Anda di halaman 1dari 8

A.

ANALISIS PERTUMBUHAN POPULASI


Laju pertumbuhan populasi dinyatakan dalam jumlah individu per satuan waktu
terjadinya penambahan ini yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
N
t
di mana

jadi
t

N = jumlah individu populasi


= besarnya perubahan
t = waktu
menunjukkan setiap perubahan jumlah individu dalam populasi dan

merupakan interval waktu dari perubahan itu.

Apabila dipersoalkan populasi yang bertambah atau berkurang individu-individu


anggotanya kareena migrasi, perubahan itu secara positif hanya dapat diisi oleh
keturunannya. Hal ini misalnya, kelahiran atau natalitas yang harus terjadi. Ada
beberapa cara menghitung natalitas, akan tetapi selalu dihubungkan dengan kematian
atau mortalitas yang juga terjadi. Keeseluruhan proses yang berjalan ini disebut laju
pertumbuhan.
Pertambahan populasi dapat dinyatakan dengan perbedaan antara natalitas dan
mortalitas secara instan. Jadi N dalam persamaan di atas dN dan t , dt
besarnya perubahan pada suatu momen waktu. Laju pertambahan populasi dengan
demeikian adalah :
dN
dt
Karena kemudian natalitas dan mortalitas diberikan tanda B dan D, maka
N
=BD
t
Konsep mendasar dari fenomena pertumbuhan populasi ialah pertumbuhan
eksponensial. Apabila D lebih tinggi daripada B, berarti populasi menurun dan apabila
berlanjut akan menuju kepunahan.
Oleh karena ukuran B dan D tergantung dari ukuran populasi yang harus terkait
seecara matemaatik maka ditulis
B = bN dan D = dN
hingga

N
t = bN - dN

atau

N
=( bd ) N
t

Dalam prakteknya (b-d) diganti konstanta r hingga laju pertumbuhan intrinsik dapat
ditulis

N
t

= r.N yang ekuivalen dengan

dN
=r . N
dt

Bakteri dan amoeba yang pertumbuhannya terjadi dengan cara membagi diri, apabila
kondisi lingkungannya menunjang akan memiliki kapasitas pertambahan yang antastis
yaitu proses pertumbuhan eksponensialnya dapat berlanjut tanpa gangguan. Menurut
R.H. MacArthur dan J.H. Connell dalam Boughey (1973) bakteri yang membagi diri
setiap 20 menit akan membangun koloni yang dapat meliputi permukaan bumi ini
setinggi 1 kaki hanya dalam waktu 1,5 hari.
Dalam lingkungan dengan kondisi ideal apabila tidak ada hambatan fisik dan
biologik, populasi dapat dipandang memiliki kadar pertambahan intrinsik maksimal.
Kemampuan populasi berkembang eksponensial secara maksimum ini dikatakan
potensi biotik. Akan tetapi hal itu sebenarnya merupakan teoritik. Kondisi yang sesuai
kenyataan disebut kadar pertumbuhan intrinsik nyata. Contohnya adalah populasi ikan
paus yang potensi biotiknya rendah, akan tetapi secara alami paus itu pun
menunjukkan kadar mortalitas yang rendah pula seebanding dengan jumlah populais
secara alami yang rata-ratanya tetap dipantau. Hal itu teerjaid juga bagi organisme
lain hingga pada kenyataannya teori pertumbuhan eksponensial itu senantiasa
mendapat perlawanan lingkungan (environmental resistance) yang menurunkan
natalitas dan meningkatkan mortalitas.
Perlawanan lingkungan di atas itu diberi simbol K hingga apabila simbol itu
dimasukkan dalam rumusan dapat ditulis
(K N)
dN
=r . N
dt
K
Pembatasan terhadap potensi biotik suaru populasi yang berlaku pada ukuran populasi
tertentu oleh perlawanan lingkungan dari sederetan kondisi tertentu disebut daya
dukung (carrying capacity) yang biasanya disebabkan oleh habisnya pakan dan/atau
ruang.
Umumnya analisis perhitungan pertumbuhan populasi yang sifatnya berkelanjutan
berdasarkan struktur usia, kelahiran, kematian serta tanpa harus sensus langsung dapat
dihitung melalui life table :
x

nx

lx

dx

qx

Lx

Tx

Ex

mx

Keterangan:
x
nx

= usia atau kisaran usia (misalkan 1 = usia 0-5 tahun; 2 = usia 6 -10 tahun)
= jumlah individu pada permulaan x

lx.mx

lx

= proporsi yang hidup pada awal x (mengarah ke perbandingan) rumusnya


nx
no

dx
qx

= jumlah individu mati selama x sampai x+1 rumusnya nx-nx+1


dx
= tingkat mortalitas dari x sampai x+1 rumusnya nx

Ex

= harapan hidup pada permulaan x rumusnya

dan Lx berasal dari rumus


mx
Ro

Tx
lx

dimana Tx =

lx+ lx+1
2

= jumlah rata-rata individu baru yang dihasilkan oleh betina usia x.


= lx . mx

Lx

B.INTERAKSI POPULASI
Elemen-Elemen Esensial Lingkungan Fisik Organisme
Secara individual populasi memerlukan unsur-unsur esensial agar dapat tumbuh. Dari
elemen-elemen kimia yang berada di planet ini, organisme merlukan kurang lebih
sepertiganya. Elemen-elemen itu termasuk karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang,
kalsium, fosfor, kalium, natrium, silika, magnesium, mangan, boron, besi, seng, molibdenum,
tembaga, yodium, dan kobalt. Yang sangat banyak dibutuhkan adalah karbon, oksigen, dan
hidrogen yang merupakan molekul-molekul utama dari sitem kehidupan. Mangan, tembaga,
seng, besi, boron, dan molibdenum dikenal sebagai trace element (unsur penciri) karena
hanya diperlukan dalam jumah sangat kecil namun sangat vital bagi kehidupan organisme.
Ada dua kaidah dasar yang menggambarkan hubungan elemen-elemen kimia ini
deengan sistem kehidupan, yaitu kaidah minimum dari Liebig dan kaidah pembatas dari
Blackman. Kaidah minimum mengatakan kehidupan sangat bergantung kepada jumlah
minimum bahan makanan.. Blackman meneliti kaidah pembatas pada proses fotosintesis dan
mengatakan proses itu dibatasi oleh intensitas minimal satu faktor (cahaya).
Pertumbuhan dan penyebaran populasi tidak hanya tergantung dari unsur-unsurnya
yang terlalu sedikit serta intensitasnya terlalu rendah, tetapi juga dibatasi oleh unsur-unsur itu
yang terlalu banyak dan atau intensitasnya terlalu tinggi. Misalnya karbondioksida yang
diperlukan bagi pertumbuhan suatu tanaman, sedikit penambahan konsentrasinya dalam
atmosfer akan meningkatkan pertumbuhan tanaman dan bila peningkatannya terlalu banyak
akan menjadi racun. Sebaliknya jika faktor yang diperlukan di bawah minimum maka proses
atau mekanisme akan terhambat. Dalam hal pertumbuhan populasi maka faktor pembatas
bukan hanya makanan, predator, iklim, tetapi juga faktor lainnya. Gagasan faktor pembatas
ini juga dikenal dengan hukum toleransi dari V.E. Shelford. Kaidah Shelford itu menyatakan
bahwa pada setiap faktor ekologik di mana organisme memberikan responnya terdapat
pengaruh maksimal dan minimal, fenomena ini disebut batas toleransi. Konsep batas toleransi
ini sering diaplikasikan dalam mempelajari pola-pola penyebaran populasi yang faktorfaktornya meliputi kemampuan menyebar/dispersal, perilaku, interaksi antar spesies, suhu,
perbedaan iklim, dan lain-lain.
Faktor-Faktor Fisik dan Kimia
Organisme menghendaki pula syarat-syarat fisik dan kimia dari lingkungannya. Agar
organisme tersebut tetap dapat hidup dan juga dapat melakukan reproduksi maka kondisi fisik
dan kimia tempat hidupnya atau lingkungannya harus berkisar dalam batas-batas
toleransinya. Faktor fisik yang dapat menjadi pembatas bagi organisme adalah suhu, cahaya,
struktur tanah, aliran air, dan api. Faktor kimia yang dapat menjadi pembatas bagi organisme
adalah pH, salinitas, hara tanah, air dan kandungan kimia dalam air.

a. Air
Di daerah gurun, vegetasi memperlihatkan berbagai penyesuaian yang berbeda-beda untuk
dapat bertahan selama musim kering yang panjang. Binatang mengembangkan proses
mekanisme untuk membatasi ketergantungan kepada air untuk minum; tidak ada tanaman
dapat hidup tanpa irigasi. Air baik berdiri sendiri maupun dihubungkan dengan suhu boleh
jadi merupakan faktor yang penting pengaruhnya bagi organisme terrestrial. Kelembaban
udara sangat penting dalam mengontrol hilangnya air melalui kulit dan paru hewan.
b. Suhu
Banyak jenis burung pada umumnya mampu menerima batas toleransi suhu yang lebih
besar karena makhluk ini dapat memelihara suhu tubuh konstan, tidak tergantung
lingkungannya. Hewan-hewan itu disebut homothermous atau berdarah panas. Hewan yang
tidak memiliki kemampuan meengatur suhu itu disebut poikilothermous atau berdarah dingin.
Walaupun hewan-hewan tersebut pada dasarnya menyesuaikan suhu tubuh dengan
lingkungannya, namun ada juga yang memiliki kemampuan mengatur suhu tubuhnya.
Beberapa invertebrata seperti rotifer dan nematoda, mampu memasuki suatu masa istirahat
dengan mengeluarkan kandungan air dari jaringan tubuhnya. Dalam kondisi seperti itu
organisme tetap bertahan (viable) walaupun dipengaruhi suhu di atas 150 0C beberapa menit
pun atau pun bertahan beberapa hari pada suhu nol derajat mutlak. Inilah yang disebut
kriptobiosis, yaitu mekanisme khusus pada vegetasi dan hewan untuk mampu bertahan lebih
lama dari suhu ekstrem atau melampaui batas toleransi. Kondisi suhu di luar batas toleransi
biasanya merupakan faktor pembatas dalam distribusi populasi tertentu dan juga merupakan
penentu seleksi di antara populasi.
c. Cahaya
Dari semua faktor lingkungan yang mempengaruhi sistem kehidupan pada jenjang
populasi, cahaya paling vital. Tanpa komponen radiasi matahari ini, begitu banyak jumlah
organisme yang sudah dikenal itu tidak mungkin ada.

Faktor Penyerakan/Menyebar/Dispersal
Beberapa organisme bila dipindahkan ke wilayah lain yang bukan merupakan daerah
kisaran distribusinya yang asli ternyata organisme tersebut dapat hidup seperti di daerah
aslinya seerta dapat pula melakukan reproduksi. Bila semula di daerah tersebut tidak
dijumpai spesies atau organisme tersebut kemungkinan besar hal ini terjadi hanya karena
spesies atau organisme tersebut tidak dapat mencapainya atau tidak mempunyai kemampuan
untuk menyebar. Untuk mengetahui apakah benar tidak adanya suatu spesies pada daerah
tertentu dikarenakan ketidakmampuan untuk menyebar dapat dilakukan dengan cara
memasukkan spesies tersebut ke darah tertentu tersebut. Bila di daerah baru tersebut ternyata
tidak dapat berkembang, berarti ada faktor lain yang membatasi distribusi spesies di darah

tersebut. Namun apabila ternyata dapat berkembang dan terjadi kolonisasi, berarti daerah
tersebut sebenarnya memenuhi syarat untuk pertumbuhan populasinya.
Faktor Perilaku
Beberapa spesies mempunyai kemampuan menyebar tetapi tidak semua area ditempatinya,
hal ini mungkin karena ada faktor-faktor yang tidak disukainya. Mungkin hewan tersebut
tidak menyukai habitat tertentu untuk tempat tinggalnya, atau mungkin menyukai vegetasi
tertentu. Di sini ada faktor perilaku yang membatasi distribusi hewan tersebut. Bila ada faktor
perilaku yang membatasi distribusi, maka walaupun hewan tersebut dimasukkan ke area itu
hewan tersebut tidak akan dapat berkembang dan tidak dapat melakukan reproduksi.
Faktor Interaksi Interspesifik dan Intraspesifik
Interaksi interspesifik
Ada atau tidak adanya organisme di suatu wilayah mungkin disebabkan oleh adanya
interaksi dengan organisme lain. Interaksi ini dapat bersifat : netralisme, mutualisme,
protokooperasi, komensalisme, amensialisme, parasitisme, predatorisme, herbivori, dan
allelophaty.
a. Netralisme
Netralisme merupakan tipe interaksi interspesifik yang dikenali seehari-hari di mana
populasi yang bekerja sama seolah-olah tidak saling terpengaruh, walaupun sesungguhnya
terdapat pengaruh walaupun sangat kecil. Hidup bersama rusa dan kera-kera di hutan hujan
tropis atau unggas dan kerbau di padang gembala merupakan contohnya.
b. Kompetisi
Merupakan tipe interaksi interspesifik di mana dua individu atau spesies berebut sumber
daya terbatas seperti pakan, air, ruang untuk sarang dan lain-lain. Pihak yang lebih efisien
memanfaatkan sumber dayanya untuk bertahan, yang lainnya tersingkir. Keberadaan spesies
lain mungkin akan membatasi distribusi beberapa spesies lain karena adanya kompetisi. Salah
satu petunjuk adanya kompetisi adalah bila spesies A tidak ada maka spesies B akan
mendominasi habitat atau sebaliknya.
c. Mutualisme
Mutualisme merupakan interaksi obligatori (wajib) yang diperlukan oleh kedua belah
pihak yang berinteraksi karena keduanya saling memerlukan.
d. Protokooperasi
Protokooperasi kadar interaksinya lebih-kurang mutualisme tetapi tidak bersifat obligatori
bagi kedua belah pihak.

e. Komensialisme
Komensialisme merupakan interaksi yang menjembatani protokooperasi sengan
netralisme. Jenis burung yang hidup dan membuat sarang pada sebatang pohon merupakan
contoh di mana hanya burung-burungnya yang mendapat manfaat, pohonnya tidak
terpengaruh apa-apa.
f. Amensialisme
Merupakan kebalikan komensialisme. Spesies inang yang menjadi tuan rumah bagi spesies
amensialis mendapat manfaat, sedangkan spesies amensialisme dalam banyak hal malah
punah. Berbagai antibiotik dalam dunia kedokteran merupakan contoh amensialisme yang
banyak bermanfaat bagi manusia.
g. Parasitisme dan predatorisme
Pada tipe interaksi ini salah satu spesies menjadi pakan lawan spesies interaksinya. Letak
perbedaan predasi dan parasitisasi ialah bahwa pada predasi atau predatorisme ukuran
predator lebih besar dari mangsa/prey-nya dan proses memangsa terjadi di luar (eksternal).
Pada parasitisasi mangsa/prey lebih besar dan pemangsaan terjadi di dalam tubuh pangsa
(internal). Akibat proses pangsa memangsa jumlah populasi mangsa berkurang tetapi
mekanisme putaran umpan balik komunitas mengendalikan jumlah populasi pemangsa.
Dinamika populasi tersebut akan berlangsung berkelanjutan secara alami, tetapi proses
demikian itu seringkali terganggu oleh adanya intervensi manusia. Dengan dalih
mengendalikan populasi predator dan prey di suatu ekosistem hutan, manusia membuat
peraturan antara lain mengizinkan pemburuan predator. Namun bukan kondisi menjadi lebih
baik, tapi dengan kebijaksanaan manusia itu justru keseimbangan alam menjadi semakin
buruk.
h. Herbivori
Bila suatu herbivori hanya memakan jenis makanan tertentu, maka penyebarannya juga
dipengaruhi oleh penyebaran jenis makanannya. Sehingga bila di suatu wilayah tidak ada
jenis tumbuhan yang merupakan makanannya, maka di daerah tersebut juga tidak akan
dijumpai herbivor tersebut.
i. Allelophaty
Allelophaty lebih umum dijumpai pada tumbuhan. Beberapa tumbuhan menghasilkan
antibiotik atau racun sehingga membatasi distribusi lokal dari spesies lain.

Interaksi intraspesifik
Tidak semua faktor biotik interspesifik mendorong interaksi antarspesies dalam
mengendalikan kerapatan populasi. Pengendalian populasi spesies itu juga seringkali

didorong faktor-faktor biotik intraspesifik, yaitu mekanisme internal populasi bersifat naluri
alamiah dari populasi itu sendiri.
a. Perubahan biologik individu
Pada hakikatnya mekanisme interspesifik yang dimaksud merupakan perubahan biologik
dalam tubuh individu, spesies yang terwujud melalui proses evolusi yang senantiasa
berlangsung dari waktu ke waktu. Evolusi itu sendiri terjadi karena perubahan sifat-sifat
biologik dari perubahan fisik dan kimia organisme serta perubahan internal organisme
sendiri berlangsung terus-menerus akibat tekanan faktor-faktor lingkungan yang digambarkan
oleh perubahan frekuensi genetik populasi.
Individu-individu anggota populasi tidak pernah sepenuhnya identik, walau sangat kecil
tentu ada perbedaan. Perubahan (variasi) dalam suatu spesies dapat terjadi melalui dua cara
yang terkait satu sama lain. Yang pertama, berasal dari genom individu berlainan, maka
seleksi terjadi melalui perubahan genotip (genotypic variation) dalam populasi spesies yang
menata frekuensi genetik dari banyak alele yang memicu evolusi. Perubahan kedua, terjadi
karena pengaruh parameter lingkungannya dalam proses individual membentuk genom, tipe
perubahan kedua ini disebut perubahan fenotip (phenotypic variation) di mana individu
organisme menyesuaikan diri atau aklimitasi pada faktor lingkungan terutama terhadap faktor
kelembapan dan intensitas cahaya. Pada umumnya siat-sifat fenotipe tidak diwariskan dan
tidak menjadi dasar proses evolusi. Perubahan genotip didorong kekuatan seleksi yang
memicu evolusi terjadi melalui mutasi dan rekombinasi.
b. Seleksi alam
Seleksi alam berlangsung antara relung-relung yang bertumpang tindih (overlap), dengan
demikian dapat dipahami bahwa spesies-spesies dengan frekuensi genetiknya lebih sesuai
dengan lingkungan habitat tempat terjadinya tumpang tindih dapat bertahan, yang tidak
sesuai akan tersingkir.
Beberapa data menunjukkan banyak seleksi alam yang mengarah pada proses evolusi.
Seleksi alam terhadap spesies-spesies yang secara geografis terpisah dari leluhurnya tidak
dapat berhubungan seksual dengan spesies leluhurnya misalnya, dapat menampilkan
spesies baru yang berlainan dengan induknya, ini disebut spesiasi (speciation). Pada dasarnya
evolusi yang didorong seleksi alam bersifat probabilistik terbentuk karena kesalahan sampel
(sampling error), karena mortalitas akibat bencana alam seperti kebakaran, banjir, atau
perpindahan lahan (land slides).

Anda mungkin juga menyukai