Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Melihat lapangan pekerjaan sarjana Farmasi ataupun Apoteker yang
beragam seperti sebagai Apoteker penanggung jawab di Apotek, bekerja
sebagai Pedagang Besar Farmasi (PBF), Industri Farmasi, maupun menjadi
PNS yang bekerja di instansi-instansi pemerintah, membuka harapan dan
peluang yang besar bagi Apoteker untuk mendapatkan pekerjaan.
Dalam rangka menghadapi era globalisasi perdagangan bebas, sebagai
seorang Apoteker yang telah memiliki dasar keilmuan yang memadai seperti
manajemen apotek, teknologi formulasi dan obat tradisional (fitofarmaka),
maka sudah seharusnya seoarang Apoteker dapat memanfaatkan dan
mengembangkan ilmu-ilmu tersebut menjadi suatu peluang usaha.
Dalam upaya mengembangkan suatu peluang usaha, pengelolaan Sumber
Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu kunci penting. Dalam hal ini,
Apoteker sebagai profesi yang berbasis pengetahuan diharapkan dapat
berperan ganda layaknya istilah seven star pharmacist plus. Adapun
didalamnya disebutkan pula mengenai peran entrepreneur yang dapat
menambah nilai optimal bagi profesi Apoteker. Oleh karena itulah, kami
membuat makalah ini, sehingga dapat menambah pengetahuan tentang
pentingnya entrepreneur dalam bidang kefarmasian

I.2. Rumusan masalah


1. Apakah definisi entrepreneur?
2. Apakah perbedaan entrepreneur dan entrepreneurship?
3. Apa saja peluang usaha pharmapreneur?

I.3. Tujuan penulisan


1. Mengetahui dan memahami apa itu entrepreneur.
2. Mengetahui dan memahami perbedaan entrepreneur
entrepreneurship.
3. Mengetahui lebih luas peluang usaha pharmapreneur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi Entrepreneur

dan

Entrepreneur berasal dari kosa kata bahasa Perancis yaitu entre dan
preneur, yang secara harafiah berarti menjalankan (Bird & West, 1997, dalam
Zimmerman, 2008). Kata entrepreneur sebagai sebuah kontruk menjadi
sebuah istilah umum untuk menggambarkan orang-orang yang inovatif,
kreatif dan terbuka terhadap perubahan. (Reimers-Hild, dkk, 2005, dalam
Izedonmi and Okafor, 2008).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, entrepreneur atau wirausahawan
adalah orang yang pandai atau berbakat mengenal produk baru, menentukan
era produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkan serta mengatur permodalan operasinya.
Jadi secara umum entrepreneur dapat diartikan seorang inovator yang
mempunyai kemampuan menemukan produk, metode, dan teknologi baru
serta mampu memadukan dan mengelola segala sumber daya untuk
memberikan manfaat atau nilai tambah secara optimal bagi dirinya,
perusahaan, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Seorang entrepreneur berpikir tentang masa depan, kehidupan orang
banyak, kesejahteraan masyarakat, dan bagaimana cara membantu mereka
yang membutuhkan. Entrepreneur tidak akan menyia-nyiakan waktunya
untuk hal-hal yang tidak produktif. Itulah pola pikir yang dimiliki oleh
seorang entrepreneur, atau yang lebih dikenal sebagai entrepreneurship.
Entrepreneurship adalah jiwa entrepreneur yang dibangun untuk
menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship
meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas serta kemampuan
managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.

Adapun tujuan dari entrepreneurship/kewirausahaan adalah sebagai


berikut:

Meningkatkan jumlah entrepreneur/wirausahawan yang berbobot


Mewujudkan kemantapan dan kemampuan entrepreneur/wirausahawan
untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat

Menumbuh

dan

orientasi

entrepreneur/wirausahawan yang handal dan tangguh


Membudayakan
semangat,
sikap,
prilaku
dan

kemampuan

kembangkan

kesadaran

entrepreneur/wirausahawan dikalangan masyarakat yang mampu, handal


dan tangguh

II.2. Fungsi Entrepreneur


Adapun fungsi entrepreneur/wirausahawan diantaranya adalah:

Memperkenalkan barang baru atau kualitas barang baru yang belum

dikenal konsumen
Melaksanakan metode produksi baru dari penemuan ilmiah baru
Membuka suatu pemasaran baru
Pembukaan suatu sumber dasar baru atau setengah jadi atau sumber
sumber yang masih harus dikembangkan

II.3. Karakteristik Entrepreneur


Banyak penelitian telah mengidentifikasi banyak karakteristik kepribadian
atau psikologis yang unik pada pengusaha. Beberapa karakteristik yang telah
menjadi perhatian khusus dalam literatur kewirausahaan adalah: kebutuhan
untuk berprestasi, locus of control, toleransi terhadap ambiguitas,
kepercayaan diri, kreativitas atau inovasi, kecenderungan berani mengambil
risiko dan kemandirian atau kebebasan. (Bezzina, 2010).

a. Kebutuhan Berprestasi
Individu yang memiliki kebutuhan untuk mencapai prestasi berusaha
untuk unggul dan mencapai kemajuan. Dan akan menetapkan target tinggi
yang diperoleh dengan usaha mereka sendiri.
b. Locus of Control
Ada dua aspek locus of control yaitu, internal dan eksternal. Pengendalian
terhadap harapan internal terjadi ketika seorang individu telah mendapat

control langsung atas hidupnya dan ketika hasil dari tindakannya


tergantung pada kinerja dan karakteristiknya sendiri. Pengendalian
terhadap harapan eksternal ketika seorag individu percaya bahwa peristiwa
dalam hidupnya adalah hasil dari faktor-faktor seperti nasib, kebetulan
atau keberuntungan.
c. Toleransi Terhadap Ambiguitas
Individu mampu membuat keputusan dan mempertahankannya dibawah
ketidakpastian dan melihat situasi ini sebagai suatu yang menarik, dan
memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas.
d. Kepercayaan Diri
Adalah keyakinan individu terhadap sumber daya dan kemampuan yang
dimilikinya sendiri. Individu yang percaya diri cenderung termotivasi
dalam hal usaha, ketekunan dan perilaku. Percaya diri sangat penting
dalam kewirausahaan karena mendirikan suatu bisnis dan berusaha untuk
menjadi sukses bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
e. Kreativitas atau Inovasi
Pengusaha umumnya dicirikan sebagai individu yang penuh dengan ide
kreatif dan inovatif, juga dapat menggabungkan ide tersebut dengan
sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan nilai tambah.
f. Berani Mengambil Risiko
Seorang entrepreneur akan cenderung mengambil risiko setelah mereka
terlebih dahulu menganalisis situasi secara hati-hati dan sudah
mengembangkan strategi untuk bisa mengembangkan strategi untuk bisa
meminimalisir dampak dari risiko.
g. Kemandirian atau Kebebasan
Entrepreneur lebih memilih untuk mengambil tanggung jawab atas
kehidupan mereka daripada dari usaha orang lain, dan umumnya mereka
melakukan hal-hal dengan cara yang berbeda daripada sebelumnya.
II.4 Imbalan Entrepreneur

Imbalan yang diperoleh entrepreneur/wirausaha adalah:

Imbalan berupa laba


Para wirausaha dapat menentukan sendiri jumlah pendapatan yang
diperoleh tanpa harus ada batasan standar untuk pekerjaannya. Mereka
mengharapkan hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang
yang diinvestasikan, tetapi juga memberi imbalan yang pantas bagi risiko
dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka
sendiri. Jadi para wirausaha menikmati laba yang optimal yang tidak
sebanding dengan pendapatan para pegawai atau pekerja profesi.

Imbalan berupa kebebasan


Para wirausaha mempunyai kebebasan untuk menjalankan perusahaan,
bebas menentukan arah dan tujuan perusahaan mengambil risiko sendiri
dan berhak memungut imbalan yang ada.

Imbalan berupa kepuasan menjalani hidup


Para wirausaha merasa puas mampu melaksanakan bisnis sendiri karena
bisnis dimulai sesuai dengan impian mereka sehingga mereka sangat
menikmati, bangga, gembira dan ceria. Kepuasan yang mereka miliki baik
berupa materi maupun non materi mampu memberi manfaat dan nilai
tambah bagi dirinya, pegawainya, masyarakat lingkungannya, bahkan
bangsa dan negaranya.

II.5 Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Entrepreneur


a. Faktor yang mempengaruhi kegagalan usaha, diantaranya:
Tidak kompeten dalam managerial
Kurangnya pengalaman dalam bidang usaha yang dijalani
Tidak dapat mengendalikan keuangan
Gagal dalam perencanaan
Lokasi usaha yang kurang memadai
Kurangnya sikap bersungguh-sungguh
Tidak siap dengan perubahan-perubahan yang ada
b. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha, diantaranya:
Memiliki visi dan misi usaha
Bertanggung jawab

Introspeksi diri
Dapat menerima gagasan baru
Mendengar saran-saran orang lain
Bersemangat serta pandai bergaul

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam rangka menghadapi era globalisasi perdagangan bebas, sebagai
seorang Apoteker yang telah memiliki dasar keilmuan yang memadai seperti
manajemen apotek, teknologi formulasi dan obat tradisional (fitofarmaka), maka
sudah seharusnya seoarang Apoteker dapat memanfaatkan dan mengembangkan
ilmu-ilmu tersebut menjadi suatu peluang usaha.
Sejenak menilik peluang usaha di bidang farmasi, terbentang peluang
perdagangan baik menjadi Apoteker penanggung jawab di Apotek, sebagai
Pedagang Besar Farmasi (PBF), penciptaan formula obat baru bagi pengayaan
alternatif upaya penyembuhan bagi pasien. Di samping itu, dasar keilmuan
pengetahuan farmasi yang dilindungi Undang-Undang inilah yang menjadi
sumber peluang dan memberi inspirasi berkreasi dalam melahirkan inovasi
berwirausaha.
Dalam

perkembangan

bidang

kefarmasian,

kini

dikenal

istilah

Pharmapreneur, yaitu wirausahawan dengan latar belakang ilmu farmasi. Dimana

apoteker dapat berprofesi dan juga menjalankan usaha bisnis. Setelah sebelumnya
para ahli farmasi tidak menyadari bahwa kendali bidang pekerjaan mereka
dikemudikan oleh tenaga kerja profesi lain, apotek, Pedagang Besar Farmasi
(PBF), dan beberapa industri rumah tangga, dimana Apoteker berperan sebagai
penanggungjawabnya kini dapat merangkap sebagai pemilik modal dan usaha.
Kebutuhan akan obat, vitamin dan suplemen sudah menjadi kebutuhan
pokok masyarakat sekarang. Peredaran bermacam obat, vitamin juga suplemen
pun beragam di pasaran. Pesatnya kemajuan teknologi mempengaruhi pola pikir
masyarakat sebagai pasien, adapun pasien telah mendapat kebebasan dalam
mencaritahu tentang obat dengan bantuan internet. Maka, dibutuhkan fasilitas dan
pengontrol penjualan obat yang tepat. Apotek merupakan fasilitas tepat dengan
Apoteker sebagai penanggungjawab yang mampu melakukan praktek kefarmasian
sekaligus memanfaatkan komoditas didalamnya.
Apotek menjadi peluang usaha yang lazim bagi para Apoteker, karena
dianggap sebagai tempat pelayanan standar dalam melakukan pharmaceutical
care. Bisnis apotek tidak hanya mengedepankan sisi produk saja, baik terkait
harga dan kelengkapannya. Lebih dari itu, pelayanan akan menjadi tuntutan yang
mutlak bagi pasien. Kenyamanan, kecekatan dan peran konsultan obat sangat
memberikan sentuhan yang nyata. Untuk memenuhi harapan ini, diperlukan
tenaga yang tidak saja pandai, namun komunikatif, cerdas melihat peluang, drug
& health adviser, cekatan dan memiliki kemampuan manajerial yang mumpuni.
Salah satu bisnis apotek yang menjadi pilihan adalah model bisnis
franchise (waralaba), dimana jenis bisnis semacam ini bermain pada investasi.
Metode ini membentuk suatu model hubungan kerjasama bisnis antara franchisor
(pemilik usaha) dengan franchisee (pemilik modal/investor).
Bisnis apotek lainnya adalah apotek one stop shopping, yang artinya
pasien sebagai konsumen tidak perlu berpindah tempat untuk mendapatkan obat
dikarenakan kelengkapan ketersediaan obat telah terpenuhi.
Penyampaian obat kepada pasien tidak lepas dari peranan Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang merupakan mata rantai perantara industri farmasi dan

masyarakat dalam hal penyaluran (distribusi) obat. PBF dapat secara cepat
melayani kebutuhan apotek untuk secara cepat pula melayani kebutuhan pasien
akan obat.
Di jaman yang memprioritaskan pentingnya faktor visual dan penampilan,
tidak berlebihan jika peluang usaha dalam hal kecantikan menjadi ramai peminat.
Mengingat kini baik kaum wanita maupun kaum pria semakin peduli terhadap
perawatan kulit dan wajah. Bisnis kecantikan ini tidak semata-mata melakukan
polesan terhadap wajah dan tubuh tetapi juga pada kesehatan. Dalam menekuni
bisnis kecantikan ini ada beberapa hal penting yang perlu dicermati, antara lain
soal reputasi dan keamanan produk. Karena itu, penting kiranyanya melibatkan
dokter dan apoteker dalam mendukung bisnis kecantikan ini.
Dalam melakukan bisnis, seringkali dilakukan berdasarkan hobi dalam
kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah membuat kuliner. Bidang kuliner
dapat dikembangkan oleh seorang farmasis sebagai peluang bisnis yang
menjanjikan. Adapun dasar keilmuan farmasi dimanfaatkan sebagai pedoman
dalam memperhitungkan kandungan nutrisi dalam berbagai menu kuliner. Selain
pentingnya faktor rasa, faktor sehat dan higienitas juga harus dipertimbangkan.

BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah dapat diketahui bahwa:
- Entrepreneur dapat diartikan seorang inovator yang mempunyai
kemampuan menemukan produk, metode, dan teknologi baru serta mampu
memadukan dan mengelola segala sumber daya untuk memberikan manfaat
atau nilai tambah secara optimal bagi dirinya, perusahaan, masyarakat,
bangsa dan negaranya.
- Entrepreneurship adalah jiwa entrepreneur yang dibangun untuk
menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship
meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas serta kemampuan
managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur

- Peluang usaha Pharmapreneur yang paling umum adalah penanggung


jawab apotek, sebagai Pedagang Besar Farmasi (PBF), bisnis kecantikan dan
bisnis kuliner.
IV.2. Saran
Lapangan pekerjaan sarjana Farmasi ataupun Apoteker yang beragam
hendaknya menjadi alasan dikembangkannya suatu peluang usaha di bidang
kefarmasian dalam rangka menghadapi era globalisasi perdagangan bebas,
sehingga Farmasis dapat menjalankan perannya sebagai entrepreneur. Makalah ini
menjadi acuan bagi kajian mengenai entrepreneur bidang farmasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.
2012.
Manajemen
Farmasi:
Kewirausahaan.
http://syariefsimboro.blogspot.co.id/2012/11/manajemen-farmasi-kewirausahaan.html. Diakses pada tanggal 25 September 2016.
Anonim.
2013.
Peluang
Bisnis
Bidang
Kecantikan
Menguntungkan.
http://www.seputarukm.com/peluang-bisnisbidang-kecantikan-menguntungkan/. Diakses pada tanggal 27
September 2016.
Adam, S & Paramitha, T. 2013. Melihat Peluang Gurih Bisnis Farmasi.
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/442226-melihat-peluang-gurih-bisnisfarmasi. Diakses pada tanggal 27 September 2016.
Anonim. 2015. Kedai Lebah di Kudus Sajikan Kuliner Serba Madu.
http://jateng.tribunnews.com/2015/01/26/kedai-lebah-di-kudussajikan-kuliner-serba-madu. Diakses pada tanggal 27 September
2016.
Prasetyo, A. 2015. PHARMA PRENEUR JENIS VIRUS BARU.
www.apotek-k24.com/post/340/PHARMAPRENEUR-JENISVIRUS.BARU. Diakses pada tanggal 27 September 2016.

Yuda, K. 2016. Santoso Kusuma ~ Gagal Usaha Agrobisnis,


Sukses
Usaha
Apotek
One
Stop
Shoping.
http://ideusahabisnis.com/santoso-kusuma-gagal-usahaagrobisnis-sukses-usaha-apotek-one-stop-shoping/. Diakses pada
tanggal 27 September 2016.
Bezzina, F. (2010). Characteristic of the Maltese Entrepreneur. International
Journal of Arts and Sciences, 3(7), 292-312.
Hisrich, R.D. dkk., (2005). Entrepreneurship. sixth edition. New York: McGrawHil.
Li, Z. & Liu, Y. (2011). Entrepreneurship Education And Employment
Performance. Journal of Chinese Entrepreneurship: Emerald group Publishing
Limited.
Yusuf, Ahmad. & Handoyo, S. (2013). Kepribadian Entrepreneur Pada Mahasiswa
Universitas Airlangga. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol. 2 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai