Buku Herpes Zoster FINAL 21jun2014 PDF
Buku Herpes Zoster FINAL 21jun2014 PDF
ISBN: 978-979-496-828-4
ii
Pengantar
Salam sejahtera
Sangat disadari, morbiditas infeksi virus di Indonesia
masih sangat tinggi. Hal ini terbukti dari data oleh
Kelompok Studi Herpes Indonesia (KSHI), yang berhasil
mengumpulkan morbiditas Herpes Zoster dari 13 RS
Pendidikan di Indonesia dan beberapa RS tipe A dan B di
Indonesia Barat sampai Timur.
Terlihat dari data, bahwa insidens infeksi tertinggi pada dekade
ke- 4, sehingga terjadi pergeseran usia dari data infeksi
HZ terdahulu, dan 20% diantaranya mengalami kejadian
Neuralgia Paska Herpes sehingga usaha preventif dan
dampak kualitas hidup akibat gejala sisa berupa nyeri
berkepanjangan paska infeksi ini juga perlu dianalisis dan
mendapat perhatian khusus.
Dalam era saat ini, harus menjadi perhatian bahwa
diagnosis dini hingga tatalaksana yang tepat, merupakan
kompetensi dokter layanan primer. Dan tatalaksana dalam
menghadapi komplikasi klinis serta gejala sisa merupakan
ranah dokter spesialis Kulit dan Kelamin serta dokter
spesialis terkait lain.
Penghargaan setingginya pada Ketua dan para anggota
KS yang telah berhasil menyusun buku panduan ini dalam
format buku saku yang mudah digunakan; dan dirasakan
iii
Salam hangat
Ketua PP PERDOSKI
Dr. Syarief Hidayat, SpKK
FINSDV,FAADV
iv
Prakata
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha
Kuasa, akhirnya terbitlah buku penatalaksanaan infeksi
Virus Varisela Zoster tahun 2014. Kami harapkan buku
ini akan menjawab tantangan bagi para dokter dalam
meningkatkan kompetensinya dan juga akan meningkatkan
kepercayaan para dokter dalam menangani pasien dalam
kaitan penanganan infeksi virus. Beberapa tambahan dan
perkembangan baru melengkapi Penatalaksanaan Infeksi
Herpes Virus Humanus Di Indoneisa tahun 2011. Adapun
tambahan tersebut yaitu :
t Adanya data epidemiologi Herpes Zoster terbaru 2011-
2013, yang menunjukan trend dimana Herpes Zoster
cenderung diderita pada orang dengan usia yang lebih
muda
t Dampak Herpes Zoster dan Neuralgia Post Herpetika
pada kualitas hidup, Virologi Herpes Zoster, Herpes
Zoster pada keadaan khusus seperti usia lanjut,
immunokomporomais, dan komorbid lain.
t Membicarakan secara rinci tentang imunisasi herpes
zoster yang akan melibatkan disiplin ilmu yang lain dan
kelompok kerja vaksinasi Indonesia.
vi
Tim Penyusun
AAGP Wiraguna, Sp KK
AdolfH.Mittaart, Sp KK
Denpasar
Manado
Jakarta
Dwi Murtiastutik, Sp KK
Surabaya
Endi Moegni, Sp OG
Jakarta
Erdina H D Pusponegoro, Sp KK
Jakarta
Farida Zubier, Sp KK
Jakarta
Fera Ibrahim Sp MK
Jakarta
Hanny Nilasari, Sp KK
Jakarta
Hans Lumintang, Sp KK
Surabaya
Hardiono D Pusponegoro Sp A
Harijono Kariosentono, Sp KK
Jakarta
Solo
Jusuf Barakbah, Sp KK
Surabaya
Lewie Suryaatmadja, Sp KK
Semarang
Denpasar
Qaira Anum, Sp KK
Padang
Rachmat dinata Sp KK
Bandung
Bandung
Rasmia Rowawi, Sp KK
Richard S P Hutapea, Sp KK
Sawitri, Sp KK
Medan
Surabaya
Siti Aisah B, Sp KK
Jakarta
Jakarta
Soedarman Sjamsoe Sp M
Jakarta
Sunardi Radiono, Sp KK
Tony Djaja kusumah, Sp KK
Jogjakarta
Bandung
Wresti Indriatmi, Sp KK
Jakarta
Lukman Hakim, Sp KK
Malang
Nurdjannah J. Niode, Sp KK
Manado
Satiti Retno P. , Sp KK
Jogjakarta
Palembang
Jakarta
Tjahjadi,drg, Sp KK
Jakarta
Banten
Bandung
vii
Rasmia Rowawi, Sp KK
Richard S P Hutapea, Sp KK
Sawitri, Sp KK
Bandung
Medan
Surabaya
Siti Aisah B, Sp KK
Jakarta
Jakarta
Soedarman Sjamsoe Sp M
Tim Penyusun
Jakarta
Wresti Indriatmi, Sp KK
Jakarta
Lukman Hakim, Sp KK
Malang
Nurdjannah J. Niode, Sp KK
Manado
Sunardi Radiono, Sp KK
Tony Djaja kusumah, Sp KK
Satiti Retno P. , Sp KK
Jogjakarta
Bandung
Jogjakarta
Palembang
Jakarta
Tjahjadi,drg, Sp KK
Jakarta
Banten
Bandung
viii
Jakarta
Surabaya
Dhelya Widasmara, Sp KK
Malang
Dewi Inong, Sp KK
Jakarta
Dali Amiruddin, Sp KK
Makassar
Roh Prabohwo, Sp KK
Bogor
Samsuridjal Djauzi , Sp PD
Jakarta
Sukamto Koesno, Sp PD
Jakarta
Daftar Isi
I. Pendahuluan ..................................................... 1
A. Permasalahan .............................................. 1
B. Dampak Terhadap Kualitas Hidup ................ 3
C. Epidemiologi di Indonesia ............................. 5
II. Virologi Virus Varicella Zoster ............................ 8
III. Diagnosis Herpes Zoster : ................................. 13
A. Diagnosis klinis ............................................ 13
B. Pemeriksaan laboratorium ........................... 16
C. Diagnosis Banding ....................................... 16
IV. Komplikasi Herpes Zoster ................................. 17
A. Kutaneus ...................................................... 17
B. Neurologis .................................................... 17
C. Mata ............................................................. 18
D. THT .............................................................. 18
E. Viseral .......................................................... 19
ix
Daftar Isi
V.
I. Herpes Zoster pada keadaan khusus .............. 20
A. Strategi 6A .................................................... 25
B. Terapi NPH ................................................... 30
C. Indikasi Rawat Inap ...................................... 31
D. Rujukan ........................................................ 31
E. Pencegahan ................................................. 32
III.
VII. Vaksin Herpes Zoster [Oka/Merck] (Zostavax) 33
VIII.
IV. Kepustakaan ..................................................... 41
Lampiran
Bagan alur penatalaksanaan Herpes zoster ...... 45
Bagan Terapi Nyeri Menetap (NPH) .................. 46
Rekomendasi Vaksinasi Herpes Zoster
dari KSHI 2014 .................................................... 47
Rekomendasi Vaksinasi Satgas Imunisasi
Dewasa 2014 ...................................................... 48
BAB I.
PENDAHULUAN
A. PERMASALAHAN
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh reaktivasi virus varisela zoster (VVZ)
yang laten berdiam terutama dalam sel neuronal dan
kadang-kadang di dalam sel satelit ganglion radiks
dorsalis dan ganglion sensorik saraf kranial; menyebar ke
dermatom atau jaringan saraf yang sesuai dengan
VHJPHQ\DQJGLSHUVDUDQ\D
Selama fase reaktivasi, dapat terjadi infeksi VVZ di
dalam sel mononuklear darah tepi yang biasanya
subklinis.
Penyebab reaktivasi tidak sepenuhnya dimengerti tetapi di-
perkirakan terjadi pada kondisi gangguan imunitas selular.
Faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan reaktivasi
adalah: pajanan VVZ sebelumnya (cacar air, vaksinasi),
usia lebih dari 50 tahun, keadaan imunokompromais,
obat-obatan imunosupresif, HIV/AIDS, transplantasi
sumsum tulang atau organ, keganasan, terapi steroid
jangka panjang, stres psikologis, trauma dan tindakan
pembedaan.
Kejadian HZ meningkat secara dramatis seiring dengan
bertambahnya usia. Kira-kira 30% populasi (1 dari
3 orang) akan mengalami HZ selama masa hidupnya,
bahkan pada usia 85 tahun, 50 % (1 dari 2 orang) akan
berjalan kronis.
C. EPIDEMIOLOGI DI INDONESIA
t Tingginya infeksi varicella di Indonesia terbukti pada
studi yang dilakukan Jufri, et al tahun 1995-1996,
dimana 2/3 dari populasi berusia 15 tahun seropositive
terhadap antibodi varicella.
t Dari total 2232 pasien herpes zoster pada 13 rumah
sakit pendidikan di Indonesia (2011-2013)
o Puncak kasus HZ terjadi pada usia 45-64 : 851 (37.95
% dari total kasus HZ)
o Trend HZ cenderung terjadi pada usia yang lebih muda
o Gender : Wanita cenderung mempunyai insiden lebih tinggi
Total kasus NPH adalah 593 kasus (26.5% dari total
kasus HZ)
o Puncak kasus NPH pada usia 45-64 yaitu 250 kasus
NPH (42% dari total kasus NPH)
Pasien Baru
No
Diagnosis
< 5 th
5 14 th
15 24 th
25 44 th
45 64 th
>= 65 th
JUMLAH
P
Total
11
12
18
12
21
12
13
22
12
23
20
43
11
26
15
41
16
10
10
17
11
12
BAB II.
VIROLOGI VIRUS VARICELLA ZOSTER
7DEHO.ODVLNDVLYLUXVKHUSHV
Tabel 1. Klasifikasi keluarga virus herpes
Human
herpes
type
Name
Sub Family
Latency
Herpes simplex-1
(HSV-1)
Alphaherpesvirinae
Mucoepithelia
Neuron
Close contact
Herpes simplex-2
(HSV-2)
Alphaherpesvirinae
Mucoepithelia
Neuron
Close contact
usually sexual
Varicella Zoster
virus (VSV)
Alphaherpesvirinae
Mucoepithelia
Neuron
Contact or
respiratory route
Epstein-Barr Virus
(EBV)
Gammaherpesvirinae
B lymphocyte,
epithelia
B lymphocytes
Saliva
Epithelia,
monocytes,
lymphocytes
Contact, blood
Monocytes,
transfusions,
lymphocytes and
transplantation,
possibly others
congenital
Transmission
Cytomegalovirus
(CMV)
Herpes lymphotropic
Betaherpesvirinae
virus
Contact,
respiratory route
Human herpes
virus-7 (HHV-7)
Unknown
Human herpes
virus-8 (HHV-
8)Kaposi's sarcoma- Gammaherpesvirinae
associated herpes
virus (KSHV)
Endothelial cells
Exchange of body
fluids?
Betaherpesvirinae
Betaherpesvirinae
Unknown
Virus varicella adalah virus DNA, alphaherpesvirus dengan besar genom 125.000 bp,
berselubung/berenvelop, dan berdiameter 80-120 nm (Gambar 1). Virus mengkode kurang
lebih 70-80 protein, salah satunya ensim thymidine kinase yang rentan terhadap obat
antivirus karena memfosforilasi acyclovir sehingga dapat menghambat replikasi DNA virus.
Virus menginfeksi sel Human diploid fibroblast in vitro, sel limfosit T teraktivasi, sel epitel dan
sel epidermal in vivo untuk replikasi produktif, serta sel neuron. Virus varicella dapat
8
membentuk sel sinsitia dan menyebar secara langsung dari sel ke sel .
10
VHOXODUVSHVLNWHUKDGDS9=9PHQXUXQYLUXVGDSDWUHDNWLYDVL
dari ganglion turun melalui axon saraf ke sel epitel berreplikasi
dan menyebabkan zoster dermatomal. Pada individu dengan
gangguan sistem imun berat dapat terjadi zoster diseminata.
Menurut teori Hope-Simpson, sesudah infeksi primer
VZV, selain VZV akan menetap laten di ganglion saraf
dorsalis, infeksi ini akan menimbulkan kekebalan seluler
VSHVLN9=9\DQJPHQJKDPEDWNHPDPSXDQYLUXV9=9ODWHQ
XQWXNUHDNWLYDVL.HNHEDODQVHOXOHUVSHVLN9=9LQLPHQXUXQ
bertahap sejalan usia namun secara berkala juga di-booster
oleh infeksi subklinis akibat paparan VZV (misalnya ketika
merawat anak yang menderita cacar air). Beberapa episode
reaktivasi terjadi namun dengan cepat dihambat oleh respon
imun sehingga tidak ada ruam yang timbul (Gambar 2).
Hope-Simpson menyebutkan kasus abortif ini contained
reversions yang kadang menimbulkan nyeri di dermatom
terkait tanpa timbul ruam, disebut zoster sine herpete.
6HLULQJ EHUMDODQQ\D XVLD NHNHEDODQ VSHVLN WHUKDGDS 9=9
bisa turun dibawah batas ambang, yang menyebabkan
reaktivasi virus, dan menyebabkan herpes zoster. Besarnya
jumlah VZV yang diproduksi selama episode herpes zoster
meningkatkan lagi kekebalan terhadap VZV, sehingga hal ini
Menjelaskan mengapa jarang terjadi rekurensi pada individu
yang imunokompetent.
11
12
*DPEDU3DWRJHQHVLVKHUSHV]RVWHUEHUGDVDUNDQ+RSH6LPSVRQ6XPEHU0RGLNDVLGDUL
Hope-Simpson R. ProcR Soc Med. 1965;58:9-20.
BAB III.
DIAGNOSIS HERPES ZOSTER
A. DIAGNOSIS KLINIS
Gejala Prod romal
Berlangsung 1-5 hari. Keluhan biasanya diawali dengan
nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi dan dapat
berlangsung dalam waktu yang bervariasi. Nyeri bersifat
segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau
sebagai serangan yang hilang timbul. Keluhan bervariasi dari
rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi
sampai rasa ditusuk-tusuk.
o Selain nyeri, dapat didahului dengan cegukan atau
sendawa. Gejala konstitusi berupa malaise, sefalgia,
RWKHUXOLNHV\PSWRPVyang biasanya akan menghilang
setelah erupsi kulit timbul. Kadang-kadang terjadi
limfadenopati regional
Erupsi kulit
o Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya
WHUEDWDVSDGDGDHUDK\DQJGLSHUVDUDROHKVDWX
ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
o Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian
terbentuk papul-papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi
berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
13
14
15
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium diperlukan bila terdapat gambaran
klinis yang meragukan.
t Tes Tzanck (adanya perubahan sitologi sel epitel
dimana terlihat multi nucleated giant sel)
t ,GHQWLNDVL DQWLJHQDVDP QXNOHDW 99= GHQJDQ
metode PCR
C.
DIAGNOSIS
BANDING
Stadium praerupsi : nyeri akut segmental sulit dibedakan
dengan nyeri yang timbul karena penyakit sistemik sesuai
dengan lokasi anatomik
Stadium erupsi : herpes simpleks zosteriformis, dermatitis
kontak iritan, dermatitis venenata, penyakit Duhring, luka
bakar, autoinokulasi vaksinia, infeksi bakterial setempat.
16
BAB IV.
KOMPLIKASI HERPES ZOSTER
A. KOMPLIKASI KUTANEUS
o Infeksi sekunder : dapat menghambat penyembuhan
dan pembentukan jaringan parut (selulitis ,impetigo dll)
o *DQJUHQ VXSHUVLDOLV menunjukkan HZ yang berat,
mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pem-
bentukan jaringan parut
B. KOMPLIKASI NEUROLOGIS
o Neuralgia paska herpes (NPH) : nyeri yang menetap
di dermatom yang terkena 3 bulan setelah erupsi HZ
menghilang. Insidensi PHN berkisar sekitar 10-40% dari
kasus HZ.
17
18
E. VISERAL
o Dipertimbangkan bila ditemukan nyeri abdomen
dan distensi abdomen.
o Komplikasi visceral pada HZ jarang terjadi, komplikasi
yang dapat terjadi misalnya hepatitis, miokarditis,
pericarditis, artitis.
19
BAB V.
HERPES ZOSTER PADA KEADAAN KHUSUS
A. USIA LANJUT (IMMUNOSENESCENCE)
20
21
Anamnesa :
Melakukan anamnesa yang teliti tentang keadaan penderita
seperti adanya riwayat seksual, penasun, penularan vertikal
ibu ke anak; riwayat adanya pemakaian obat ARV; tanda-
tanda konstitusi dari infeksi ARV seperti infeksi akut, X
like sindrom, diare, batuk, penurunan berat badan; riwayat
pemakaian obat kemoterapi, steroid jangka panjang; penyakit
\DQJGLFXULJDLVHEDJDLSHQ\HEDESHQ\DNLWLPXQRGHVLHQVL
Gambaran klinik:
Ditemukan penyebaran infeks varisela yang rekuren
tanpa adanya gejala Herpes Zoster, dimana lesi vesikel
dan pustule sangat banyak.
Ditemukan adanya gejala Herpes Zoster yang menyerang
beberapa dermatom sekaligus.
Adanya gejala Herpes Zoster yang disertai dengan vesikel
dan bula yang tersebar (Herpes Zoster Generalisata).
Adanya lesi herpes zoster yang menetap berupa papul
22
23
24
BAB VI.
PENATALAKSANAAN HERPES ZOSTER
A. Strategi 6A
Dalam penatalaksanaan HZ, dikenal strategi 6 A:
Attract patient early
Asses patient fully
Antiviral therapy
Efektivitas antiviral dalam menurunkan insidens, beban
penyakit HZ durasi HZ, serta nyeri berkepanjangan telah
dievaluasi secara metaanalisis, multicenter randomized
double-blind controlled trial. Masuk dalam kategori high
GHJUHHRIFRQGHQFH
Tambahan terapi
Analgetik
Antidepressant/antikonvulsant
Allay anxietas-counselling
(NDVLQ\D LQNRQVLVWHQ PHUXSDNDQ KDVLO GDUL uncontrolled
multiple clinical trial dan clinical experiences. Masuk
dalam kategori PRGHUDWHFRQGHQFH
25
26
Pengobatan Antivirus :
o Asiklovir dewasa : 5 x 800 mg/hari selama 7-10hari atau
o Asiklovir iv 3x10 mg/kgBB/hari
o Valasiklovir untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari
atau
o Famsiklovir untuk dewasa: 3x250 mg/hari selama 7 hari.
Catatan khusus :
tPemberian antivirus masih dapat diberikan setelah 72 jam
bila masih timbul lesi baru/ terdapat vesikel berumur < 3 hari.
t Bila disertai keterlibatan organ viseral diberikan asiklovir
intravena 10 mg/kgBB, 3x per hari selama 5-10 hari. Asiklovir
dilarutkan dalam 100 cc NaCl 0,9% dan diberikan tetes
selama satu jam.
tUntuk wanita hamil diberikan asiklovir
tUntuk herpes zoster dengan paralisis fasial/kranial,
polineuritis, dan keterlibatan SSP dikombinasikan dengan
kortikosteroid walaupun keuntungannya belum dievaluasi
secara sistematis
27
28
29
Terapi suportif
Istirahat, makan cukup
Jangan digaruk
Pakaian longgar
Tetap mandi
B.TERAPI NPH
B.TERAPI NPH
Dosis awal
Titrasi
Lini pertama :
Trisiklik 10mg setiap malam Ditingkatkan 20mg setiap 7 hari menjadi
Antidepresan (2 jam sebelum tidur) 50mg, kemudian menjadi 100 mg dan
150mg tiap malam
Gabapentin 100mg 3x perhari 100-300mg ditingkatkan setiap 5 hari
sampai dosis 1800-3600mg perhari
Pregabalin 75 mg sampai
2x perhari
Tingkatkan sampai 150 mg 2 x perhari
dosis 1800-3600mg perhari
Pregabalin
mg 2 x perhari
75
mg
2x
perhari
Tingkatkan
sampai
150
dalam
1 minggu
Lidokain
topikal
EMLA, Lidokain gel 5%, Lidokain
dalam 1 minggu
transdermal 5%
Lidokain topikal EMLA, Lidokain gel 5%, Lidokain transdermal 5%
Lini Kedua:
Tramadol 50 mg perhari Tingkatkan 50 mg setiap 3-4 hari
30
o Akupunktur
o Low intensity laser therapy
o Neurosurgikal
31
32
BAB VII.
Vaksin Herpes Zoster [Oka/Merck] (Zostavax)
33
34
35
36
5LQJNDVDQ3URO9DNVLQ+HUSHV=RVWHU
[Oka/Merck] (Zostavax)
Sediaan
Indikasi Yang
Disetujui di BPOM
Indonesia
Kontraindikasi
Rekomendasi
pemberian dari
SATGAS Imunisasi
Dewasa
Pemberian
Dosis
Penyimpanan
Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi
yang sering
ditemukan
Interaksi Obat
37
38
39
Kontraindikasi Pada
Immunosupresi
Pasien
dengan
Terapi
40
Kepustakaan
1. Arvin AM. Immune responses to varicella-zoster virus. Infect
Dis Clin North Am. 1996;10:529570.
2. Arvin AM. Varicella-zoster virus. In: Knipe DM, Howley PM,
eds. Virology. 4th ed. Philadelphia, Pa: Lippincott Williams
& Wilkins; 2001:27312767.
3. Berlin AL, Muhn AY, Billick RC. Hiccups, eructation, and
other uncommon prodromal manifestations of herpes zoster.
J Am Acad Dermatol 2003;49(6):1121-4.
4. Brauer J. Varicella Zoster. Dalam: Zuckerman AJ, Banatvala
-( 6FKRXE %'*ULIWKV 3' 0RUWLPHU 3 SHQ\XQWLQJ
Principles and practice of clinical virology, edisi keenam..
London: John willey & Sons Ltd, 2009;133-56.
5. Christo PJ, Hobelmann G, Maine DN. Post-Herpetic
Neuralgia in Older Adults: Evidence-Based Approaches to
Clinical Management. Drugs Aging; 2007; 24(1):1-19.
6. Cunningham AL, Breuer J, Dwyer DE, Gronow DW, Helme
RD, Litt JC, dkk. The Prevention and Management of Herpes
Zoster. MJA 2008;188(3):171-76.
7. Dubinsky RM, Kabbani H, El-Chami Z, Boutwell C, Ali H.
Practice Parameter: treatment of postherpetic neuralgia: An ev-
idence-based report of the Quality Standards Subcommittee of
the American Academy of Neurology Neurology 2004;63:959-65.
8. Dworkin RH, Johnson RW, Breuer J, Gnann JW, Levin MJ,
Backonja M. Recommendations for the management of
herpes zoster. Clinical infectious diseases 2007;44:S1-26.
9. Gershon AA, Silverstein SJ. Varicella-zoster virus. In:
Richman DD, Whitley RJ, Hayden FG. Clinical Virology.
Washington, DC: ASM Press; 2002:413432.
10. Grose C. Pathogenesis of infection with varicella vaccine.
Infect Dis Clin North Am. 1996;10:489505.
41
42
43
44
HZ akut
HZO/RH sindrom/organ
visceral atau motor
involment / dengan
YA
TIDAK
Terapi antiviral ditambah analgesik
- Nyeri ringan asetaminofen/NSAID
- Nyeri sedang/berat : opioid ringan
Tambahan : antidepresan/antikonvulsan
- Amitriptilin 10mg single dose/hari 3 bulan, atau
- Gabapentin 300mg single dose/hari 4-6 minggu,
atau
- Pregabalin 50-75mg single dose/hari 2-4 minggu
TIDAK
VIII.KEPUSTAKAAN
42
45
Lampiran 2
Terapi NPH
Farmakologis
Sistemik
Non Farmakologis
Topikal
Ramadol
Amitripilin
Gabapentin
Pregabalin
Tramadol
Hidroksisin
(untuk gatal)
Alodemia :
anestetik
Discomfort :
kompres dingin,
capsaicin
Tens
Akupungtur
Psikososial
Perilaku, dll.
46
43
REKOMENDASI PENGGUNAAN VAKSIN HERPES ZOSTER
Sesuai dengan hasil pertemuan dan kesepakatan Anggota Kelompok Studi Herpes Indonesia
(KSHI) pada tanggal 16 Februari 2014, yang dihadiri oleh Anggota Kelompok Studi Herpes
Indonesia (KSHI) dari beberapa institusi pendidikan dan perwakilan PERDOSKI cabang, maka
kami menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:
47
Pemberian hati-hati pada :
1. Individu yang akan menerima terapi imunosupresi (14 hari sebelum terapi diberikan)
dan 1 bulan sesudah terapi imunosupresi dihentikan
2. Pada kasus yang ada riwayat penyakit kronis seperti gagal ginjal kronik, diabetes
melitus, rematoid artritis, penyakit paru kronis (kecuali dalam kondisi yang merupakan
kontraindikasi)
Kontra indikasi:
1. Alergi komponen vaksin
2. Imunokompromais
- Leukimia limfoma, keganasan sumsum tulang.
- Pasien HIV
- Sedang dalam terapi imunosupresif dengan kortikosteroid dosis tinggi
- Hematopoitik stem cell transplantasi (HSCT)
3. Kehamilan
Pada keadaan penyakit akut atau berat vaksinasi ditunda sampai penyakit sembuh
Vaksinasi tidak diindikasikan untuk:
- Pengobatan Herpes Zoster dan pengobatan neuralgia post herpetika
- Mencegah terjadinya neuralgia post herpetika pada pasien yang sedang menderita
Herpes Zoster
48
49
50