin x
Perhatikan kembali:
y = f(x) = sin x

x = f 1(y) = arcsin y, dengan menukarkan variabel y dengan x

diperoleh : x = f 1(x) = arcsin x atau sering ditulis f 1(x) = sin 1(x)(baca: arkus sinus x)
Catatan

Tanda pangkat (-1) adalah pengertian arkus atau invers dan bukannya

1
sin x

Karena fungsi sinus kontinu dan monoton naik pada selang tutup [-/2,/2], maka fungsi
invers sinus juga kontinu dan monoton naik pada selang tertutup [-1,1]. Perhatikan grafik
berikut:

y=x
/
2

y =sin x

/2

-/2

y=x

-1

y =sin-1

/
2

-1

Df 1 =[-1,1]
Rf -1 = [-/2,/2]

Df = [-/2,/2]
Rf = [-1,1]
gambar 2.6.3

Perhatikan kedua grafik di atas :


1. Domain fungsi sinus merupakan range fungsi invers sinus dan sebaliknya.
2. Grafik arcsin x dan sin x merupakan pencerminan terhadap garis y = x
Dengan metode yang serupa di atas kita dapat menentukan fungsi invers kosinus. Fungsi
invers cosinus kontinu dan monoton turun pada selang tertutup [0,], maka ia mempunyai
invers yaitu Arkus Cosinus yang disebut fungsi invers cosinus.
Jadi

y = cos x

x = arccos y yang dinotasikan f 1(x) = arccos x yang

merupakan fungsi invers cosinus.


Daerah definisi fungsi invers cosinus adalah [-1,1] dan daerah hasilnya (Range) adalah
[0,], gambar grafik sebagai berikut:
y

y =cos x

/2

x
y =arccos x
/2

-1
Df = [0,]
R [ 1 1]

gambar 2.6.3a

-1

Df 1 =[-1,1]
Rf -1 = [0,]
Grafik f dan

-1

simetri terhadap garis y = x. Perhatikan bila kedua grafik di atas

digambar dalam satu sumbu sebagai berikut:

y =arccos x

y=x
/2

0
1

y = cos x
1 /2

gambar 2 6 3b

2.6.4 Fungsi Logaritma Dan Fungsi Eksponen


2.6.4.1 Fungsi Logaritma Asli

Logaritma basis a dari suatu bilangan x ditulis alog x atau logax a>0, a 1
Logaritma basis 10 ( a = 10) dari suatu bilangan x ditulis log x, disebut logaritma biasa.
(basis 10 tidak ditulis)
Logaritma basis e ( e 2,71828) dari suatu bilangan x ditulis ln x, disebut logaritma asli.
Sekarang kita akan membahas fungsi logaritma asli.
Definisi :

Fungsi logaritma asli didefinisikan sebagai:


x

ln x =

t dt

; x>0

daerah definisi adalah semua bilangan riil positif. Karena

1
> 0 , t > 0 maka:
t

bernilai positif untuk x > 1


ln x = bernilai 0 untuk x = 1
bernilai negatif untuk 0 < x < 1
grafik y = ln x memotong sumbu x hanya dititik (1,0), di sebelah kanan titik (1,0), grafiknya
berada di atas sumbu x dan di sebelah kiri titik (1,0), grafiknya berada di bawah sumbu x.
Lengkungan grafiknya kontinu, monoton naik dan cekung ke bawah.

y
y = ln x

1
(1,0)
0

Df = (0,)
Rf = (-,+)
gambar 2.6.4

Sifat-Sifat Logaritma Asli


Misalkan a dan b bilangan positif dan n bilangan rasional sembarang maka berlaku:

t dt = 0

1. ln 1 = 0 ; karena ln 1 =

2. ln ab = ln a + ln b
a
3. ln = ln a - ln b
b
4. ln an = n ln a

Definisi 2.8 :

(i.) Persamaan ln x = 1 mempunyai Penyelesaian : tunggal yang dinyatakan oleh e, yaitu:


ln e = 1
e = 2,71828182845 (nilai hampiran)
e disebut bilangan Euler (Leonard Euler)
(ii.) Jika x bilangan riil maka ex bilangan tunggal yang memenuhi : ln ex = x, x

Contoh :

Gunakan sifat-sifat logaritma asli untuk menyederhanakan fungsi: f ( x) = ln 5

x2
x4

Penyelesaian : :

x2
x2
= ln 4
ln 5
4
x
x

1 x 2 1
= ln 4 = ln( x 2) ln x 4
5 x 5

1
4
= ln( x 2) ln x
5
5

2.6.4.2 Fungsi Logaritma Dengan Basis Bukan e

Fungsi logaritma dengan basis a ditulis:


y = f(x) = alog x atau y = alog x dengan a > 0 dan a 1
Pada pembahasan lebih lanjut akan ditunjukkan bahwa :
y = alog x y = ax
Sifat-Sifat
Misalkan x dan y bilangan positif dan n bilangan rasional sembarang maka berlaku:
1.

2.

log xy = alog x + alog y

3.

log

4.

log xn = n alog x

log 1 = 0
x a
= log x - alog y
y

5.

log x =

log x ln x
=
; a > 0, a 1; p > 0, p 1
log a ln a

2.6.4.3 Fungsi Eksponen


Definisi :

Fungsi eksponen didefinisikan sebagai :


f(x) = ex

atau

y = ex,

x dengan domain (-,+) dan rangenya adalah

(0,+)
Teorema :

y = ex x = ln y
y

y =ex
y=x

Bukti:

y = ex ln y = ln ex = x ln e = x
Jadi y = ex x = ln y (1)

jika x = ln y ln e = ln y e = y
x

Jadi x = ln y = ex (2)
Dari (1) dan (2) diperoleh:

y=
ex

y = ln
x

-2 -1

y = ex x = ln y
Dari

uraian di atas, dapat disimpulkan

bahwa :
fungsi eksponen saling invers dengan fungsi
Gambar. 2.6.4.3

logaritma
Jadi :
Jika f(x) = ln x
Jika f(x) = ex

f 1(x) = ex

f 1(x) = ln x

ln (ex) = x, untuk x
eln x = x, untuk x > 0

Sifat-Sifat Eksponen

Jika a dan b bilangan riil sembarang, maka berlaku:


1. e0 = 1
2. eaeb = ea+b

3.
4.

ea
= e a e b = e a b
b
e

(e )

a b

= e ab

5. eaeb = ea+b
ea
6. b = e a e b = e a b
e
7.

(e )

a b

= e ab

2.6.4.4 Fungsi Eksponen Basis Bukan e


Definisi :

Jika a bilangan positif dan x bilangan riil, maka fungsi f dengan persamaan:
f(x) = ax

y = ax

atau

disebut fungsi eksponen basis a

Batasan :

a x = a x ln a y = alog x
Jika y = alog x maka ay = a

log x

Jika y = ln x maka a = e = e

( )

= e x ln a

dengan a>0 , a 1, dan y positif

, tetapi ay = x berarti a

ln a

a x = e ln a

x = ay

log x

= x dengan a>0

, jika keduanya dipangkatkan x diperoleh:

jadi

Sifat-Sifat

Jika a dan b bilangan positif dan dan x, y bilangan riil, maka berlaku:
a0 = 1
ax
= a x a y = a x y
y
a

4. axay = ax+y
5.

(a )

x y

= a xy

axbx = (ab)x

T U G A S 2.
A. Untuk soal no 1 sampai dengan no 6, tentukan daerah asal dan daerah hasil/daerah nilai
dari setiap fungsi berikut.

1). f ( x) = 3 2x x 2
1
3). . f ( x) =
1 x2
1
5). f ( x) =
(x 1)3

2). f ( x) = 1 2sin x
x( x 2)
4). f ( x) =
x 1
6). f ( x) =

x
1 x

B. Untuk setiap fungsi berikut, tentukan apakah fungsi genap atau fungsi ganjil atau bukan
fungsi genap dan bukan fungsi ganjil.

a ). f ( x ) = 5 x 3 7 x

b). f ( x ) =

x 1
x +1

c) f ( x ) = 2 x 4 3 x 2 + 1

C. Tentukan aturan fungsi f + g ; f g dan f/g dari fungsi-fungsi berikut, kemudian


tentukan pula daerah asal dari hasil operasinya.

a ). f ( x ) = x 5 ; g ( x ) = x 2 1

b). f ( x ) = x ; g ( x ) = x 2 + 1

D. Gambarkan grafik fungsi berikut:


1.

f (x ) = 2 x

4.

f (x ) =

[x ]

2. f (x ) = [ x ]; 2 x 2
dan f (x ) =

[x ]

3. f ( x ) =

x
dan f ( x ) = x x
x

5. f ( x ) = sin x

| x | 5 , jika | x | 5

f ( x) =
25 x 2 , jika x < 5

, x0
1

7. f ( x) = x + 1 ,0 < x < 2
x 2 1 , x 2

E. Periksa apakah pada soal 1 9 adalh fungsi satu-satu dan jika dia adalah f satu-satu
carilah inversnya.
1.

f ( x) = 5 x + 3

4.

f ( x) = x

2. f ( x) = 1 x 2
5. f ( x) =

x
x

3. f ( x) = x 5 + 1
6. f ( x) =

1
2
1 x

BAB III

PENUTUP

Keberhasilan mahasiswa memahami konsep fungsi real secara umum

akan

memudahkan mahasiswa tersebut dalam mempelajari matematika lanjutan seperti


matematika dasar 2 dan lebih mudah untuk menerapkan pada bidang ilmu lain

DAFTAR PUSTAKA
4. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
5. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
6. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.

MODUL 3
Judul :

Limit Fungsi dan Kontinutas

BAB I. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Modul ini akan dibahas limit fungsi dan kontinutas suatu fungsi yang sangat
berkaitan dengan modul berikut yaitu modul tentang turunan fungsi.
Pada kegiatan modul 3 ini akan dibahas secara detail mengenai definisi
limit fungsi baik secara intuitif maupun secara formal dan teknik-teknik
menghitung limit fungsi dan dilanjutkan pengertian kontinutas suatu fungsi yang
sangat erat kaitannya dengan limit fungsi.

J. Ruang Lingkup Isi


Adapu ruang lingkup materi modul 3 ini meliputi : Definisi limit fungsi ,
limit kiri dan limit kanan suatu fungsi, kontinutas suatu fungsi, kontinu kiri dan
kontinu kanan serta kontinu selang pada suatu fungsi.

K. Kaitan Modul
Modul ini merupakan konsep bagi modul berikutnya dan sangat berkaitan
dengan modul sebelumnya yang mana mahasiswa dapat memahami konsep limit
dan kontinutas suatu fungsi yang akan digunakan pada modul berikutnya.

L. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menulis seraca tepat definisi limit secara formal
2. Mahasiswa dapat

menghitung nilai

bila nilai ditentukan dengan

menggunakan definisi limit


3. Mahasiswa dapat menghitung nilai limit suatu fungsi
4. Mahasiswa dapat menentukan kekontinuan suatu fungsi

BAB II. Pembahasan


2.1 Limit Fungsi Di Suatu Titik
2.1.1 Pengertian Intuitif
Untuk memahami pengertian limit fungsi pada suatu titik , pandang sebuah fungsi
yang didefinisikan seperti berikut ini :
f (x ) =

x3 1
x 1

Fungsi f jelas tidak terdefinisi dititik x = 1 , karena pada titik tersebut nilai fungsi adalah

0
.
0

Tetapi pertanyaan yang mungkin timbul adalah bagaimana nilai f(x) disekitar x = 1 ? .
Apakah f(x) mendekati nilai tertentu bila x mendekati 1 ?. Istilah mendekati disini
menggunakan pengertian ukuran jarak dua titik pada garis yang dinyatakan dalam nilai
mutlak. Untuk menjawab pertanyaan tersebut , ada beberapa hal yang dapat dilakukan , dua
diantaranya adalah :
1. Menghitung nilai-nilai f untuk x yang mendekati 1, seperti yang dinyatakan pada tabel 1.
Tabel 1: Nilai f disekitar x = 1.
0,75 0,9

X
x3 1
x 1

0,99 0,999

2,313 2,70 2,970 2,997

1,001 1,01

1,1

1,25

3.030 3,310 3,813

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai f(x) akan mendekati 3 apabila x dibuat cukup dekat
dengan 1. Dengan kata lain, jika x mendekati 1 dan x 1 maka f(x) mendekati 3. Jadi , f
dapat dibuat sedekat mungkin ke 3 dengan cara mengambil nilai x cukup dekat ke 1, tetapi
x 1.

2. Sketsa grafik y = f ( x)

Grafik y =

x3 1
ditunjukkan dengan gambar 1 berikut :
x 1

f(x)

3
f(x)
1

gambar 1

Grafik f terpotong di x = 1 (ditandai dengan bulatan kosong 0) menunjukkan nilai


f(1) tidak ada (f tidak terdefinisi di x = 1). Meskipun demikan , dari grafik tersebut terlihat

bahwa apabila x semakin mendekati 1, nilai f(x) semakin mendekati 3.


Informasi yang diperlukan dari bagian. 1 dan 2. adalah :

f (x ) =

x3 1
mendekati 3 jika x mendekati 1 , x 1 atau
x 1

o Jarak f ( x ) =

x3 1
ke- 3 dapat dibuat sedekat mungkin dengan cara membuat jarak
x 1

x ke-1 cukup dekat , x 1 atau

x3 1
3 dapat dibuat sekecil mungkin dengan cara membuat x 1 cukup kecil
x 1

pula , dengan x 1 .
Informasi-informasi tersebut dalam notasi matematika dinyatakan sebagai :
x3 1
lim
=3
x 1
x 1
x3 1
disebut limit untuk x mendekati 1 dari
adalah 3.
x 1
Pengertian limit secara umum dinyatakan dalam definisi berikut :

Definisi 1. (Pengertian Secara Intuisi)


Fungsi f mempunyai limit L pada titik x = a berarti bahwa f(x)
mendekati L apabila x cukup dekat (tetapi berbeda) dengan a,
dan ditulis :
li

f( )

Jika pengertian dekat dalam definisi 1, menggunakan ukuran bilangan dan

(yang cukkup kecil), maka definisi limit dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
Definisi 2. (Pengertian formal)
Misalkan a adalah sebuah titik dalam selang buka I, dan f fungsi yang
terdefinisi pada setiap titik di dalam I, kecuali mungkin di titik a sendiri.
Limit fungsi f di titik a adalah L dan dinotasikan sebagai: lim f ( x) = L jika dan
xa

hanya jika untuk setiap bilangan positif (bagaimanapun kecilnya) selalu dapat
ditentukan bilangan positif sedemikian sehingga jika 0 < x a < maka
f ( x) L < .

Penjelasan secra geometri, diperlihatkan pada gambar 2.


f(x)

f(x)

{
L {

C- a

Untuk setiap > 0

Sehingga 0 < | x-a | <

f(x)

f(x)

L+
L
L-

a
| f(x)-L | <

terdapat > 0
gambar 2 : Interpretasi geometri limit fungsi

Jadi yang pertama diberikan adalah bilangan , sedangkan ditentukan kemudian dan
pada umumnya bergantung pada .

Contoh :
Buktikan bahwa :
lim (3 x 7) = 5
x4

Analisis awal :
Kita akan menunjukkan bahwa untuk setiap bilangan > 0 (bagaimana pun kecilnya),
dapat ditentukan > 0 sedemikian sehingga apabila
0 < x 4 < (3 x 7 ) 5 <

Pandang ketaksamaan pada ruas kanan

(3x 7 ) 5 <

3 x 12 <

3( x 4) <

3x4 <
x4 <
Jadi pilih =

(atau bilangan lain yang lebih kecil)

Bukti Formal :
Ambil > 0 sebarang, pilih =

(atau bilangan lain yang lebih kecil)

Akibatnya ,
Jika 0 < x 4 <
maka

(3x 7 ) 5 = 3x 12 = 3(x 4) = 3 x 4 < 3 =


Jadi

terbukti lim (3 x 7) = 5
x4

lim (3 x 7 ) = 5

f(x)

x4

{
{

lim
x2

2 x 2 3x 2
=5
x2

( ) ( )
3
3
2

gambar 3

2.1.2 Limit Kiri dan Limit Kanan (Limit Sepihak)


Sebelum kita membahas konsep Limit kiri dan limit kanan, perhatikan dengan
seksama fungsi f beserta grafik pada contoh berikut :

2
1

Contoh :

f ( x) =

x 1,
=
| x | 1,

-1

x>0

-2

x<0
Gambar 4

f(x) =

x
|x|

fungsi f ini terdefinisi pada semua bilangan real kecuali di x = 0 jadi Df = R {0}.
Sebagaimana halnya pada contoh di atas, maka berikut ini kita amati perilaku fungsi
f(x) =

x
disekitar x = 0. Bilamana x cukup dekat ke 0, maka f(x) tidak mendekati suatu
|x|

nilai tertentu, sehingga kita katakan


lim f ( x) = lim
x 0

x 0

x
| x|

tidak ada .

Akan tetapi, bilamana x mendekati 0 dari arah kanan (dari arah nilai-nilai x yang
besar dari 0), maka f(x) akan mendekati 1. dalam hal ini kita katakan bahwa fungsi x
mempunyai limit kanan di 0 dengan nilai limit kanan 1, ditulis
lim f ( x) = lim+

x 0 +

x 0

x
=1
| x|

Demikian juga bilamana x mendekati 0 dari arah kiri (dari arah nilai-nilai x yang
lebih kecil 0), maka f(x) akan mendekati bilangan -1. Dalam hal ini kita katakan
bahwa fungsi f mempunyai limit kiri di 0 dengan nilai limit kiri adalah -1, ditulis
lim f ( x) = lim

x 0

x 0

x
= 1
| x|

Dari kenyataan ini kita definisikan limit kanan dan limit kiri sebagai berikut :

Definisi Limit Kanan

Misalkan f sebuah fungsi paling sedikit terdefinisi pada selang terbuka (a,b), maka limit
kanan f dititik a ditulis sebagai:
lim f ( x) = L atau f(x) L bila x a+

xa +

jika > 0 terdapat bilangan > 0 sedemikian sehingga


0< x - a < | f(x) - L | < .
Perhatikan bahwa 0< xa < mengakibatkan x > a yang berarti x terletak disebelah kanan
a.
Definisi Limit Kiri

Misalkan f sebuah fungsi paling sedikit terdefinisi pada selang terbuka (c,a), maka limit kiri
f dititik a ditulis sebagai:
lim f ( x) = L atau f(x) L bila x a -

xa

jika > 0 terdapat bilangan > 0 sedemikian sehingga


0< a x <

| f(x) - L |< .

Perhatikan bahwa 0< ax < mengakibatkan x < a yang berarti x terletak disebelah kiri a.
Perhatikan gambar di bawah ini yang memperlihatkan situasi geometri untuk limit kanan
dan limit kiri

f(x)

f(x)

a x

Limit Kanan fungsi f di a

x a

Limit Kiri fungsi f di a

gambar 5a

gambar 5b

Bandingkan kedua definisi dari situasi geometri di atas dengan definisi limit fungsi f di
titik a.
lim f ( x) = L jika > 0 , > 0
x a

sehingga
0 < | x a | < | f(x) L | <
Bila x a+ , maka x > a. Akibatnya x a > 0, sehingga | x a | = x a, yang bila digantikan
pada definisi limit akan menghasilkan defenisi limit kanan. Demikian juga bila x a- ,
maka x < a. Akibatnya x a < 0, sehingga | x a | = a x, yang bila digantikan pada definisi
limit akan menghasilkan definisi limit kiri.
Catatan

1. Semua sifat-sifat limit fungsi disuatu titik berlaku juga untuk limit sepihak bilamana x
a diganti x a+ atau x a-.
2. Jika lim+ f ( x) atau lim f ( x) tidak ada, maka lim f ( x) juga tidak ada.
x a

xa

xa

3. Jika fungsi f terdefinisi pada selang terbuka (c,d) maka


lim f ( x) ditulis lim f ( x) , dan lim f ( x) ditulis lim f ( x) .

x c +

x c

x d

xd

Berdasarkan catatan nomor 3, maka dapat dipahami bahwa :

lim x = 0
x 0

karena f terdefinisi pada Df = [ 0, ) yang berarti f terdefinisi pada interval buka (0,),
sehingga
lim f ( x) ditulis lim f ( x) = 0.

x 0 +

x0

Hubungan antara limit fungsi di suatu titik dengan limit kiri dan limit kanannya di titik
tersebut diberikan dalam teorema berikut :
Teorema 1 :

lim f ( x) lim+ f ( x) = lim f ( x) = L


x a

xa

xa

Catatan
Teorema ini menyatakan bahwa limit kiri dan limit kanan fungsi f di a dapat dihitung dengan
cara menghitung limit fungsinya di a, asalkan limit fungsi tersebut ada.
Teorema 2 :

Jika lim f ( x) = L1 dan lim+ f ( x) = L2 dengan L1 L2 , maka lim f ( x) tidak ada.


xa

x a

x a

Contoh :
2
Diberikan fungsi f ( x) = x ; x 1
2 ; x > 1

Tunjukkan bahwa lim f ( x) tidak ada, dan gambar grafiknya.


x1

Penyelesaian :

Untuk menghitung limit kiri dari f digunakan persamaan :


f ( x) = x 2 ; x 1
(domain dari f di sebelah kiri dari 1). Sebaliknya untuk menghitung limit kanan dari f
digunakan persamaan f ( x) = 2 ; x > 1 . Sehingga

lim f ( x) = lim x 2 = 1

x 1

x 1

sedangkan
lim f ( x) = lim+ 2 = 2 .

x 1+

x 1

Karena limit kiri tidak sama dengan limit kanan maka disimpulkan bahwa lim f ( x )
x1

tidak ada.

y
y=
2

y=
2
1
0

-1

Gambar 6

2.2 Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga


2.2.1 Limit di Tak Hingga

Pandang sebuah fungsi yang didefinisikan sebagai berikut :


x
1+ x2
grafiknya di perlihatkan pada gambar 3.4.
f (x ) =

-1

gambar 7

Pertanyaan yang mungkin timbul adalah : Berapa nilai f ( x ) apabila x makin besar dan
makin besar ?.
Notasi matematika untuk jawaban pertanyaan tersebut adalah lim f ( x )
x

Pada Tabel 2, kita mempunyai daftar nilai-nilai f ( x ) untuk beberapa nilai x.


Tampak bahwa f ( x ) mengecil dan makin mendekati 0 (dari kanan) bilamana x membesar
dan makin membesar. Berdasarkan nilai pada Tabel tersebut, kita tulis:

x
=0
x 1 + x 2

lim

Apabila x membesar ke arah negatif, maka f ( x ) makin mendekati 0 (dari kiri), dan di tulis :
lim

x
=0
1+ x2

Tabel 2
x
1+ x2

x
10

0,099

100

0,010

1000

0,001

10000

0,0001

(x)
Definisi 3 (Limit untuk x )

Misalkan f terdefinisi pada

[ c , )

untuk suatu c .

Limit f ( x ) adalah L

bilamana x membesar tanpa batas, dan ditulis sebagai :


lim f (x ) = L
x

Jika > 0, M > 0 sedemikian sehingga x > M f ( x) L <


Gambar 3.4, diharapkan dapat membantu pemahaman mengenai definisi 3.
Definisi 4 (Limit untuk x )

Misalkan f terdefinisi pada ( , c

] Suatu

c . Limit f (x ) adalah L bilamana x

mengecil tanpa batas, dan ditulis sebagai :


lim f ( x ) = L

Jika > 0, bilangan M sedemikian sehingga x < M f ( x) L <


Contoh :

Tunjukkan (dengan definisi) Bahwa jika k adalah bilangan bulat


positif, maka:
lim

1
=0
xk

Penyelesaian :

Analisis awal :
Apabila diberikan bilangan > 0 sebarang, akan ditentukan bilangan M > 0 sedemikian
sehingga jika x > M maka
Pilih

1
1
1 1
0 = k < karena <
jadi
k
x M
x
x

M > 0 sedemikian sehingga

1
1
< k
k
x
M

1
=
Mk

Bukti formal :
Ambil > 0 sebarang
Pilih M = k 1

Maka x > M berakibat

Jadi terbukti lim

1
1
1
1
0 = k = k < k =
k
x
x
x
M

1
=0 .
xk

Penentuan limit fungsi untuk x atau x dengan menggunakan definisi di


atas umumnya rumit dan terkadang sulit untuk dilakukan.

Rumus-rumus limit yang

disajikan sebelumnya, berlaku umum sehingga dapat digunakan dalam menentukan limit di
tak hingga.

Berikut ini diberikan contoh-contoh menghitung limit di tak hingga tanpa

menggunakan definisi.

2.2.2 Limit Tak hingga


1
; x 0 sebagaimana diperlihatkan pada gambar 3.4
x
Nilai-nilai f ( x ) untuk beberapa nilai x yang mendekati nol (baik dari kiri maupun
dari kanan) pada tabel 3.
Pandang grafik f ( x ) =

Tabel 3 : Nilai f(x) disekitar x = 0.


1 1
1
1 1 1
1
0 1
2
x
1000000 10000 10 2
10 10000 1000000
-10 -2
f(x) 2 10 10000 1000000 ?
100000 10000
0
Dari tabel 3, terlihat bahwa : Nilai f(x) akan semakin membesar tanpa batas, bilaman x
semakin dekat ke 0 dari arah kanan , dalam hal ini dikatakan
lim f ( x) = +

x 0 +

Nilai f(x) akan semakin mengecil tanpa batas, bilaman x semakin dekat ke 0 dari arah kiri ,
dalam hal ini dikatakan
lim f ( x) =

x 0

Jadi limit kanan f(x) dan limit kiri f(x) pada x =0 dikatakan tidak ada.
Catatan
Lambang - dan + bukan bilangan

Jadi lim
x 0

1
tidak ada.
x

Untuk menyatakan nilai limit seperti kasus di atas, akan diberikan definisi berikut ini :
Definisi 5 :

Misalkan f suatu fungsi yang terdefinisi pada suatu selang terbuka yang memuat a , kecuali
mungkin pada titik a sendiri, maka :
(i)

limit f ( x ) dikatakan membesar tanpa batas (+) bilamana x mendekati a,


ditulis sebagai:
lim f ( x) = +
xa

jika M > 0, > 0 sedemikian sehingga


0 < x a < f ( x) > M .
(ii)

Limit f(x) dikatakan mengecil tanpa batas (-) bilamana x mendekati a, ditulis
sebagai:
lim f ( x) =
x a

jika M > 0, >0 sedemikian sehingga


0 < x a < f ( x) < M .
Sebagai ilustrasi perhatikan contoh-contoh berikut :
Perhatikan grafik dan limit fungsi f di sekitar x = 1 berikut :
1
a. lim+
= +
x 1 x 1
1
lim
=
x 1 x 1
maka disimpulkan bahwa
1
lim
tidak ada
x 1 x 1

1
b. lim+
=
x 1 x 1
1
lim+
= +
x 1 x 1
maka disimpulkan bahwa

1
;x >1
x 1
0

1
;x <1
x 1

Gambar 8

1
;x <1
x 1

1
;x >1
x 1
gambar 9

1
lim
tidak ada
x 1 x 1

1
= +
2
x 1 ( x 1)
1
lim
= +
2
x 1 ( x 1)
maka disimpulkan bahwa :
1
lim
= +
x 1 ( x 1)2

c. lim+

1
;x <1
(x 1)2

1
;x >1
(x 1)2
1

gambar 10

1
=
d. lim+
2
x 1 ( x 1)

1
=
lim
2
x 1 ( x 1)

maka disimpulkan bahwa :


1
=
lim
x 1 ( x 1)2

1
;x <1
(x 1)2

1
;x >1
(x 1)2

gambar 11

2.3 Kontinuitas Fungsi


2.3.1 Kekontinuan Fungsi Di Suatu Titik
Dalam pembahasan yang lalu tentang konsep limit, dimana eksistensi (keberadaan)
nilai limit fungsi di suatu titik tidak tergantung kepada nilai fungsinya di titik tersebut.
lim f ( x) = L ,
x a

tidak mempersoalkan apakah fungsi f terdefinisi di titik a atau tidak.


Sekarang akan ditinjau hubungan limit fungsi dengan nilai fungsinya di suatu titik. Jika limit
fungsi f di titik a adalah f(a), dikatakan bahwa fungsi f kontinu dititik x = a.

Definisi 3.10 (Kekontinuan)


Suatu fungsi f dikatakan kontinu di titik a jika

lim f ( x) = f (a )
x a

Definisi 3.10 menjelaskan bahwa sebuah fungsi

f dikatakan kontinu di titik a

jika

memenuhi ketiga syarat berikut:


1. lim f ( x) = L
xa

(ada )

2. f(a) ada ( f terdefinisi dititik a)


3. lim f ( x) = L = f (a )
x a

Catatan

Jika salah satu syarat kekontinuan di atas tidak dipenuhi, dikatakan fungsi f tidak kontinu
(diskontinu) di titik tersebut.
Contoh

x4 x3
, x 1

x
Diberikan fungsi f ( x) =
1
, x =1
2
Selidiki apakah fungsi f kontinu di x =1 dan gambarkan grafik f.
Penyelesaian
x 3 , x 1

Fungsi f di atas dapat dituliskan sebagai f ( x) = 1


, x =1

2
Fungsi f terdefinisi untuk semua bilangan riil x , grafiknya terdiri atas titik terpencil (1,1/2)
dan semua titik pada kurva y = x3 kecuali titik (1,1) lihat gambar 12.
Sekarang kita periksa syarat-syarat kekontinuan fungsi f dititik x = 1

lim f ( x) = lim x 3 = 1, ( syarat (1) dipenuhi )

f(1) = ,

lim f ( x) f (1),

x 1

x 1

x1

(syarat 2 dipenuhi)
( syarat (3) tidak dipenuhi )

Kesimpulan Fungsi f tidak kontinu dititik x = 1.


y

f(x)

1
-1

f(x)=x3

(1,
)
1
x

-1

gambar 12

-1

0
-1

gambar 13

Catatan
Dari Contoh di atas, bilamana didefinisikan f(1) = 1 maka dikatakan fungsi f kontinu di
titik x = 1 (gambar 13).

2.3.2 Kontinu Kanan dan Kontinu Kiri


Definisi :
1) Suatu fungsi f dikatakan kontinu kanan dititik x = a jika memenuhi tiga syarat
berikut:
a. lim+ f ( x) ada (artinya limit kanan di a ada)
x a

b. f(a) ada, (artinya f terdefinisi di a)


c. lim+ f ( x) = f (a )
x a

2) Suatu fungsi f dikatakan kontinu kiri dititik x = a jika memenuhi tiga syarat berikut:
a. lim f ( x) ada (artinya limit kiri di a ada)
x a

b. f(a) ada, (artinya f terdefinisi di a)


c. lim f ( x) = f (a )
xa

Teorema :
Fungsi f kontinu di titik x = a lim+ f ( x) = lim f ( x) = f (a)
x a

x a

Contoh :
f(x) =

x 1

fungsi f terdefinisi pada Df = [ 1, ) sehingga f


kontinu

y
f(x) =

x 1

pada selang tersebut, karena f kontinu

pada selang terbuka (1, ) dan kontinu kanan di x


= 1.

2.3.3 Kekontinuan Dalam Suatu Selang


Definisi :

1. Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada selang buka (a,b) jika dan hanya jika f
kontinu pada setiap titik pada selang buka (a,b).
2. Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada selang tutup [a,b] jika dan hanya jika f
kontinu pada setiap titik pada selang buka (a,b), kontinu kanan di x=a dan kontinu
kiri di x=b
3. Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada selang setengah buka [a,b) jika dan hanya jika
f kontinu pada setiap titik pada selang terbuka (a,b) serta kontinu kanan di titik a.
4. Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada selang setengah buka (a,b] jika dan hanya jika
f kontinu disetiap titik pada selang terbuka (a,b) serta kontinu kiri di titik b.

Contoh 1
a. Fungsi f(x) = x yang terdefinisi pada selang [0,+) kontinu pada selang tersebut,
karena f kontinu pada selang buka (0,+), dan kontinu kanan di titik x = 0. hal ini dapat
dilihat dari :
lim x = a , untuk semua a (0,+)
xa

dan

kontinu kanan

di x=0 , yaitu

lim x = 0 (gambar 15)

x 0+

b. Fungsi g(x) = 9 x 2 ; kontinu pada selang tertutup [-3,3], oleh karena g kontinu pada
setiap x (-3,3), serta kontinu kanan di x = -3 dan kontinu kiri di x = 3 (gambar 16).
Perhatikan bahwa:

y
3

f ( x) = x

0
Fungsi f kontinu pada [0,)

gambar 15

Fungsi g kontinu pada [-3,3]

Jenis-Jenis Ketakkontinuan
1) Ketakkontinuan yang dapat dihapuskan (removable discontinuity), yang terjadi
bilamana

lim f ( x) f (a ) . Pengertian dapat

ada tetapi

lim f ( x)
xa

x a

dihapuskan adalah dengan mengganti (mendefinisikan ) f(a) sama dengan nilai


limitnya, maka fungsi f akan menjadi fungsi kontinu dititik tersebut.
2) Ketakkontinuan

loncat

(jump

discontinuity)

terjadi

bilamana

lim f ( x) lim f ( x) . Pengetian loncat adalah limit kiri di x=a berbeda

xa +

xa

dengan limit kanan di a (ada loncatan).


3) Ketakkontinuan

tak

hingga,

yang

terjadi

bilamana

lim f ( x) = atau

x a +

lim f ( x) = .

x a

4)

lim f ( x) atau lim f ( x) tidak ada dan tidak sama dengan .

x a +

x a

T U G A S 3.
1. Tuliskan definisi limit secara formal untuk
2. Tentukan

= 0,001

dari lim (2 x + 1) = 3 bila = 0,05


x 1

3. Hitung nilai limit fungsi berikut :

a.

lim 5 x 2 + 2 x

c.

lim

x 3

x c

x2 c2
x3 c3

1 1

b. lim x 3 , x 0
x 3 x 3
d. lim
x 0

dan x 3

4+ x 2
x

4. Gunakan limit sepihak untuk menghitung limit fungsi berikut :


| x 1 |
x 1 x 1

a. lim

x + 2

b. Diberikan fungsi : f(x) = x 2


x

x<0

; 0 x <1
;
x 1

(i). Gambarkan grafik fungsi f


(ii). Hitung lim f ( x) dan lim f ( x) jika ada.
x 0

x1

x
c. (i) lim
x2 2
d. lim
x 1

x
(ii) lim+
x2 2

(iii). lim+
x 1

[2]

| x 1 |
x 1

5. Selidiki apakah fungsi yang diberikan kontinu pada titik x = 3? Jelaskan alasannya.
a. f(x) =

9
x3

b. . f(x)=

9 x

3 x
x3
c. h(x) = x 2
d. Q(x) =
x3
6. Tentukan semua nilai x sehingga fungsinya kontinu.
a. f(x) = x 1 x

b. f(x) =

x+2

7. Gambar grafik fungsi dan tentukan pada selang manakah fungsi yang diberikan kontinu.
a. f(x) =

x3

12 ( x + 2) , x > 0
c. F(x) = 0
,x =0
1 x 2
,x <0

b. g(x) =

x3

x 2 2 x
2
d. G(x) = x + 2 x
4 x
x 4

,x < 0
,0 x 1
,1 < x < 4
,x 4

8. Selidiki apakah f kontinu pada titik x=5? Jelaskan alasannya.


x 2 25
a. f(x) =
x5

x 2 25
b. f(x) = x 5 , x 5
6
,x = 5

9. Diberikan fungsi G dengan persamaan G ( x) =


harus diberikan pada G(3) agar G kontinu di

x3
, x 3 nilai berapakah yang
x 3

x = 3?

10. Selidiki jenis ketakkontinuan fungsi-fungsi berikut:


a.

x
;x 2
f ( x) =
,
2
( x 2) ; x > 2

di titik x= 2

b.

2 x 2 x 3
; x 1
f ( x) = x + 1
0
; x = 1

,di titik x= -1

c.

x2 x

f ( x) = x ; x 0 ,
0
;x = 0

di titik x= 0

BAB III

PENUTUP

Keberhasilan mahasiswa memahami konsep limit fungsi

akan memudahkan

mahasiswa tersebut dalam mempelajari modul-modul selanjutannya seperti turunan dan


aplikasing serta Integral.

DAFTAR PUSTAKA

7. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
8. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
9. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.

MODUL 4
Turunan (Derivative) Fungsi

Judul :

BAB I. Pendahuluan
M. Latar Belakang
Modul ini akan dibahas perbedaan relasi dan fungsi, jenis fungsi, domain
dan daerah hasil (Range) suatu fungsi serta grafik fungsi yang sangat berkaitan
dengan modul-modul selanjutnya.
Pada kegiatan modul 2, khusus akan dibahas mengenai fungsi satu-satu dan
pada yang disingkat fungsi satu-satu dan bagaimana menggambarkan

grafik

fungsi sederhana serta bagaimana pula menentukan invers suatu fungsi dan syarat
suatu fungsi komposisi dapat ditentukan.

N. Ruang Lingkup Isi


Adapun ruang lingkup materi modul 2 ini meliputi : Fungsi Real, domain
dan range fungsi, grafik fungsi, invers fungsi, fungsi kompusisi,dan fungsi implit
.

O. Kaitan Modul
Modul ini merupakan konsep dasar bagi modul berikutnya yang mana
mahasiswa tersebut dapat memahami konsep fungsi real untuk dapat digunakan
pada modul-modul berikutnya.

P. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat membedakan relasi dan fungsi
2. Mahasiswa dapat menentukan domain dan range suatu fungsi
3. Mahasiswa dapat menggambarkan grafik fungsi sederhana
4. Mahasiswa dapat menentukan invers suatu fungsi
5. Mahasiswa dapat syarat suatu fungsi dapat dikomposisi dan menghitungnya
6. Mahasiswa dapat memebedakan fungsi implisit dan fungsi eksplisit

BAB II. Pembahasan


2.1 Turunan Fungsi Di Suatu Titik Dan Interpretasi Geometri
Konsep turunan dan diferensial dewasa ini tampil cemerlang dan memegang peranan
penting di dalam menyelesaikan berbagai masalah pada cabang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi . Karena itu banyak pengalaman dari kejadian sehari-hari yang nampak abstrak
dan rumit, kemudian dapat ditemukan rumus matematikanya yang selanjutnya dihubungkan
dengan suatu pola pikir (logika) dan penalaran yang dapat digunakan semua orang.
Misalkan suatu fungsi y = f (x) , maka secara matematis, turunan pertama fungsi f
di suatu titik tertentu x = c didefinisikan sebagai berikut:

Definisi 1
Misalkan f suatu fungsi terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c, maka
turunan pertama fungsi f di titik x = c didefinisikan sebagai:
f ' (c) = lim
xc

f ( x ) f (c ))
xc

..(2.1)

asal limitnya ada


Dengan penggantian x = c + x , yang mengakibatkan x c x 0 , dan
x c = x , maka turunan pertama fungsi f di titik x = c dapat dituliskan dalam bentuk
:
f ' (c ) = lim

x 0

f ( c + x ) f ( c )
y
= lim

0
x
x

(2.2)

asalkan limitnya ada, dikatakan mempunyai turunan di x = c


Sebaliknya, jika limitnya tidak ada, dikatakan f tidak terturunkan di x = c
dimana

y
disebut hasil bagi selisih atau hasil bagi difernsi
x

Perhatikan bahwa jika x berubah sebesar x , maka nilai y juga berubah sebesar y :
Perubahan nilai x

dari x = c

ke

x = c + x

Perubahan nilai fungsi y

dari y 0 = f (c)

ke

y 0 + y = f ( c + x )

Besarnya perubahan y akibat perubahan x adalah : y = f (c + x) f (c)

Notasi Turunan
Jika y = f ( x) , maka turunan pertama dinotasikan oleh salah satu simbol berikut :

d
dy
; f ' ( x) ;
f ( x) atau Dx y
dx
dx

y' ;

Sedangkan nilai turunan di suatu titik terntu (misalnya di x = c ) dinotaikan dengan :

y'

x=c

; f ' ( c ) atau

dy
dx

x=c

Untuk menentukan turunan fungsi di suatu titik, gunakan langkah-langkah berikut :


(1). Tuliskan y 0 = f (c)
(2). Tuliskan y 0 + y = f (c + x)
(3). Dapatkan y = f (c + x) f (c)
(4). Lakukan pembagian

y
x

y
. Hasil limit ini (jika ada) merupakan turunan pertama dari
x
fungsi y = f ( x) dititik x = c , dinotasikan f ' (c)

(5). Hitung lim

x 0

Contoh :
Tentukan turunan fungsi berikut di titik-titik yang ditentukan
f ( x) = x 2 3 x + 1 , di titik x = x0
Penyelesaian
f ( x) = x 2 3 x + 1 , x = x0
(1) : Tulis :

y 0 = f ( x 0 ) = x 0 2 3x 0 + 1

(2) : Tulis :

y 0 + y = f ( x 0 + x) = ( x0 + x) 2 3 ( x0 + x) + 1
= x0 2 + 2.x0 .x + ( x) 2 3 x0 3.x + 1

(3) : Dapatkan : y = f ( x0 + x) f ( x0 )
= [ x 0 2 + 2.x0 .x + ( x) 2 3 x0 3.x + 1] [ x 0 2 3 x0 + 1]
= ( x) 2 + 2.x0 .x 3.x = (x + 2.x 0 3).x

(4): Dapatkan :

y (x + 2.x 0 3).x
=
= (x + 2.x0 3).
x
x

(5): Hitung

y
= lim (x + 2.x 0 3) = 2.x0 3
x x0

lim

x 0

Jadi f ' ( x0 ) = 2.x0 3

2.1.1 FUNGSI TURUNAN


Perhatikan pada contoh 1-a, diatas , jika indeks o dijalankan (dihilangkan), diperoleh
f ' ( x) = 2.x 3 , yang juga merupakan fungsi x, yang disebut fungsi turunan.

Turunan fungsi f di sembarang titik dalam domain f didefiniskan sebagai berikut:


Definisi 2
Jika f adalah sebuah fungsi maka turunan pertama fungsi f yang nilainya di setiap titik x
pada daerah definisi f dinyatakan sebagai :
f ( x + x ) f ( x )
.....(2.3)
x

f ' ( x) = lim

x 0

asal limitnya ada. Selanjutnya fungsi f dikatakan terturunkan (differentiable) jika f ' ( x)
ada untuk setiap x dalam daerah asalnya.

2.1.2 Interpretasi Dari Turunan


Turunan fungsi di suatu titik dapat di artikan sebagai gradient dari suatu garis
singgung pada kurva, sebagai kecepatan, sebagai percepatan dan lain sebagainya.

2.1.2.1 Turunan sebagai Gradien (Tanjakan) garis


Secara geometri, turunan fungsi f di titik x = c , dinotasikan sebagai f ' (c)
menyatakan tanjakan garis singgung g pada kurva y = f (x) dititik (c , f (c)) , di mana garis
singgung g tersebut tidak sejajar sumbu-y.
Perhatikan uraian berikut : Misalkan fungsi f terdfinisi dalam daerah asalnya dan
grafiknya digambarkan pada gambar (4-1). Misalkan garis l memotong kurva f dititik P dan
Q, maka tanjakan garis (tali bususr) l adalah :

ml =

f ( c + x ) f ( c )
f
=
; x 0 (2.1.1.)
x
x
y = f ( x)

y
y 0 + y = f ( c + x )

y Q(c + x ,

f (c + x))

y
P (c, f (c))
y0 = f ( c )

y
y

y
y

yR
x

Gambar (41)
x

P
x

0
c + x
c
Tanjakan tali busur ini tidak lain daripada kenaikan nilai fungsi f antara c dan c + x

Bilamana titik Q bergerak (sepanjang kurva f) mendekati P sedekat mungkin, maka


x akan mengecil menuju nol (x 0), akibatnya tali busur l akan berimpit dengan garis
singgung g.
Dengan proses limit, tanjakan garis singgung g dititik P dinyatakan sebagai:

f
f ( c + x ) f ( c )
= lim
x
x 0 x x 0

m g = lim

.(2.1.2)

atau notasikan x = h , maka persamaan (4.1.2) dapat ditulis:


m g ( h) = lim
h 0

y
f (c + h ) f ( c )
= lim
;
h

0
x
h

h0

(2.1.3)

Jika limit ini ada, nilainya disebut tanjakan (koefisien arah) garis singgung g pada grafik f
dititik P. Jelas bahwa tanjakan garis singgung g diperoleh dengan mengambil limit dari
tanjakan tali busur l, (2.1.1)

Teorema 1
Agar supaya representasi grafik fungsi f mempunyai sebuah garis singgung di titik

(c, f (c)) dan tidak paralel sumbu y maka syarat perlu dan syarat cukupnya adalah fungsi
f harus mempunyai turunan (terturunkan) di titik x = c . Tanjakan garis singgung tersebut
tidak lain dari turunan f di titik x = c
Dengan demikian persamaan garis singgung melalui titik (c, f (c)) pada grafik f adalah:

y f (c) = f ' (c)( x c)


atau
[2.1.4]
y = f ' (c)( x c) + f (c)
Dan persamaan garis normal n melalui titik (c, f (c)) adalah:

y=

1
( x c) + f (c) ......[2.1.5]
f ' (c )

Kedua garis ini (g dan n ) saling tegak lurus di titik (c, f (c)) pada kurva f , gambar (4-2)

y = f ( x)

g : grs singgung
P(c, f (c))
y 0 = f (c ) y

gambar (42)

n: grs normal

Contoh :
Suatu garis g menyinggung parabola y = f ( x) = x 2 4 x dititik x = 1 , tentukan
a. gradien garis singgung tersebut, kemudian tentukan persamaan garis singgungnya
b. persamaan garis normal di titik x = 1
Penyelesaian
Misalkan garis g menyinggung parabola y = f ( x) = x 2 4 x di titik P(c, f (c) , maka titik
tersebut adalah P(1, 3) .Gradien garis singgung adalah :
f ' (1) = lim

x 0

a.

(1)

y
f (1 + x) f (1)
= lim

0
x
x

f (1) = 12 4(1) = 3

(2) f (1 + x) = (1 + x) 2 4(1 + x)
= 1 + (x) 2 + 2.x 4 4.x = (x) 2 2.x 3
(3). y = f (1 + x) f (1) = [(x) 2 2.x 3] 3 = (x 2 ).x
(4).

y (x 2).x
=
= x 2
x
x

(5). lim

x 0

y
= lim (x 2 ) = 2
x x0

Jadi gradien garis singgung adalah f ' (1) = 2


Dari rumus (4.1.4), maka persamaan garis singgung pada kurva di titik
P (1, 3) adalah y 1 = (2) ( x 1) y = 2 x + 3
b.

Dengan rumus (4.1.5), maka persamaan garis normal melalui titik P (1, 3)

adalah y =

1
1
.( x 1) + 3 y = x + 3 12
(2)
2

2.1.2.2 Turunan sebagai Kecepatan /laju Sesaat


Jika s(t) suatu fungsi waktu dalam t, maka s ' (t ) menyatakan kecepatan sesaat dari
perubahan s pada saat t. Khususnya jika s(t) menyatakan jarak yang ditempuh suatu benda
bergerak pada suatu garis lurus, maka kecepatan setiap saat t dinyatakan sebagai,
s (t + t ) s (t )
s
= lim
t 0 t
t 0
t

s ' (t ) = lim

dimana

...... 4.1.6

s
menyatkan kecepatan rata-rata benda bergerak.
t

Catatan :
Notasi untuk kecepatan pada saat t , biasanya dilambangkan sebagai v(t ) , sedangkan
percepatan pada saat t dilambangkan a(t ) . Dimana v(t ) = s ' (t ) , dan a (t ) = v' (t ) = s" (t )

Contoh . (Masalah Laju Sesaat)


Dari tepi sebuah jurang, sebuah batu dilemparkan tegak lurus ke bawah. Jarak yang
ditempuh oleh batu tersebut dari titik asal hingga titik akhir t detik pertama dinyatakan oleh
persamaan
s = 20t + 16t 2
Bila jarak diukur dalam satuan kaki dan waktu diukur dalam satuan detik, tentukanlah
1. Kecepatan sesaaat batu tersebut pada :
a. Akhir t detik
b. Akhir 3,4 detik
2. Setelah berapa lamakah batu jatuh tersebut mencapai kecepatan 132 kaki/dt.

Penyelesaian :
Jarak yang ditempuh batu tersebut merupakan fungsi waktu yang dapat ditulis sebagai :
s = f (t ) = 20t + 16t 2
1. a. Dengan menggunakan rumus (4.1.4), kecepatan batu pada akhir t detik adalah:
f (t + t ) f (t )
s
= lim
v(t ) = s ' (t ) = lim
t 0 t
t 0
t
= lim

t 0

= lim

t 0

(20(t + t ) + 16(t + t ) ) (20t + 16t )


2

t
(20 + 32.t + 16t )t
t

= lim 20 + 32 t + 16t = 20 + 32 t
t 0

Jadi laju (kecepatan) batu jatuh pada akhir t detik adalah

v(t ) = 20 + 32.t

kaki / dt

b. Kecepatan (laju) sesaat batu jatuh pada saat 3,4 detik dapat dihitung dengan
menggunakan hasil soal (i)a, dimana dalam hal ini t = 3,4
Jadi kecepatan sesaat batu jatuh pada saat t = 3,4 adalah:
v(3,4) = 20 + 32(3,4) = 128,8

kaki / dt

2. Diketahui v(t) = 132 kaki/dt, jadi kita harus menentukan nilai t pada hasil soal 1.a ,
yang memenuhi :
132 = 20 + 32 t
diperoleh t = 3,5 detik. Sehingga pada saat 3,5 detik jatuh, batu memiliki
laju 132 kaki/detik.

2.1.3 Turunan Kiri dan Turunan Kanan


Misalkan f terdefinisi pada selang buka yang memuat a maka
1. Turunan kiri fungsi f di x=a didefinisikan sebagai
f ' (a ) = lim
xa

f ( x) f (a )
; asal limitnya ada
xa

2. Turunan kanan fungsi f di x=a didefinisikan sebagai


f ' + (a ) = lim+
x a

Teorema
f ' ( a ) ada

f ( x) f (a )
; asal limitnya ada
xa

f '+ ( a ) = f ' ( a )

Contoh .
Selidiki apakah fungsi berikut mempunyai turunan di x = 1

f ( x) = x x + 1

Penyelesain :
; x 1
x + 1
Karena x + 1 =
x 1 ; x < 1
x 2 + x
; x 1
Maka
f ( x) =
x 2 x ; x < 1

y
1

x
-1

0
-1

Dari Definisi di atas diperoleh


Turunan kanan :

Grafik f

f ' + (1) = lim+


x 1

f ( x) f (1)
x2 + x 0
= lim+
= lim+ x = 1
x 1
x 1
x +1
x +1

Turunan kiri :
f ' (1) = lim
x 1

f ( x) f (1)
x2 x 0
= lim
= lim x = 1
x 1
x 1
x +1
x +1

Karena turunan kanan turunan kiri, maka f ' (1) tidak ada.

2.2 Turunan Fungsi Pada Suatu Selang


Definisi
1. Suatu fungsi f dikatakan terturunkan (dapat diturunkan) pada selang
terbuka (a,b), jika f mempunyai turunan di setiap titik pada selang
(a,b).
2. Suatu fungsi f dikatakan terturunkan (dapat diturunkan) pada selang
tertutup [a,b], jika f mempunyai turunan pada selang (a,b) dan
turunan kiri [ f ' (a ) ada ] dan turunan kanan [ f ' + (b) ada].
3. Suatu fungsi f dikatakan terturunkan (dapat diturunkan) pada selang
setengah buka (a,b], jika f mempunyai turunan pada selang (a,b)
dan turunan kanan [ f ' + (b) ada ].
4. Suatu fungsi f dikatakan terturunkan (dapat diturunkan) pada selang
setengah buka [a,b), jika f mempunyai turunan pada selang (a,b)
dan turunan kiri [ f ' (a ) ada].
Hubungan antara turunan dan kekontinuan diberikan oleh teorema berikut:
Teorema
Misalkan fungsi f mempunyai turunan di x=a, yaitu f ' (a) ada maka
f kontinu di x=a
Catatan
Kebalikan teorema ini tidak berlaku. Artinya ada beberapa fungsi yang kontinu pada titiktitik tertentu tetapi fungsi tersebut tidak mempunyai turunan di titik tersebut. Kiranya jelas
bahwa jika f diskontinu di x=a maka f tidak terturunkan di x=a
Perhatikan contoh diatas sebelumnya yang telah dibahas, f kontinu di x = -1, tetapi
f tidak mempunyai turunan di x = -1, karena f1(-1) tidak ada

2.3. Rumus-Rumus Dasar Turunan


Menghitung turunan fungsi dengan menggunakan definisi turunan dengan
melibatkan limit tidak selalu mudah, bahkan beberapa fungsi yang akan rumit dan bentuknya
susah diselesaikan.

Dalam pasal ini akan diberikan rumus-rumus sederhana untuk menghitung turunan fungsi
yang mudah dihapal dan mudah digunakan.Disini kita tuliskan x = h
1. Turunan Fungsi Konstan

Teorema-1
Jika f ( x) = c, c = konstanta, maka f ' ( x) = 0 ; x
Bukti: f(x) = c ;

c konstanta maka f(x+h) = c sehingga


f ( x + h) f ( x )
cc
f ' ( x) = lim
= lim
= lim 0 = 0
h 0
h

0
h 0
h
h

2. Turunan Fungsi Identitas


Teorema 2
Jika f ( x) = x , maka f ' ( x) = 1

; x

f ( x) = x maka
f ( x + h) = x + h sehingga
f ( x + h) f ( x )
h
( x + h) x
f ' ( x) = lim
= lim
= lim = 1
h 0
h 0
h 0 h
h
h

Bukti:

3. Turunan Fungsi pangkat


Teorema 3
Jika f ( x) = x n maka f ' ( x) = n.x n 1 ; n Z + ; x 0
Bukti:
f ( x) = x n maka f ( x + h) = ( x + h) n sehingga
f ( x + h) f ( x ) = ( x + h) n x n
= ( x n + nx n1h + n ( n21) x n2 h 2 + ... + h n ) x n
f ( x + h) f ( x )
= nx n 1 + n ( n21) x n2 h + ... + h n1
h
f ( x + h) f ( x )
Jadi f ' ( x) = lim
h 0
h
= lim nx n1 + n ( n21) x n 2 h + ... + h n1 = nx n1
h 0

4. Turunan dari hasil kali Fungsi dengan sebuah konstant

Teorema-4
Misalkan f suatu fungsi yang terturunkan dan c sebuah konstanta, maka
(cf ) ' = c f '

Bukti:

Misal kita tuliskan F ( x) = cf ( x) ; f dapat diturunkan, maka


F ( x + h) F ( x )
cf ( x + h) cf ( x)
F ' ( x) = lim
= lim
h 0
h

0
h
h
f ( x + h) f ( x )
= c lim
= c f ' ( x)
h 0
h
5. Turunan Jumlah Dua Buah Fungsi

Teorema-5
(i). Jika f dan g masing-masing terturunkan dan (f+g) juga dapat teturunkan,
maka
( f + g )' ( x) = f ' ( x) + g ' ( x)
(ii). Dengan cara yang sama juga berlaku :
( f g )' ( x) = f ' ( x) g ' ( x)
Teorema ini dapat diperluas menjadi :
( f1 + f 2 + ... + f n )' = f1 '+ f 2 '+... + f n '
Bukti diserahkan kepada pembaca

6. Turunan Perkalian dan Pembagian Dua Fungsi

Teorema -6 (Bukti diserahkan kepada pembaca)


Jika f dan g masing-masing fungsi yang dapat diturunkan dan (f g) juga
terturunkan maka:
(i) Jika y = f ( x).g ( x) , maka y ' = f ' ( x).g ( x) + f ( x).g ' ( x)
f ' ( x).g ( x) f ( x).g ' ( x)
f ( x)
, g ( x) 0
(ii). Jika y =
,
maka y ' =
g ( x)
[ g ( x)] 2
f ' ( x)
1
, dengan f ( x) 0; x D f
(iii). Jika y =
,
maka y ' =
f ( x)
[ f ( x)] 2

7. Teorema -7
Jika y = [ f ( x)] n , maka y ' = n.[ f ( x)]n1 . f ' ( x) , n Z , n > 1

8. Rumus-Rumus Turunan Fungsi Trigonometri


maka
f ' ( x) = cos x
a. Jika f ( x) = sin x
maka
f ' ( x) = sin x
b. Jika f ( x) = cos x
maka
f ' ( x) = sec 2 x
c. Jika f ( x) = tan x
maka
f ' ( x) = csc 2 x
d. Jika f ( x) = cot x
maka
f ' ( x) = sec x tan x
e. Jika f ( x) = sec x
maka
f ' ( x) = csc x cot x
f. Jika f ( x) = csc x
(untuk bagian c sampai f gunakan ; x ( 2 + k) ; k Z
9. Rumus-Rumus Turunan Fungsi Eksponen dan Logaritma:
maka
f ' ( x) = e x
a. Jika f ( x) = e x

b. Jika f ( x) = a x

maka

c. Jika f ( x) = ln x

maka

d. Jika f ( x) = a log x maka

f ' ( x) = a x ln a; a > 0
1
f ' ( x) = ; x > 0
x
1
f ' ( x) =
; x > 0; a > 0; a 1
x ln a

Catatan
a

log x =

ln x
ln a

2.4. Turunan Fungsi Komposit & Aturan Rantai


Fungsi komposisi sudah dibicarakan pada modul 2. Sekarang misalkan
fungsi f terturunkan di x dan fungsi g terturunkan di f(x) maka fungsi komposisi
(gf) dapat diturunkan di x , sehingga
Jika h( x) = ( g o f )( x) , maka
h' ( x ) = ( g o f )' ( x ) = ( g ( f ( x)) )' = g ' ( f ( x))( f ' ( x)) .......(2.4.1)

Rumus (4.5.1) di atas dikenal dengan nama Aturan Rantai yang dapat dituliskan secara
singkat sebagai berikut
Misalkan y = g (u ) dan u = f (x) maka
fungsi komposisi y = g ( f ( x)) mempunyai turunannya sebagai:
dy dy du
=
.......(2.4.2)
dx du dx
dy
dengan notasi y ' =
dx
rumus (4.5.2) dapat diperluas untuk sejumlah berhingga komposisi-komposisi fungsi,
misalnya y = f (u ) , u = u (v) dan v = v(x) , maka
dy dy du dv
=
...(2.4.3)
dx du dv dx

Contoh
Tentukan turunan fungsi komposisi berikut:
a.

y = (6 x 5 5 x 4 + 8) 6

b. y = ln 5

x2
x4

Penyelesaian :
a. y = (6 x 5 5 x 4 + 8) 6 , dapat dituliskan sebagai y = u 6
Dengan memisalkan u = 6 x 5 5 x 4 + 8
Akibatnya,

y = u6

dy
= 6u 5
du

maka dengan aturan rantai, diperoleh :


dy dy du
=
dx du dx

du
= 30 x 4 20 x 3
dx

dy
= 6u 5 (30 x 4 20 x 3 ) = 6(6 x 5 5 x 4 + 8) 5 (30 x 4 20 x 3 )
dx

b.

y = ln ( 5

x2
)
x4

Misalkan : v =
dan u = v

y = ln u

x2

x4

du
=
dv

dy 1
1
= =
du u 5 v

1
5

dv x 4 4 x 3 ( x 2) 8 3 x
=
=
dx
x8
x5
4
1
1
5

1
5

x2

dy 1
=

dx x 2
5

4 5
x

5v

, maka

x2
4
x

dy dy du dv
=
dx du dv dx

x4

1
8 3 x = 8 3x
=
4 x 5
x2
x2
5x 5 4
4
x
x

8 3x
5 x( x 2)

2.5. Turunan Fungsi Invers (Fungsi Balikan)


Teorema
Misalkan f sebuah fungsi dengan persamaan y = f (x ) , kontinu dan monoton pada
selang tutup [a, b] dan fungsi inversnya adalah f 1 ( y ) kontinu dan monoton pada selang
[ f (a), f (b)] didalam [a, b] , maka turunan fungsi invers ini dinyatakan sebagai :
1
f 1 ' ( y ) =
; f ' ( x) 0, x [a, b] . (2.5.1)
f ' ( x)
atau
dx
1
.....(2.5.2)
=
dy dy
dx
Contoh
Tentukan fungsi invers, kemudian tentukan turunan fungsi invers tersebut bila diberi
fungsi-fungsi berikut:
2x
b. y = f (x) =
a. y = f (x) = x2 2x 5; x 1
;x 3
x3
Solusi :
a. Metode pertama

( )

Kita cari dulu fungsi inversnya dengan menyatakan x sebagai fungsi dari y.
y = x 2 2 x 5 = ( x 1) 2 6
y + 6 = ( x 1) 2 x 1 =

y + 6 x = 1+ y + 6

jadi fungsi inversnya adalah : x = f

( y ) = 1 + y + 6 ; y 6

dengan mempertukarkan y dengan x diperoleh f 1 ( x) = 1 + x + 6 ; x > 6

[f

dan turunannya adalah

( x)

'

1
2 x+6

; x > 6

b. Metode kedua
y = f ( x) = x 2 2 x 5
Karena f kontinu
untuk x 1 , maka

dy
= 2 x 2 = 2( x 1)
dx
dan monoton turun pada x 1 serta mempunyai turunan

dx
1
1
=
=
; x 1,
dy dy 2( x 1)
dx
dx
1
=
selanjutnya karena x 1 = y + 6 maka
dy 2 y + 6

atau dalam variabel x diperoleh

y = f ( x) =

b.

dx
1
=
dy 2 x + 6

2x
;x 3
x3

Metode 1
2x
y ( x 3) = 2 x yx 2 x = 3 y x( y 2) = 3 y
x 3
3y
maka x = f 1 ( y ) =
;y2
y2
y=

atau dalam variabel x dapat ditulis:

( x) =

3x
;x 2
x2

sehingga turunan fungsi invers ini adalah :


f

( x) =

Metode II
y=

maka

3( x 2) 3x
( x 2) 2

6
( x 2) 2

6
( x 2) 2

;x 2

dy 2( x 3) 2 x
6
2x

=
=
;x 3
x3
dx
( x 3) 2
( x 3) 2

( x 3) 2
1
dx
=
=
6
dy dy
dx

karena x =

3y
maka
y2

3y
6
3 =
y2
( y 2) 2
dx
= f
dalam variabel x dapat dituliskan :
dy
x3=

dan

( )( x) = ( x 62)
1

2.6. Turunan Fungsi Pangkat rasional


Sudah dibuktikan pada uraian yang lalu bahwa untuk n bilangan bulat positif
berlaku:

Jika y = x n , maka y ' = n.x n 1

, n bilangan bulat positif

Sekarang akan diberikan rumus yang sama untuk n bilangan rasional.


Dari rumus turunan fungsi untuk r bilangan rasional berlaku
Jika y = x r maka y ' = r.x r 1 r bilangan rasional .
Selanjutnya, jika y = f ( x) = u r , dengan u = u (x)
du
dy
maka
, [Aturan rantai]
= r.u r 1 .u ' , dengan u ' =
dx
dx
dy
Dalam hal ini notasi y ' =
= f ' ( x)
dx

Contoh
Tentukan turunan pertama fungsi

y = f ( x) = 5 ( x 3 3 x + 2) 2

Penyelesaian :
2

y = f ( x) = 5 ( x 3 3 x + 2) 2 = ( x 3 3 x + 2) 2 / 5 = u 5
Dengan memisalkan : u = x 3 3 x + 2 u ' = 3 x 2 3
sehingga

dy 2 2 5 1
= .u .u '
dx 5
=

3
2 3
( x 3 x + 2) 5 (3 x 2 3) =
5

2(3x 2 2)
5 ( x 3 3 x + 2)

2.7 Turunan Fungsi Invers Trigonometri


2.7.1 FUNGSI ARC SINUS
Misalkan fungsi

f : x sin x

2 ' 2 [ 1,1]

Maka fungsi inversnya adalah


f


,
2 2

: x arcsin x ; [ 1,1]

Untuk setiap x, y , dapat dituliskan :


y = arcsin x

x = sin y

2 y 2

Untuk setiap x ( 1,1) dan setiap y ( / 2, / 2), diperoleh persamaan

y = arcsin (-1)

x = sin y
x = sin y

x = sin ( y )
y = arcsin x

y = arcsin x

Jadi untuk setiap x [ 1,1] berlaku arcsin (-x)= - arcsin x.


Hal ini menunjukan bahwa fungsi arcus sinus adalah fungsi ganjil.

,
2 2

Untuk setiap y

turunan fungsi x = sin y adalah f 1 ( y ) = cos y ,

f ( y ) = 0 untuk y = - / 2 dan y = / 2,

dimana

f ( y ) 0 untuk y ( / 2, / 2)

Jadi untuk setiap x ( 1,1), maka f 1 (x ) =

d
1
(arcsin x) =
dx
cos y

Karena cos 2 y = 1 sin 2 y = 1 x 2


maka cos y = 1 x 2

atau

cos y = - 1 x 2 tetapi y ( / 2, / 2 )

maka cos y > 0, sehingga cos y = 1 x 2 dan dapat ditulis :


f 1 ( x) =

d
(arcsin x ) = 1 2 ; x ( 1,1) (1)
dx
1 x

Dengan penurunan yang sama diperoleh rumus rumus turunan fungsi invers trigonometri :
d
1

(arccos x) =

2
dx
1 x

d
1
f (x ) = arctan x f ' (x ) = (arctan x) =
...................(2)
2
dx
1+ x

d
1
f (x ) = arc sec x f ' (x ) = (arc sec x) =

2
dx
x x 1
f (x ) = arccos x f ' (x ) =

Secara umum jika u = u(x) dan


d
du
1
(arcsin u ) =
2 dx
dx
1 u
d
1 du
y = arctan u y ' = (arctan u ) =
dx
1 + u 2 dx
d
1
du
y = arc sec u y ' = (arc sec u ) =
2
dx
u u 1 dx

1. y = arcsin u y ' =
2.
3.

Contoh
Tentukan turunan fungsi berikut:
a. y = arcsin x2
b. y = arctan e 2 x
Penyelesaian :

a. y = arcsin x 2
maka

Misal u = x 2 u 2 = x 4

dy
=
dx

( )

1 x

2 2

du
= 2x
dx

2x

2x =

1 x4

( )

b. y = arctan e 2 x

Misal u = e 2 x u 2 = e 4 x
maka

y =

( )

1+ e

2x 2

du
= 2e 2 x
dx
2e

2x

2e 2 x
1 + e4x

Catatan
Dari contoh di atas dapat dituliskan
a). y = arcsin x2 x2 = sin y
b). y = arctan e2x e2x = tan y

2.9 Turunan Tingkat Tinggi (Orde Tinggi)


Turunan sebuah fungsi, juga merupakan sebuah fungsi yang dapat diturunkan lagi
asal memenuhi syarat-syarat turunan.
Turunan kedua dari suatu fungsi f didefinisikan sebagai turunan dari fungsi turunan pertama,
turunan ketiga didefinisikan sebagai turunan dari fungsi turunan kedua dan seterusnya.
Turunan ke-n didefinisikan sebagai turunan dari fungsi turunan ke (n-1).
Notasi
Misalkan suatu fungsi f dinyatakan dengan persamaan y = f(x) maka notasi-notasi turunan
pertama, kedua sampai turunan ke-n diberikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.9.1
Persamaan fungsi : y = f (x)
dy
Notasi
y' ;
; f ' ( x) ; Dx y
Turunan pertama
dx
d2y
Notasi
y
'
'
;
; f ' ' ( x) ; D 2 x y
2
Turunan kedua
dx
d3y
Notasi
y
'
'
'
;
; f ' ' ' ( x) ; D 3 x y
Turunan ketiga
dx 3
M
M
M
M
M
n
d y
Notasi
y (n ) ;
; f ( n ) ( x) ; D n x y
n
Turunan ke-n
dx

df ( x)
dx
2
d f ( x)
;
dx 2
d 3 f ( x)
;
dx 3
M
n
d f ( x)
;
dx n
;

Jadi f ' ' ( x) =

2
d
( f ' ( x) ) = d df ( x) = d f (2 x)
dx
dx dx
dx

3
d
( f ' ' ( x) ) = d d ( f ' ( x) ) = d d df ( x) = d f (3 x)
dx
dx dx
dx
dx dx dx
d ( n1)
Secara umum turunan ke- n didefinisikan sebagai:
f ( n ) ( x) =
f
( x)
dx
atau dalam bentuk limit
f ( n1) ( x + h) f ( n1) ( x)
f ( n ) ( x) = lim
h 0
h
asal limitnya ada
Contoh

f ' ' ' ( x) =

a. Tentukan turunan ke-4 dari f ( x) = 3 x 5 x 4 + 2 x 3 x + 1


b. Tentukan nilai turunan ke-3 di x = 0 dan x =/2 dari g ( x) = sin(3 x)
1
; x 1
c. Tentukan rumus ke-n dari fungsi h( x) =
1 x

Solusi :
a. f ( x) = 3 x 5 x 4 + 2 x 3 x + 1 , maka
Turunan pertama
: f ' ( x) = 15 x 4 4 x 3 + 6 x 2 1
Turunan kedua

: f ' ' ( x) = 60 x 3 12 x 2 + 12 x

Turunan ketiga

: f ' ' ' ( x) = 180 x 2 24 x + 12

Turunan keempat

: f ( 4) ( x) = 360 x 24

b. g ( x) = sin(3x) , maka

g ' ( x) = 3 cos(3x) ;
Untuk x = 0

g ' ' ( x) = 9 sin(3x) ; g ' ' ' ( x) = 27 cos(3x)

maka g ' ' ' (0) = 27 cos(0) = 27

Untuk x = /2 maka g ' ' ' ( 2 ) = 27 cos( 32 ) = 27(0) = 0


c. h( x) =

1
; x 1 , turunan ken untuk fungsi h adalah:
1 x

h ( n ) ( x) =

n!
; x 1 (tunjukkan)
(1 x) n+1

2.9 Turunan Fungsi Implisit


Misalkan sebuah fungsi dinyatakan dalam persamaan

selalu dapat dinyatakan dalam bentuk

F(x,y) = 0 , dimana

y = f(x) , maka fungsi ini

F ( x, y ) = y f ( x) atau

F ( x, y ) = f ( x) y . Sebaliknya, jika diberikan sebuah fungsi dalam bentuk F(x,y) = 0,

dengan diketahui y fungsi dari x, ternyata tidak selalu dapat dinyatakan dalam bentuk y =

f(x). Perhatikan illustrasi berikut:


(i)

y = f ( x) = 2 x 3 x + 3 [bentuk eksplisit]

(ii) F ( x, y ) = x 3 + 2 y 3 3 x 2 y 4 xy 2 y
Tampak bahwa bentuk (i) dapat dinyatakan dalam bentuk F(x,y) = 0 yaitu

F ( x, y ) = 2 x 3 x + 3 y = 0 [Bentuk implisist]
Sedangkan bentuk (ii) tidak dapat dinyatakan dalam bentuk y = f(x) secara eksplisit.
Fungsi yang dinyatakan sebagai

y = f(x) disebut fungsi eksplisit dan fungsi yang

terkandung dalam bentuk F(x,y)=0 disebut fungsi implisit. Setiap bentuk fungsi eksplisit
merupakan bagian dari fungsi implisit, tetapi tidak sebaliknya. Secara geometri, grafik fungsi
eksplisit merupakan bagian dari grafik fungsi implisitnya.
Perhatikan persamaan (iii) x 2 + y 2 = 4 yang merupakan persamaan lingkaran berpusat di 0
dan berjari-jari 2. Bentuk persamaan (iii) ini dapat dinyatakan dalam beberapa bentuk
eksplisit dengan batasan-batasan tertentu; yaitu

f ( x) = 4 x 2 ; x [2,2]
atau

g ( x) = 4 x 2 ; x [2,2]
Persamaan x 2 + y 2 = 4 x 2 + y 2 4 = 0
adalah bentuk fungsi dari F(x,y)=0,
dimana F ( x, y ) = x 2 + y 2 4

g ( x) = 4 x 2

f ( x) = 4 x 2

-2

0
2
Gambar 2.9

Dari gambar 4.5 di atas mudah ditunjukkan bahwa f dan g kontinu pada selang [ 2 , 2]
dan terturunkan pada selang [ 2 , 2] .
Demikian pula dari aturan x 2 + y 2 = 4 , kita dapat menyatakannya secara eksplisit

h( y ) = 4 y 2 dan l ( y ) = 4 y 2 .
Jadi dari aturan F ( x, y ) = 0 , kita mengatakan bahwa y adalah fungsi implicit dari x, dan x
adalah fungsi implicit dari y. Dan dari aturan F ( x, y ) = 0 ,mungkin terjadi y dapat dinyatakan
secara eksplisit dalam x (atau sebaliknya), atau mungkin juga tidak.
Perhatikan pula persamaan: x + 3 y 10 y 2 + 5 y 3 4 y 4 + 2 y 5 = 0 ini mendefinisikan secara
implisit fungsi x dalam y atau x = f ( y ) , akan tetapi kita tidak mungkin menyatakan y
dengan x atau y = f(x).
Selanjutnya kita pusatkan perhatian bagaimana menentukan turunan fungsi dalam

bentuk implisit.

Contoh
dy
dari bentuk implisit berikut:
dx
x2 + y2 = 4
b. y 3 sin( x 2 ) = y 2 xy

Tentukan
a.

Solusi :
a. x 2 + y 2 = 4 , setiap suku diturunkan terhadap x , yaitu :
d 2
d
d
(x ) + ( y2 ) =
( 4)
dx
dx
dx
2x + 2 y

dy
dy
x
=0
= ; y0
dx
dx
y

Cara lain, kita tentukan dahulu fungsinya dalam bentuk eksplisit, kemudian kita
turunkan. Dalam hal ini kita punyai:

y = f ( x) = 4 x 2

y = g ( x) = 4 x 2 ,

atau

sehingga

f ' ( x) =
f ' ( x) =

2x
2 4 x
x

g ' ( x) =

4 x2
x
f ' ( x) =
y

karena y = 4 x 2
b.

y 3 sin( x 2 ) = y 2 xy ,

2x

2 4 x2

g ' ( x ) =
2
4
x

x
g ' ( x) =
y

karena y = 4 x 2

( y + 2 xy 3 cos( x 2 ))
dy
(Tunjukkan)
=
dx (3 y 2 sin( x 2 ) 2 y + x)

Catatan
Pada pembahasan bab mendatang akan diberikan rumus sederhana tentang turunan
fungsi implisit, setelah membicarakan turunan parsial. Rumus yang dimaksud sebagai
berikut jika F(x, y) = 0 suatu fungsi implisit, maka turunan

dy
= x
dx
F y

2.10 Fungsi Parameter Dan Turunannya


Untuk memahami konsep fungsi parameter terlebih dahulu perhatikan illustrasi
berikut:

Misalkan suatu fungsi f : , yang ditentukan oleh persamaan :


1. y = F ( x) = 2 x x 2 .
Fungsi F ini dapat dituliskan sebagai sepasang fungsi dalam variabel lain t dalam
beberapa bentuk antara lain:

x = f (t ) = t 1
y = g (t ) = t 2 + 4t 3, t

x = f (t ) = t
x = f (t ) = e t
d.
c.
t
2t
2t 1
;t
y = g (t ) = 2e e
y = g (t ) = 2
; t , t 0
t

Perhatikan bahwa eliminasi t dari keempat persamaan di atas akan menghasilkan persamaan
a.

x = f (t ) = t
y = g (t ) = 2t t 2 ; t

b.

bentuk asalnya (i). Grafik fungsi F dari persamaan (i) adalah sebuah parabola di R2, dan
pada setiap persamaan (a),(b),(c) dan (d) diatas, titik (x,y) = (f(t),g(t)) terletak pada grafik
parabola y = 2 x x 2 . (lihat gambar 2.10)

Keempat pasang persamaan di atas

y
y = 2x x2

disebut persamaan fungsi parameter t


1

dari F ( x) = 2 x x 2

(x,y)=(f(t),g(t)
0

Gambar 2.10

Definisi (fungsi parameter)

Misalkan f

1
46

dan g masing-masing adalah fungsi yang terdefinisi pada daerah asalnya

D,
maka :

x = f (t )
y = g (t ) ; t D

menyatakan suatu persamaan fungsi parameter dengan

t sebagai parameter, dan

grafiknya adalah himpunan titik-titik di R2 yaitu {( x, y ) x = f (t ); y = g (t ), t D} .


TURUNAN FUNGSI PARAMETER

Perhatikan fungsi parameter

x = f (t ) = cos t
y = g (t ) = 2 cos t + sin 2 t 1

Bila parameter t dieliminasi dari kedua persamaan tersebut, diperoleh fungsi


dengan x = f(t) sebab

y = H(x)

y = 2 cos t + sin 2 t 1

= 2 cos t + 1 cos 2 t 1 = 2 cos t cos 2 t , sehingga y = 2 x x 2 ; x = cos t


Persamaan terakhir ini dapat ditulis sebagai bentuk eksplisit :
y = 2 x x 2 maka y = H(x)
atau

dengan x = f(t)

bentuk implisit :
y 2 x + x 2 = 0 maka G (x,y)=0
Jadi jika diberikan fungsi parameter dengan persamaan
menyatakan dalam bentuk sederhana sebagai:
y = H ( x) dengan

x = f (t )
y = g (t ) ; t D

kita dapat

x = f (t )

Dengan menggunakan aturan rantai diperoleh:

dy dy dx
=
dt dx dt

dy
dy
dx
= dt ;
0
dx dx
dt
dt

yang merupakan turunan fungsi parameter.


Teorema
Misalkan x = f(t) dan y = g(t), t D masing-masing fungsi yang mempunyai turunan

terhadap peubah t dengan

dx
0 dan menyatakan suatu persamaan fungsi parameter yang
dt

dinyatakan dalam bentuk y = H(x) atau G(x,y) = 0, maka turunan y terhadap x adalah:
dy
dy
g ' (t )
= dt =
dx dx
f ' (t )
dt
Turunan kedua diberikan oleh :

y' ' =

d 2 y f ' (t ) g ' ' (t ) f ' ' (t ) g ' (t )


=
dx 2
( f ' (t ))3

Contoh

dy
dari fungsi parameter berikut:
dx
a. x = t ; y = 2t t 2 , t
b. x = 5 cos 2t ; y = 5 sin 2t , 0 < t

Tentukan

Penyelesaian :
Dengan menggunakan teorema di atas diperoleh:
dy
dy
2 2t
a.
= dt =
= 2 2x
dx dx
1
dt

dy
x
dy
10 cos 2t cos 2t
x
b.
= dt =
=
= 5 =
dx dx
10 sin 2t sin 2t y
y
dt
5

T U G A S 4.
I.

Tentukan tanjakan (gradien) garis singgung di titik yang diberikan , kemudian


tentukan pula persamaan garis singgung tersebut. Gambar kurva dan garis
singgungnya
1.

f ( x) = x 2 ; di x = 1

3.

f ( x) = 4 x 3 ; di x = 1

1
; di x = 2
x
4. f ( x) = 2 x ; di x = 2
2. f ( x) =

x +1

; di x = -1
f ( x) = x ; x 0 ; di x = 0 6. f ( x) =
x
x
;
0

>
x2

Gunakan definisi turunan untuk menentukan turunan fungsi pada titik yang diberikan
2+ x
1. f ( x) = x 2 2 x ; di x = 0
2. f ( x) =
; di x = 1
3 x
Gambar grafik fungsi, selidiki apakah f kontinu di x = a dan tentukan turunan kiri
dan turunan kanan di x = a serta selidiki apakah f(a) ada.
2

x 2 x ; x 1
1. f ( x) =
; x=4
2. f ( x) = 12 x ; x 1 ; x = -1 dan x
;x <1
x
x 1 ; x > 1
5.

II.

III.

=1
IV.

Dalam soal nomor 26 sampai 30, misalkan sebuah benda jatuh dari keadaan diam,
dalam t detik di tempuh jarak s meter sehingga s = 16t2 . Tentukan kecepatan sesaat
atau laju sesaat benda jatuh tersebut pada saat a=3 detik dan a=0,75

V.

Sebuah partikel bergerak sepanjang suatu garis koordinat. s adalah jarak dari titik asal
yang ditempuh pada akhir t detik dalam satuan kaki. Tentukan kecepatan sesaat
partikel tersebut pada akhir a detik.
a.

s = 2t 2 + 5

a = 1,7

b. s = t 2 + 7

a=3

VI. Tentukan fungsi turunan pertama dari fungsi-fungsi berikut :


1.

f ( x) = 2 x 3 3 x + 4

4. y 2 = 8 x

2. f ( x) = 1 2 x

5. f ( x) = ( x 2)

2x +1 ; x > 1
3. f ( x) = 2
; x 1
x

6. f ( x) =

1
2 x

VII. Tentukan turunan fungsi berikut dengan menggunakan rumus-rumus dasar turunan
1.

f ( x) = x + 1 +

4
( x 3) 2

2. f ( x) = ( x 2 x + 2)(2 x 3 3)

2.

f ( x) = ( x 2 x) sin x

5.

f ( x) = 2 x ln x 3

4. g ( x) =
6.

1+ x 2
2x 1

7.

f ( x ) = x. 2 x

f ( x) = x x

VIII. Tentukan Tururnan dari setiap fungsi komposit berikut :


1 t
3
1 f ( x) = x + 3 x
2. F (t ) =
1+ t

1 t

1+ t

4. F (t ) = sin

3. F ( x) = sin(cos x )

IX. Tentukanlah fungsi invers dan turunan fungsi invers dari fungsi:
2

1. y = f ( x ) = x 2 x 3 ; x 1
3. y = x

X.

; x>0

Tentukanlah turunan pertama fungsi

1 y = arcsin (3x )

2. y = 2 x ; x < 2
x 1
4. y =
x +1

( )

1
2, y = arcsin e x
2

( )

3. y = (3x 1)arccos x 2

XI. Tentukan f(x)


1.

f ( x) = x 3 + 3 x 2 5 x + 4

2. f ( x) =

sin x
ex

XII. Gunakan rumus turunan fungsi implisit untuk menentukan

3. f ( x) = ( x 2 + 3) 2
dy
, dari persamaan yang
dx

diberikan di bawah ini:


1.

4 x 3 + 11xy 2 2 y 3 = 0

2.

xy + 3 y = 10 x

3.

x 2 xy = x 3 sin y 2

4.

x 2 y 3 x y = 2 x

dy
dari fungsi parameter berikut:
dx
x = 3t + 5
x = t + 9
1
2.
1.
y=
; t>0
y = t ; t 0

t
x = 2 cos t
y = 2 cos( 1 t ) ; t
2

XIII Tentukan

3.

BAB III

PENUTUP

Keberhasilan mahasiswa memahami konsep turunan

akan memudahkan

menerapkan matematika ada bidang ilmu lain seperti pada teknik, pertanian dll.

DAFTAR PUSTAKA

10. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
11. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
12. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.

MODUL 5
Judul :

Aplikasi Turunan

BAB I. Pendahuluan
Q. Latar Belakang

Modul ini akan dibahas penggunaan turunan pada masalah ekstrim


(maksimum dan minimum suatu fungsi dan bidang ilmu lain.
Pada kegiatan modul 5, khususnya akan dibahas mengenai penggunaan
turunan pada masalah ekstrim, penggunaan turunan pada ilmu sains dan rekayasa,
dan penggunaan turunan dalam ilmu ekonomi.

R. Ruang Lingkup Isi

Adapun ruang lingkup materi modul 5 ini meliputi : Maksimum dan


minmum fungsi , kemonotonan fungsi, Jenis ekstrim, teorema Rolle, teorema
nilai rata-rata, dan penggunaan turunan pada ilmu sains dan rekayasa, serta
penggunaan turuanan dalam bidang ekonomi..

S. Kaitan Modul

Modul ini merupakan

konsep dasar bagi pengguna matematika untuk

berbagai bidang ilmu dan sangat erat kaitannnya dengan modul-modul


sebelumnya .

T. Sasaran Pembelajaran

1. Mahasiswa dapat menetukan jenis dan nilai ekstrim suatu fungsi


2. Mahasiswa dapat

menggunakan turunan dalam bidang ilmu sains dan

rekayasa
3. Mahasiswa dapat menggunakan turunan yang berkaitan dengan masalah
ekstrim
4. Mahasiswa dapat menggunakan turunan dalam bidang ilmu ekonomi

BAB II. Pembahasan


2.1. Maksimum Dan Minimum
Konsep turunan fungsi yang telah dibahas pada bab sebelumnya akan digunakan
untuk mempelajari perilaku grafik fungsi.
Suatu grafik fungsi dapat ditelusuri jejaknya bilamana kita telah mendapatkan informasi
tentang:

Selang naik atau turun suatu fungsi (kemonotonan);

Titik-titik di mana fungsi mencapai nilai maksimum atau minimum;

Perilaku garis singgung terhadap grafik fungsi;

Titik balik (Infleksi) dari grafik fungsi (jika ada);

Asimtot-asimtot grafik fungsi dan lain sebagainya.

Kita mulai pembahasan pasal ini dengan konsep kemonotonan (naik turunnya) suatu fungsi.

2.1.1 Kemonotonan Suatu Fungsi


Ingat kembali definisi, jika f suatu fungsi yang terdefinisi pada sebuah selang sembarang I
(terbuka, tertutup, setengah tutup), maka besarnya kenaikan f antara dua titik berbeda x1
y
dan x pada I adalah sebuah bilangan :
2

f ( x2 ) f ( x1 )
x2 x1
Sebuah fungsi f dikatakan
(i). monoton naik (increasing) pada I
sepasang bilangan x1, x2 I,
x1 < x2

f ( x1 ) < f ( x2 ) . Lihat gambar 5.1.

(ii). monoton turun (decreasing)

f(x2)

monoton naik
pada I

f(x1)
x

gambar 5.1

pada I

f(x1)

f monoton turun
pada I

sepasang bilangan x1, x2 I


x1 < x2

f ( x1 ) > f ( x2 ) . Lihat gambar 5.2

f(x2)
0

x
x1
gambar 5.2

x2

(iii). monoton tak turun pada I


sepasang bilangan x1, x2 I
x1 < x2

f(x2

f ( x1 ) f ( x2 ) . Perhatikan gambar 5.3.

monoton tak
turun pada I

f(x1
x

0
(iv). monoton tak naik pada I
sepasang bilangan x1, x2 I
x1 < x2

f ( x1 ) f ( x2 ) (gbr.5-4)

I
gambar 5.3

y
f(x1

monoton tak
naik pada I

f(x2
x

gambar 5.4

(v).(Kasus khusus) f konstan pada I

sepasang bilangan x1, x2 I


x1 < x2

f ( x1 ) = f ( x2 )

f
f(x1) =
f( )

Konstan pada
I

x
0

gambar 5.5

Jika salah satu sifat di atas dipenuhi oleh f, maka dikatakan f monoton pada I.
Ingat kembali bahwa f suatu fungsi satu-satu pada I bilamana untuk setiap pasang x1, x2
I, x1 x2

f(x1) f(x2). Ini berarti bahwa jika f monoton naik (naik murni) pada I

maka f adalah fungsi satu-satu pada I, demikian pula kalau f monoton turun (turun murni)
pada I maka f adalah fungsi satu-satu pada I. (lihat gambar 5.1 dan 5.2).

Teorema 1

Misalkan f fungsi kontinu pada selang sembarang I dan f terturunkan pada setiap titik
dalam I.
(i)

Jika f ' ( x) > 0, x I , maka f monoton naik pada I

(ii)

Jika f ' ( x) < 0, x I , maka f monoton turun pada I

Teorema 2 (Titik kritis)

Andaikan f terdefinisi pada selang I yang memuat titik c. Jika (c, f (c) ) adalah titik
ekstrim, maka (c, f (c) ) haruslah suatu titik kritis, yakni berupa salah satu dari

(i). titik ujung interval I


(ii) titik stasioner dari f ( f ' (c) = 0 )
(iii) titik singular dari f ( f ' (c) = tidak ada )
Titik kritis suatu fungsi adalah titik-titik yang diduga merupakan titik ekstrim

fungsi

tersebut. Jika nilai-nilai ekstrim fungsi ada, maka nilai-nilai tersebut terdapat pada bilanganbilangan kritis fungsi. Akan tetapi tidak selamanya setiap bilangan kritis c dapat menjamin
keberadaan f(c) sebagai ekstrim relatif.
Teorema 3
Misalkan f sebuah fungsi yang terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c. Jika f
mencapai ekstrim relatif pada x = c maka haruslah f(c) = 0 atau f(c) tidak ada.
Catatan

1. Kebalikan teorema 3 tidak berlaku, yaitu bilamana f(c) = 0, fungsi f belum tentu
mencapai ekstrim relatif pada titik x = c. Sebagai contoh : f ( x) = x 3 , jelas bahwa f(0)
= 0, namun titik (0,0) bukan titik ekstrim relatif fungsi f (gambar 5-6 a).
2. Bisa juga terjadi kasus di mana f(c) tidak ada, namun fungsi f mencapai ekstrim relatif
pada titik x = c. Sebagai contoh: g ( x) = x 1 , maka fungsi g mencapai minimum
relatif di x = 1, namun g(1) tidak ada (gambar 5-6 b).
Perhatikan ilustrasi dalam gambar 5.6 berikut :
y

g ( x) = x 1

f(x) = x3
x
f(0) = 0, tapi (0,0)
bukan titik ekstrim relatif

0 (1,0
) titik (1,0) merupakan titik
minimum relatif f, namun
g(1) tidak ada

gambar 5.6
2.1.2 Hubungan Kemonotonan, Garis Singgung Dan Turunan Pertama

Pandanglah sebuah fungsi f yang dapat diturunkan pada suatu selang I, maka ada
cara sederhana untuk menentukan pada selang mana fungsi f naik atau turun.

(i) Jika fungsi f dapat diturunkan pada selang I, maka setiap titik pada grafik f dalam I
dapat dibuat (ada) garis singgung pada titik tersebut.
(ii) Pada bagian grafik yang naik, tanjakan garis singgung di suatu titik pada grafik f
positif (arah garis singgung menunjuk ke kanan atas), maka nilai fungsi dititik
berikutnya akan lebih besar dari nilai fungsi di titik sebelumnya, sehingga fungsi f
monoton naik. Sebaliknya dalam hal tanjakan garis singgung di suatu titik pada
grafik f negatif, maka nilai fungsi f monoton turun.
(iii) Oleh karena tanjakan garis singgung

pada sebuah titik (x,f(x)) adalah f(x), maka

dapat disimpulkan bahwa:


1. f naik apabila f(x) > 0
2. f turun apabila f(x) < 0
3. f stasioner apabila f(x) = 0 (Lihat gambar 5.7)
y
A

Tanjakan 0
f

Tanjakan
(-)

Tanjakan (-)

Tanjakan (+)

Tanjakan 0
0

x1

x2

x4

x3

Variasi
naik turun
Prilaku Grafik f

Turun Pada selang


[x1,x2]
f(x)<0

Naik Pada

Turun Pada selang


[x1,x2]
f(x)<0

Gambar 5.7
2.1.3 Nilai Maksimum Dan Minimum Fungsi Kontinu

Sebuah fungsi f : A R dikatakan mencapai


(i)
nilai maksimum di titik a A jika f ( x) f (a ), x A,
nilai minimum di titik a A jika f ( x) f (a), x A,
(ii)

Teorema 1 (Ekstrim Absolut)


Misalkan f sebuah fungsi kontinu dalam interval tertututp [a,b].
Maka fungsi f dijamin mempunyai nilai maksimum dan nilai minimum pada [a,b]

Teorema 2 (Lokasi Ekstrim Absolut)


Misalkan f sebuah fungsi kontinu pada interval tertutup [a,b].
Maka ekstrim fungsi f dalam interval ini dicapai pada salah satu dari
(i). pada ujung interval a atau b
(ii) pada titik x didalam (a,b), dimana f ' ( x) = 0 atau f ' ( x) tidak ada .

Perhatikan gambar 5.8 , fungsi f terdefinisi pada selang tertutup [a,b]. Maka dijamin ada nilai
maksimum absolut yaitu f(a) dan nilai minimum absolut yaitu f(b). Titik A=(a,f(a)) sebagai
titik minimum absolut dan titik B=(b, f(b)) sebagai titik maksimum absolut.
T

P
S

f(x4) f(x5)
f(x1) f(x2) f(x3)

f(b)

U
f(x6)

f(a)

x
X1

X2 X3 X

gambar 5.8

5.2. Ekstrim Lokal (Relatif)


Perhatikan gambar 5.9,fungsi f terdefinisi pada (a,b), tetapi f tidak terdefinisi pada
ujung-ujung interval (a dan b), sehingga meskipun seolah-olah titik A titik terendah
dan titik B titik tertinggi, namun keduanya bukan titik minimum dan maksimum. Titiktitik P, R, dan T merupakan titik-titik maksimum relatif dari fungsi f, dan f(x1), f(x3),
dan f(x5) merupakan nilai-nilai maksimum relatif f. Titik-titik Q, S, dan U merupakan
titik-titik minimum relatif dari fungsi f, dan f(x2), f(x4), dan f(x6) merupakan nilainilai minimum relatif f.

P
Q

f(x4) f(x5)
f(x1) f(x2) f(x3)

f(b)

U
f(x6)

f(a)

x
X1

X 2 X3 X

Gambar 5.9

Definisi (ekstrim lokal(Relatif)


(i)

f(a) dinamakan nilai maksimum relatif (lokal) fungsi f di x = a bilamana


terdapat selang terbuka I yang memuat a, sehingga: f (a) f ( x), x I
dan titik (a,f(a)) dinamakan titik maksimum relatif dari fungsi f.

(ii)

f(a) dinamakan nilai minimum relatif (lokal) fungsi f di x=a bilamana terdapat
selang terbuka I yang memuat a, sehingga: f (a) f ( x), x I
dan titik (a,f(a)) dinamakan titik minimum relatif dari fungsi f

Pertanyaan Eksistensi ekstrim


Misalkan sebuah fungsi

f : A R , apakah f mempunyai nilai ekstrim pada A ?.

Jawabnya tergantung pada :

(i). Tergantung pada himpunan A tersebut.

f(x) = x3

Ambillah misalnya
f ( x) = x 3 pada A = (, ) ,

maka fungsi ini tidak mempunyai nilai


maksimum dan nilai minimum (gambar
5.10).

gambar 5.10a

Untuk fungsi f yang sama pada selang A =

f(x) = x3

1
2 , 1 mempunyai nilai maksimum

-1/2

f(1)=1, dan nilai minimum

f ( 1 ) = 1 (gambar 5.10b).
2
8
gambar 5.10b

Untuk fungsi yang sama pada selang A =


[ 1 , 1) tidak mempunyai nilai maksimum,
2
tetapi

nilai

minimumnya

f ( 1 ) = 1
2
8

(gambar 5.10c).
(ii). Juga tergantung

f(x) = x3

-1/2
0

pada tipe fungsinya.

Ambillah fungsi tak kontinu

gambar

x
1

g : [0,2] R

yang didefinisikan

x
; 0 x <1
g ( x) = 2
x + 2 x + 1; 1 x 2

Pada A= [0,2] fungsi g tidak mempunyai

gambar

nilai maksimum tetapi nilai minimumnya


g(0) = 0 (gambar 5.10d).

Uji kemonotonan fungsi

(i). Jika f ' ( x) > 0 pada suatu interval I, maka grafik f monoton naik pada I
(ii). Jika f ' ( x) < 0 pada suatu interval I, maka grafik f monoton turun pada I
Uji ekstrim dengan turunan pertama
Teorema 1 (The first derivative test)

Misalkan c adalah bilangan kritis untuk f dan f kontinu pada di titik c , maka
(i). Jika f ' berubah tanda dari positif ke negative pada c, maka (c,f(c)) merupakan titik
maksimum lokal.
(ii). Jika f ' berubah tanda dari negatif ke positif pada c, maka (c,f(c)) merupakan titik
minimum lokal.
(iii) Jika f ' tidak berubah tanda pada c, maka (c,f(c)) bukan titik ekstrim lokal.

Turunan kedua sebuah fungsi juga dapat digunakan untuk menyelidiki kecekungan kurva
fungsi. Turunan kedua dari fungsi f didefinisikan sebagai
f " ( x) = lim
h 0

f ' ( x + h) f ' ( x )
h

Notasi: Jika y = f (x) maka turunan kedua dinotasikan

d2y
= f " ( x) .
dx 2

Uji kecekungan (Test for Concavity)


Misalkan f terturunkan dua kali pada interval terbuka I
(i). Jika f " ( x) > 0 pada I , maka f cekung keatas pada setiap titik dalam I.
(ii). Jika f " ( x) < 0 pada I , maka f cekung kebawah pada setiap titik dalam I.
Hubungan antara turunan pertama, turunan kedua dan kecekungan diperlihatkan pada
gambar di bawah ini.

Jika f " > 0 dan f ' ( x) monoton naik, grafik f cekung ke atas

Cekung keatas

f ' ( x) < 0

f ' ( x) > 0

f " ( x) > 0
gambar 5.11

Jika f " > 0, dan f ' ( x) monoton naik grafik f cekung ke bawah
Cekung
kebawah

f ' ( x) > 0

f ' ( x) < 0
f "< 0
gambar 5.12

Uji turunan kedua untuk jenis ekstrim lokal


Misalkan f ' (c) = 0
1. f (c) merupakan nilai maksimum lokal jika f " (c) < 0 .
2. f (c) merupakan nilai minimum lokal jika f " (c) > 0 .
3. Jika f " (c) = 0 , uji ini gagal (tidak ada kesimpulan jenis ekstrim).
Contoh :

Diberikan fungsi f : R R dengan persamaan: f ( x) = x 3 3 x 2 + 2,


Maka
1.

f mencapai maksimum lokal dititik (0,2) dengan

xR

nilai maksimum lokal f(0)=2.


2.

f mencapai minimum lokal dititik (2,-2) dengan


nilai minimum lokal f(2)= - 2.

3.

Grafik f monoton naik pada selang

( , 0) (2 , )

x
0
-

(2,-2)

dan monoton turun pada selang (0,2) .


4.

f mencapai titik belok di (1,0).

5.

f Cekung ke bawah pada selang ( ,1) dan


cekung ke atas pada selang (1, ) .

Teorema 2 (Ekstrim absolut)

gambar 5.13a

Misalkan fungsi f kontinu pada selang tertutup [a,b], maka ada bilangan-bilangan c1 dan c2
pada selang [a,b] sehingga f(c1) dan f(c2) masing-masing merupakan nilai maksimum
mutlak dan minimum mutlak fungsi f pada [a,b].
Catatan

1. Kebalikan teorema ini tidak berlaku, artinya terdapat beberapa fungsi yang mencapai
nilai maksimum dan minimum mutlak pada selang tertutup [a,b], tetapi fungsi tersebut
tidak kontinu pada [a,b].
2. Bila suatu fungsi terdefinisi pada selang setengah tutup (a,b] atau [a,b), teorema belum
tentu berlaku.
Contoh

f : [0,2] , diskontinu dan didefinisikan


2

sebagai

; 0 x <1
f ( x) = x 2
2
1
; 1 x 2
x
x

+
+

Jelas bahwa f mencapai nilai maksimum mutlak f(1)

1
0

x
1

Gambar 5-14

= 2 di titik x = 1 dan nilai minimum mutlak f(0) = 0 di


titik x = 0, namun dalam hal ini f tidak kontinu di x
= 1.
Langkah-langkah menentukan ekstrim absolut
i) Tentukan nilai fungsi f(a) dan f(b) yaitu nilai fungsi pada ujung-ujung selang tertutup
[a,b].
ii) Tentukan semua titik-titik kritis fungsi f pada selang tertutup [a,b].
iii) Nilai fungsi yang terkecil yang diperoleh dari langkah (i) dan (ii) merupakan nilai
minimum mutlak f pada selang tertutup [a,b], dan nilai terbesar merupakan nilai
maksimum mutlak f pada selang tertutup [a,b].

2.3. Titik Balik (Titik Infleksi)


Perubahan kemonotonan suatu fungsi kontinu menghasilkan titik ekstrim relatif
pada grafik fungsi. Sedangkan perubahan kecekungan suatu fungsi kontinu menghasilkan
suatu titik balik (point of inflection) bilamana di titik tersebut terdapat garis singgung pada
grafik fungsinya.
Definisi

Misalkan f suatu fungsi kontinu yang terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c.
Titik (c,f(c)) dinamakan titik balik dari fungsi f jika kedua syarat berikut dipenuhi:
(i)

Terdapat garis singgung pada grafik f di titik (c,f(c)).

(ii)

Terdapat perubahan kecekungan dari fungsi f di sekitar titik x = c.

Catatan

1. Syarat adanya garis singgung pada fungsi f di titik baliknya tidak ekivalen dengan
fungsi f mempunyai turunan di x = c.
2. Perubahan kecekungan yang dimaksudkan adalah apabila ada selang terbuka (a,b)
yang memuat c sehingga f cekung ke atas pada (a,c) dan cekung ke bawah pada
(c,b) atau sebaliknya.
3. Garis singgung di titik balik akan melintasi grafik fungsi f. lihat gambar 5.17a dan
gambar 5.17b.
y

Titik balik

Titik balik

Garis singgung

Garis singgung

x
0

gambar 5.17b

gambar 5.17a

Teorema

Misalkan f terdiferensial pada selang I , dan misalkan c sebuah titik dalam I dan
misalkan pula f ' ' kontinu di c. Jika titik (c,f(c)) adalah titik balik dari grafik f maka

f ' ' (c ) = 0 .
Catatan
f ( x) = x 4

1. Kebalikan teorema tersebut tidak benar. Artinya


bilamana

f ' ' (c) = 0 , belum tentu

(c,f(c))
1

merupakan titik balik fungsi f. Sebagai ilustrasi


fungsi f ( x) = x 4 ,
maka f ' ' ( x) = 12 x

-1
dan f ' ' (0) = 0 akan tetapi titik

(0,0) bukan titik balik karena f " ( x) > 0, x 0 , ini


berarti bahwa grafik fungsi f cekung ke atas untuk
setiap x 0. lihat gambar 5.18.

Gambar 5.18

2. Sebaliknya, titik (c,f(c))

dapat merupakan titik

balik grafik f meskipun f ' ' (c) tidak ada.

Contoh :

Tentukan titik-titik balik fungsi berikut dan gambar grafiknya.


a.

f ( x) = 12 x 3 + 1
1

b. g ( x) = x 3 + 3
Penyelesaian :

a.

f ( x) = 12 x 3 + 1
y

f ' ( x) = 32 x 2

Titik balik

f ' ' ( x) = 3 x .

(0, 1)
0

f ' ( x) = 32 x 2 kontinu di R. Jadi

Jelas bahwa

f(x) = 0. Akibatnya grafik f mempunyai garis


singgung

di

titik

(0,1).

Turunan

gambar 5.19

kedua

f ' ' ( x) = 3 x jelas bahwa f(x) > 0 untuk x > 0


dan

f(x) < 0

untuk

x < 0. Jadi

f(x)

berubah tanda di sekitar x = 0. Karenanya titik


(0,1) adalah titik balik dari fungsi

f, lihat

gambar 5.19.

b. g ( x) = x 3 + 3

Titik belok

g ' ( x) = x

g ' ' ( x) =

1
3

2
9

g(x) >
0

Dalam hal ini satu-satunya nilai x = 0 yang


membuat

g(x)

tidak ada. Jadi

titik (0,3)

merupakan titik kritis. Selanjutnya, untuk x = 0,


tampak bahwa g(0)
g ' ' ( x) =

tidak ada. Tetapi

2
ada untuk setiap x 0 dan
5
9x 3

g ' ' ( x) > 0, x < 0,

g(x) <
(0,3) 0

g" ( x) < 0, x > 0

g(x)

x
0

gambar 5.20

Jadi untuk x < 0 grafik

g cekung ke atas dan untuk x > 0 grafik g cekung ke

bawah. Sehingga terjadi perubahan kecekungan grafik g di sekitar x = 0. Jadi (0,3)


merupakan titik balik grafik g, meskipun g(0) tidak ada, lihat gambar 5.20.
Catatan

g ( x) g (0)
x 3 +33
g ' (0) = lim
= lim
x 0
x 0
x0
x0
1

g ' (0) = lim x

x 0

= + .

Ini berarti meskipun g(0) tidak ada, tetapi grafik g masih mempunyai garis singgung di
titik (0,3) yaitu sumbu y.

2.4. Teorema Rolle Dan Teorema Nilai Rata-Rata


2.4.1 Teorema Rolle
Misalkan f suatu fungsi yang kontinu pada selang tertutup [a,b] dan mempunyai
turunan pada selang terbuka (a,b) serta f(a) = f(b), maka ada bilangan c (a,b)
sedemikian sehingga f (c) = 0.
Teorema Rolle ini menjelaskan secara geometri bahwa jika f kontinu dan memiliki turunan
pada setiap titik (a, b) dan jika f(a) = f(b) maka ada paling sedikit satu titik pada grafik f
antara x = a dan x = b yang garis singgungnya sejajar dengan sumbu x. (lihat gambar
5.25a). Jika antara

x = a dan x = b ada sebuah titik di mana f tidak memiliki turunan,

maka ada kemungkinan grafik f tidak memiliki garis singgung horisontal, walaupun f
kontinu dan f(a) = f(b), lihat grafik 5.25b. Dalam hal ini teorema Rolle tidak berlaku.
Selanjutnya teorema Rolle ini memungkinkan kita mengetahui lokasi terjadinya titik ekstrim
fungsi.
y

f(a) =
f(b)
0a

Teorema Rolle berlaku

gambar 5.25a

Teorema Rolle

f(a) =
f(b)
0a

gambar 5.25b

Contoh :

Diberikan fungsi dengan persamaan:

f ( x) = 16 x 3 2 x

a. Tentukan selang tertutup pada daerah definisi fungsi f dimana syarat teorema Rolle
dipenuhi.
b. Tentukan nilai c pada selang terbuka dari jawaban (a) yang memenuhi kesimpulan
teorema Rolle.
Penyelesaian :

a. Grafik fungsi f memotong sumbu-x bilamana f(x) = 0, yaitu


f ( x) = 16 x 3 2 x = x( 16 x 2 2) = 0
diperoleh titik-titik x = 0;

x( x + 2 3 )( x 2 3 ) = 0

x = 2 3 ;

x = 2 3 , dengan

f(0) = 0; f (2 3 ) = 0 ; dan f (2 3 ) = 0
disini jelas pula bahwa fungsi f kontinu dan mempunyai turunan pada R. Karena itu
syarat teorema Rolle dipenuhi pada selang tertutup: [2 3 ,0] ;

[0,2 3 ] ; dan

[2 3 ,2 3 ] .
b. Karena syarat teorema Rolle dipenuhi oleh fungsi f pada selang tertutup [2 3 ,0] ,
maka ada bilangan c (2 3 ,0) sehingga f (c) = 0.
Karena
1
2

f ' ( x) = 12 x 2 2 kontinu pada

f ' (c) = 12 c 2 2 , akibatnya

R sehingga

c 2 2 = 0 , menghasilkan c1 = -2 dan c2 = 2. Yang dipilih adalah c1 = -2 karena c

harus terletak pada selang (2 3 ,0) . Jadi bilangan c yang memenuhi teorema Rolle
pada selang (2 3 ,0) adalah -2.
Dengan cara yang sama, maka pada selang
y

(0,2 3 ) , nilai c yang memenuhi teorema


Rolle adalah 2.

2 3

Terakhir pada selang (2 3 ,2 3 ) ,


nilai

yang memenuhi teorema Rolle

3
2

f(x)
1

adalah c1 = -2 dan c2 = 2. Perhatikan

gambar 5.26.

-3
gambar 5.26

2.4.2 TEOREMA NILAI RATA-RATA

Misalkan f suatu fungsi yang memenuhi syarat :


(i)

f kontinu pada selang tertutup [a,b]

2x 3

2 3

(ii)

f mempunyai turunan pada selang terbuka (a,b)

maka ada suatu bilangan c (a,b) sehingga:


f ' (c ) =

f (b) f (a)
ba
y

f(b)

f(a)

f (b) = f (a) + (b a) f ' (c)

atau

A
x
a c

Gambar 5.28

Catatan:

Teorema nilai rata-rata adalah perluasan teorema Rolle atau dapat dikatakan teorema
Rolle adalah hal khusus dari teorema nilai rata-rata. Secara geometri, teorema nilai ratarata mengatakan bahwa jika grafik fungsi kontinu memiliki garis singgung pada tiap titik
antara A dan B gambar 5.28, maka ada paling sedikit satu titik pada kurva antara A dan
B yang garis singgungnya sejajar dengan tali busur AB.
Contoh

Diberikan:

f : [4,9] ,

f ( x) = 2 x

Tentukanlah nilai c dalam selang terbuka (4,9) yang memenuhi teorema nilai ratarata.
Penyelesaian :

f ( x) = 2 x , maka f ' ( x) =

1
, sehingga f kontinu dan f ada untuk semua x > 0. Jadi f
x

memenuhi syarat-syarat teorema nilai rata-rata pada selang [4,9]. Maka ada bilangan c
(4,9) sehingga :
f ' (c ) =

f (9) f (4)
f (b) f (a)
f ' (c ) =

ba
94

Dalam hal ini


25 f (9) f (4) 2
f ' =
=
94
5
4

6
4

1
64
25
c=
=
5
4
c
y
B
f
P
A

merupakan tanjakan garis AB


( tanjakan garis singgung kurva di titik P).
Lihat gambar 5.29.

x
0

gambar 5.29

(i)

g ( x) =

x;

1 x 9

x
Dalam bentuk tidak mengandung nilai mutlak : g ( x) =
x
1
;0< x<9
2 x
g ' ( x) =
dan
1
; 1 < x < 0
2 x
mudah ditunjukkan bahwa g (0) tidak ada

; 0 x9
; 1 x < 0

a. Jelas bahwa g kontinu pada selang tertutup [-1,9]. Tetapi g tidak mempunyai
turunan di x = 0, maka syarat teorema nilai rata-rata tidak dipenuhi pada selang
yang diberikan.
b. g(9) = 3 dan
g ' (c ) =

g(-1) = 1. Misalkan nilai c positif, maka

f (9) f (1)
9 (1)

3 1
1
1
=

=
c = 6 14 ,
10
2 c
2 c 5
1

c positif , Jadi nilai c = 6 14 .


Nilai ini masih terletak pada selang (-1,9)
Andaikan nilai c negatif , maka
1
1
=
2 c 5

1
-1 0

x
1

Gambar 5.26

c = 2 12

hal ini kontradiksi bahwa hasil penarikan


negatif.

akar pangkat dua tidak mungkin

Akibatnya bilangan c dalam kasus ini tidak mungkin negatif.

Perhatikan andaikan kita pilih selang [-1,4] maka dalam kasus ini fungsi g tidak memenuhi
syarat teorema nilai rata-rata sebab tidak ada bilangan c yang memenuhi
g ' (c ) =

f (4) f (1)
.
4 (1)

2.5 Menggambar Grafik Fungsi


Menggambar grafik fungsi dapat dilakukan dengan menguji persamaan fungsinya,
apakah simetri terhadap sumbu-sumbu koordinat atau terhadap titik asal. Bila
memungkinkan dapat pula ditentukan titik potong dengan sumbu-x dan sumbu-y, walaupun
hanya perkiraan saja. Pengetahuan tentang daerah asal dan daerah nilai fungsi dapat
membatasi grafik fungsi pada sebuah daerah yang terbatas pada bidang. Pengetahuan

tentang nilai-nilai ekstrim lokal fungsi dan letaknya titik-titik balik sangat membantu. Selain
itu pengetahuan tentang tanda turunan pertama dapat memberikan informasi tentang
kemonotonan

(naik/turunnya)

grafik fungsi, tanda turunan kedua dapat memberikan

informasi tentang kecekungan grafik fungsi. Asimptot-asimptot sangat dapat membantu


menggambar grafik-grafik. Selain itu titik-titik fungsi f, f dan f yang tidak terdefinisi
penting pula diketahui. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, grafik sebuah fungsi
dapat digambar dengan mudah dan cermat.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menggambar grafik fungsi adalah sebagai
berikut:
I.

Analisis Pendahuluan meliputi:


a. Tentukan daerah asal dan bila mungkin tentukan pula daerah nilai fungsi, serta
tentukan titik-titik (daerah) pada bidang yang tak memuat grafik fungsi.
b. Tentukan kemungkinan adanya sifat simetri fungsi terhadap sumbu-sumbu
koordinat atau terhadap titik asal.

Catatan 1

Grafik fungsi genap simetri terhadap sumbu-sumbu koordinat, grafik fungsi ganjil simetri
terhadap titik asal.
c. Tentukan titik-titik potong grafik fungsi dengan sumbu-sumbu koordinat bila ada,
meskipun hanya perkiraan.

Catatan 2

Titik potong grafik fungsi dengan sumbu

x dicapai jika

y = 0, titik potong

grafik fungsi dengan sumbu-y dicapai jika x = 0.


d. Gunakan turunan pertama untuk menentukan selang-selang grafik fungsi
monoton naik dan monoton turun.
Catatan 3

f monoton naik pada I, jika f(x) > 0, x I.


f monoton turun pada I jika f(x) < 0, x I.
e. Tentukan semua bilangan-bilangan kritis fungsi dan gunakan turunan pertama
dan turunan kedua untuk menentukan titik-titik ekstrim lokal dan jenisnya.

Catatan 4
Bila c adalah bilangan kritis fungsi maka f(c) = 0 atau f(c) tidak ada.

f. Gunakan turunan kedua untuk menentukan selang-selang grafik cekung ke atas


atau cekung ke bawah.
Catatan 5

f ' ' ( x) > 0, x (a, b) , maka grafik f cekung ke atas pada (a,b).
f ' ' ( x) < 0, x (a, b) , maka grafik f cekung ke bawah pada (a,b).
g. Tentukan titik-titik balik jika ada, dan asimtot-asimtotnya jika ada.

II. Dari analisa di atas ditambah dengan beberapa titik pada grafik, maka kurva tersebut
dapat digambar.
Contoh :

Lakukan analisa pendahuluan, kemudian gambar grafik dari fungsi :


f ( x) = 14 x 4 13 x 3 x 2 + 1
Penyelesaian :

a.

f ( x) = 14 x 4 13 x 3 x 2 + 1 .

Domain

adalah

semua

bilangan

real

f ' ( x) = x x 2 x = x( x + 1)( x 2)
3

f ' ' ( x) = 3 x 2 2 x 2 = ( x 1+3 7 )( x 13 7 ) .

Jelas bahwa f, f dan f kontinu pada setiap bilangan real R.


Bilangan kritis

diperoleh

dengan menyelesaikan persamaan

f(x) = 0,

diperoleh x = -1, x = 0, dan x = 2, dengan nilai-nilai fungsi masing-masing


untuk x = 1 f (1) =
x = 0 f (0) = 1

7
2

dan f ' ' (1) = 3 > 0


dan f ' ' (0) = 2 < 0

x = 2 f (2) = 53 dan f ' ' (2) = 6 > 0


Kesimpulan:
Titik maksimum relatif dari f adalah (0,1) dan
Titik minimum relatif dari f adalah (-1,7/2) dan (2,-5/3).

Selang Grafik

naik diperoleh dengan menyelesaikan pertidaksamaan

f ' ( x) > 0 x( x + 1)( x 2) > 0 ,

------------ ++++++++ ---------+++++++


0
-1
2

Tanda f dapat diperiksa dari gambar


berikut dari hasil ini disimpulkan bahwa

gambar 5.27

f naik pada selang (-1,0) (2,+), ini


berarti f turun pada selang (-,-1)
(0,2).

diperoleh dengan menyelesaikan persamaan f " ( x) = 0 ,diperoleh

Titik balik f
x = 13 (1 7 ) .

Tanda f(x) dapat diperiksa sebagai berikut:

+++++ 0 ------ 0 +++++


1 7
3

f(x) > 0

1+ 7
3

f(x) < 0

f(x) > 0

gambar

y
Sehingga grafik f cekung ke atas
f(x)

pada selang
x < 13 (1 7 )

x > 13 (1 + 7 ) .

1
(-1, 7 12 )

grafik f cekung ke bawah pada


selang
1
3

(1 7 ) < x < 13 (1 + 7 )

Grafik fungsi

f pada gambar

-1

x
0

(- 5 3 )

(2,- 5 3 )

Gambar 5.29

5.29.

2.6. Penggunaan Turunan Pada Ilmu Sains Dan Rekayasa


2.6.1 Laju Berhubungan (Related Rates)

Misalkan y adalah fungsi dari waktu t dengan persamaan y = f(t), yang dapat diturunkan
maka

dy
menyatakan laju perubahan y terhadap waktu t. Dalam hal y menyatakan jarak,
dt

maka

dy
merupakan kecepatan.
dt

Akan tetapi banyak masalah yang memuat peubah-peubah x dan y, dan hubungan
diantaranya merupakan persamaan yang tidak memuat waktu t. Sedangkan x dan y adalah
fungsi-fungsi dari t yang tidak diketahui. Kerapkali mungkin dalam persoalan demikian
untuk menghitung

dx
dy
dan
yang merupakan laju perubahan/kecepatan sesaat x dan y
dt
dt

terhadap waktu tanpa menyatakan x atau y secara eksplisit sebagai fungsi dari t, bila salah
satunya diketahui. Permasalahan seperti ini yang diselesaikan dengan turunan implisit,
dikenal sebagai laju berhubungan dan dapat diselesaikan sebagai berikut :
1. Tentukan semua persamaan yang menghubungkan besaran-besaran yang terlibat
didalamnya.
2. Tentukan turunan implisit dari kedua ruas persamaan terhadap peubah t.
3. Gunakan hasil dari langkah kedua untuk menentukan laju perubahan yang tidak
diketahui.
4. Tetapkan titik asal O, ambillah arah positif kekanan/keatas, dan arah negatif
kekiri/kebawah. Bila partikel bergerak kekanan atau keatas maka
bergerak kekiri atau kebawah maka

dx
positif, dan bila
dt

dx
dy
atau
bertanda negatif.
dt
dt
dinding

Contoh :

Sebuah tangga yang panjangnya 5 m bersandar pada

Gambar 5.31

dy
dt

dinding tegak, dan ujung bawahnya terletak pada


lantai datar. Jika pada saat ujung atas tangga berada 4
meter di atas lantai, kecepatan meluncurnya adalah 3
meter/detik. Tentukan kecepatan meluncur ujung
tangga di lantai pada saat itu. (gambar 5.34)

Tangga
5m

4m

x
lantai
Gambar 5.34

Penyelesaian :

dx
dt

Misalkan y meter menyatakan jarak ujung tangga bagian atas ke lantai dan x meter
menyatakan jarak ujung tangga bagian bawah ke dinding.
Akan dihitung

dx
dy
pada saat y = 4 meter, bila diketahui
= -3 meter/detik (tanda negatif
dt
dt

menyatakan arah ujung tangga meluncur kebawah).


Karena panjang tangga = 5 meter maka persamaan yang menghubungkan x dan y
(menggunakan Phytagoras) adalah :

x2 + y2 = 25 .(1)

Turunan implisit terhadap t dari kedua ruas adalah


2x

dx
dy
+ 2y
= 0 atau
dt
dt

dx
dy
+y
= 0 (2)
dt
dt

untuk y = 4 meter maka dari pers.(1) diperoleh x = 25 16 = 3 meter.


Dan karena

dy
dx
dx
= -3 m/dt maka dari pers.(2) diperoleh : 3. + 4(3) = 0,
= 4m .
dt
dt
dt
dt

Kesimpulan

Kecepatan meluncurnya ujung tangga di lantai pada saat kecepatan meluncurnya ujung atas
tangga 3 m/s ketika berada 4 meter diatas lantai adalah

dx
= 4 m/s.
dt

2.6.2 Penggunaan Turunan Pada Masalah Ekstrim


Banyak masalah dalam kejadian sehari-hari atau dalam sains, teknik, geometri dan
ekonomi menentukan penentuan nilai maksimum (atau minimum) mutlak dari suatu fungsi
kontinu. Dalam contoh-contoh berikut akan diperlihatkan bagaimana cara menerjemahkan
problem yang tersamar ke dalam suatu model matematika dan kemudian menentukan nilai
ekstrimnya.
Ringkasan langkah-langkah yang diperlukan adalah :
a) Amati persoalan yang dihadapi dengan cermat, kemudian tentukan besaran yang
mana (atau fungsi yang objektif) yang akan dimaksimumkan (atau diminimumkan).
Nyatakan besaran ini dengan suatu huruf. Selanjutnya nyatakan besaran ini sebagai
fungsi dari hanya satu peubah. Seringkali kita berhadapan dengan dua persamaan
yang terdiri atas tiga peubah, jika demikian halnya, eleminasikan salah satu peubah
untuk memperoleh suatu persamaan (atau fungsi objektif) dengan satu peubah bebas
saja.

b) Tentukan turunan fungsi objektif yang diperoleh dari langkah a) dan andaikan
turunannya sama dengan nol, untuk mendapatkan bilangan-bilangan kritis fungsi.
Penyelidikan jenis ekstrim dapat dilakukan dengan salah satu uji coba yang telah
dibahas pada bab terdahulu.
c) Tentukan nilai maksimum (atau minimum) fungsi dengan membandingkan nilai
ekstrim lokal yang nilai-nilai fungsi pada ujung-ujung selang daerah definisi
fungsinya.

Contoh :

Sehelai karton berbentuk bujursangkar dengan luas 81 cm2. Pada keempat ujung-ujung
karton tersebut digunting bujursangkar yang ukurannya sama. Selanjutnya karton tersebut
dilipat keatas sehingga diperoleh sebuah kotak tanpa tutup. Tentukan volume dos yang
paling besar yang dapat dibuat dari karton tersebut.

Penyelesaian :

Perhatikan gambar

9 - 2x

9 - 2x

LUAS= 81 cm2

9 - 2x

9
cm

9 - 2x

x
x

Gambar 5.38

9
cm
Misalkan x = ukuran sisi bujur sangkar yang dibuang pada ke 4 ujung karton (lihat gambar)
v = Volume kotak yang akan dimaksimumkan.
Ukuran (atau sisi) kotak yang akan kita buat adalah

Panjang
Tinggi
Maka volume kotak adalah

= 9 2x cm

Lebar = 9 2x cm

= x cm, dengan 0 x 9/2 (mengapa ? ) .

V(x) = (9 2x)(9 2x). x, merupakan fungsi terhadap peubah bebas x.


V(x) = 4x3 36x2 + 81x

atau

0 x 9/2 ..

(1).

Syarat agar V mencapai maksimum adalah V1(x) = 0 atau V1(x) tidak ada.
Karena V1(x) = 12x2 72x + 81 maka kita selesaikan persamaan V1(x) = 0 yaitu
3 (4x2 24x + 27) = 0 3 (2x 3) (2x 9) = 0

(2).

Karena V1(x) ada untuk semua x R, maka dari (2) diperoleh bilangan kritis V adalah
x=

3
9
atau x = , keduanya berada dalam selang tertutup
2
2

9
0, 2 .

9
Karena V kontinu dalam selang tutup 0, maka V mempunyai nilai maksimum mutlak
2
9
dalam selang 0, .
2
Nilai ekstrim V dicapai pada bilangan kritisnya atau pada ujung-ujung interval daerah
definisinya; yaitu untuk x = 0 ; x =

V (0) = 0 ;

3
9
; atau x = , sehingga dari persamaan (1) diperoleh
2
2

3
9
V = 54 ; dan V = 0
2
2

Kesimpulan

Volume maksimum kotak yang dapat dibuat dari karton tersebut adalah
3
V = 54 centimeter kubik.
2
Untuk menguji volume maksimum kotak ini, dapat dilakukan uji turunan kedua yaitu
V(x) = 72 + 24x , sehingga V(3/2) = - 72 + 24(3/2) = - 36 < 0
3
Jadi V = 54 cm3 merupakan volume maksimum kotak.
2

2.6.3 Penggunaan Turunan Dalam Ekonomi


Di dalam ilmu ekonomi, variasi (perubahan) suatu besaran (peubah) terhadap besaran
lainnya dapat dinyatakan (diekspresikan) dalam konsep rata-rata dan konsep marginal

Definisi

Pandang suatu fungsi y = f(x), maka

(i)

Fungsi rata-rata y didefinisikan sebagai hasil bagi y


y=

(ii)

y f ( x)
=
x
x

yaitu:
.(1)

Fungsi marginal y didefinisikan sebagai hasil bagi diferensial dy

dx

yaitu tak

lain dari turunan pertama f yaitu :


y' =

dy
f ( x + x ) f ( x )
.(2)
= lim
dx x0
x

asal limitnya ada

Antara fungsi rata-rata y dan fungsi marginal y terdapat hubungan bahwa fungsi y =

y
x

mempunyai garis singgung mendatar maka di titik itu kedua fungsi y dan y mempunyai
nilai yang sama, yaitu bilamana : y ' = 0 maka y = y.
Di sini ini diperlihatkan mengapa hal tersebut terjadi.

y=

y
xy' y
y' =
x
x2

bila
y' = 0 0 =

xy ' y
x

y' =

xy ' = y

y
= y.
x

y
S

Perhatikan gambar 5.44 berikut yang merupakan


definisi y . Nilai y di suatu titik P ditunjukkan

dengan tangen sudut yang dibuat garis OP dengan


sumbu x positif, karena:
y
tan = = y .
x

y=

P(x,y)

Gambar

Tampak bahwa garis singgung OR memberikan sudut terbesar dan garis singgung OQ
memberikan sudut terkecil, sehingga fungsi rata-rata y di R maksimum dan fungsi ratarata Q minimum.

Selanjutnya fungsi elstisitas E didefinisikan sebagai hasil bagi antara fungsi marginal y
dengan fungsi rata-rata y yaitu: E =

y'
yang dapat dituliskan sebagai:
y

dy dy
d ln y
y
=
E = dx =
y
dx d ln x
x
x

(3)

Fungsi elastisitas ini meskipun jarang digunakan dalam matematika namun merupakan hal sangat penting
dalam ekonomi. Grafik elastisitas ditunjukkan dalam gambar 5.45.

y
y = f(x)
P(x,y)

D
y
0

Gambar 5.45

Sekarang kita akan definisikan fungsi biaya total, fungsi biaya rata-rata, dan fungsi biaya
marginal.
Definisi

Misalkan

menyatakan banyaknya unit (satuan) barang (komoditi) tertentu yang

diproduksi, maka:
(i)

Biaya total untuk memproduksi x satuan barang atau pengeluaran total untuk
memproduksi x satuan barang itu dan dituliskan sebagai:

y = c(x)

.(4)

Fungsi c disebut fungsi biaya total (total cost function)


(ii)

Biaya rata-rata, yaitu biaya rata-rata untuk memproduksi satu satuan barang yang
dituliskan sebagai:
Q( x) =

c( x)
x

.(5)

Fungsi Q disebut fungsi biaya rata-rata (everage cost function)


(iii)

Biaya Marginal, yaitu biaya untuk memproduksi secara tambahan satu satuan
barang yang dituliskan sebagai:
y ' = c' ( x) = lim

x 0

c ( x + x ) c ( x )
x

(6)

jika limitnya ada, fungsi c disebut biaya marginal (marginal cost function).

Contoh :

Misalkan c(x) menyatakan biaya total dalam rupiah untuk memproduksi x satuan pensil
HB (x 10) dan c(x) ditentukan oleh:
c( x) = 15 + 800 x +

400
x

maka: Fungsi biaya rata-rata tiap satuan pensil adalah:


Q( x) =

c( x) 15 + 800 x +
=
x
x

400

a. Fungsi biaya marginal adalah:

c' ( x) = 800

b. Misalkan dalam satu minggu

diproduksi

marginalnya adalah:

c' (500) = 800

x = 15 + 800 + 400
x
x2

400
x2
x = 500

satuan pensil maka biaya

400
= Rp. 799,9984
500 2

c. Biaya untuk memproduksi pensil yang ke 501 (satu pensil lebih) adalah:
c(501) c(500) = 400815,7982 400015,8 = Rp. 799,9982
perhatikan bahwa jawaban (c) dan (d) terdapat perbedaan sebesar Rp. 0,0002 hal ini
disebabkan karena biaya marginal merupakan biaya perubahan sesaat dari c(x). Dalam
hal ini c(500) merupakan biaya pendekatan untuk memproduksi pensil yang ke 501
(satu pensil lebih).
d. Untuk memproduksi 5 batang pensil lebih adalah kira-kira:

(5)(c' (500)) = (5)( 799,9984) = Rp. 3999,9920


Selanjutnya akan didefinisikan biaya rata-rata marginal sebagai berikut:

Definisi

Misalkan Q(x) menyatakan banyaknya biaya dalam rupiah untuk memproduksi satu unit
dari x unit barang (komoditi) tertentu, maka biaya rata-rata marginal untuk x = x1
didefinisikan sebagai Q(x1) asal turunannya di x1 ada dan Q disebut fungsi biaya ratarata marginal.

Perhatikan bahwa :

Q( x) =

c( x)
x

xc' ( x) c( x)
x2

Q' ( x) =
Selanjutnya turunan kedua adalah:
Q' ' ( x) =

x 2 c' ' ( x) 2( xc' ( x) c( x))


x3

Bila
Q(x) = 0
Maka
xc(x) c(x) = 0,
sehingga
Q' ' ( x) =

c' ' ( x)
.
x

Dalam ekonomi x umumnya positif, sehingga tanda Q(x) sama dengan tanda c(x)
dengan demikian:
Q(x) = 0 dan c(x) > 0 maka Q(x) mencapai minimum
Q(x) = 0 dan c(x) < 0 maka Q(x) mencapai maksimum
Selanjunya grafik dari fungsi biaya total, fungsi biaya marginal, dan fungsi biaya rata-rata
masing-masing kita namakan TC, MC, dan AM. Perhatikan gambar (5-37 a,b,c) berikut:
1. Fungsi biaya total linier

c( x) = mx + b
m harus positif karena fungsi c monoton naik dan b

harus positif. Biaya marginal diberikan oleh:

AC

c' ( x) = m
adalah garis lurus yang sejajar sumbu x. Jika Q
merupakan fungsi biaya rata-rata, maka
Q( x) = m + b

dan fungsi biaya rata-rata marginal

adalah:
Q' ( x) =

b
x2

TC

b
m
0

x
Gambar 5.46a

merupakan hiperbola umum.


2. Fungsi biaya total kuadrat

y
2

c( x) = ax + bx + c

TC

dimana a dan c positif.

c' ( x) = 2ax + b
dan bilangan kritis dari

adalah

b
2a

, di sini

dibedakan atas 2 kasus yaitu b 0 dan b < 0.

2a

Kasus b 0 ,
b
2a

Gambar 5.46b

adalah negatif atau

0. Ini berarti puncak

parabola terletak di sebelah kiri sumbu-y atau pada

TC

domain x yang negatif.


Selanjutnya karena domain c harus positif, maka
sketsa dari TC

untuk

b > 0 ditunjukkan pada

gambar 5.46b.
Kasus b < 0,

b
2a

2a

Gambar 5.46c

positif maka puncak parabola

terletak di kanan sumbu-y atau pada domain x > 0,


dan domain dari c adalah [ 2 ab ,+) , sketsa TC
untuk b < 0 ditunjukkan pada gambar 5.46c.

Contoh :

Misalkan c(x) adalah biaya total untuk memproduksi

100x

unit produksi dengan

persamaan
c( x) = 12 x 2 2 x + 8 .
Tentukanlah:
a. Fungsi biaya rata-rata
b. Fungsi biaya marginal
c. Fungsi biaya rata-rata marginal
d. Hitung nilai minimum absolut untuk biaya rata-rata dan buat sketsa grafik biaya total,
fungsi rata-rata, dan fungsi biaya rata-rata marginal dalam satu sistem sumbu.

Penyelesaian :

a. Fungsi biaya rata-rata adalah Q( x) =

c( x) 1
8
= 2 x2+
x
x

b. Fungsi biaya marginal adalah c' ( x) = x 2


c. Fungsi biaya rata-rata marginal adalah Q' ( x) = 12
d. Untuk Q(x) = 0, diperoleh
dengan Q(4) = 12 (4) 2 +
Q' ' ( x ) =

1
2

8
x2

8
= 0 sehingga bilangan kritis untuk Q adalah 4
x2

8
=2
4

16
16
Q' ' (4) =
>0
3
x
64

maka Q mencapai minimum relatif yaitu 2 pada saat x = 4.


Karena x > 0 maka Q(x) kontinu pada (0,), dan hanya ada minimum relatif pada (0,)
yaitu dicapai pada x = 4. Maka disimpulkan bahwa Q mempunyai nilai minimum absolut
pada x = 4 dan 100x = 400, maka nilai minimum absolut untuk biaya rata-rata unit adalah
Rp. 4,-. Jika 400 unit diproduksi.
Sketsa grafik TC, MC, dan AC ditunjukkan pada gambar 5.47.

c( x) = 12 x 2 2 x + 8

MC

c' ( x) = x 2

6
A
3
2

Q( x) = 12 x 2 +

8
x

x
0

Gambar 5.47

Fungsi Pendapatan, Fungsi Keuntungan dan Fungsi Pendapatan Marginal

Harga satuan barang yang dapat dijual adalah fungsi permintaan. Fungsi permintaan
tersebut kita namakan p. Jika ada x satuan barang dapat dijual maka p(x) adalah harga
satuan barang yang telah terjual tersebut. Misalkan x banyaknya barang tertentu yang
diproduksi dan dipasarkan, Fungsi permintaan (penerimaan) total R, nilainya adalah R(x),
kalau x satuan terjual. Jadi R(x) = xP(x) atau
R ( x)
= p ( x) .
x
Keuntungan P(x) jika x satuan barang telah diproduksi dan terjual adalah selisih antara
pendapatan total dengan biaya total, yaitu:
P ( x) = R ( x) c( x)
Pendapatan marginal adalah laju kenaikan pendapatan (penerimaan) tiap satuan kenaikan
dalam penjualan, dan dinotasikan sebagai R(x); sedang p(x) adalah harga marginal dan
P(x) adalah keuntungan marginal. Selanjutnya jika kedua ruas diturunkan diperoleh:

P ' ( x) = R ' ( x) c' ( x)


Jadi keuntungan marginal = pendapatan marginal biaya marginal.

T U G A S 5.
LATIHAN

Untuk soal nomor 1 sampai nomor 34, pada setiap fungsi yang diberikan, tentukanlah:
a. Semua bilangan kritis fungsi
b. Selang-selang dimana fungsi tersebut monoton naik atau turun
c. Selang-selang fungsi cekung ke atas dan cekung ke bawah
d. Titik-titik balik fungsi bila ada
e. Nilai ekstrim relatif dan jenisnya
f. Sketsa grafik fungsi

1
1 + x2

1.

f ( x) = ( x 5) 2

3.

f ( x) =

2.

f ( x) = 9 x 2

4.

f ( x) = 2 x 3 3 x 2 12 x + 8

6.

f ( x) = 1 x

5. f ( x) = x 4 6 x 3 24 x 2 + x + 2

Selidiki apakah titik (0,0) adalah titik balik dari garfik fungsi berikut, kemudian gambar
grafik fungsi tersebut untuk memeriksa kebenarannya.
x 3
; x<0
1. f ( x) =
2
2x x ; x 0
1

x 2
2. f ( x) =
x

; x<0
; x0

Gambarkan sebuah grafik fungsi yang memiliki karakteristik berikut:


a. f kontinu dimana-mana
b. f(2) = 3
c. f(2) = 0; f(6) = 3; f(x) > 0 , untuk x 2
d. f(6) = 0; f(x) > 0, untuk 2 < x < 6 dan f(x) < 0, untuk x > 6
Sebuah pesawat terbang Garuda, terbang kearah selatan dengan laju 400 mil/jam. Pada pukul
12.30 pesawat Garuda melintasi kota A. ada pesawat Merpati terbang pada
ketinggian yang sama kebarat dengan laju 500 mil/jam dan melintasi kota A pada
pukul 13.00. tentukan laju perpisahan kedua persawat tersebut pada pukul 14.00.
(Petunjuk : andaikan t = 0 pada pukul 13.00 ).
10 cm
V.

Sebuah kerucut lingkaran tegak terbalik berjari-jari 10


cm dan tingginya 20 cm berisi penuh air. Jika air keluar
dari puncak kerucut dengan laju 5 cm3/dt, tentukan laju

20 cm

turunnya permukaan air di dalam kerucut pada saat


tinggi air 5 cm dari bidang atasnya ( Jawab:

dh
= dt

4
).
45

3
dv
= 5 cm
dt
dt

Sebuah jembatan layang jalan raya bersilangan


tegak lurus dengan rel kereta api pada
ketinggian 15 meter. Jika suatu saat lokomotif

kereta api melaju dengan kecepatan 54 km/jam


tepat berada pada sebuah mobil yang melaju
dengan kecepatan 36 km/jam, tentukanlah

Jembatan
P
15m

kecepatan berpisah antara lokomotif kereta api

dan mobil setelah 8 detik.


x

Rel k.Api

Keliling sebuh persegi panjang adalah 40 meter. Tentukan ukuran persegi panjang tersebut
agar luasnya maksimum.
selembar aluminium yang berbentuk persegi panjang, dengan panjang 32 cm dan lebar 20
cm. pada ujung-ujungnya dipotong bujur-bujur sangkar yang ukurannya sama.
Aluminium yang tersisa dilipat keatas sehingga membentuk sebuah kotak tanpa
tutup. Tentukan volume maksimum kotak aluminium tersebut.
Misalkan

c( x) = 8300 + 3,25 x 0,0002 x 2 adalah fungsi biaya total dengan x merupakan

banyaknya satuan yang diproduksi dan dipasarkan. Tentukanlah:


a. Biaya rata-rata tiap satuan dan biaya marginalnya.
b. Jika tiap minggu diproduksi dan dipasarkan x = 200 satuan, tentukanlah biaya
rata-rata tiap satuan dan biaya marginal untuk memproduksi dan memasarkan
satu satuan lebih.
Seorang pedagang kain merasa bahwa ia dapat menjual tiap bulan 4000 yard tekstil
tertentu apabila ia menjualnya dengan harga $ 6 tiap yard. Penjualan bulan ini akan
naik dengan 250 yard apabila ia memberikan potongan harga
Tuliskan persamaan untuk

$ 0,15 tiap yard.

p(x) dan tentukan harga tiap yard yang menghasilkan

pendapatan yang maksimal.


Manager pabrik meramalkan bahwa ia dapat menjual 500 satuan hasil pabriknya tiap
minggu, jika harganya $ 20 tiap satuan. Penjualan mingguan akan naik dengan 50
satuan apabila ia memberikan potongan $ 0,50 tiap satuan. Biaya pembuatan dan
penjualan barang tersebut tiap minggu adalah: c( x) = 4200 + 5,1x + 0,0001x 2
Tentukanlah :
a.

Fungsi permintaan

b.

Besarnya produksi minguan yang dapat menghasilkan keuntungan maksimum.

c.

Harga satuan barang pada tingkat maksimum produksi.

d.

Harga marginal pada tingkat maksimum produksi.

BAB III

PENUTUP

Keberhasilan mahasiswa memahami penggunaan turunan pada modul ini akan


memudahkan penerapan matematika pada bidang ilmu lain.

DAFTAR PUSTAKA

13. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
14. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
15. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai