Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN Dalam praktikum ini ada 5 tahapan utama yang harus dilakukan, yakni pembuatan gel separating gel

12%, pembuatan gel stacking gel 4%, injeksi dan running, pewarnaan gel (staining) and penghilangan warna gel (destaining), dan identifikasi berat molekul dari protein. Sebelum melakukan tahapan-tahapan dari identifikasi protein, maka harus menyiapkan sampel protein terlebih dahulu dengan menambahkan buffer sampel dan memanaskannya pada suhu 100oC selam 3-4 menit. Sampel yang digunakan pada praktikum ini antara lain; limpa marmut, otot marmut, jantung marmut, hati marmut, hati ayam, daun muda, daun setengah muda, daun tua dan batang. Tahap yang pertama dilakukan adalah pembuatan gel separating gel 12%, bahan dari gel ini antara lain; 2.000 l stok acrylamid-bis 30% , 1.250 l 1,5 N tris HCl pH 8,8, aquabidest 1.620 l, 50 l SDS 10%, 6 l TEMED, 25 l APS 10%. Peran dari bahan dasar gel ini yakni acrylamid-bis adalah sebagai matriks penyangga. Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus listrik yang digunakan. Matriks poliakrilamid berfungsi untuk memisahkan protein berdasarkan ukuran dan menstabilkan pH bufer agar muatan protein tidak berubah. Penggunaan konsentrasi bis acrylamid sebesar 30% akan menyaring molekul protein sebesar 2x102 2x102. Fungsi penambahan tris HCl dengan Ph 8,8 adalah hampir semua protein mempunyai pI kurang dari 8,0. Oleh karena itu, pH bufer elektroforesis berkisar 8 9 yang akan menyebabkan sebagian besar protein bermuatan negatif yang akan bergerak ke anoda. Penggunaan TEMED berfungsi untuk mengkatalis radikal bebas dari ammonium presulfat. Sedangkan fungsi penggunaan SDS adalah untuk mengikat protein sehingga bagian nonpolar dari SDS tersembunyi ke dalam bagian nonpolar (hidrofobik) dari protein dan gugus sulfat dari SDS yang bermuatan negatif berhubungan langsung atau terekspos pada pelarut. Setelah separating gel dibuat, dilanjutkan dengan membuat stacking gel, pembuatannya hampir sama dengan separating gel, hanya saja berbeda pada konsentrasi bahan-bahan. Hal ini dikarenakan fungsi dari stacking gel sebagai gel pengumpul, sehingga tidak membutuhkan konsentrasi bahan yang terlalu besar. Peletakan stacking gel berada diatas separating gel, kemudian diatas stacking gel diletakkan sisir untuk membuat sumuran. Setelah semua gel selesai dibuat, kemudian dilakukan injeksi sampel dan running. Sampel dan marker di injeksikan ke sumuran sebanyak 20 l, setelah semua sampel selesai di injeksikan, gel dimasukkan kedalam

alat elektroforesis yang diberi aquades. Lalu menghubungkan alat elektroforesis dengan sumber listrik, elektroforesis dilakukan dengan tegangan 120 V dan arus 48 Ma. Setelah running selesai, maka dilanjutkan dengan pewarnaan gel dengan larutan coomassie blue sataining sambil digoyangkan dengan shaker selama semalam. Setelah selesai melakukan staining maka dilakukan destaining sampai pita protein terlihat. Setelah pita terlihat maka gel disimpan dalam asam asetat 10%. Tahap terakhir yakni identifikasi protein. Protein standar yang diketahui berat molekulnya dapat dielektroforesis dan mobilitasnya pada gel poliakrilamid dapat diukur. Mobilitas rate (Mr atau Rf) diukur dengan memakai rumus berikut : Jarak pergerakan pita protein dari tempat awal Rf = -------------------------------------------------------------------Jarak pergerakan warna pelacak dari tempat awal Protein dengan berat molekul tertentu mempunyai nilai Rf tertentu pula. Tiap sampel menunjukkan jumlah pita protein yang berbeda. Hal ini dikarenakan protein tiap sampel berbeda dan mempunyai berat molekul yang berbeda. Dalam praktikum yang digunakan sebagai dasar pengukuran berat molekul protein yakni jumlah pita dan nilai Rf pada setiap sampel. Berdasarkan hasil praktikum dapat ditemukan sumuran yang berwarna biru dan berisi pita, tapi ada yang berwarna putih dan tidak terdapat pita protein. Sumuran yang berwarna biru menunjukkan adanya protein, sedangkan pada sumuran yang berwarna putih menunjukkan sedikitnya protein bahkan hampir tidak ada. Pada sumuran marker terdapat 6 pita protein dengan jarak warna cat 3,16 cm, sumuran ini digunakan sebagai penanda atau acuan pengukuran nilai berat molekul. Sumuran yang berisi sampel limpa marmut menghasilkan 7 pita protein dengan jarak warna cat 3,24 cm. Sumuran yang berisi sampel otot marmut menghasilkan 8 pita protein dengan jarak warna cat 3,18 cm. Sumuran yang berisi sampel jantung marmut menghasilkan 7 pita protein dengan jarak warna cat 3,16 cm. Sumuran yang berisi hati marmut menghasilkan 3 pita protein dengan jarak warna cat 3,11 cm. Pada organisme marmut, dapat disimpulkan bahwa protein terbanyak terdapat pada otot, lalu limpa, jantung dan hati. Sumuran yang berisi hati ayam menghasilkan 4 pita protein dengan jarak warna cat 3,10 cm. Berdasarkan data ini diketahui protein pada hati marmut lebih besar dibanding hati ayam.

Sumuran yang berisi daun muda menghasilkan 1 pita protein dengan jarak warna cat 3,06 cm. Sumuran yang berisi daun setengah muda tidak menghasilkan pita protein dan mempunyai jarak warna cat 3,13 cm, seharusnya ada pita protein namun dalam percobaan ini tidak terdapat pita protein. Hal ini kemungkinan disebabkan sedikitnya protein yang terdapat pada sampel, adanya kesalahan dalam isolasi protein, atau kesalahan pembuatan gel dan injeksi sampel ke sumuran. Sumuran yang berisi daun tua menghasilkan 1 pita protein dengan jarak warna cat 3,13 cm. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa berat molekul pada daun muda dan daun tua hampir sama, sedangkan pada daun setengah muda hampir tidak ditemukan protein. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bahwa protein paling banyak terdapat pada daun muda, dan paling sedikit pada daun tua. Sumuran yang berisi batang tidak menghasilkan pita protein dengan jarak warna cat 2,75 cm, seharusnya terdapat pita protein, kemungkinan ada kesalahan dalam proses atau jumlah proteinnya sedikit. Dari data tersebut dapat disimpulkan pada organ tumbuhan protein lebih banyak terdapat pada daun daripada pada batang.

Kesimpulan :
-

Identifikasi protein dapat dilakukan dengan elektroforesis gel poliakrilamida-sodium dodesil atau SDS-PAGE sulfat (elektroforesis vertical). Teknik elektroforesis ini bekerja berdasarkan berat molekuk protein. SDS-PAGE dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain: pembuatan separating gel, pembuatan stacking gel, denaturasi protein dengan pemanasan, running, pewarnaan dalam staining dengan Commasie brilliant blue, destaining.

Berdasarkan hasil praktikum, urutan banyaknya protein pada marmut yang di ukur adalah: otot, lalu limpa, jantung dan hati. Berdasarkan hasil praktikum, urutan banyaknya protein pada daun mangga yang di ukur adalah: daun muda, daun tua, daun setengah muda. Hasil ini tidak sesuai dengan dasar teori.

Berdasarkan hasil praktikum, protein pada tanaman mangga lebih banyak pada daun daripada batang.

Anda mungkin juga menyukai