Dasar I PDF
Dasar I PDF
(LKPP)
_________________________________________________________________________________________
MATEMATIKA DASAR 1
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FEBRUARI 2008
LEMBARAN PENGESAHAN
Angkatan ke-2
Telah diperiksa dan disetujui
Oleh Coach Clinic SCL
Universitas Hasanuddin
Cochee,
Mengetahui,
Ketua LKPP-Unhas
Ub. Kepala PKPAI-Unhas,
MODUL 1
Judul :
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Modul ini adalah suatu pengantar dalam memahami matematika dasar 1
khususnya dalam pembuktian matematika dan pengembangan materi segitiga
pascal dengan materi induksi matematika dan rumus Binomium Newton.
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan pengantar bagi modul-modul selanjutnya
D. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menggunakan notasi sigma pada deret matematika dan
polinomial
2. Mahasiswa
dapat
menyelesaikan
perpangkatan
dua
suku
dengan
(1)
atau
Pn(x) = a0 + a1x + a2x2 + .+ an-1xn-1 + anxn
Mungkin penulisan dan pengucapan bentuk (1) ini dirasa terlalu panjang dan tidak praktis.
Sebuah notasi jumlah akan memendekkan dan menghemat penulisan tersebut. Sebagai misal
bentuk (1) diatas dapat ditulis dengan menggunakan notasi jumlah sebagai berikut :
n
Pn ( x) = a i x i
(2)
i =0
huruf i disebut variable dummy yaitu indeks jumlah (disingkat indeks saja). Notasi
adalah huruf kapital yunani yaitu sigma yang berkorespondensi dengan huruf latin s
(bandingkan dengan SUM dalam bahasa Inggris). Artinya sigma untuk jumlah. Indeks i
mengambil harga-harga bilangan bulat dari yang kecil ke yang terbesar.
pada aixi , diperoleh a0x0.
Jika
disubtitusikan i = 1 pada aixi , diperoleh a1x dan seterusnya. Jika disubtitusikan i = n pada
aixi , diperoleh anxn. untuk lebih jelasnya perhatikan ekspresi berikut :
1
a x
i =0
a x
i =0
a x
i =0
Huruf yang sering digunakan selain huruf i juga biasa digunakan huruf kecil seperti j, k, r,
dan lain-lain.
Contoh :
bj + bj+1 + bj+2 + ..+ bk-1 + bk
b
i= j
i =3
Sifat-sifat sigma :
n
+2
c +4...4
+3c = nc;
c = c1+4c4
(i)
i =1
ca
(ii)
i =1
= c ai
i =1
i =1
i =1
i =1
(ai + bi ) = ai + bi
(iii)
n 1
a = a
(iv)
i =1
j =0
a + b
(v)
c konstan
n suku
i =0
i =1
n 1
j +1
= ai +1
i =0
i =1
i =1
i =1
= a0 + ai + bi = a0 + (ai + bi )
i = 1 + 2 + 3 + ... + n = 2 n(n + 1)
i =1
2.
i =1
1
= 12 + 2 2 + 3 2 + ... + n 2 = n(n + 1)(2n + 1)
6
3. i = 1 + 2 + 3 + ... + n = n(n + 1)
2
i =1
n
yaitu
n
a1 a 2 a 3 ...a n = a i
i =1
dimana
latin P (product).
Contoh :
(b). 2 = 2. 2 2 . 2 3. 2 4 2 5 = 215
n =1
2. Induksi matematika
Terlebih dahulu simak teladan berikut :
Pernahkah anda waktu kecil bermain dengan sekumpulan kaset lagu-lagu dengan cara
membariskan kaset-kaset tersebut secara tegak dan berdekatan. Jika sebuah kaset disentuh
hingga terjatuh, maka kaset tersebut akan menimpa kaset di belakangnya dan mengakibatkan
kaset kedua terjatuh menimpa kaset berikutnya dan seterusnya. Pada akhirnya dapat
dibayangkan hasilnya bahwa sederetan kaset-kaset tersebut akan jatuh semua.
Gambar 1.1.
Teladan sederetan kaset yang jatuh di atas mengilustrasikan esensi dari induksi matematika,
yaitu suatu metode yang sangat penting untuk pembuktian rumus-rumus atau pernyataan
tertentu yang melibatkan bilangan asli. Kebenaran metode induksi matematika itu didasarkan
pada teorema berikut.
Teorema 1 ( Prinsip Induksi Matematika)
Misalkan kita mempunyai barisan tak hingga dari pernyataan P(1), P(2), P(3), , P(n), ,
jika kita dapat menunjukkan bahwa
1. Pernyataan P(1) benar,
2. jika P(k) benar, maka P(k+1) juga benar untuk sembarang bilangan asli k,
maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan P(n) benar untuk semua bilangan asli n.
Bukti
Andaikan 1. dan 2. benar tetapi kesimpulan teorema tidak berlaku. Ini berarti bahwa P(n)
tidak berlaku untuk setiap bilangan asli n.
Misalkan m adalah bilangan asli terkecil sehingga P(m) tidak benar, yaitu P(1), P(2), ,
P(m-1) benar, tetapi P(m) tidak benar . Langkah 1 menyatakan P(1) benar. Untuk n 1,
langkah 2 menyatakan P(2) benar, P(3) benar, dan seterusnya hingga P(m-1) benar dan
seharusnya P((m-1)+1) benar. P((m-1)+1)=P(m), sehingga P(m) benar. Hal ini bertentangan
dengan untuk m yang pernyataan P(m) tidak benar.
Definisi 1 :
Misalkan S himpunan himpunan bagian dari bilangan asli N, yang mempunyai sifat
(1). n0 S , khususnya untuk n0 = 1
(2). Jika k S (k + 1) S, (k n0 ), maka N = S, yaitu bahwa himpunan S mengandung
semua bilangan asli yang lebih besar atau sama dengan n0
Catatan
Contoh :
1+ 2 + 3 +L+ n =
1
n(n + 1)
2
1
Langkah (1) : Untuk n = 1, maka 1 = 1(1 + 1) benar.
2
Langkah (2): Andaikan untuk n = k, pernyataan 1 + 2 + 3 + L + k =
1
k (k + 1) benar, akan
2
1
k (k + 1) + (k + 1)
2
k (k + 1) + (k + 1)
2
Definisi 7 :
Suatu kelompok yang terdiri dari r objek dan yang ingin dipilih dari n objek berbeda tanpa
memperhatikan urutan pemilihannya dinamakan kombinasi r objek dari n objek berbeda
dengan 0 < r < n. Banyaknya kombinasi yang mungkin dinotasikan sebagai
n
C rn atau .
r
Teorema 2 :
Jumlah kombinasi r objek yang dipilih dari n obyek berbeda adalah :
C rn =
n!
r!(n r )!
n N dan 0!= 1 .
Contoh :
Berapa carakah sebuah panitia yang beranggotakan 3 orang dapat dibentuk dari 5 pria
dan
Penyelesaian :
Untuk membentuk panitia dengan syarat paling sedikit ada 2 pria, kita harus
mengklasifikasikannya atas dua kasus yaitu :
1. Panitia itu terdiri dari 2 pria dan 1 wanita
Pemilihan 2 pria dari 5 pria menghasilkan :
C 25 =
5!
5!
=
= 10 cara
2!(5 2 )! 2!.3!
2!
2!
=
= 2 cara
1!(2 1)! 1!.2!
Jadi banyaknya cara pembentukan panitia yang terdiri dari 3 orang yang
beranggotakan 2 pria dan 1 wanita adalah :
C 25 .C12 = 10.2 = 20 cara.
2. Panitia itu terdiri dari 3 pria dan 0 wanita. Pemilihan 3 pria dari 5 orang :
C35 =
5!
5!
=
= 10 cara
3!(5 3)! 3!.2!
C 02 =
2!
2!
=
= 1 cara
0!(2 0 )! 0!.2!
Jadi banyaknya cara pembentukan panitia yang terdiri dari 3 orang yang
beranggotakan pria sebanyak 3 orang dan tanpa wanita adalah :
C35 .C 02 = 10.1 = 10 cara
Kesimpulan :
Kepanitian yang beranggotakan 3 orang yang terbentuk dari 5 pria dan 2 wanita dengan
ketentuan anggota prianya paling sedikit 2 orang adalah
C 25 .C12 + C 35 C 02 = 20 + 10 = 30 cara
(x + y )2 = (x + y )(x + y ) = x 2 + 2 xy + y 2
Koefisien dari setiap suku dalam penguraian binomial dapat diperoleh dengan menghitung
setiap kombinasinya. Koefisien x2 adalah C 02 = C 22 = 1 , koefisien xy adalah C12 = 2 dan
koefisien y2 adalah C 22 = C 02 = 1 . Sehingga secara keseluruhan (x + y)2 dengan koefisien
(x + y )2 = C02 x 2 + C12 xy + C 22 y 2 = x 2 + 2 xy + y 2 .
yang dapat ditulis singkat sebagai :
( x + y )2 =
2 2 r
Cr x
r =0
yr .
( x + y )n
= C 0n x n + C1n x n 1 y + C 2n x n 2 y 2 + L + C nn y n
2
= C r2 x 2r y r
r =0
Contoh :
4
Gunakan rumus koefisien binomial untuk menguraikan ( x + y ) .
Penyelesaian :
(x + y )4 = C 04 x 4 + C14 x 3 y + C 24 x 2 y 2 + C34 xy 3 + C 44 y 4
= x 4 + 4 x 3 y + 6 x 2 y 2 + 4 xy 3 + y 4 .
T U G A S 1.
1. Tentukan nilai dari jumlahan berikut
a.
(4k 3)
b.
k =1
2. Diketahui
20
a
k =1
a.
(k + 5) 2
k =1
= 99 dan
20
b
k =1
20
(ak + bk )
(1) 2
i
k =0
20
(4ak + bk + 2)
k =1
c.
20
(a
k =1
3. Hitunglah
1
j =1 j + 1
n
a.
j2 1
j =2
j2
b.
n N
1
c. 12 + 3 2 + 5 2 + L + (2n + 1)2 = n(2n 1)(2n + 1)
3
d.
n
1
1
1
1
+
+
+L+
=
1.2 2.3 3.4
n(n + 1) (n + 1)
C 53
b. C 18
8
i +1
= 21 . Hitunglah :
b.
k =1
c.
c. C 53 .C 84
3bk )
BAB III
1
2
x2 + 3y .
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
2. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
3. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.
MODUL 2
Judul :
Fungsi Real
BAB I. Pendahuluan
E. Latar Belakang
Modul ini akan dibahas perbedaan relasi dan fungsi, jenis fungsi, domain
dan daerah hasil (Range) suatu fungsi serta grafik fungsi yang sangat berkaitan
dengan modul-modul selanjutnya.
Pada kegiatan modul 2, khusus akan dibahas mengenai fungsi satu-satu dan
pada yang disingkat fungsi satu-satu dan bagaimana menggambarkan grafik
fungsi sederhana serta bagaimana pula menentukan invers suatu fungsi dan syarat
suatu fungsi komposisi dapat ditentukan.
Adapun ruang lingkup materi modul 2 ini meliputi : Fungsi Real, domain
dan range fungsi, grafik fungsi, invers fungsi, fungsi kompusisi,dan fungsi implit
.
G. Kaitan Modul
Modul ini merupakan konsep dasar bagi modul berikutnya yang mana
mahasiswa tersebut dapat memahami konsep fungsi real untuk dapat digunakan
pada modul-modul berikutnya.
H. Sasaran Pembelajaran
a a f (a )
Dalam hal ini, A disebut domain fungsi yang dinotasikan Df atau D(f), dan himpunan
{y B : y =
Bilamana daerah asal tidak disebutkan secara spesifik, maka daerah asal yang dimaksud
adalah daerah asal alamiah (natural domain) dari fungsi f.
Catatan
Disini, Df atau Rf semuanya merupakan himpunan bagian dari R sehingga fungsi f ini
dinamakan fungsi f dengan peubah real dan bernilai real , disingkat fungsi real.
Fungsi real y = f(x) dapat digambarkan
gambar 2.1.
f
f
range
Rf
Df
f
image
domain
gambar 2.1a
gambar 2.1b
f(x)
2.1.1 Grafik
Grafik fungsi
x A , y = f ( x) B dan A R, B R .
Misal kita mempunyai fungsi y = f(x), x D f , f ( x ) R f . Nilai-nilai x direpresentasikan
oleh absis (sumbu-x), sedangkan nilai-nilai f(x) direpresentasikan oleh ordinat (sumbu-y).
Jadi Himpunan titik-titik (x,y) yang memenuhi y = f(x) dinamakan grafik fungsi f yaitu
{(x, y ) R R
y = f (x ), x D f dan y R f
himpunan : R f = {f ( x ) R x D f }
.
Untuk menentukan domain dan range fungsi perhatikan contoh-contoh berikut.
Contoh :
Gambar 2.2 berikut merepresentasikan suatu grafik fungsi perubahan temperatur pada suatu
ruangan tertentu selama 24 jam.
20
15
Rf
10
0
0
10
12
14
16
18
20
22
24
maka Df = [0,24] = t R
f (t ) R f
Rf = [10,21] = f (t ) R t R *
};
f(14) = 21, menunjukan bahwa pada jam 1400, temperatur ruangan mencapai 21 0 C
f(5) = 10, menunjukkan bahwa pada jam 5, temperatur ruangan mencapai 100C
f : A B , maka :
1) Fungsi f dikatakan fungsi pada (onto function) atau Surjective jika setiap unsur dalam
himpunan B (range) merupakan bayangan satu atau beberapa unsur dalam himpunan A
(domain) lihat gambar 2.3a.
2) Fungsi f dikatakan fungsi satu-satu (one to one function) atau Injective bila tidak ada
dua unsur dalam himpunan A yang memiliki bayangan yang sama dalam himpunan B
lihat gambar 2.3b.
3) Fungsi f dikatakan fungsi satu-satu dan pada (one to one-onto function) atau Bijective
jika f fungsi pada dan sekaligus satu-satu, gambar 2.3c.
f
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Fungsi pada
gambar 2.3a
f
B
Fungsi satu-satu
gambar 2.3b
Catatan
Contoh :
f ( x) = x + 1 adalah fungsi yang bersifat satu-satu, sebab setiap unsur yang berlainan dalam
daerah domain mempunyai bayangan berlainan pula.
3. Simetri terhadap titik asal, yaitu bahwa jika titik (x,y) terletak pada grafik fungsi f maka
(-x,-y) juga terletak pada grafik fungsi f. Ini berarti grafik fungsi f memuat sekaligus titik
(x,y) dan (-x,-y).
Contoh
o Fungsi x = y2 dan 2y2 3x + 1 = 0, grafiknya simetri terhadap sumbu x.
o Fungsi y = x2 , grafiknya simetri terhadap sumbu y.
Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil
Definisi 2.2 :
1.
berlaku
f ( x) = f ( x)
2.
Berdasarkan definisi di atas, maka grafik fungsi genap simetri terhadap sumbu y dan grafik
fungsi ganjil simetri terhadap titik asal (0,0).
Dari pengertian tersebut, sebuah fungsi bukan fungsi genap jika terdapat suatu x Df
sehingga
f (-x) f ( x) ,
dan bukan fungsi ganjil jika terdapat suatu x Df sehingga
f (-x) -f (x).
Contoh :
Definisi 2.3 :
Misalkan diberikan dua buah fungsi f dan g, dengan peubah bebas x, maka
jumlah, selisih, hasil kali dan hasil bagi dari f dan g ditulis sebagai f + g ; f
g ; f.g dan f
, didefinisikan sebagai
f
f ( x)
d). ( x) =
, g ( x) 0
g ( x)
g
Jika daerah asal fungsi hasil operasi aljabar ini ditentukan setelah aturan operasinya maka
a). Df + g = Df Dg b). Df g = Df Dg
c). Df . g = Df Dg d). D f
= Df Dg { x R : g(x) = 0 }
g
Contoh :
Diberikan f ( x) =
1 x
x
; Tentukan aturan fungsi f + g ; f . g dan tentukan
dan g ( x) =
x +1
x
Penyelesaian :
1
x 2 + (1 x)( x + 1
x
1 x
+
=
=
x( x + 1)
x( x + 1)
x +1
x
x 1 x x(1 x ) 1 x
=
.
=
x + 1 x x( x + 1) x + 1
( f .g )(x ) = f (x ).g (x ) =
dan
D fg = D f I Dg = R { 1,0}
Jika a 0 = 0 dan n = 0, maka derajat fungsi polinom tidak terdefinisi. Fungsi polinom
tanpa derajat ini disebut fungsi nol oleh karena nilainya f ( x ) = 0 untuk semua x.
Fungsi linier adalah fungsi polinom berderajat 1, yang dapat dituliskan dalam bentuk
f (x ) = a 0 + a1 x
atau
f ( x ) = ax + b , dengan a dan b adalah konstanta , dan a 0
Grafiknya merupakan garis lurus dengan tanjakan a dan memotong sumbu y dititik (0,b),
(gambar 2.27). Jika a = 1 dan b = 0 diperoleh f ( x ) = x yang dinamakan fungsi satuan
(fungsi identitas).
Fungsi Kuadrat adalah fungsi polinom berderajat 2 yang dapat dituliskan dalam bentuk
f (x ) = a 0 + a1 x + a 2 x 2
atau
2
f ( x ) = ax + bx + c dengan a, b, c adalah konstanta dan a 0
b
, dan
2a
C1
C3
14
12
10
0
-8
-6
-4
-2
-2
gambar 2.4.1
Perhatikan bahwa grafik C2 lebih ramping dari grafik C1, sedangkan grafik C3 lebih lebar
dari C1.
Fungsi Kubik (Fungsi Pangkat Tiga) adalah fungsi polinom berderajat 3 yang dapat
dituliskan dalam bentuk
f (x ) = a 0 + a1 x + a 2 x 2 + a 3 x 3
f ( x ) = ax 3 + bx 2 + cx + d ,
atau
a, b, c, d konstanta dan a 0.
Grafik fungsi kubik ini selalu memotong sumbu x paling sedikit di satu titik.
Untuk kasus a > 0, grafiknya selalu naik atau mempunyai dua titik puncak (gambar
2.4.1a).
Untuk kasus a < 0, grafiknya selalu turun atau mempunyai dua titik puncak (gambar
2.4.1b).
y = ax3+bx2+cx+d
a<0
20
02
y = ax
a>0
y = ax +bx +cx+d
a>0
10
y = ax3
a<0
01
0
-3
-2
-1
3
3
1-
2-
3-
-10
01-
-20
02-
gambar 2.4.1a
gambar 2.4.1b
a 0 + a1 x + a 2 x 2 + L + a n x n
b0 + b1 x + b2 x 2 + L + bm x m
x2 + 1
; x 1 adalah fungsi rasional
x 1
f (x ) =
f (x ) = x 2 + x3 x ; g (x ) =
3
2x 1
2
x 1
dan
Range
Lambang
: x
Definisi
x jika x 0
: f (x ) = x =
x jika x < 0
Grafik
x x2 + 6
f1 ( x ) = x , jika x 0
dan
f 2 ( x ) = x , jika x < 0
Fungsi ini mempunyai dua aturan yaitu fungsi f1 ( x ) = x pada selang [0, ) dan fungsi
f 2 (x ) = x pada selang ( ,0] , sehingga D f = D f 1 U D f 2 , dan fungsi f berubah sifat di
titik x = 0.
y
f1
f2
2
1
-2
gambar 2.4.4
Fungsi yang aturannya memuat nilai mutlak dapat dituliskan sebagai fungsi dengan banyak
aturan.
Contoh :
y
2
f berubah sifat di x = 2
1
0
gambar 2.4.4a
: R
Range
Lambang : [x ] menyatakan bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama
dengan x, yaitu :
[x] = n
[x ]
|
n2
|
n1
|
n
|
x
|
n+1
|
n+2
......
bilangan bulat yang
x
gambar 2.4.5a
diantara semua bilangan bulat tersebut ada yang terbesar dan bilangan terbesar inilah yang
dimaksud [x ]
Contoh :
jika x = 3,6 , maka terdapat bilangan bulat -2, -1, 0 , 1 , 2 , 3 yang semuanya lebih
kecil dari 3,6. Dan diantara barisan bilangan tersebut, bilangan bulat 3 yang terbesar,
sehingga [3,6] = 3
demikian juga jika x = -2, maka terdapat ......, -5 , -4 , -3 , -2 yang semuanya lebih
kecil atau sama dengan -2, dan diantara barisan bilangan tersebut, bilangan bulat -2
yang terbesar sehingga [ 2] = 2 .
Jadi :
[3,6] = 3 , sebab bilangan 3 adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari 3,6
[ 1,4] = 2 , sebab bilangan -2 adalah bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari 1,4
Demikian juga
[0,3] = 0 ; [ 0,3] = 1 ; 2 = 1 ; [ ] = 3 ; [0] = 0
Untuk menggambarkan grafik fungsi f (x ) = [x ] , perhatikan langkah=langkah berikut :
[x] = n , jika n x < n + 1 , n bilangan bulat.
Jika dipilih n = -2 , -1 , 0 , 1 , 2 , 3 , diperoleh :
[ ]
n = 2 2 x < 1 [x ] = 2 f ( x ) = 2
n = 1 1 x < 0 [x ] = 1 f (x ) = 1
n = 0 0 x < 1 [x ] = 0 f (x ) = 0
n = 1 1 x < 2 [x ] = 1
n = 2 2 x < 3 [x ] = 2
f (x ) = 1
f (x ) = 2
n = 3 3 x < 4 [x ] = 3 f ( x ) = 3
LLLLL
2 , jika 2 x < 1
1 , jika 1 x < 0
0 , jika 0 x < 1
3 , jika 3 x < 4
LLLLL
n , jika n x < n + 1
y
3
2
1
x
-3
-2
-1
-1
-2
Grafik
f ( x ) = [x ]
Gbr. 2.4.5b
f
>
f(x)
g
>
g(f(x))
gof
gambar 2.5.1
Daerah asal dan daerah hasil fungsi komposisi gof masing-masing adalah :
Catatan f o g g o f
Contoh :
Tentukan fungsi komposisi
fg;
fungsi-fungsi berikut:
f ( x) = x + 5 , g ( x) =
1
x4
Penyelesaian : :
f ( x) = x + 5 , g ( x) =
1
x4
1
1
+5
(i). f o g ( x) = f ( g ( x) ) = f
=
x4 x 4
fungsi komposisinya dijamin oleh :
R g D f = [(,0) (0, )] (, ) = R { 0 }
D f o g = x D g g ( x) D f
) = {x R x 0}
(ii). g o f ( x) = g ( f ( x) ) = g ( x + 5)
=
1
, fungsi komposisinya dijamin oleh :
x +1
R f D g = {x R x 0}
} {
D g o f = x D f f ( x) D g = x D f x + 5 D g
= {x D f x + 5 4}
= {x D f x 1}
Jika f adalah fungsi satu-satu , maka terdapat satu dan hanya satu fungsi g yang terdefenisi
pada range (daerah nilai) f dan memenuhi persamaan f ( g ( x) ) = x, x R f
Fungsi g pada teorema 2.5 selanjutnya disebut inverse dari f dan dinotasikan f -1.
f(x)
f -1
x
f (y)
-1
x = f -1 (y)
y = f(x)
gambar 2.5.2
Jika f adalah fungsi satu-satu, maka terdapat satu dan hanya satu fungsi g yang terdefinisi
pada range f dan memenuhi persamaan f(g(x) ) = x, x Rf. Fungsi g pada teorema diatas
selanjutnya disebut inverse dari f dan dinotasikan oleh f -1.
(
f (f
(f
f f
1
1
)
( x) ) = ( f ( x) )
( x) ) = x
( x) = x karena f ( x) = x 3 , maka
1
f 1 ( x) = x
= 360 o
u
,
2
atau u =
360 o
Perhatikan suatu titik P(x,y) pada sistem koordinat kartesian, ditransformasi menjadi titik
P(u,r) pada sistem koordinat kutub (polar), maka diperoleh hubungan persamaan:
y
y = r sin u
r
x
cos u = x = r cos u ;
r
sin u =
sin u y
= ;
cos u x
cos u x
cot u =
= ;
sin u y
tan u =
1
1
=
cos u x
1
1
cosec u =
=
sin u y
sec u =
r =1
y
0
x
u
1
Lingkaran
Koordinat Kartesian
Gambar
Pilih sudut yang bersesuaian dengan u, P disebut titik tunggal pada lingkaran satuan
dengan pusat 0. Perhatikan bahwa titik P(u,r) pada lingkaran satuan di atas berpadanan
dengan radian u, dan juga berpadanan dengan tiap bilangan (u+k.2) dengan k bilangan
bulat sembarang sehingga berlaku :
y = sin u = sin(u+2k)
x = cos u = cos(u+2k) ; k = 0,1, 2,
Ini berarti nilai-nilai fungsi trigonometri berulang dalam selang-selang kelipatan 2. Oleh
karena itu fungsi trigonometri disebut periodik. Suatu fungsi f disebut periodik jika terdapat
suatu bilangan positif p sedemikian sehingga:
f(x+p) = f(x), untuk setiap x Df
bilangan positif p terkecil yang memenuhi persamaan di atas disebut periodik fungsi.
Fungsi Sinus, Cosinus, Secan, Cosecan mempunyai periode 2. Fungsi tangen dan cotangen
mempunyai perioda .
cos x
sin x
-2
3 /2
-/2
0
-1
gambar 2.6.2a
/
2
3/2
2. Grafik y = tan x
-/2
/2
3/
-1
gambar 2.6.2b
Contoh :
Penyelesaian : :
a. f(x) = 3 sin (1/2)x; karena sin x mempunyai perioda 2, berarti sin(1/2)x mempunyai
perioda 4, berarti f(x) = 3sin(1/2)x berperioda 4
f(x) memotong sumbu x jika 3 sin(1/2)x = 0, yaitu untuk x = 0, 2, 4, 6,
f(x) mencapai maksimum 3 bila x = 4k, k = 0, 1, 2,
f(x) mencapai minimum -3 bila x = - 4k, k = 0, 1, 2,
-4
-3
-2
-3
gambar 2.55
Telah dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa fungsi-fungsi yang mempunyai invers
adalah fungsi satu-satu atau fungsi monoton (naik/turun). Fungsi trigonometri adalah fungsi
periodik sehingga tidak bersifat satu-satu. Namun kita dapat membatasi domainnya (memilih
interval) dimana fungsi trigonometri tersebut bersifat satu-satu.
Perhatikan fungsi sinus dalam domain [-/2 ,/2] bersifat satu-satu (monoton naik), maka
fungsi sinus dalam domain [-/2,/2] mempunyai fungsi invers.
Definisi 2.6 :
x = arcsin y
(baca: x sama dengan arkus sinus y yang merupakan fungsi invers sinus dinotasikan
f 1(x) = arcsin x)
Jadi
y=sin x x = arcsin y atau
f(x)=sin x f -1(x) = arcsin x
Perhatikan kembali:
y = f(x) = sin x
diperoleh : x = f 1(x) = arcsin x atau sering ditulis f 1(x) = sin 1(x)(baca: arkus sinus x)
Catatan
Tanda pangkat (-1) adalah pengertian arkus atau invers dan bukannya
1
sin x
Karena fungsi sinus kontinu dan monoton naik pada selang tutup [-/2,/2], maka fungsi
invers sinus juga kontinu dan monoton naik pada selang tertutup [-1,1]. Perhatikan grafik
berikut:
y=x
/
2
y =sin x
/2
-/2
y=x
-1
y =sin-1
/
2
-1
Df 1 =[-1,1]
Rf -1 = [-/2,/2]
Df = [-/2,/2]
Rf = [-1,1]
gambar 2.6.3
y = cos x
y =cos x
/2
x
y =arccos x
/2
-1
Df = [0,]
R [ 1 1]
gambar 2.6.3a
-1
Df 1 =[-1,1]
Rf -1 = [0,]
Grafik f dan
-1
y =arccos x
y=x
/2
0
1
y = cos x
1 /2
gambar 2 6 3b
Logaritma basis a dari suatu bilangan x ditulis alog x atau logax a>0, a 1
Logaritma basis 10 ( a = 10) dari suatu bilangan x ditulis log x, disebut logaritma biasa.
(basis 10 tidak ditulis)
Logaritma basis e ( e 2,71828) dari suatu bilangan x ditulis ln x, disebut logaritma asli.
Sekarang kita akan membahas fungsi logaritma asli.
Definisi :
ln x =
t dt
; x>0
1
> 0 , t > 0 maka:
t
y
y = ln x
1
(1,0)
0
Df = (0,)
Rf = (-,+)
gambar 2.6.4
t dt = 0
1. ln 1 = 0 ; karena ln 1 =
2. ln ab = ln a + ln b
a
3. ln = ln a - ln b
b
4. ln an = n ln a
Definisi 2.8 :
Contoh :
x2
x4
Penyelesaian : :
x2
x2
= ln 4
ln 5
4
x
x
1 x 2 1
= ln 4 = ln( x 2) ln x 4
5 x 5
1
4
= ln( x 2) ln x
5
5
2.
3.
log
4.
log xn = n alog x
log 1 = 0
x a
= log x - alog y
y
5.
log x =
log x ln x
=
; a > 0, a 1; p > 0, p 1
log a ln a
atau
y = ex,
(0,+)
Teorema :
y = ex x = ln y
y
y =ex
y=x
Bukti:
y = ex ln y = ln ex = x ln e = x
Jadi y = ex x = ln y (1)
jika x = ln y ln e = ln y e = y
x
Jadi x = ln y = ex (2)
Dari (1) dan (2) diperoleh:
y=
ex
y = ln
x
-2 -1
y = ex x = ln y
Dari
bahwa :
fungsi eksponen saling invers dengan fungsi
Gambar. 2.6.4.3
logaritma
Jadi :
Jika f(x) = ln x
Jika f(x) = ex
f 1(x) = ex
f 1(x) = ln x
ln (ex) = x, untuk x
eln x = x, untuk x > 0
Sifat-Sifat Eksponen
3.
4.
ea
= e a e b = e a b
b
e
(e )
a b
= e ab
5. eaeb = ea+b
ea
6. b = e a e b = e a b
e
7.
(e )
a b
= e ab
Jika a bilangan positif dan x bilangan riil, maka fungsi f dengan persamaan:
f(x) = ax
y = ax
atau
Batasan :
a x = a x ln a y = alog x
Jika y = alog x maka ay = a
log x
Jika y = ln x maka a = e = e
( )
= e x ln a
, tetapi ay = x berarti a
ln a
a x = e ln a
x = ay
log x
= x dengan a>0
jadi
Sifat-Sifat
Jika a dan b bilangan positif dan dan x, y bilangan riil, maka berlaku:
a0 = 1
ax
= a x a y = a x y
y
a
4. axay = ax+y
5.
(a )
x y
= a xy
axbx = (ab)x
T U G A S 2.
A. Untuk soal no 1 sampai dengan no 6, tentukan daerah asal dan daerah hasil/daerah nilai
dari setiap fungsi berikut.
1). f ( x) = 3 2x x 2
1
3). . f ( x) =
1 x2
1
5). f ( x) =
(x 1)3
2). f ( x) = 1 2sin x
x( x 2)
4). f ( x) =
x 1
6). f ( x) =
x
1 x
B. Untuk setiap fungsi berikut, tentukan apakah fungsi genap atau fungsi ganjil atau bukan
fungsi genap dan bukan fungsi ganjil.
a ). f ( x ) = 5 x 3 7 x
b). f ( x ) =
x 1
x +1
c) f ( x ) = 2 x 4 3 x 2 + 1
a ). f ( x ) = x 5 ; g ( x ) = x 2 1
b). f ( x ) = x ; g ( x ) = x 2 + 1
f (x ) = 2 x
4.
f (x ) =
[x ]
2. f (x ) = [ x ]; 2 x 2
dan f (x ) =
[x ]
3. f ( x ) =
x
dan f ( x ) = x x
x
5. f ( x ) = sin x
| x | 5 , jika | x | 5
f ( x) =
25 x 2 , jika x < 5
, x0
1
7. f ( x) = x + 1 ,0 < x < 2
x 2 1 , x 2
E. Periksa apakah pada soal 1 9 adalh fungsi satu-satu dan jika dia adalah f satu-satu
carilah inversnya.
1.
f ( x) = 5 x + 3
4.
f ( x) = x
2. f ( x) = 1 x 2
5. f ( x) =
x
x
3. f ( x) = x 5 + 1
6. f ( x) =
1
2
1 x
BAB III
PENUTUP
akan
DAFTAR PUSTAKA
4. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
5. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
6. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.
MODUL 3
Judul :
BAB I. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Modul ini akan dibahas limit fungsi dan kontinutas suatu fungsi yang sangat
berkaitan dengan modul berikut yaitu modul tentang turunan fungsi.
Pada kegiatan modul 3 ini akan dibahas secara detail mengenai definisi
limit fungsi baik secara intuitif maupun secara formal dan teknik-teknik
menghitung limit fungsi dan dilanjutkan pengertian kontinutas suatu fungsi yang
sangat erat kaitannya dengan limit fungsi.
K. Kaitan Modul
Modul ini merupakan konsep bagi modul berikutnya dan sangat berkaitan
dengan modul sebelumnya yang mana mahasiswa dapat memahami konsep limit
dan kontinutas suatu fungsi yang akan digunakan pada modul berikutnya.
L. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menulis seraca tepat definisi limit secara formal
2. Mahasiswa dapat
menghitung nilai
x3 1
x 1
Fungsi f jelas tidak terdefinisi dititik x = 1 , karena pada titik tersebut nilai fungsi adalah
0
.
0
Tetapi pertanyaan yang mungkin timbul adalah bagaimana nilai f(x) disekitar x = 1 ? .
Apakah f(x) mendekati nilai tertentu bila x mendekati 1 ?. Istilah mendekati disini
menggunakan pengertian ukuran jarak dua titik pada garis yang dinyatakan dalam nilai
mutlak. Untuk menjawab pertanyaan tersebut , ada beberapa hal yang dapat dilakukan , dua
diantaranya adalah :
1. Menghitung nilai-nilai f untuk x yang mendekati 1, seperti yang dinyatakan pada tabel 1.
Tabel 1: Nilai f disekitar x = 1.
0,75 0,9
X
x3 1
x 1
0,99 0,999
1,001 1,01
1,1
1,25
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai f(x) akan mendekati 3 apabila x dibuat cukup dekat
dengan 1. Dengan kata lain, jika x mendekati 1 dan x 1 maka f(x) mendekati 3. Jadi , f
dapat dibuat sedekat mungkin ke 3 dengan cara mengambil nilai x cukup dekat ke 1, tetapi
x 1.
2. Sketsa grafik y = f ( x)
Grafik y =
x3 1
ditunjukkan dengan gambar 1 berikut :
x 1
f(x)
3
f(x)
1
gambar 1
f (x ) =
x3 1
mendekati 3 jika x mendekati 1 , x 1 atau
x 1
o Jarak f ( x ) =
x3 1
ke- 3 dapat dibuat sedekat mungkin dengan cara membuat jarak
x 1
x3 1
3 dapat dibuat sekecil mungkin dengan cara membuat x 1 cukup kecil
x 1
pula , dengan x 1 .
Informasi-informasi tersebut dalam notasi matematika dinyatakan sebagai :
x3 1
lim
=3
x 1
x 1
x3 1
disebut limit untuk x mendekati 1 dari
adalah 3.
x 1
Pengertian limit secara umum dinyatakan dalam definisi berikut :
f( )
(yang cukkup kecil), maka definisi limit dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
Definisi 2. (Pengertian formal)
Misalkan a adalah sebuah titik dalam selang buka I, dan f fungsi yang
terdefinisi pada setiap titik di dalam I, kecuali mungkin di titik a sendiri.
Limit fungsi f di titik a adalah L dan dinotasikan sebagai: lim f ( x) = L jika dan
xa
hanya jika untuk setiap bilangan positif (bagaimanapun kecilnya) selalu dapat
ditentukan bilangan positif sedemikian sehingga jika 0 < x a < maka
f ( x) L < .
f(x)
{
L {
C- a
f(x)
f(x)
L+
L
L-
a
| f(x)-L | <
terdapat > 0
gambar 2 : Interpretasi geometri limit fungsi
Jadi yang pertama diberikan adalah bilangan , sedangkan ditentukan kemudian dan
pada umumnya bergantung pada .
Contoh :
Buktikan bahwa :
lim (3 x 7) = 5
x4
Analisis awal :
Kita akan menunjukkan bahwa untuk setiap bilangan > 0 (bagaimana pun kecilnya),
dapat ditentukan > 0 sedemikian sehingga apabila
0 < x 4 < (3 x 7 ) 5 <
(3x 7 ) 5 <
3 x 12 <
3( x 4) <
3x4 <
x4 <
Jadi pilih =
Bukti Formal :
Ambil > 0 sebarang, pilih =
Akibatnya ,
Jika 0 < x 4 <
maka
terbukti lim (3 x 7) = 5
x4
lim (3 x 7 ) = 5
f(x)
x4
{
{
lim
x2
2 x 2 3x 2
=5
x2
( ) ( )
3
3
2
gambar 3
2
1
Contoh :
f ( x) =
x 1,
=
| x | 1,
-1
x>0
-2
x<0
Gambar 4
f(x) =
x
|x|
fungsi f ini terdefinisi pada semua bilangan real kecuali di x = 0 jadi Df = R {0}.
Sebagaimana halnya pada contoh di atas, maka berikut ini kita amati perilaku fungsi
f(x) =
x
disekitar x = 0. Bilamana x cukup dekat ke 0, maka f(x) tidak mendekati suatu
|x|
x 0
x
| x|
tidak ada .
Akan tetapi, bilamana x mendekati 0 dari arah kanan (dari arah nilai-nilai x yang
besar dari 0), maka f(x) akan mendekati 1. dalam hal ini kita katakan bahwa fungsi x
mempunyai limit kanan di 0 dengan nilai limit kanan 1, ditulis
lim f ( x) = lim+
x 0 +
x 0
x
=1
| x|
Demikian juga bilamana x mendekati 0 dari arah kiri (dari arah nilai-nilai x yang
lebih kecil 0), maka f(x) akan mendekati bilangan -1. Dalam hal ini kita katakan
bahwa fungsi f mempunyai limit kiri di 0 dengan nilai limit kiri adalah -1, ditulis
lim f ( x) = lim
x 0
x 0
x
= 1
| x|
Dari kenyataan ini kita definisikan limit kanan dan limit kiri sebagai berikut :
Misalkan f sebuah fungsi paling sedikit terdefinisi pada selang terbuka (a,b), maka limit
kanan f dititik a ditulis sebagai:
lim f ( x) = L atau f(x) L bila x a+
xa +
Misalkan f sebuah fungsi paling sedikit terdefinisi pada selang terbuka (c,a), maka limit kiri
f dititik a ditulis sebagai:
lim f ( x) = L atau f(x) L bila x a -
xa
| f(x) - L |< .
Perhatikan bahwa 0< ax < mengakibatkan x < a yang berarti x terletak disebelah kiri a.
Perhatikan gambar di bawah ini yang memperlihatkan situasi geometri untuk limit kanan
dan limit kiri
f(x)
f(x)
a x
x a
gambar 5a
gambar 5b
Bandingkan kedua definisi dari situasi geometri di atas dengan definisi limit fungsi f di
titik a.
lim f ( x) = L jika > 0 , > 0
x a
sehingga
0 < | x a | < | f(x) L | <
Bila x a+ , maka x > a. Akibatnya x a > 0, sehingga | x a | = x a, yang bila digantikan
pada definisi limit akan menghasilkan defenisi limit kanan. Demikian juga bila x a- ,
maka x < a. Akibatnya x a < 0, sehingga | x a | = a x, yang bila digantikan pada definisi
limit akan menghasilkan definisi limit kiri.
Catatan
1. Semua sifat-sifat limit fungsi disuatu titik berlaku juga untuk limit sepihak bilamana x
a diganti x a+ atau x a-.
2. Jika lim+ f ( x) atau lim f ( x) tidak ada, maka lim f ( x) juga tidak ada.
x a
xa
xa
x c +
x c
x d
xd
lim x = 0
x 0
karena f terdefinisi pada Df = [ 0, ) yang berarti f terdefinisi pada interval buka (0,),
sehingga
lim f ( x) ditulis lim f ( x) = 0.
x 0 +
x0
Hubungan antara limit fungsi di suatu titik dengan limit kiri dan limit kanannya di titik
tersebut diberikan dalam teorema berikut :
Teorema 1 :
xa
xa
Catatan
Teorema ini menyatakan bahwa limit kiri dan limit kanan fungsi f di a dapat dihitung dengan
cara menghitung limit fungsinya di a, asalkan limit fungsi tersebut ada.
Teorema 2 :
x a
x a
Contoh :
2
Diberikan fungsi f ( x) = x ; x 1
2 ; x > 1
Penyelesaian :
lim f ( x) = lim x 2 = 1
x 1
x 1
sedangkan
lim f ( x) = lim+ 2 = 2 .
x 1+
x 1
Karena limit kiri tidak sama dengan limit kanan maka disimpulkan bahwa lim f ( x )
x1
tidak ada.
y
y=
2
y=
2
1
0
-1
Gambar 6
-1
gambar 7
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah : Berapa nilai f ( x ) apabila x makin besar dan
makin besar ?.
Notasi matematika untuk jawaban pertanyaan tersebut adalah lim f ( x )
x
x
=0
x 1 + x 2
lim
Apabila x membesar ke arah negatif, maka f ( x ) makin mendekati 0 (dari kiri), dan di tulis :
lim
x
=0
1+ x2
Tabel 2
x
1+ x2
x
10
0,099
100
0,010
1000
0,001
10000
0,0001
(x)
Definisi 3 (Limit untuk x )
[ c , )
untuk suatu c .
Limit f ( x ) adalah L
] Suatu
1
=0
xk
Penyelesaian :
Analisis awal :
Apabila diberikan bilangan > 0 sebarang, akan ditentukan bilangan M > 0 sedemikian
sehingga jika x > M maka
Pilih
1
1
1 1
0 = k < karena <
jadi
k
x M
x
x
1
1
< k
k
x
M
1
=
Mk
Bukti formal :
Ambil > 0 sebarang
Pilih M = k 1
1
1
1
1
0 = k = k < k =
k
x
x
x
M
1
=0 .
xk
disajikan sebelumnya, berlaku umum sehingga dapat digunakan dalam menentukan limit di
tak hingga.
menggunakan definisi.
x 0 +
Nilai f(x) akan semakin mengecil tanpa batas, bilaman x semakin dekat ke 0 dari arah kiri ,
dalam hal ini dikatakan
lim f ( x) =
x 0
Jadi limit kanan f(x) dan limit kiri f(x) pada x =0 dikatakan tidak ada.
Catatan
Lambang - dan + bukan bilangan
Jadi lim
x 0
1
tidak ada.
x
Untuk menyatakan nilai limit seperti kasus di atas, akan diberikan definisi berikut ini :
Definisi 5 :
Misalkan f suatu fungsi yang terdefinisi pada suatu selang terbuka yang memuat a , kecuali
mungkin pada titik a sendiri, maka :
(i)
Limit f(x) dikatakan mengecil tanpa batas (-) bilamana x mendekati a, ditulis
sebagai:
lim f ( x) =
x a
1
b. lim+
=
x 1 x 1
1
lim+
= +
x 1 x 1
maka disimpulkan bahwa
1
;x >1
x 1
0
1
;x <1
x 1
Gambar 8
1
;x <1
x 1
1
;x >1
x 1
gambar 9
1
lim
tidak ada
x 1 x 1
1
= +
2
x 1 ( x 1)
1
lim
= +
2
x 1 ( x 1)
maka disimpulkan bahwa :
1
lim
= +
x 1 ( x 1)2
c. lim+
1
;x <1
(x 1)2
1
;x >1
(x 1)2
1
gambar 10
1
=
d. lim+
2
x 1 ( x 1)
1
=
lim
2
x 1 ( x 1)
1
;x <1
(x 1)2
1
;x >1
(x 1)2
gambar 11
lim f ( x) = f (a )
x a
jika
(ada )
Catatan
Jika salah satu syarat kekontinuan di atas tidak dipenuhi, dikatakan fungsi f tidak kontinu
(diskontinu) di titik tersebut.
Contoh
x4 x3
, x 1
x
Diberikan fungsi f ( x) =
1
, x =1
2
Selidiki apakah fungsi f kontinu di x =1 dan gambarkan grafik f.
Penyelesaian
x 3 , x 1
2
Fungsi f terdefinisi untuk semua bilangan riil x , grafiknya terdiri atas titik terpencil (1,1/2)
dan semua titik pada kurva y = x3 kecuali titik (1,1) lihat gambar 12.
Sekarang kita periksa syarat-syarat kekontinuan fungsi f dititik x = 1
f(1) = ,
lim f ( x) f (1),
x 1
x 1
x1
(syarat 2 dipenuhi)
( syarat (3) tidak dipenuhi )
f(x)
1
-1
f(x)=x3
(1,
)
1
x
-1
gambar 12
-1
0
-1
gambar 13
Catatan
Dari Contoh di atas, bilamana didefinisikan f(1) = 1 maka dikatakan fungsi f kontinu di
titik x = 1 (gambar 13).
2) Suatu fungsi f dikatakan kontinu kiri dititik x = a jika memenuhi tiga syarat berikut:
a. lim f ( x) ada (artinya limit kiri di a ada)
x a
Teorema :
Fungsi f kontinu di titik x = a lim+ f ( x) = lim f ( x) = f (a)
x a
x a
Contoh :
f(x) =
x 1
y
f(x) =
x 1
1. Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada selang buka (a,b) jika dan hanya jika f
kontinu pada setiap titik pada selang buka (a,b).
2. Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada selang tutup [a,b] jika dan hanya jika f
kontinu pada setiap titik pada selang buka (a,b), kontinu kanan di x=a dan kontinu
kiri di x=b
3. Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada selang setengah buka [a,b) jika dan hanya jika
f kontinu pada setiap titik pada selang terbuka (a,b) serta kontinu kanan di titik a.
4. Suatu fungsi f dikatakan kontinu pada selang setengah buka (a,b] jika dan hanya jika
f kontinu disetiap titik pada selang terbuka (a,b) serta kontinu kiri di titik b.
Contoh 1
a. Fungsi f(x) = x yang terdefinisi pada selang [0,+) kontinu pada selang tersebut,
karena f kontinu pada selang buka (0,+), dan kontinu kanan di titik x = 0. hal ini dapat
dilihat dari :
lim x = a , untuk semua a (0,+)
xa
dan
kontinu kanan
di x=0 , yaitu
x 0+
b. Fungsi g(x) = 9 x 2 ; kontinu pada selang tertutup [-3,3], oleh karena g kontinu pada
setiap x (-3,3), serta kontinu kanan di x = -3 dan kontinu kiri di x = 3 (gambar 16).
Perhatikan bahwa:
y
3
f ( x) = x
0
Fungsi f kontinu pada [0,)
gambar 15
Jenis-Jenis Ketakkontinuan
1) Ketakkontinuan yang dapat dihapuskan (removable discontinuity), yang terjadi
bilamana
ada tetapi
lim f ( x)
xa
x a
loncat
(jump
discontinuity)
terjadi
bilamana
xa +
xa
tak
hingga,
yang
terjadi
bilamana
lim f ( x) = atau
x a +
lim f ( x) = .
x a
4)
x a +
x a
T U G A S 3.
1. Tuliskan definisi limit secara formal untuk
2. Tentukan
= 0,001
a.
lim 5 x 2 + 2 x
c.
lim
x 3
x c
x2 c2
x3 c3
1 1
b. lim x 3 , x 0
x 3 x 3
d. lim
x 0
dan x 3
4+ x 2
x
a. lim
x + 2
x<0
; 0 x <1
;
x 1
x1
x
c. (i) lim
x2 2
d. lim
x 1
x
(ii) lim+
x2 2
(iii). lim+
x 1
[2]
| x 1 |
x 1
5. Selidiki apakah fungsi yang diberikan kontinu pada titik x = 3? Jelaskan alasannya.
a. f(x) =
9
x3
b. . f(x)=
9 x
3 x
x3
c. h(x) = x 2
d. Q(x) =
x3
6. Tentukan semua nilai x sehingga fungsinya kontinu.
a. f(x) = x 1 x
b. f(x) =
x+2
7. Gambar grafik fungsi dan tentukan pada selang manakah fungsi yang diberikan kontinu.
a. f(x) =
x3
12 ( x + 2) , x > 0
c. F(x) = 0
,x =0
1 x 2
,x <0
b. g(x) =
x3
x 2 2 x
2
d. G(x) = x + 2 x
4 x
x 4
,x < 0
,0 x 1
,1 < x < 4
,x 4
x 2 25
b. f(x) = x 5 , x 5
6
,x = 5
x3
, x 3 nilai berapakah yang
x 3
x = 3?
x
;x 2
f ( x) =
,
2
( x 2) ; x > 2
di titik x= 2
b.
2 x 2 x 3
; x 1
f ( x) = x + 1
0
; x = 1
,di titik x= -1
c.
x2 x
f ( x) = x ; x 0 ,
0
;x = 0
di titik x= 0
BAB III
PENUTUP
akan memudahkan
DAFTAR PUSTAKA
7. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
8. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
9. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.
MODUL 4
Turunan (Derivative) Fungsi
Judul :
BAB I. Pendahuluan
M. Latar Belakang
Modul ini akan dibahas perbedaan relasi dan fungsi, jenis fungsi, domain
dan daerah hasil (Range) suatu fungsi serta grafik fungsi yang sangat berkaitan
dengan modul-modul selanjutnya.
Pada kegiatan modul 2, khusus akan dibahas mengenai fungsi satu-satu dan
pada yang disingkat fungsi satu-satu dan bagaimana menggambarkan
grafik
fungsi sederhana serta bagaimana pula menentukan invers suatu fungsi dan syarat
suatu fungsi komposisi dapat ditentukan.
O. Kaitan Modul
Modul ini merupakan konsep dasar bagi modul berikutnya yang mana
mahasiswa tersebut dapat memahami konsep fungsi real untuk dapat digunakan
pada modul-modul berikutnya.
P. Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat membedakan relasi dan fungsi
2. Mahasiswa dapat menentukan domain dan range suatu fungsi
3. Mahasiswa dapat menggambarkan grafik fungsi sederhana
4. Mahasiswa dapat menentukan invers suatu fungsi
5. Mahasiswa dapat syarat suatu fungsi dapat dikomposisi dan menghitungnya
6. Mahasiswa dapat memebedakan fungsi implisit dan fungsi eksplisit
Definisi 1
Misalkan f suatu fungsi terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c, maka
turunan pertama fungsi f di titik x = c didefinisikan sebagai:
f ' (c) = lim
xc
f ( x ) f (c ))
xc
..(2.1)
x 0
f ( c + x ) f ( c )
y
= lim
0
x
x
(2.2)
y
disebut hasil bagi selisih atau hasil bagi difernsi
x
Perhatikan bahwa jika x berubah sebesar x , maka nilai y juga berubah sebesar y :
Perubahan nilai x
dari x = c
ke
x = c + x
dari y 0 = f (c)
ke
y 0 + y = f ( c + x )
Notasi Turunan
Jika y = f ( x) , maka turunan pertama dinotasikan oleh salah satu simbol berikut :
d
dy
; f ' ( x) ;
f ( x) atau Dx y
dx
dx
y' ;
y'
x=c
; f ' ( c ) atau
dy
dx
x=c
y
x
y
. Hasil limit ini (jika ada) merupakan turunan pertama dari
x
fungsi y = f ( x) dititik x = c , dinotasikan f ' (c)
x 0
Contoh :
Tentukan turunan fungsi berikut di titik-titik yang ditentukan
f ( x) = x 2 3 x + 1 , di titik x = x0
Penyelesaian
f ( x) = x 2 3 x + 1 , x = x0
(1) : Tulis :
y 0 = f ( x 0 ) = x 0 2 3x 0 + 1
(2) : Tulis :
y 0 + y = f ( x 0 + x) = ( x0 + x) 2 3 ( x0 + x) + 1
= x0 2 + 2.x0 .x + ( x) 2 3 x0 3.x + 1
(3) : Dapatkan : y = f ( x0 + x) f ( x0 )
= [ x 0 2 + 2.x0 .x + ( x) 2 3 x0 3.x + 1] [ x 0 2 3 x0 + 1]
= ( x) 2 + 2.x0 .x 3.x = (x + 2.x 0 3).x
(4): Dapatkan :
y (x + 2.x 0 3).x
=
= (x + 2.x0 3).
x
x
(5): Hitung
y
= lim (x + 2.x 0 3) = 2.x0 3
x x0
lim
x 0
f ' ( x) = lim
x 0
asal limitnya ada. Selanjutnya fungsi f dikatakan terturunkan (differentiable) jika f ' ( x)
ada untuk setiap x dalam daerah asalnya.
ml =
f ( c + x ) f ( c )
f
=
; x 0 (2.1.1.)
x
x
y = f ( x)
y
y 0 + y = f ( c + x )
y Q(c + x ,
f (c + x))
y
P (c, f (c))
y0 = f ( c )
y
y
y
y
yR
x
Gambar (41)
x
P
x
0
c + x
c
Tanjakan tali busur ini tidak lain daripada kenaikan nilai fungsi f antara c dan c + x
f
f ( c + x ) f ( c )
= lim
x
x 0 x x 0
m g = lim
.(2.1.2)
y
f (c + h ) f ( c )
= lim
;
h
0
x
h
h0
(2.1.3)
Jika limit ini ada, nilainya disebut tanjakan (koefisien arah) garis singgung g pada grafik f
dititik P. Jelas bahwa tanjakan garis singgung g diperoleh dengan mengambil limit dari
tanjakan tali busur l, (2.1.1)
Teorema 1
Agar supaya representasi grafik fungsi f mempunyai sebuah garis singgung di titik
(c, f (c)) dan tidak paralel sumbu y maka syarat perlu dan syarat cukupnya adalah fungsi
f harus mempunyai turunan (terturunkan) di titik x = c . Tanjakan garis singgung tersebut
tidak lain dari turunan f di titik x = c
Dengan demikian persamaan garis singgung melalui titik (c, f (c)) pada grafik f adalah:
y=
1
( x c) + f (c) ......[2.1.5]
f ' (c )
Kedua garis ini (g dan n ) saling tegak lurus di titik (c, f (c)) pada kurva f , gambar (4-2)
y = f ( x)
g : grs singgung
P(c, f (c))
y 0 = f (c ) y
gambar (42)
n: grs normal
Contoh :
Suatu garis g menyinggung parabola y = f ( x) = x 2 4 x dititik x = 1 , tentukan
a. gradien garis singgung tersebut, kemudian tentukan persamaan garis singgungnya
b. persamaan garis normal di titik x = 1
Penyelesaian
Misalkan garis g menyinggung parabola y = f ( x) = x 2 4 x di titik P(c, f (c) , maka titik
tersebut adalah P(1, 3) .Gradien garis singgung adalah :
f ' (1) = lim
x 0
a.
(1)
y
f (1 + x) f (1)
= lim
0
x
x
f (1) = 12 4(1) = 3
(2) f (1 + x) = (1 + x) 2 4(1 + x)
= 1 + (x) 2 + 2.x 4 4.x = (x) 2 2.x 3
(3). y = f (1 + x) f (1) = [(x) 2 2.x 3] 3 = (x 2 ).x
(4).
y (x 2).x
=
= x 2
x
x
(5). lim
x 0
y
= lim (x 2 ) = 2
x x0
Dengan rumus (4.1.5), maka persamaan garis normal melalui titik P (1, 3)
adalah y =
1
1
.( x 1) + 3 y = x + 3 12
(2)
2
s ' (t ) = lim
dimana
...... 4.1.6
s
menyatkan kecepatan rata-rata benda bergerak.
t
Catatan :
Notasi untuk kecepatan pada saat t , biasanya dilambangkan sebagai v(t ) , sedangkan
percepatan pada saat t dilambangkan a(t ) . Dimana v(t ) = s ' (t ) , dan a (t ) = v' (t ) = s" (t )
Penyelesaian :
Jarak yang ditempuh batu tersebut merupakan fungsi waktu yang dapat ditulis sebagai :
s = f (t ) = 20t + 16t 2
1. a. Dengan menggunakan rumus (4.1.4), kecepatan batu pada akhir t detik adalah:
f (t + t ) f (t )
s
= lim
v(t ) = s ' (t ) = lim
t 0 t
t 0
t
= lim
t 0
= lim
t 0
t
(20 + 32.t + 16t )t
t
= lim 20 + 32 t + 16t = 20 + 32 t
t 0
v(t ) = 20 + 32.t
kaki / dt
b. Kecepatan (laju) sesaat batu jatuh pada saat 3,4 detik dapat dihitung dengan
menggunakan hasil soal (i)a, dimana dalam hal ini t = 3,4
Jadi kecepatan sesaat batu jatuh pada saat t = 3,4 adalah:
v(3,4) = 20 + 32(3,4) = 128,8
kaki / dt
2. Diketahui v(t) = 132 kaki/dt, jadi kita harus menentukan nilai t pada hasil soal 1.a ,
yang memenuhi :
132 = 20 + 32 t
diperoleh t = 3,5 detik. Sehingga pada saat 3,5 detik jatuh, batu memiliki
laju 132 kaki/detik.
f ( x) f (a )
; asal limitnya ada
xa
Teorema
f ' ( a ) ada
f ( x) f (a )
; asal limitnya ada
xa
f '+ ( a ) = f ' ( a )
Contoh .
Selidiki apakah fungsi berikut mempunyai turunan di x = 1
f ( x) = x x + 1
Penyelesain :
; x 1
x + 1
Karena x + 1 =
x 1 ; x < 1
x 2 + x
; x 1
Maka
f ( x) =
x 2 x ; x < 1
y
1
x
-1
0
-1
Grafik f
f ( x) f (1)
x2 + x 0
= lim+
= lim+ x = 1
x 1
x 1
x +1
x +1
Turunan kiri :
f ' (1) = lim
x 1
f ( x) f (1)
x2 x 0
= lim
= lim x = 1
x 1
x 1
x +1
x +1
Karena turunan kanan turunan kiri, maka f ' (1) tidak ada.
Dalam pasal ini akan diberikan rumus-rumus sederhana untuk menghitung turunan fungsi
yang mudah dihapal dan mudah digunakan.Disini kita tuliskan x = h
1. Turunan Fungsi Konstan
Teorema-1
Jika f ( x) = c, c = konstanta, maka f ' ( x) = 0 ; x
Bukti: f(x) = c ;
0
h 0
h
h
; x
f ( x) = x maka
f ( x + h) = x + h sehingga
f ( x + h) f ( x )
h
( x + h) x
f ' ( x) = lim
= lim
= lim = 1
h 0
h 0
h 0 h
h
h
Bukti:
Teorema-4
Misalkan f suatu fungsi yang terturunkan dan c sebuah konstanta, maka
(cf ) ' = c f '
Bukti:
0
h
h
f ( x + h) f ( x )
= c lim
= c f ' ( x)
h 0
h
5. Turunan Jumlah Dua Buah Fungsi
Teorema-5
(i). Jika f dan g masing-masing terturunkan dan (f+g) juga dapat teturunkan,
maka
( f + g )' ( x) = f ' ( x) + g ' ( x)
(ii). Dengan cara yang sama juga berlaku :
( f g )' ( x) = f ' ( x) g ' ( x)
Teorema ini dapat diperluas menjadi :
( f1 + f 2 + ... + f n )' = f1 '+ f 2 '+... + f n '
Bukti diserahkan kepada pembaca
7. Teorema -7
Jika y = [ f ( x)] n , maka y ' = n.[ f ( x)]n1 . f ' ( x) , n Z , n > 1
b. Jika f ( x) = a x
maka
c. Jika f ( x) = ln x
maka
f ' ( x) = a x ln a; a > 0
1
f ' ( x) = ; x > 0
x
1
f ' ( x) =
; x > 0; a > 0; a 1
x ln a
Catatan
a
log x =
ln x
ln a
Rumus (4.5.1) di atas dikenal dengan nama Aturan Rantai yang dapat dituliskan secara
singkat sebagai berikut
Misalkan y = g (u ) dan u = f (x) maka
fungsi komposisi y = g ( f ( x)) mempunyai turunannya sebagai:
dy dy du
=
.......(2.4.2)
dx du dx
dy
dengan notasi y ' =
dx
rumus (4.5.2) dapat diperluas untuk sejumlah berhingga komposisi-komposisi fungsi,
misalnya y = f (u ) , u = u (v) dan v = v(x) , maka
dy dy du dv
=
...(2.4.3)
dx du dv dx
Contoh
Tentukan turunan fungsi komposisi berikut:
a.
y = (6 x 5 5 x 4 + 8) 6
b. y = ln 5
x2
x4
Penyelesaian :
a. y = (6 x 5 5 x 4 + 8) 6 , dapat dituliskan sebagai y = u 6
Dengan memisalkan u = 6 x 5 5 x 4 + 8
Akibatnya,
y = u6
dy
= 6u 5
du
du
= 30 x 4 20 x 3
dx
dy
= 6u 5 (30 x 4 20 x 3 ) = 6(6 x 5 5 x 4 + 8) 5 (30 x 4 20 x 3 )
dx
b.
y = ln ( 5
x2
)
x4
Misalkan : v =
dan u = v
y = ln u
x2
x4
du
=
dv
dy 1
1
= =
du u 5 v
1
5
dv x 4 4 x 3 ( x 2) 8 3 x
=
=
dx
x8
x5
4
1
1
5
1
5
x2
dy 1
=
dx x 2
5
4 5
x
5v
, maka
x2
4
x
dy dy du dv
=
dx du dv dx
x4
1
8 3 x = 8 3x
=
4 x 5
x2
x2
5x 5 4
4
x
x
8 3x
5 x( x 2)
( )
Kita cari dulu fungsi inversnya dengan menyatakan x sebagai fungsi dari y.
y = x 2 2 x 5 = ( x 1) 2 6
y + 6 = ( x 1) 2 x 1 =
y + 6 x = 1+ y + 6
( y ) = 1 + y + 6 ; y 6
[f
( x)
'
1
2 x+6
; x > 6
b. Metode kedua
y = f ( x) = x 2 2 x 5
Karena f kontinu
untuk x 1 , maka
dy
= 2 x 2 = 2( x 1)
dx
dan monoton turun pada x 1 serta mempunyai turunan
dx
1
1
=
=
; x 1,
dy dy 2( x 1)
dx
dx
1
=
selanjutnya karena x 1 = y + 6 maka
dy 2 y + 6
y = f ( x) =
b.
dx
1
=
dy 2 x + 6
2x
;x 3
x3
Metode 1
2x
y ( x 3) = 2 x yx 2 x = 3 y x( y 2) = 3 y
x 3
3y
maka x = f 1 ( y ) =
;y2
y2
y=
( x) =
3x
;x 2
x2
( x) =
Metode II
y=
maka
3( x 2) 3x
( x 2) 2
6
( x 2) 2
6
( x 2) 2
;x 2
dy 2( x 3) 2 x
6
2x
=
=
;x 3
x3
dx
( x 3) 2
( x 3) 2
( x 3) 2
1
dx
=
=
6
dy dy
dx
karena x =
3y
maka
y2
3y
6
3 =
y2
( y 2) 2
dx
= f
dalam variabel x dapat dituliskan :
dy
x3=
dan
( )( x) = ( x 62)
1
Contoh
Tentukan turunan pertama fungsi
y = f ( x) = 5 ( x 3 3 x + 2) 2
Penyelesaian :
2
y = f ( x) = 5 ( x 3 3 x + 2) 2 = ( x 3 3 x + 2) 2 / 5 = u 5
Dengan memisalkan : u = x 3 3 x + 2 u ' = 3 x 2 3
sehingga
dy 2 2 5 1
= .u .u '
dx 5
=
3
2 3
( x 3 x + 2) 5 (3 x 2 3) =
5
2(3x 2 2)
5 ( x 3 3 x + 2)
f : x sin x
2 ' 2 [ 1,1]
,
2 2
: x arcsin x ; [ 1,1]
x = sin y
2 y 2
y = arcsin (-1)
x = sin y
x = sin y
x = sin ( y )
y = arcsin x
y = arcsin x
Untuk setiap y
f ( y ) = 0 untuk y = - / 2 dan y = / 2,
dimana
f ( y ) 0 untuk y ( / 2, / 2)
d
1
(arcsin x) =
dx
cos y
atau
cos y = - 1 x 2 tetapi y ( / 2, / 2 )
d
(arcsin x ) = 1 2 ; x ( 1,1) (1)
dx
1 x
Dengan penurunan yang sama diperoleh rumus rumus turunan fungsi invers trigonometri :
d
1
(arccos x) =
2
dx
1 x
d
1
f (x ) = arctan x f ' (x ) = (arctan x) =
...................(2)
2
dx
1+ x
d
1
f (x ) = arc sec x f ' (x ) = (arc sec x) =
2
dx
x x 1
f (x ) = arccos x f ' (x ) =
1. y = arcsin u y ' =
2.
3.
Contoh
Tentukan turunan fungsi berikut:
a. y = arcsin x2
b. y = arctan e 2 x
Penyelesaian :
a. y = arcsin x 2
maka
Misal u = x 2 u 2 = x 4
dy
=
dx
( )
1 x
2 2
du
= 2x
dx
2x
2x =
1 x4
( )
b. y = arctan e 2 x
Misal u = e 2 x u 2 = e 4 x
maka
y =
( )
1+ e
2x 2
du
= 2e 2 x
dx
2e
2x
2e 2 x
1 + e4x
Catatan
Dari contoh di atas dapat dituliskan
a). y = arcsin x2 x2 = sin y
b). y = arctan e2x e2x = tan y
df ( x)
dx
2
d f ( x)
;
dx 2
d 3 f ( x)
;
dx 3
M
n
d f ( x)
;
dx n
;
2
d
( f ' ( x) ) = d df ( x) = d f (2 x)
dx
dx dx
dx
3
d
( f ' ' ( x) ) = d d ( f ' ( x) ) = d d df ( x) = d f (3 x)
dx
dx dx
dx
dx dx dx
d ( n1)
Secara umum turunan ke- n didefinisikan sebagai:
f ( n ) ( x) =
f
( x)
dx
atau dalam bentuk limit
f ( n1) ( x + h) f ( n1) ( x)
f ( n ) ( x) = lim
h 0
h
asal limitnya ada
Contoh
Solusi :
a. f ( x) = 3 x 5 x 4 + 2 x 3 x + 1 , maka
Turunan pertama
: f ' ( x) = 15 x 4 4 x 3 + 6 x 2 1
Turunan kedua
: f ' ' ( x) = 60 x 3 12 x 2 + 12 x
Turunan ketiga
Turunan keempat
: f ( 4) ( x) = 360 x 24
b. g ( x) = sin(3x) , maka
g ' ( x) = 3 cos(3x) ;
Untuk x = 0
1
; x 1 , turunan ken untuk fungsi h adalah:
1 x
h ( n ) ( x) =
n!
; x 1 (tunjukkan)
(1 x) n+1
F(x,y) = 0 , dimana
F ( x, y ) = y f ( x) atau
dengan diketahui y fungsi dari x, ternyata tidak selalu dapat dinyatakan dalam bentuk y =
y = f ( x) = 2 x 3 x + 3 [bentuk eksplisit]
(ii) F ( x, y ) = x 3 + 2 y 3 3 x 2 y 4 xy 2 y
Tampak bahwa bentuk (i) dapat dinyatakan dalam bentuk F(x,y) = 0 yaitu
F ( x, y ) = 2 x 3 x + 3 y = 0 [Bentuk implisist]
Sedangkan bentuk (ii) tidak dapat dinyatakan dalam bentuk y = f(x) secara eksplisit.
Fungsi yang dinyatakan sebagai
terkandung dalam bentuk F(x,y)=0 disebut fungsi implisit. Setiap bentuk fungsi eksplisit
merupakan bagian dari fungsi implisit, tetapi tidak sebaliknya. Secara geometri, grafik fungsi
eksplisit merupakan bagian dari grafik fungsi implisitnya.
Perhatikan persamaan (iii) x 2 + y 2 = 4 yang merupakan persamaan lingkaran berpusat di 0
dan berjari-jari 2. Bentuk persamaan (iii) ini dapat dinyatakan dalam beberapa bentuk
eksplisit dengan batasan-batasan tertentu; yaitu
f ( x) = 4 x 2 ; x [2,2]
atau
g ( x) = 4 x 2 ; x [2,2]
Persamaan x 2 + y 2 = 4 x 2 + y 2 4 = 0
adalah bentuk fungsi dari F(x,y)=0,
dimana F ( x, y ) = x 2 + y 2 4
g ( x) = 4 x 2
f ( x) = 4 x 2
-2
0
2
Gambar 2.9
Dari gambar 4.5 di atas mudah ditunjukkan bahwa f dan g kontinu pada selang [ 2 , 2]
dan terturunkan pada selang [ 2 , 2] .
Demikian pula dari aturan x 2 + y 2 = 4 , kita dapat menyatakannya secara eksplisit
h( y ) = 4 y 2 dan l ( y ) = 4 y 2 .
Jadi dari aturan F ( x, y ) = 0 , kita mengatakan bahwa y adalah fungsi implicit dari x, dan x
adalah fungsi implicit dari y. Dan dari aturan F ( x, y ) = 0 ,mungkin terjadi y dapat dinyatakan
secara eksplisit dalam x (atau sebaliknya), atau mungkin juga tidak.
Perhatikan pula persamaan: x + 3 y 10 y 2 + 5 y 3 4 y 4 + 2 y 5 = 0 ini mendefinisikan secara
implisit fungsi x dalam y atau x = f ( y ) , akan tetapi kita tidak mungkin menyatakan y
dengan x atau y = f(x).
Selanjutnya kita pusatkan perhatian bagaimana menentukan turunan fungsi dalam
bentuk implisit.
Contoh
dy
dari bentuk implisit berikut:
dx
x2 + y2 = 4
b. y 3 sin( x 2 ) = y 2 xy
Tentukan
a.
Solusi :
a. x 2 + y 2 = 4 , setiap suku diturunkan terhadap x , yaitu :
d 2
d
d
(x ) + ( y2 ) =
( 4)
dx
dx
dx
2x + 2 y
dy
dy
x
=0
= ; y0
dx
dx
y
Cara lain, kita tentukan dahulu fungsinya dalam bentuk eksplisit, kemudian kita
turunkan. Dalam hal ini kita punyai:
y = f ( x) = 4 x 2
y = g ( x) = 4 x 2 ,
atau
sehingga
f ' ( x) =
f ' ( x) =
2x
2 4 x
x
g ' ( x) =
4 x2
x
f ' ( x) =
y
karena y = 4 x 2
b.
y 3 sin( x 2 ) = y 2 xy ,
2x
2 4 x2
g ' ( x ) =
2
4
x
x
g ' ( x) =
y
karena y = 4 x 2
( y + 2 xy 3 cos( x 2 ))
dy
(Tunjukkan)
=
dx (3 y 2 sin( x 2 ) 2 y + x)
Catatan
Pada pembahasan bab mendatang akan diberikan rumus sederhana tentang turunan
fungsi implisit, setelah membicarakan turunan parsial. Rumus yang dimaksud sebagai
berikut jika F(x, y) = 0 suatu fungsi implisit, maka turunan
dy
= x
dx
F y
x = f (t ) = t 1
y = g (t ) = t 2 + 4t 3, t
x = f (t ) = t
x = f (t ) = e t
d.
c.
t
2t
2t 1
;t
y = g (t ) = 2e e
y = g (t ) = 2
; t , t 0
t
Perhatikan bahwa eliminasi t dari keempat persamaan di atas akan menghasilkan persamaan
a.
x = f (t ) = t
y = g (t ) = 2t t 2 ; t
b.
bentuk asalnya (i). Grafik fungsi F dari persamaan (i) adalah sebuah parabola di R2, dan
pada setiap persamaan (a),(b),(c) dan (d) diatas, titik (x,y) = (f(t),g(t)) terletak pada grafik
parabola y = 2 x x 2 . (lihat gambar 2.10)
y
y = 2x x2
dari F ( x) = 2 x x 2
(x,y)=(f(t),g(t)
0
Gambar 2.10
Misalkan f
1
46
D,
maka :
x = f (t )
y = g (t ) ; t D
x = f (t ) = cos t
y = g (t ) = 2 cos t + sin 2 t 1
y = H(x)
y = 2 cos t + sin 2 t 1
dengan x = f(t)
bentuk implisit :
y 2 x + x 2 = 0 maka G (x,y)=0
Jadi jika diberikan fungsi parameter dengan persamaan
menyatakan dalam bentuk sederhana sebagai:
y = H ( x) dengan
x = f (t )
y = g (t ) ; t D
kita dapat
x = f (t )
dy dy dx
=
dt dx dt
dy
dy
dx
= dt ;
0
dx dx
dt
dt
dx
0 dan menyatakan suatu persamaan fungsi parameter yang
dt
dinyatakan dalam bentuk y = H(x) atau G(x,y) = 0, maka turunan y terhadap x adalah:
dy
dy
g ' (t )
= dt =
dx dx
f ' (t )
dt
Turunan kedua diberikan oleh :
y' ' =
Contoh
dy
dari fungsi parameter berikut:
dx
a. x = t ; y = 2t t 2 , t
b. x = 5 cos 2t ; y = 5 sin 2t , 0 < t
Tentukan
Penyelesaian :
Dengan menggunakan teorema di atas diperoleh:
dy
dy
2 2t
a.
= dt =
= 2 2x
dx dx
1
dt
dy
x
dy
10 cos 2t cos 2t
x
b.
= dt =
=
= 5 =
dx dx
10 sin 2t sin 2t y
y
dt
5
T U G A S 4.
I.
f ( x) = x 2 ; di x = 1
3.
f ( x) = 4 x 3 ; di x = 1
1
; di x = 2
x
4. f ( x) = 2 x ; di x = 2
2. f ( x) =
x +1
; di x = -1
f ( x) = x ; x 0 ; di x = 0 6. f ( x) =
x
x
;
0
>
x2
Gunakan definisi turunan untuk menentukan turunan fungsi pada titik yang diberikan
2+ x
1. f ( x) = x 2 2 x ; di x = 0
2. f ( x) =
; di x = 1
3 x
Gambar grafik fungsi, selidiki apakah f kontinu di x = a dan tentukan turunan kiri
dan turunan kanan di x = a serta selidiki apakah f(a) ada.
2
x 2 x ; x 1
1. f ( x) =
; x=4
2. f ( x) = 12 x ; x 1 ; x = -1 dan x
;x <1
x
x 1 ; x > 1
5.
II.
III.
=1
IV.
Dalam soal nomor 26 sampai 30, misalkan sebuah benda jatuh dari keadaan diam,
dalam t detik di tempuh jarak s meter sehingga s = 16t2 . Tentukan kecepatan sesaat
atau laju sesaat benda jatuh tersebut pada saat a=3 detik dan a=0,75
V.
Sebuah partikel bergerak sepanjang suatu garis koordinat. s adalah jarak dari titik asal
yang ditempuh pada akhir t detik dalam satuan kaki. Tentukan kecepatan sesaat
partikel tersebut pada akhir a detik.
a.
s = 2t 2 + 5
a = 1,7
b. s = t 2 + 7
a=3
f ( x) = 2 x 3 3 x + 4
4. y 2 = 8 x
2. f ( x) = 1 2 x
5. f ( x) = ( x 2)
2x +1 ; x > 1
3. f ( x) = 2
; x 1
x
6. f ( x) =
1
2 x
VII. Tentukan turunan fungsi berikut dengan menggunakan rumus-rumus dasar turunan
1.
f ( x) = x + 1 +
4
( x 3) 2
2. f ( x) = ( x 2 x + 2)(2 x 3 3)
2.
f ( x) = ( x 2 x) sin x
5.
f ( x) = 2 x ln x 3
4. g ( x) =
6.
1+ x 2
2x 1
7.
f ( x ) = x. 2 x
f ( x) = x x
1 t
1+ t
4. F (t ) = sin
3. F ( x) = sin(cos x )
IX. Tentukanlah fungsi invers dan turunan fungsi invers dari fungsi:
2
1. y = f ( x ) = x 2 x 3 ; x 1
3. y = x
X.
; x>0
1 y = arcsin (3x )
2. y = 2 x ; x < 2
x 1
4. y =
x +1
( )
1
2, y = arcsin e x
2
( )
3. y = (3x 1)arccos x 2
f ( x) = x 3 + 3 x 2 5 x + 4
2. f ( x) =
sin x
ex
3. f ( x) = ( x 2 + 3) 2
dy
, dari persamaan yang
dx
4 x 3 + 11xy 2 2 y 3 = 0
2.
xy + 3 y = 10 x
3.
x 2 xy = x 3 sin y 2
4.
x 2 y 3 x y = 2 x
dy
dari fungsi parameter berikut:
dx
x = 3t + 5
x = t + 9
1
2.
1.
y=
; t>0
y = t ; t 0
t
x = 2 cos t
y = 2 cos( 1 t ) ; t
2
XIII Tentukan
3.
BAB III
PENUTUP
akan memudahkan
menerapkan matematika ada bidang ilmu lain seperti pada teknik, pertanian dll.
DAFTAR PUSTAKA
10. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
11. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
12. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.
MODUL 5
Judul :
Aplikasi Turunan
BAB I. Pendahuluan
Q. Latar Belakang
S. Kaitan Modul
T. Sasaran Pembelajaran
rekayasa
3. Mahasiswa dapat menggunakan turunan yang berkaitan dengan masalah
ekstrim
4. Mahasiswa dapat menggunakan turunan dalam bidang ilmu ekonomi
Kita mulai pembahasan pasal ini dengan konsep kemonotonan (naik turunnya) suatu fungsi.
f ( x2 ) f ( x1 )
x2 x1
Sebuah fungsi f dikatakan
(i). monoton naik (increasing) pada I
sepasang bilangan x1, x2 I,
x1 < x2
f(x2)
monoton naik
pada I
f(x1)
x
gambar 5.1
pada I
f(x1)
f monoton turun
pada I
f(x2)
0
x
x1
gambar 5.2
x2
f(x2
monoton tak
turun pada I
f(x1
x
0
(iv). monoton tak naik pada I
sepasang bilangan x1, x2 I
x1 < x2
f ( x1 ) f ( x2 ) (gbr.5-4)
I
gambar 5.3
y
f(x1
monoton tak
naik pada I
f(x2
x
gambar 5.4
f ( x1 ) = f ( x2 )
f
f(x1) =
f( )
Konstan pada
I
x
0
gambar 5.5
Jika salah satu sifat di atas dipenuhi oleh f, maka dikatakan f monoton pada I.
Ingat kembali bahwa f suatu fungsi satu-satu pada I bilamana untuk setiap pasang x1, x2
I, x1 x2
f(x1) f(x2). Ini berarti bahwa jika f monoton naik (naik murni) pada I
maka f adalah fungsi satu-satu pada I, demikian pula kalau f monoton turun (turun murni)
pada I maka f adalah fungsi satu-satu pada I. (lihat gambar 5.1 dan 5.2).
Teorema 1
Misalkan f fungsi kontinu pada selang sembarang I dan f terturunkan pada setiap titik
dalam I.
(i)
(ii)
Andaikan f terdefinisi pada selang I yang memuat titik c. Jika (c, f (c) ) adalah titik
ekstrim, maka (c, f (c) ) haruslah suatu titik kritis, yakni berupa salah satu dari
fungsi
tersebut. Jika nilai-nilai ekstrim fungsi ada, maka nilai-nilai tersebut terdapat pada bilanganbilangan kritis fungsi. Akan tetapi tidak selamanya setiap bilangan kritis c dapat menjamin
keberadaan f(c) sebagai ekstrim relatif.
Teorema 3
Misalkan f sebuah fungsi yang terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c. Jika f
mencapai ekstrim relatif pada x = c maka haruslah f(c) = 0 atau f(c) tidak ada.
Catatan
1. Kebalikan teorema 3 tidak berlaku, yaitu bilamana f(c) = 0, fungsi f belum tentu
mencapai ekstrim relatif pada titik x = c. Sebagai contoh : f ( x) = x 3 , jelas bahwa f(0)
= 0, namun titik (0,0) bukan titik ekstrim relatif fungsi f (gambar 5-6 a).
2. Bisa juga terjadi kasus di mana f(c) tidak ada, namun fungsi f mencapai ekstrim relatif
pada titik x = c. Sebagai contoh: g ( x) = x 1 , maka fungsi g mencapai minimum
relatif di x = 1, namun g(1) tidak ada (gambar 5-6 b).
Perhatikan ilustrasi dalam gambar 5.6 berikut :
y
g ( x) = x 1
f(x) = x3
x
f(0) = 0, tapi (0,0)
bukan titik ekstrim relatif
0 (1,0
) titik (1,0) merupakan titik
minimum relatif f, namun
g(1) tidak ada
gambar 5.6
2.1.2 Hubungan Kemonotonan, Garis Singgung Dan Turunan Pertama
Pandanglah sebuah fungsi f yang dapat diturunkan pada suatu selang I, maka ada
cara sederhana untuk menentukan pada selang mana fungsi f naik atau turun.
(i) Jika fungsi f dapat diturunkan pada selang I, maka setiap titik pada grafik f dalam I
dapat dibuat (ada) garis singgung pada titik tersebut.
(ii) Pada bagian grafik yang naik, tanjakan garis singgung di suatu titik pada grafik f
positif (arah garis singgung menunjuk ke kanan atas), maka nilai fungsi dititik
berikutnya akan lebih besar dari nilai fungsi di titik sebelumnya, sehingga fungsi f
monoton naik. Sebaliknya dalam hal tanjakan garis singgung di suatu titik pada
grafik f negatif, maka nilai fungsi f monoton turun.
(iii) Oleh karena tanjakan garis singgung
Tanjakan 0
f
Tanjakan
(-)
Tanjakan (-)
Tanjakan (+)
Tanjakan 0
0
x1
x2
x4
x3
Variasi
naik turun
Prilaku Grafik f
Naik Pada
Gambar 5.7
2.1.3 Nilai Maksimum Dan Minimum Fungsi Kontinu
Perhatikan gambar 5.8 , fungsi f terdefinisi pada selang tertutup [a,b]. Maka dijamin ada nilai
maksimum absolut yaitu f(a) dan nilai minimum absolut yaitu f(b). Titik A=(a,f(a)) sebagai
titik minimum absolut dan titik B=(b, f(b)) sebagai titik maksimum absolut.
T
P
S
f(x4) f(x5)
f(x1) f(x2) f(x3)
f(b)
U
f(x6)
f(a)
x
X1
X2 X3 X
gambar 5.8
P
Q
f(x4) f(x5)
f(x1) f(x2) f(x3)
f(b)
U
f(x6)
f(a)
x
X1
X 2 X3 X
Gambar 5.9
(ii)
f(a) dinamakan nilai minimum relatif (lokal) fungsi f di x=a bilamana terdapat
selang terbuka I yang memuat a, sehingga: f (a) f ( x), x I
dan titik (a,f(a)) dinamakan titik minimum relatif dari fungsi f
f(x) = x3
Ambillah misalnya
f ( x) = x 3 pada A = (, ) ,
gambar 5.10a
f(x) = x3
1
2 , 1 mempunyai nilai maksimum
-1/2
f ( 1 ) = 1 (gambar 5.10b).
2
8
gambar 5.10b
nilai
minimumnya
f ( 1 ) = 1
2
8
(gambar 5.10c).
(ii). Juga tergantung
f(x) = x3
-1/2
0
gambar
x
1
g : [0,2] R
yang didefinisikan
x
; 0 x <1
g ( x) = 2
x + 2 x + 1; 1 x 2
gambar
(i). Jika f ' ( x) > 0 pada suatu interval I, maka grafik f monoton naik pada I
(ii). Jika f ' ( x) < 0 pada suatu interval I, maka grafik f monoton turun pada I
Uji ekstrim dengan turunan pertama
Teorema 1 (The first derivative test)
Misalkan c adalah bilangan kritis untuk f dan f kontinu pada di titik c , maka
(i). Jika f ' berubah tanda dari positif ke negative pada c, maka (c,f(c)) merupakan titik
maksimum lokal.
(ii). Jika f ' berubah tanda dari negatif ke positif pada c, maka (c,f(c)) merupakan titik
minimum lokal.
(iii) Jika f ' tidak berubah tanda pada c, maka (c,f(c)) bukan titik ekstrim lokal.
Turunan kedua sebuah fungsi juga dapat digunakan untuk menyelidiki kecekungan kurva
fungsi. Turunan kedua dari fungsi f didefinisikan sebagai
f " ( x) = lim
h 0
f ' ( x + h) f ' ( x )
h
d2y
= f " ( x) .
dx 2
Jika f " > 0 dan f ' ( x) monoton naik, grafik f cekung ke atas
Cekung keatas
f ' ( x) < 0
f ' ( x) > 0
f " ( x) > 0
gambar 5.11
Jika f " > 0, dan f ' ( x) monoton naik grafik f cekung ke bawah
Cekung
kebawah
f ' ( x) > 0
f ' ( x) < 0
f "< 0
gambar 5.12
xR
3.
( , 0) (2 , )
x
0
-
(2,-2)
5.
gambar 5.13a
Misalkan fungsi f kontinu pada selang tertutup [a,b], maka ada bilangan-bilangan c1 dan c2
pada selang [a,b] sehingga f(c1) dan f(c2) masing-masing merupakan nilai maksimum
mutlak dan minimum mutlak fungsi f pada [a,b].
Catatan
1. Kebalikan teorema ini tidak berlaku, artinya terdapat beberapa fungsi yang mencapai
nilai maksimum dan minimum mutlak pada selang tertutup [a,b], tetapi fungsi tersebut
tidak kontinu pada [a,b].
2. Bila suatu fungsi terdefinisi pada selang setengah tutup (a,b] atau [a,b), teorema belum
tentu berlaku.
Contoh
sebagai
; 0 x <1
f ( x) = x 2
2
1
; 1 x 2
x
x
+
+
1
0
x
1
Gambar 5-14
Misalkan f suatu fungsi kontinu yang terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c.
Titik (c,f(c)) dinamakan titik balik dari fungsi f jika kedua syarat berikut dipenuhi:
(i)
(ii)
Catatan
1. Syarat adanya garis singgung pada fungsi f di titik baliknya tidak ekivalen dengan
fungsi f mempunyai turunan di x = c.
2. Perubahan kecekungan yang dimaksudkan adalah apabila ada selang terbuka (a,b)
yang memuat c sehingga f cekung ke atas pada (a,c) dan cekung ke bawah pada
(c,b) atau sebaliknya.
3. Garis singgung di titik balik akan melintasi grafik fungsi f. lihat gambar 5.17a dan
gambar 5.17b.
y
Titik balik
Titik balik
Garis singgung
Garis singgung
x
0
gambar 5.17b
gambar 5.17a
Teorema
Misalkan f terdiferensial pada selang I , dan misalkan c sebuah titik dalam I dan
misalkan pula f ' ' kontinu di c. Jika titik (c,f(c)) adalah titik balik dari grafik f maka
f ' ' (c ) = 0 .
Catatan
f ( x) = x 4
(c,f(c))
1
-1
dan f ' ' (0) = 0 akan tetapi titik
Gambar 5.18
Contoh :
f ( x) = 12 x 3 + 1
1
b. g ( x) = x 3 + 3
Penyelesaian :
a.
f ( x) = 12 x 3 + 1
y
f ' ( x) = 32 x 2
Titik balik
f ' ' ( x) = 3 x .
(0, 1)
0
Jelas bahwa
di
titik
(0,1).
Turunan
gambar 5.19
kedua
f(x) < 0
untuk
x < 0. Jadi
f(x)
f, lihat
gambar 5.19.
b. g ( x) = x 3 + 3
Titik belok
g ' ( x) = x
g ' ' ( x) =
1
3
2
9
g(x) >
0
g(x)
titik (0,3)
2
ada untuk setiap x 0 dan
5
9x 3
g(x) <
(0,3) 0
g(x)
x
0
gambar 5.20
g ( x) g (0)
x 3 +33
g ' (0) = lim
= lim
x 0
x 0
x0
x0
1
x 0
= + .
Ini berarti meskipun g(0) tidak ada, tetapi grafik g masih mempunyai garis singgung di
titik (0,3) yaitu sumbu y.
maka ada kemungkinan grafik f tidak memiliki garis singgung horisontal, walaupun f
kontinu dan f(a) = f(b), lihat grafik 5.25b. Dalam hal ini teorema Rolle tidak berlaku.
Selanjutnya teorema Rolle ini memungkinkan kita mengetahui lokasi terjadinya titik ekstrim
fungsi.
y
f(a) =
f(b)
0a
gambar 5.25a
Teorema Rolle
f(a) =
f(b)
0a
gambar 5.25b
Contoh :
f ( x) = 16 x 3 2 x
a. Tentukan selang tertutup pada daerah definisi fungsi f dimana syarat teorema Rolle
dipenuhi.
b. Tentukan nilai c pada selang terbuka dari jawaban (a) yang memenuhi kesimpulan
teorema Rolle.
Penyelesaian :
x( x + 2 3 )( x 2 3 ) = 0
x = 2 3 ;
x = 2 3 , dengan
f(0) = 0; f (2 3 ) = 0 ; dan f (2 3 ) = 0
disini jelas pula bahwa fungsi f kontinu dan mempunyai turunan pada R. Karena itu
syarat teorema Rolle dipenuhi pada selang tertutup: [2 3 ,0] ;
[0,2 3 ] ; dan
[2 3 ,2 3 ] .
b. Karena syarat teorema Rolle dipenuhi oleh fungsi f pada selang tertutup [2 3 ,0] ,
maka ada bilangan c (2 3 ,0) sehingga f (c) = 0.
Karena
1
2
R sehingga
harus terletak pada selang (2 3 ,0) . Jadi bilangan c yang memenuhi teorema Rolle
pada selang (2 3 ,0) adalah -2.
Dengan cara yang sama, maka pada selang
y
2 3
3
2
f(x)
1
gambar 5.26.
-3
gambar 5.26
2x 3
2 3
(ii)
f (b) f (a)
ba
y
f(b)
f(a)
atau
A
x
a c
Gambar 5.28
Catatan:
Teorema nilai rata-rata adalah perluasan teorema Rolle atau dapat dikatakan teorema
Rolle adalah hal khusus dari teorema nilai rata-rata. Secara geometri, teorema nilai ratarata mengatakan bahwa jika grafik fungsi kontinu memiliki garis singgung pada tiap titik
antara A dan B gambar 5.28, maka ada paling sedikit satu titik pada kurva antara A dan
B yang garis singgungnya sejajar dengan tali busur AB.
Contoh
Diberikan:
f : [4,9] ,
f ( x) = 2 x
Tentukanlah nilai c dalam selang terbuka (4,9) yang memenuhi teorema nilai ratarata.
Penyelesaian :
f ( x) = 2 x , maka f ' ( x) =
1
, sehingga f kontinu dan f ada untuk semua x > 0. Jadi f
x
memenuhi syarat-syarat teorema nilai rata-rata pada selang [4,9]. Maka ada bilangan c
(4,9) sehingga :
f ' (c ) =
f (9) f (4)
f (b) f (a)
f ' (c ) =
ba
94
6
4
1
64
25
c=
=
5
4
c
y
B
f
P
A
x
0
gambar 5.29
(i)
g ( x) =
x;
1 x 9
x
Dalam bentuk tidak mengandung nilai mutlak : g ( x) =
x
1
;0< x<9
2 x
g ' ( x) =
dan
1
; 1 < x < 0
2 x
mudah ditunjukkan bahwa g (0) tidak ada
; 0 x9
; 1 x < 0
a. Jelas bahwa g kontinu pada selang tertutup [-1,9]. Tetapi g tidak mempunyai
turunan di x = 0, maka syarat teorema nilai rata-rata tidak dipenuhi pada selang
yang diberikan.
b. g(9) = 3 dan
g ' (c ) =
f (9) f (1)
9 (1)
3 1
1
1
=
=
c = 6 14 ,
10
2 c
2 c 5
1
1
-1 0
x
1
Gambar 5.26
c = 2 12
Perhatikan andaikan kita pilih selang [-1,4] maka dalam kasus ini fungsi g tidak memenuhi
syarat teorema nilai rata-rata sebab tidak ada bilangan c yang memenuhi
g ' (c ) =
f (4) f (1)
.
4 (1)
tentang nilai-nilai ekstrim lokal fungsi dan letaknya titik-titik balik sangat membantu. Selain
itu pengetahuan tentang tanda turunan pertama dapat memberikan informasi tentang
kemonotonan
(naik/turunnya)
Catatan 1
Grafik fungsi genap simetri terhadap sumbu-sumbu koordinat, grafik fungsi ganjil simetri
terhadap titik asal.
c. Tentukan titik-titik potong grafik fungsi dengan sumbu-sumbu koordinat bila ada,
meskipun hanya perkiraan.
Catatan 2
x dicapai jika
y = 0, titik potong
Catatan 4
Bila c adalah bilangan kritis fungsi maka f(c) = 0 atau f(c) tidak ada.
f ' ' ( x) > 0, x (a, b) , maka grafik f cekung ke atas pada (a,b).
f ' ' ( x) < 0, x (a, b) , maka grafik f cekung ke bawah pada (a,b).
g. Tentukan titik-titik balik jika ada, dan asimtot-asimtotnya jika ada.
II. Dari analisa di atas ditambah dengan beberapa titik pada grafik, maka kurva tersebut
dapat digambar.
Contoh :
a.
f ( x) = 14 x 4 13 x 3 x 2 + 1 .
Domain
adalah
semua
bilangan
real
f ' ( x) = x x 2 x = x( x + 1)( x 2)
3
diperoleh
f(x) = 0,
7
2
Selang Grafik
gambar 5.27
Titik balik f
x = 13 (1 7 ) .
f(x) > 0
1+ 7
3
f(x) < 0
f(x) > 0
gambar
y
Sehingga grafik f cekung ke atas
f(x)
pada selang
x < 13 (1 7 )
x > 13 (1 + 7 ) .
1
(-1, 7 12 )
(1 7 ) < x < 13 (1 + 7 )
Grafik fungsi
f pada gambar
-1
x
0
(- 5 3 )
(2,- 5 3 )
Gambar 5.29
5.29.
Misalkan y adalah fungsi dari waktu t dengan persamaan y = f(t), yang dapat diturunkan
maka
dy
menyatakan laju perubahan y terhadap waktu t. Dalam hal y menyatakan jarak,
dt
maka
dy
merupakan kecepatan.
dt
Akan tetapi banyak masalah yang memuat peubah-peubah x dan y, dan hubungan
diantaranya merupakan persamaan yang tidak memuat waktu t. Sedangkan x dan y adalah
fungsi-fungsi dari t yang tidak diketahui. Kerapkali mungkin dalam persoalan demikian
untuk menghitung
dx
dy
dan
yang merupakan laju perubahan/kecepatan sesaat x dan y
dt
dt
terhadap waktu tanpa menyatakan x atau y secara eksplisit sebagai fungsi dari t, bila salah
satunya diketahui. Permasalahan seperti ini yang diselesaikan dengan turunan implisit,
dikenal sebagai laju berhubungan dan dapat diselesaikan sebagai berikut :
1. Tentukan semua persamaan yang menghubungkan besaran-besaran yang terlibat
didalamnya.
2. Tentukan turunan implisit dari kedua ruas persamaan terhadap peubah t.
3. Gunakan hasil dari langkah kedua untuk menentukan laju perubahan yang tidak
diketahui.
4. Tetapkan titik asal O, ambillah arah positif kekanan/keatas, dan arah negatif
kekiri/kebawah. Bila partikel bergerak kekanan atau keatas maka
bergerak kekiri atau kebawah maka
dx
positif, dan bila
dt
dx
dy
atau
bertanda negatif.
dt
dt
dinding
Contoh :
Gambar 5.31
dy
dt
Tangga
5m
4m
x
lantai
Gambar 5.34
Penyelesaian :
dx
dt
Misalkan y meter menyatakan jarak ujung tangga bagian atas ke lantai dan x meter
menyatakan jarak ujung tangga bagian bawah ke dinding.
Akan dihitung
dx
dy
pada saat y = 4 meter, bila diketahui
= -3 meter/detik (tanda negatif
dt
dt
x2 + y2 = 25 .(1)
dx
dy
+ 2y
= 0 atau
dt
dt
dx
dy
+y
= 0 (2)
dt
dt
dy
dx
dx
= -3 m/dt maka dari pers.(2) diperoleh : 3. + 4(3) = 0,
= 4m .
dt
dt
dt
dt
Kesimpulan
Kecepatan meluncurnya ujung tangga di lantai pada saat kecepatan meluncurnya ujung atas
tangga 3 m/s ketika berada 4 meter diatas lantai adalah
dx
= 4 m/s.
dt
b) Tentukan turunan fungsi objektif yang diperoleh dari langkah a) dan andaikan
turunannya sama dengan nol, untuk mendapatkan bilangan-bilangan kritis fungsi.
Penyelidikan jenis ekstrim dapat dilakukan dengan salah satu uji coba yang telah
dibahas pada bab terdahulu.
c) Tentukan nilai maksimum (atau minimum) fungsi dengan membandingkan nilai
ekstrim lokal yang nilai-nilai fungsi pada ujung-ujung selang daerah definisi
fungsinya.
Contoh :
Sehelai karton berbentuk bujursangkar dengan luas 81 cm2. Pada keempat ujung-ujung
karton tersebut digunting bujursangkar yang ukurannya sama. Selanjutnya karton tersebut
dilipat keatas sehingga diperoleh sebuah kotak tanpa tutup. Tentukan volume dos yang
paling besar yang dapat dibuat dari karton tersebut.
Penyelesaian :
Perhatikan gambar
9 - 2x
9 - 2x
LUAS= 81 cm2
9 - 2x
9
cm
9 - 2x
x
x
Gambar 5.38
9
cm
Misalkan x = ukuran sisi bujur sangkar yang dibuang pada ke 4 ujung karton (lihat gambar)
v = Volume kotak yang akan dimaksimumkan.
Ukuran (atau sisi) kotak yang akan kita buat adalah
Panjang
Tinggi
Maka volume kotak adalah
= 9 2x cm
Lebar = 9 2x cm
atau
0 x 9/2 ..
(1).
Syarat agar V mencapai maksimum adalah V1(x) = 0 atau V1(x) tidak ada.
Karena V1(x) = 12x2 72x + 81 maka kita selesaikan persamaan V1(x) = 0 yaitu
3 (4x2 24x + 27) = 0 3 (2x 3) (2x 9) = 0
(2).
Karena V1(x) ada untuk semua x R, maka dari (2) diperoleh bilangan kritis V adalah
x=
3
9
atau x = , keduanya berada dalam selang tertutup
2
2
9
0, 2 .
9
Karena V kontinu dalam selang tutup 0, maka V mempunyai nilai maksimum mutlak
2
9
dalam selang 0, .
2
Nilai ekstrim V dicapai pada bilangan kritisnya atau pada ujung-ujung interval daerah
definisinya; yaitu untuk x = 0 ; x =
V (0) = 0 ;
3
9
; atau x = , sehingga dari persamaan (1) diperoleh
2
2
3
9
V = 54 ; dan V = 0
2
2
Kesimpulan
Volume maksimum kotak yang dapat dibuat dari karton tersebut adalah
3
V = 54 centimeter kubik.
2
Untuk menguji volume maksimum kotak ini, dapat dilakukan uji turunan kedua yaitu
V(x) = 72 + 24x , sehingga V(3/2) = - 72 + 24(3/2) = - 36 < 0
3
Jadi V = 54 cm3 merupakan volume maksimum kotak.
2
Definisi
(i)
(ii)
y f ( x)
=
x
x
yaitu:
.(1)
dx
yaitu tak
dy
f ( x + x ) f ( x )
.(2)
= lim
dx x0
x
Antara fungsi rata-rata y dan fungsi marginal y terdapat hubungan bahwa fungsi y =
y
x
mempunyai garis singgung mendatar maka di titik itu kedua fungsi y dan y mempunyai
nilai yang sama, yaitu bilamana : y ' = 0 maka y = y.
Di sini ini diperlihatkan mengapa hal tersebut terjadi.
y=
y
xy' y
y' =
x
x2
bila
y' = 0 0 =
xy ' y
x
y' =
xy ' = y
y
= y.
x
y
S
y=
P(x,y)
Gambar
Tampak bahwa garis singgung OR memberikan sudut terbesar dan garis singgung OQ
memberikan sudut terkecil, sehingga fungsi rata-rata y di R maksimum dan fungsi ratarata Q minimum.
Selanjutnya fungsi elstisitas E didefinisikan sebagai hasil bagi antara fungsi marginal y
dengan fungsi rata-rata y yaitu: E =
y'
yang dapat dituliskan sebagai:
y
dy dy
d ln y
y
=
E = dx =
y
dx d ln x
x
x
(3)
Fungsi elastisitas ini meskipun jarang digunakan dalam matematika namun merupakan hal sangat penting
dalam ekonomi. Grafik elastisitas ditunjukkan dalam gambar 5.45.
y
y = f(x)
P(x,y)
D
y
0
Gambar 5.45
Sekarang kita akan definisikan fungsi biaya total, fungsi biaya rata-rata, dan fungsi biaya
marginal.
Definisi
Misalkan
diproduksi, maka:
(i)
Biaya total untuk memproduksi x satuan barang atau pengeluaran total untuk
memproduksi x satuan barang itu dan dituliskan sebagai:
y = c(x)
.(4)
Biaya rata-rata, yaitu biaya rata-rata untuk memproduksi satu satuan barang yang
dituliskan sebagai:
Q( x) =
c( x)
x
.(5)
Biaya Marginal, yaitu biaya untuk memproduksi secara tambahan satu satuan
barang yang dituliskan sebagai:
y ' = c' ( x) = lim
x 0
c ( x + x ) c ( x )
x
(6)
jika limitnya ada, fungsi c disebut biaya marginal (marginal cost function).
Contoh :
Misalkan c(x) menyatakan biaya total dalam rupiah untuk memproduksi x satuan pensil
HB (x 10) dan c(x) ditentukan oleh:
c( x) = 15 + 800 x +
400
x
c( x) 15 + 800 x +
=
x
x
400
c' ( x) = 800
diproduksi
marginalnya adalah:
x = 15 + 800 + 400
x
x2
400
x2
x = 500
400
= Rp. 799,9984
500 2
c. Biaya untuk memproduksi pensil yang ke 501 (satu pensil lebih) adalah:
c(501) c(500) = 400815,7982 400015,8 = Rp. 799,9982
perhatikan bahwa jawaban (c) dan (d) terdapat perbedaan sebesar Rp. 0,0002 hal ini
disebabkan karena biaya marginal merupakan biaya perubahan sesaat dari c(x). Dalam
hal ini c(500) merupakan biaya pendekatan untuk memproduksi pensil yang ke 501
(satu pensil lebih).
d. Untuk memproduksi 5 batang pensil lebih adalah kira-kira:
Definisi
Misalkan Q(x) menyatakan banyaknya biaya dalam rupiah untuk memproduksi satu unit
dari x unit barang (komoditi) tertentu, maka biaya rata-rata marginal untuk x = x1
didefinisikan sebagai Q(x1) asal turunannya di x1 ada dan Q disebut fungsi biaya ratarata marginal.
Perhatikan bahwa :
Q( x) =
c( x)
x
xc' ( x) c( x)
x2
Q' ( x) =
Selanjutnya turunan kedua adalah:
Q' ' ( x) =
Bila
Q(x) = 0
Maka
xc(x) c(x) = 0,
sehingga
Q' ' ( x) =
c' ' ( x)
.
x
Dalam ekonomi x umumnya positif, sehingga tanda Q(x) sama dengan tanda c(x)
dengan demikian:
Q(x) = 0 dan c(x) > 0 maka Q(x) mencapai minimum
Q(x) = 0 dan c(x) < 0 maka Q(x) mencapai maksimum
Selanjunya grafik dari fungsi biaya total, fungsi biaya marginal, dan fungsi biaya rata-rata
masing-masing kita namakan TC, MC, dan AM. Perhatikan gambar (5-37 a,b,c) berikut:
1. Fungsi biaya total linier
c( x) = mx + b
m harus positif karena fungsi c monoton naik dan b
AC
c' ( x) = m
adalah garis lurus yang sejajar sumbu x. Jika Q
merupakan fungsi biaya rata-rata, maka
Q( x) = m + b
adalah:
Q' ( x) =
b
x2
TC
b
m
0
x
Gambar 5.46a
y
2
c( x) = ax + bx + c
TC
c' ( x) = 2ax + b
dan bilangan kritis dari
adalah
b
2a
, di sini
2a
Kasus b 0 ,
b
2a
Gambar 5.46b
TC
untuk
gambar 5.46b.
Kasus b < 0,
b
2a
2a
Gambar 5.46c
Contoh :
100x
persamaan
c( x) = 12 x 2 2 x + 8 .
Tentukanlah:
a. Fungsi biaya rata-rata
b. Fungsi biaya marginal
c. Fungsi biaya rata-rata marginal
d. Hitung nilai minimum absolut untuk biaya rata-rata dan buat sketsa grafik biaya total,
fungsi rata-rata, dan fungsi biaya rata-rata marginal dalam satu sistem sumbu.
Penyelesaian :
c( x) 1
8
= 2 x2+
x
x
1
2
8
x2
8
= 0 sehingga bilangan kritis untuk Q adalah 4
x2
8
=2
4
16
16
Q' ' (4) =
>0
3
x
64
c( x) = 12 x 2 2 x + 8
MC
c' ( x) = x 2
6
A
3
2
Q( x) = 12 x 2 +
8
x
x
0
Gambar 5.47
Harga satuan barang yang dapat dijual adalah fungsi permintaan. Fungsi permintaan
tersebut kita namakan p. Jika ada x satuan barang dapat dijual maka p(x) adalah harga
satuan barang yang telah terjual tersebut. Misalkan x banyaknya barang tertentu yang
diproduksi dan dipasarkan, Fungsi permintaan (penerimaan) total R, nilainya adalah R(x),
kalau x satuan terjual. Jadi R(x) = xP(x) atau
R ( x)
= p ( x) .
x
Keuntungan P(x) jika x satuan barang telah diproduksi dan terjual adalah selisih antara
pendapatan total dengan biaya total, yaitu:
P ( x) = R ( x) c( x)
Pendapatan marginal adalah laju kenaikan pendapatan (penerimaan) tiap satuan kenaikan
dalam penjualan, dan dinotasikan sebagai R(x); sedang p(x) adalah harga marginal dan
P(x) adalah keuntungan marginal. Selanjutnya jika kedua ruas diturunkan diperoleh:
T U G A S 5.
LATIHAN
Untuk soal nomor 1 sampai nomor 34, pada setiap fungsi yang diberikan, tentukanlah:
a. Semua bilangan kritis fungsi
b. Selang-selang dimana fungsi tersebut monoton naik atau turun
c. Selang-selang fungsi cekung ke atas dan cekung ke bawah
d. Titik-titik balik fungsi bila ada
e. Nilai ekstrim relatif dan jenisnya
f. Sketsa grafik fungsi
1
1 + x2
1.
f ( x) = ( x 5) 2
3.
f ( x) =
2.
f ( x) = 9 x 2
4.
f ( x) = 2 x 3 3 x 2 12 x + 8
6.
f ( x) = 1 x
5. f ( x) = x 4 6 x 3 24 x 2 + x + 2
Selidiki apakah titik (0,0) adalah titik balik dari garfik fungsi berikut, kemudian gambar
grafik fungsi tersebut untuk memeriksa kebenarannya.
x 3
; x<0
1. f ( x) =
2
2x x ; x 0
1
x 2
2. f ( x) =
x
; x<0
; x0
20 cm
dh
= dt
4
).
45
3
dv
= 5 cm
dt
dt
Jembatan
P
15m
Rel k.Api
Keliling sebuh persegi panjang adalah 40 meter. Tentukan ukuran persegi panjang tersebut
agar luasnya maksimum.
selembar aluminium yang berbentuk persegi panjang, dengan panjang 32 cm dan lebar 20
cm. pada ujung-ujungnya dipotong bujur-bujur sangkar yang ukurannya sama.
Aluminium yang tersisa dilipat keatas sehingga membentuk sebuah kotak tanpa
tutup. Tentukan volume maksimum kotak aluminium tersebut.
Misalkan
Fungsi permintaan
b.
c.
d.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
13. Dale Varberg & Edwin J. Purcell (1999) Calculus with Analytic Geometry Sixth
Edition. Prentice-Hall, International, Inc. New Jersey.
14. James Stewart (2000) Kalkulus. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
15. Lois Leithold (1987). Kalkulus & Ilmu Ukur Analitik. Edisi Pertam. PT.Bina Aksara.
Jakarta.