Anda di halaman 1dari 25

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi

Penelitian

Sumber dan Metode Pengumpulan Data


Disusun oleh:
Kelompok 5:
Ahmad Daud (1511031131)
Khairur Ichsan (1511031123)
Monika Basama (1511031130)
Ronny Helmawan (1511031169)
Rozqi Hakiki (1511031126)

JURUSAN S1 AKUNTANSI
PROGRAM STAR BPKP BATCH II
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

A. Pengertian Data
Pengertian data adalah kumpulan kejadian yang diangkat dari suatu kenyataan
(fakta), dapat berupa angka-angka, huruf, simbol-simbol khusus, atau gabungan
dari ketiganya. Data masih belum dapat 'bercerita' banyak sehingga perlu diolah
lebih lanjut.
Menurut kamus oxford definis data adalah "facts or information used in deciding
or discussing something". Terjemahan bebasnya: "fakta atau informasi yang
digunakan dalam menentukan atau mendiskusikan sesuatu". Juga bisa berarti
"information prepared for or stored by a computer" dalam bahasa Indonesia
berarti "informasi yang disiapkan untuk atau disimpan oleh komputer".
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian data adalah keterangan
yang benar dan nyata. Atau keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan
bahan kajian (analisis atau kesimpulan).
B.

Jenis Data
Sumber data penelitian yaitu sumber subjek dari tempat mana data bisa
didapatkan.

Jika

peneliti

memakai

kuisioner

atau

wawancara

didalam

pengumpulan datanya, maka sumber data itu dari responden, yakni orang yang
menjawab pertanyaan peneliti, yaitu tertulis ataupun lisan. Sumber data
berbentuk responden ini digunakan didalam penelitian.
1. Berdasarkan Tipe Penelitian
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dapat diinput ke dalam skala pengukuran
statistik. Fakta dan fenomena dalam data ini tidak dinyatakan dalam
bahasa alami, melainkan dalam numerik.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dapat mencakup hampir semua data nonnumerik. Data ini dapat menggunakan kata-kata untuk menggambarkan
fakta dan fenomena yang diamati.

2. Berdasarkan Sumber
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau
dirinya sendiri. Ini adalah data yang belum pernah dikumpulkan
sebelumnya, baik dengan cara tertentu atau pada periode waktu tertentu.
b. Data Sekunder
Data seunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, bukan
peneliti itu sendiri. Data ini biasanya berasal dari penelitian lain yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi seperti BPS dan lainlain.
3. Berdasarkan Cara Memperoleh
a. Data Observasional
Data observasi adalah data yang ditangkap in situ. Data ini sekali jadi
atau tidak bisa diulang, diciptakan atau diganti.
b. Data Wawancara
Data wawancara adalah data yang diperoleh melalui tanya-jawab antara
peneliti dan informan. Data ini bisa divalidasi menggunakan triangulasi.
c. Data Eksperimental
Data eksperimental adalah data yang dikumpulkan dalam kondisi
terkendali, in situ atau berbasis laboratorium dan harus bisa direproduksi.
d. Data Simulasi
Data simulasi adalah data hasil dari penggunaan model dan metadata di
mana input lebih penting daripada output. Contoh: model iklim, model
ekonomi, model kosmologi dan lain-lain.
e. Data Referensi atau Kanonik
Data Referensi atau kanonik adalah data statis atau koleksi organik (peerreviewed) Contoh: menggunakan data urutan gen yang sudah tersedia,
struktur kimia, data sensus dan lain-lain.
f. Data Derivasi atau Kompilasi
Data derivasi atau kompilasi adalah data reproduksi. Contoh: kompilasi
database yang sudah ada untuk membangun struktur 3D.
4. Berdasarkan Format Berkas
a. Data Kuantitatif Contoh: SPSS, SAS, Microsoft Ecel, XML dan lain-lain.

b. Data Kualitatif Contoh: Microsoft Word, Rich Text Format, HTML dan lainlain.
c. Data Geospatial Contoh: ESRI Shapefile, Geo-referenced TIFF, CAD
data, Tabular GIS attribute data, MapInfo Interchange Format, dan lainlain.
d. Data Digital Image Contoh: TIFF, JPEG, Adobe Portable Document
Format (PDF) dan lain-lain.
e. Data Digital Audio Contoh: Free Lossless Audio Codec, Waveform Audio
Format, MPEG-1 Audio Layer, Audio Interchange File Format dan lainlain.
f. Data Digital Video Contoh: MPEG-4 High Profile, Motion JPEG 2000, GIF
dan lain-lain.
5. Berdasarkan Subjek Kedokteran
a. Data

Diagnosis

Contoh:

subklasifikasi

penyakit

atau

histologi,

sitogenetika, penanda molekuler dan lain-lain.


b. Data Demografi Contoh: sosial ekonomi informasi, jenis kelamin, usia,
ras/etnis dan lain-lain.
C.

Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.
Apabila penelitian menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan
datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang meresponatau
menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa
berupa benda, gerak atau proses tertentu. Contohnya penelitian yang
mengamati tumbuhnya jagung, simber ddatanya adalah jagung, sedangkan
objek penelitiannya adalah pertumbuhan jagung.
Jadi yang dimaksud sumber data dari uraian diatas adalah subyek penelitian
dimana data menempel. Sumber data dapat berupa benda, gerak, manusia,
tempat dan sebagainya.
Sedangkan sumber data dalam PSBK adalah merupakan data yang diperoleh
yang berkaitan dengan penelitian sosial budaya keagamaan itu sendiri baik
dengan metode kuisioner maupun observasi.

Ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan


kekayaan data yang diperoleh. jenis sumber data terutama alam penelitian
kualitatif dapat diklasifikassikan sebagai berikut:
1. Narasumber (informan)
Dalam penelitian kuantitatif sumber data ini disebut Responden, yaitu orang
yang memberikan Respon atau tanggapan terhadap apa yang diminta atau
ditentukan oleh peneliti. Sedangkan pada penelitian kualitatif posisis nara
sumber sangat penting, bukan skedar memberi respon, melainkan juga
sebagai pemilik informasi.
Karena itu, ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber
informasi, sumber data) atau disebut juga subyek yang diteliti. Karena ia juga
aktor atau pelaku yang ikut melakukan berhasil tidaknya penelitian
berdasarkan informasi yang diberikan.
2. Peristiwa Atau Aktivitas
Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap
peristiwa atau aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari
peristiwa atau kejadian ini, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana
sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara
langsung.
Dengan mengamati sebuah peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat melakukan
cross check terhadap informasi verbal yang diberikan oleh subyek yang
diteliti.
2. Tempat atau Lokasi
Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi tentang
kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber
lokasi peristiwa atau aktivitasyang dilakukan bisadigali lewat sumber
lokasinya,

baik

yang

merupakan

tempat

maupun

tempat

maupun

lingkungnnya.
3. Dokumen atau Arsip
Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumen
tertulis seperti arsip data base surat-surat rekaman gambar benda-benda
peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan

penelitian.

Hal

ini

berkaitan

dengan

bagaimana

cara

mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.


Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data
diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber
tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan
sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar
cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera
photo dan lainnya.
Teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1. Teknik Survei
Teknik survey merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan
dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden.
Dalam penelitian survei, peneliti meneliti karakteristik atau hubungan sebab
akibat antar variabel tanpa adanya intervensi peneliti.
Adapun pengertian penelitian survei menurut para ahli, yaitu :
1) W. Lawrence Neuman (2006) berpendapat bahwa penelitian survei adalah
penelitian yang dilakukan pada populasibesar maupun kecil, data yang
dipelajari diambil dari populasi tersebut sehingga dapat ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antarvariabel, sosiologis
maupun psikologis.
2) Menurut M. Ali (2010), survei pada dasarnya merupakan pemeriksaan
secara teliti tentang fakta atau fenomena perilaku dan sosial terhadap
subyek dalam jumlah besar. Dalam riset pendidikan, survai bukan sematamata dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi, seperti tentang
pendapat atau sikap, tetapi juga untuk membuat deskripsi komprehensif
maupun untuk menjelaskan hubungan antar berbagai variabel yang diteliti.

3) Menurut Purwanto (2010), metode survei adalah penyelidikan yang


diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan
mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial,
ekonomi, atau politik, dari suatu kelompok atau suatu daerah
Tujuan Survei
Penelitian survey menurut Soehartono (2000:54) diklasifikasikan mempunyai
dua tujuan:
1) Bertujuan untuk memberikan gambaran/penjelasan tentang sesuatu
Survey dapat dilakukan dengan tujuan semata-mata untuk memberikan
gambaran tentang sesuatu. survey semacam itu disebut survey deskriptif.
Survey deskriptif berkaitan dengan situasi yang memerlukan teknik
pengumpulan data tertentu seperti wawancara, angket, atau observasi.
Apabila survey deskriptif ini menggunakan teknik statistik, maka statistik
yang digunakan adalah statistik deskriptif (tendensi sentral, ukuran
penyebaran, dan ukuran korelasi).
2) Bertujuan untuk melakukan analisis
Data dalam survey analitik biasanya merupakan data kuantitaif. Maksud
metode survey analitik untuk menarik kesimpulan dan menafsirkan data
atau pengujian hipotesis. Statistik yang digunakan adalah statistik
inferensial.
Jenis Survei
Ada beberapa kategori penelitian survei dilihat dari proses pelaksanaannya
dan perlakuan terhadap sampel.
1) Survei Sekali Waktu (Cross-sectional Survei). Data hanya dikumpulkan
untuk waktu tertentu saja dengan tujuan menggambarkan kondisi populasi.
2) Survei Rentang Waktu (Longitudinal Survei). Survei dilakukan berulang
untuk mengetahui kecenderungan suatu fenomena dari waktu ke waktu.
3) Survei Tracking/Trend. Survei dilakukan pada populasi yang sama namun
dengan

sampel

berbeda

untuk

mengetahui

kecenderungan

suatu

fenomena dari waktu ke waktu.


4) Survei Panel. Survei dilakukan terhadap sampel yang
memahami suatu fenomena dari waktu ke waktu.

sama untuk

5) Survei Cohort. Survei dilakukan pada sekelompok populasi yang spesifik

untuk mengetahui perkembangan suatu fenomena dari waktu ke waktu.


Tahapan Survei
1) Menentukan masalah penelitian
Setiap penelitian diawali dari adanya masalah. Masalah Penelitian adalah
konseptualisasi (pemakaian konsep) atas sebuah fenomena atau gejala
sosial yang akan diteliti.
2) Menentukan konsep dan desain penelitian
Desain penelitian merupakan konseptualisasi atas sebuah fenomena atau
gejala sosial yang akan diturunkan menjadi variabel-variabel penelitian
sampai ke tingkat indikator. Jika digambarkan secara sistematis, maka
desain penelitian survei tampak dalam hierarki sebagai berikut:
a. Teori
b. Konsep
c. Variabel
d. Dimensi
e. Indikator
f. Skala/ Pengukuran
g. Pertanyaan
3) Mengembangkan instrumen survei (menyusun kuisioner/ pertanyaan)
Tahap selanjutnya yaitu mengembangkan instrumen penelitian dari matriks
menjadi daftar pertanyaan. Dalam penelitian survei, data dapat diperoleh
dengan berbagai alternatif cara pengumpulan data. Berikut adalah
beberapa teknik pengumpulan data dalam survei:
a. Kuesioner langsung
b. Kuesioner via pos
c. Wawancara tatap muka
d. Wawancara via telepon
e. Pengisian kuesioner via komputer
f. Wawancara online (chatting, dsb)
g. Polling
Dari sekian banyak teknik, kuesioner merupakan teknik yang dianggap paling
efisien. Meski demikian, kuesioner memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan:
a. Relatif hemat biaya dan waktu
b. Anonimity (jaminan kerahasiaan)
c. Keseragaman kata dan istilah
d. Tidak ada bias pewawancara
e. Menjangkau banyak responden
Kelemahan:
a. Tidak fleksibel
b. Tidak ada kendali atas urutan pertanyaan

c. Ada pertanyaan tidak terjawab


d. Respons rate rendah (terutama bila melalui pos)
e. Hanya perilaku verbal yang tercatat
f. Tidak bisa merekam jawaban spontan
Tahap akhir dalam menyusun instrumen penelitian survei adalah menurunkan
matriks operasionalisasi ke dalam item-item pertanyaan. Pertanyaan survei
yang baik dapat menjaring informasi yang lebih tepat. Berikut adalah ciri-ciri
pertanyaan penelitian yang baik:
a. Jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana
b. Padat
c. Spesifik
d. Bisa dijawab
e. Memiliki relevansi dengan responden
f. Tidak menggunakan kalimat negatif
g. Hindari menggunakan terminology yang bias
h. Hindari menanyakan dua hal sekaligus dalam suatu pertanyaan
Pertanyaan survei yang baik dapat menjaring informasi yang lebih tepat.
Berikut adalah ciri-ciri pertanyaan penelitian yang baik:
a. Jelas dan menggunakan bahasa yang sederhana
b. Padat
c. Spesifik
d. Bisa dijawab
e. Memiliki relevansi dengan responden
f.Tidak menggunakan kalimat negatif
g. Hindari menggunakan terminology yang bias
h. Hindari menanyakan dua hal sekaligus dalam suatu pertanyaan
4) Pengambilan sampel
Menentukan sampel artinya memilih teknik dan metode yang akan
digunakan untuk mengambil sampel yang didasarkan pada keadaan dan
kebutuhan data penelitian, keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga untuk
meneliti suatu populasi menyebabkan perlunya dilakukan penentuan
sampel.
5) Pengumpulan dan pengolahan data
Pengumpulan data merupakan aksi langsung ke lapangan yang artinya
mengumpulkan data. Dalam kaitan ini peneliti dalam riset survei tidak
harus turun sendiri ke lapangan. Sesuai dengan perannya, peneliti dapat
mengambil salah satu peran, beberapa peran, atau semua peran sekaligus
dalam penelitian survei. Posisi tersebut yakni:
a. Pembuat desain instrumen/konseptor riset
b. Pengumpul data/enumerator
c. Pengolah dan interpreter data/analis
d. Penyusun laporan
Pemeriksaan data dilakukan dengan beberapa langkah:

a. Menyortir kuesioner yang masuk apakah layak diproses atau didrop,


misalnya untuk jawaban yang tidak lengkap
b. Memberi nomor kuesioner sebagai kendali
c. Memeriksa kelengkapan jawaban dan kejelasan makna jawaban
d. Memeriksa konsistensi antar jawaban dan relevansinya
6) Analisis Data
Agar dapat menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesis,
peneliti harus memilih teknik analisis data yang tepat. Karena penelitian
survei menyangkut banyak kasus, maka umumnya teknik analisis data
berhubungan dengan statistik. Analisis data dilakukan tidak hanya dengan
membaca data, tapi juga menghubungkan data yang diperoleh dari hasil
pengolahan data dan sejumlah informasi lainnya. Peneliti perlu melakukan
komparasi teoritis untuk mengkritisi fenomena yang dikaji, atau sebaliknya,
mengkritisi teori yang ada.
7) Membuat kesimpulan
Tahap terakhir dari rangkaian

penelitian

survei

adalah

membuat

kesimpulan.
Cara membuat kesimpulan:
a. Perhatikan permasalahan dan tujuan penelitian
b. Perhatikan hipotesis
c. Buat kesimpulan umum
d. Buat kesimpulan-kesimpulan khusus
e. Kesimpulan harus bersandar pada hasil analisis data dan hasil
interpretasi data
Kelebihan dan Keterbatasan Survei
Sebagaimana umunya sebuah metode penelitian, survei juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Menurut Wimmer dan Dominick (2003: 167-168),
kelebihan survei meliputi sejumlah aspek, yaitu:
1) Dapat digunakan untuk melakukan investigasi masalah dalam setting yang
alamiah

tanpa

harus

dilakukan

dalam

laboratorium

atau

melalui

perancangan suatu kondisi tertentu. Karenanya, survei dapat menguji polapola perilaku bermedia, seperti membaca surat kabar, menonton televisi,
mendengarkan radio, dan sebagainya.
2) Dari sisi pembiayaan, survei paling masuk akal karena dapat disesuaikan
dengan jangkauan informasi yang ingin dikumpulkan.
3) Data yang luas dapat dikumpulkan dari responden yang bervariasi dengan
cara yang relatif mudah, sebab survei memperbolehkan peneliti memilih

dan menguji sejumlah variabel. Peneliti juga dapat menggunakan beragam


statistik untuk menganalisis data.
4) Survei tidak dihalangi oleh batas-batas gegografi dan dapat dilakukan di
mana saja, tergantung kepentingan dan sumber daya yang dimiliki oleh
peneliti.
5) Data yang telah ada di lapangan memberikan kemudahan survei, seperti
dokumen-dokumen

pemerintah,

data

sensus,

rating

media,

dan

sebagainya.

Di samping kelebihan tersebut, survei pun memiliki sejumlah keterbatasan


sebagimana disampaikan Wimmer dan Dominick (2003: 168) dan Rahayu
(2008: 76), yaitu:
1) Variabel independen tidak dapat dimanipulasi seperti halnya metode
eksperimental. Tanpa kontrol pada variabel independen, peneliti tidak dapat
meyakini sepenuhnya apakah hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen memiliki hubungan sebab akibat (causal) atau
bukan (noncausal). Survei hanya mampu memproyeksikan ada-tidaknya
hubungan antara kedua variabel tersebut, sebab untuk menilai hubungan
sebab akibat (causal linked) terdapat sejumlah variabel yang kemungkinan
berada di antara keduanya.
2) Instrumen kuesioner memiliki potensi bias yang cukup besar karena
pertanyaan yang tertuang di dalamnya tidak selalu menampung persoalan
penelitian. Selain itu, ada kemungkinan kuesioner dipahami secara
berbeda oleh responden.
3) Ada kemungkinan responden yang terlibat dalam survei tidak sesuai
dengan karakteristik sampel yang dituju. Misalnya, dalam wawancara
melalui telepon, responden bisa saja mengklaim dirinya berkesesuaian
dengan

karakteristik

tertentu

(umur,

pendidikan,

pekerjaan,

dan

sebagainya).
4) Beberapa survei cukup sulit dilakukan, terutama terkait dengan kesediaan
berpartisipasi.
5) Survei tak cukup fleksibel menangkap sejumlah perbedaan atau perubahan
sosial yang terjadi karena tidak mampu diprediksi sebelumnya oleh peneliti.

6) Survei mensyaratkan kerangka operasional yang ketat, sedangkan tidak


semua fenomena dapat diukur atau terukur sehingga survei tidak bisa
menjangkau semua persoalan.
7) Survei terlalu mengandalkan statistik sehinga mereduksi data-data kualitatif
yang sebenarnya dapat memperkaya penjelasan sebuah persoalan.
2. Teknik Observasi

Observasi

(observation)

merupakan

teknik

atau

pendekatan

untuk

mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya.


Pendekatan observasi berbeda dengan pendekatan komunikasi karena tidak
berinteraksi langsung dengan objek datanya, tetapi hanya mengobservasi
saja. Oleh karena itu, pendekatan observasi baik untuk mengamati suatu
proses, kondisi, kejadian-kejadian atau perilaku manusia dimana untuk
mengumpulkan data dapat dilakukan dengan:
a. Mengamati (dengan mata)
b. Mendengarkan (dengan telinga)
c. Membaca (dengan pikiran)
d. Mencium (dengan hidung)
e. Meraba (dengan tangan)
Pedoman Observasi:
a. Memiliki pengetahuan mengenai apa yang akan diobservasi.
b. Menyelidiki tujuan penelitian
c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi
d. Membatasi macam tingkat kategori secara tegas.
e. Berlaku sangat cermat dan kritis.
f. Mencatat tiap gejala secara terpisah.
Klasifikasi Pendekatan Observasi
a. Observasi Perilaku (Behavioral Observation)
a) Analisis Nonverbal (Nonverbal Analysis)
Observasi ini dapat dilakukan pada gerakan bukan ucapan.
Contoh: observasi terhadap bahasa tubuh seseorang, ekspresi wajah,
dan lain sebagainya.
b) Analisis Linguistik (Linguistic Analysis)
Observasi ini dilakukan pada analisis bahasa yang digunakan oleh
seseorang atau beberapa orang yang sedang berinteraksi.
c) Analisis Linguistik Ekstra (Extralinguistic Analysis)
Observasi ini dilakukan dengan mengobservasi empat dimensi, yaitu:
- Vokal (termasuk tinggi nada, kekerasan, kualitas)
- Tempo (termasuk kecepatan bicara, durasi, dan ritmenya)
- Interaksi (termasuk tendensi untuk menginterupsi pembicaraan,
-

mendominasi)
Cara bicara (termasuk kosa kata, dialek, dan ekspresi bicara)

d) Analisis Spatial (Spatial Analysis)


Observasi ini mengobservasi hubungan antarorang secara fisik.
Contoh: observasi tentang bagaimana salesman secara fisik
mendekati pelanggan.
b. Observasi Nonperilaku (Nonbehavioural Observation)
a) Analisis Catatan (Record Analysis)
Observasi ini berupa pengumpulan data baik dari catatan data
sekarang atau catatan data historis.
b) Analisis Kondisi Fisik (Physical Condition Analysis)
Observasi ini dilakukan terhadap data kondisi fisik seperti fisik
persediaan, kondisi keamanan pabrik.
c) Analisis Proses Fisik (Physical Process Analysis)
Observasi ini dapat berupa observasi pada time and motion dari suatu
proses, prosedur-prosedur akuntanis, dan lain sebagainya.
Melakukan Observasi
Observasi dapat berupa:
a. Observasi yang sederhana
Observasi yang tidak mempunyai pertanyaan-pertanyaan riset.
Observasi ini digunakan di penelitian exploratori yang belum diketahui
dengan jelas variabel-variabel yang akan digunakan.
b. Observasi yang terstruktur
Observasi yang mempunyai prosedur standar yang terstruktur.
Langkah-langkah terstruktur tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menentukan data yang akan diobservasi
b) Membuat rencana pengumpulan datanya
c) Memilih dan melatih pengamat
d) Mencatat atau merekam yang diobservasi
Berdasarkan subjek yang diobservasi:
a. Observasi Tersembunyi (Concealed Observation)
Teknik observasi dimana subjek yang menjadi pusat penelitian kita
sepenuhnya tidak menyadari bahwa mereka sedang diobservasi untuk
mengurangi bias pengobservasi tetapi mendatangkan masalah etika.
Contoh: mystery shopper-sebuah toko eceran menyewa sebuah
perusahaan penelitian untuk mengirimkan peneliti melakukan observasi
dengan cara menyamar sebagai konsumen biasa.
b. Observasi Terang-terangan (Unconcealed Observation)
Metode observasi dimana subjek menyadari bahwa mereka sedang
diobservasi yang dapat menimbulkan potensi bias.
Contoh: observasi terhadap karyawan baru yang sedang berinteraksi di
sebuah restoran dengan pelanggan restoran tersebut.
Validitas Observasi

Kehadiran pengamat secara fisik di lokasi observasi dapat mengganggu


subjek yang diobservasi. Reactivity Response merupakan respons subjek
yang berubah akibat kehadiran pengamat.
Unobstructive Measure cara pemecahan yang diusulkan yaitu melalui
observasi tidak langsung yang kreatif (Webb et al. 1999) Misalnya melalui
lacak fisik yaitu dengan melihat keusangan benda sebagai akibat digunakan.
Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Kelebihan metode observasi adalah sebagai berikut:
a. Untuk data berupa catatan dan prosedur mekanik, observasi merupakan
satu-satunya cara yang dapat dilakukan.
b. Data dapat diperoleh secara orisinal pada saat terjadinya. Peneliti dapat
melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain, khususnya
orang yang berada dalam lingkungan tersebut karena dianggap telah
biasa terjadi.
c. Menghindari data yang dilupakan atau disaring atau tidak terungkap jika
digunakan metode pengumpulan data yang lain.
d. Data diperoleh langsung dari pengaturan alamiah (natural setting) yang
belum diubah atau dibuat oleh peneliti.
e. Tidak menanyakan langsung kepada responden sehingga tidak membuat
responden tertekan.
f. Peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga
memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial
yang diteliti.
Kelemahan metode observasi adalah sebagai berikut:
a. Proses observasi biasanya lama dan mahal.
b. Kejadian yang akan diobservasi kadangkala belum jelas kapan akan
terjadinnya dan dapat terjadi setiap waktu tanpa terduga.
Contoh: mengobservasi badai tornado yang akan terjadi (sulit menentukan
kapan badai tersebut akan terjadi).
c. Hanya melihat bagian yang tampak saja, tetapi bagian yang tidak terlihat
tidak dapat diobservasi, seperti persepsi orang.
d. Pengamat tidak dapat mengontrol lingkungan terjadinya sehingga tidak
dapat melakukan eksperimen apa yang akan terjadi apabila kondisi
lingkungannya berbeda.

e. Terbatas pada kejadian yang sedang terjadi pada saat dan tempat tertentu
saja.
3. Teknik Wawancara
Wawancara adalah komunikasi dua arah untuk

mendapatkan data dari

responden. Wawancara dapat berupa wawancara personal, wawancara


intersep dan wawancara telepon.
1) Wawancara Personal dan Wawancara Intersep
Wawancara personal yaitu wawancara dengan melakukan tatap muka
langsung dengan responden. Wawancara Intersep yaitu sama dengan
wawancara personal tetapi responden dipilih dilokasi lokasi umum, misal
di mall.
a. Faktor-faktor sukses wawancara personal
Beberapa faktor sukses dalam wawancara personal adala sebagai berikut
ini.
a) Responden yang dipilih harus mempunyai informasi yang diinginkan.
b) Responden harus bersedia bekerja sama dengan baik sehingga
bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan oleh wawancara.
b. Permasalahan-permasalahan wawancara
Permasalahan utama di wawancara
responden yaitu

jawaban yang

adalah terjadinya

kesalahan

tidak sesuai dengan kenyataan.

Kesalahan responden terjadi karena sebagai berikut:


a) Pewawancara gagal membuat responden bekerja sama dengan baik
yang akibatnya responden memberikan jawaban bias. Solusinya yaitu
pewawancara harus membuat responden bekerja sama dengan baik.
b) Pewawancara gagal melakukan wawancara dengan prosedur yang
benar dan konsisten
c) Pewawancara gagal

menciptakan

lingkungan

wawancara

yang

menyenangkan. Jawaban responden dapat bias karerna responden


merasa tidak nyaman atau tidak aman.
d) Pewawancara gagal menagkap jawaban yang tidak jujur dari
responden. Masalah ini merupakan masalah yang sering terjadi yaitu
responden memberikan jawaban yang sekenanya dan tidak jujur.
Permasalahanya adalah responden merasa tidak bertanggung jawab
dan ingin wawancara cepat selesai.

e) Pewawancara gagal mempengaruhi perilaku responden. Kadangkala


jawaban responden bias karena pewawancara mempengaruhi perilaku
responden

dengan

tidak

tepat,

misalnya

dengan

pertanyaan-

pertanyaan yang tidak tepat. Solusinya adalah wawancara dilakukan


dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah terstruktur.
f) Pewawancara gagal mencatat jawaban dengan lengkap dan akurat.
Solusinya adalah dengan merekam wawancara. Selain itu kelengkapan
data, juga untuk bukti keberadaan data.
g) Bias, karena kehadiran fisik. Kehadiran pewawancara dapat membuat
cemas responden. Solusinya adalah membuat suasana menjadi
nyaman.
h) Bias, karena respon terjadi akibat responden tidak mempunyai
pengetahuan yang akan diwawancarainya.
i) Bias yang lain dari responden adalah karena pertanyaan menyangkut
daerah pribadi responden seperti umur, masalah-masalah pribadi,
kekayaan dan lain sebagainya.
c. Validitas Wawancara Personal
Masalah utama dalamwawancara personal adalah responden tidak
menjawab dengan benar. Umumnya jawaban responden yang tidak benar
ini karena responden tidak memahami pertanyaan yang diajkukan atau
responden enggan menjawab sebenarnya karena menyangkut masalah
pribadi. Teknik Probing dapat digunakan untuk mengatasi hal ini.
Probing adalah teknik untuk menstimulasi responden menjawab lebih
banyak dan lebih relevan. Beberapa cara probing adalah sebagai berikut.
a) Pewawancara memberikan kesan mengerti dan mendengarkan.
Ekspresi pewawancara sangat penting untuk meyakinkan jawaban
responden,

misalnypa

dengan

menganggukkan

kepala.

Untuk

penekanan mungkin pewawancara dapat berkata saya mengerti dan


mendengarkan
b) Memberi waktu responden untuk berbicara lagi setelah responden
mengakhiri kalimatnya.
c) Mengpulangi pertanyaan jika responden ragu-ragu atau tidak mengerti
pertanyaannya.
d) Mengulang jawaban responden
e) Memberi pertanyaan netral seperti apa yang anda maksud? terus
bagaimana?

f) Memberikan pertanyaan klarifikasi jika jawaban melenceng atau tidak


jelas.
g) Meyakinkan bahwa topik wawancara penting.
h) Membuat situasi wawancara menyenangkan.
i) Meyakinkan baha responden adalah orang yang suka membantu.
j) Menghindari mempermalukan responden.
k) Menghindari isi wawancara yang tidak disukai responden.
l) Menghindari rasa takut responden untuk berbartisipasi.
d. Kebaikan-kebaikan wawancara personal
Kebaikan-kebaikan dari wawancara adalah sebagai berikut.
a) Kerjasama yang baik dari responden dapat dilakukan.
b) Pewawancara dapat melakukan probing untuk mengurangi jawaban
bias
c) Bantuan visual khusus atau alat penilai lainya dapat dilakukan
d) Responden yang tidak mempunyai pengetahuan dapat diidentifikasi
e) Pewawancara dapat menyaring responden sesuai dengan yang
dibutuhkan.
e. Kelemahan kelemahan Wawancara Personal
Sebaiknya,

kelemahan-kelemahan

atau

kejelekan-kejelekan

dari

wawancara adalah sebagai berikut ini.


a) Biaya mahal jika responden tidak dapat mudah diakses.
b) Membutuhkan pewawancara yang terlatih.
c) Waktu pengumpulan data lama.
d) Beberapa responden tidak mau berbicara dengan orang yang tidak
dikenal di rumahnya.
e) Beberapa area pemukiman sulit untuk dijangkau.
f) Responden dapa diatur atau dilatih oleh pewawancara untuk menjawab
sesuai kehendak pewawancara.
2) Wawancara Lewat Telepon
Wawancara telepon merupakan wawancara yang dilakukan lewat telepon,
banyak dilakukan apabila respondennya cukup banyak dan menyebar
dan tidak dapat didatangi satu per satu. Wawancara lewat telepon juga
dapat diprogramkan lewat komputer. Sistem ini disebut dengan CATI
(Computer Administered Telephone Interview) yaitu komputer akan
menelepon nomor telepon yang sudah diprogramkam, mengajukan
pertanyaan dan responden menjawab dengan menekan tombol-tombol di
telepon dan jawaban dapat langsung disimpan oleh komputer.
a. Kebaikan-kebaikan wawancara telepon
Berikut ini adalah kebaikan-kebaikan dari wawancara cara telepon.
a) Biaya lebih murah dibandingkan dengan wawancara personal.

b) Letak geografi responden dapat lebih luas dan menyebar tanpa


peningkatan biaya yang tinggi.
c) Hanya membutuhkan sedikit atau tidak membutuhkan pewawancara
sama sekali.
d) Mengurangi bias dari wawancara.
e) Waktu penyelesaian yang cepat.
f) Akses yang lebih baik ke responden karena dapat ditelpon berkalikali jika belum tersambung.
g) Dapat digunakan pada komputer untuk menelepon dengan nomor
telepon yang acak.
h) Dapat menggunakan CATI sehingga data dapat langsung direkam di
komputer.
b. Kelemahan-kelemahan Wawancara Telepon
Kelemahan-kelemahan dari wawancara telepon adalah sebagai
berikut.
a) Tingkat respon lebih rendah dibandingkan dengan wawancara
pribadi.
b) Biaya pulsa telepon mahal jika menyebar secara geografi.
c) Banyak nomor telepon yang tidak tercatat.
d) Respon dapat tidak selesai jika sambungan telepon terputus di
tengah.
e) Ilustrasi tidak dapat digunakan sewaktu wawancara.

4. TEKNIK EKSPERIMEN
Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan untuk mendapatkan data
laboratorium

adalah

teknik

eksperimen

dan

simulasi.

Eksperimen

(experiment) adalah suatu studi yang melibatkan keterlibatan peneliti


memanipulasi beberapa variabel, mengamati dan mengobservasi efeknya.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa peneliti eksperimen tidak hanya
melakukan pengukuran saja, tetapi juga melakukan intervensi lainnya.
Intervensi yang umum dilakukan adalah memanipulasi beberapa variabel,
mengamatinya dan mengobservasi efeknya terhadap subjek yang diteliti.
Variabel-variabel yang dimanipulasi atau yang diberi treatmen adalah
variabel-variabel independen dan variabel yang diamati efeknya adalah
variabel dependen.
4.1. Perbedaan Eksperimen dengan Eksperimen-Kuasi

Eksperimen atau sering disebut eksperimen-betulan (true experiment)


berbeda dengan eksperimen-kuasi (quasi-experiment). Secara umum
perbedaannya adalah sebagai berikut:
1) Eksperimen-berulan dilakukan dengan memanipulasi secara ekplisit
terhadap satu atau lebih variabel independen dan membagi subjek
kedalam grup eksperimen dan grup kontrol. Sebaliknya, untuk
eksperimen-kuasi, data yang digunakan adalah expost-facto yaitu
data yang berasal dari aktivitas atau kejadian yang sudah terjadi yang
tidak diintervensi oleh peneliti.
2) Untuk eksperimen-betulan, metode randomisasi (randomization)
digunakan untuk mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh
variabel-variabel

ekstrani

(extraneous

variables).

Randomisasi

dilakukan dengan memilih subjek secara random dari populasinya.


Randomisasi hanya dapat dilakukan jika peneliti mempunyai kontrol
yang penuh untuk memanipulasi variabel-variabel independen. Cara
untuk mengurangi atau menghilangkan variabel-variabel ekstrani ini
tidak dapat dilakukan untuk riset yang variabel-variabel di lingkungan
nyatanya yang tidak dapat diobservasi dan tidak dapat dimanipulasi.
Dengan demikian, untuk eksperimen-kuasi, randomisasi tidak dapat
dilakukan dan metode yang dapat dilakukan adalah pair-matching.
Tabel 7.1
Perbedaan eksperimen-betulan dengan eksperimen-kuasi
Eksperimen-betulan
- Dilakukan dengan memanipulasi

Eksperimen-kuasi
- Tidak dilakukan manipulasi secara

secara eksplisit terhadap satu atau

eksplisit,

tetapi

manipulasi

lebih variabel independen.

terhadap

variabel

independen

sudah

terjadi

karena

suatu

peristiwa yang tidak diintervensi


- Data

eksperimen

berupa

oleh peneliti.
fakta - Data berupa fakta yang sudah

terjadi sebelumnya (ex-post facto).


yang sedang terjadi di eksperimen.
- Grup eksperimen dibentuk dari - Grup eksperimen dibentuk dari
subjek-subjek yang diberi treatmen

subjek-subjek

yang

sudah

atau dimanipulasi dan grup kontrol

mendapat

treatmen

akibat

dibentuk dari subjek-subjek yang

peristiwa atau kejadian tertentu

yang sudah terjadi dan grup kontrol


dibentuk dari subjek-subjek yang

tidak diberi treatmen.

tidak mendapat treatmen peristiwa


tersebut.

- Metode

randomisasi

digunakan

untuk

mengurangi

bahkan

pair-

kontrol.

variabel ekstrani.
digunakan

metode

matching untuk membentuk grup

menghilangkan pengaruh variabel-

4.2. Randomisasi
Randomisasi

Menggunakan

untuk

meminimalkan

atau

bahkan

menghilangkan pengaruh dari variabel ekstrani (extraneous variable).


Randomisasi

(randomization)

melibatkan

pemilihan

subjek-subjek

penelitian secara random dari populasinya dan kemudian memberi


subjek-subjek itu dengan kondisi-kondisi tertentu yang juga dilakukan
secara random. Di cara randomisasi ini, grup kontrol dapat dibuat atau
tidak dibuat. Randomisasi untuk sampel yang besar, walaupun grup
kontrol tidak dibuat, tetapi dapat diperoleh suatu grup eksperimen
(experiment group) yang mirip dengan grup kontrol (control group).
Grup eksperimen (experiment group) atau disebut juga dengan sampel
eksperimen (experiment sample) atau grup treatmen (treatment group)
adalah sebuah grup atau sampel yang berisi item-item data yang berisi
dengan hasil suatu treatmen. Sedang grup kontrol (control group) atau
sampel control (control sample) adalah sebuah grup atau sampel yang
berisi dengan item-item data yang bukan hasil dari treatmen. Dengan
demikian, jika kedua sampel dipilih secara acak atau random, maka
item-item data di kedua sampel tersebut diharapkan mempunyai
karakteristik yang sama termasuk pengaruh dari variabel ekstrani dan
yang membedakan adalah hanya karena treatmennya saja.
4.3. Pair-Matching
Randomisasi baik untuk mengontrol efek variabel ekstrani untuk
eksperimen-betulan, karena periset dapat menyeleksi dan mengontrol
variabel-variabel

independennya.

Untuk

eksperimen-kuasi

yang

perisetnya tidak dapat mengontrol variabel-variabel independennya,


cara yang dapat digunakan untuk mengontrol efek variabel ekstrani

adalah metode padanan-sepasang (pair-matching). Padanan-sepasang


(pair-matching) dilakukan dengan cara masing-masing item di sampel
eksperimen dipadankan dengan item di sampel kontrol dengan
karakteristik yang sama (atau mendekati sama jika tidak mungkin sama
persis) dengan yang berbeda hanya kategorinya. Karakteristik yang
sama ini misalnya industri yang sama, ukuran perusahaan yang sama
(atau mendekati sama), umur perusahaan yang sama, risiko (atau
hampir sama) dan lain sebagainya.
Dengan cara randomisasi, grup kontrol dapat dibuat atau tidak dibuat.
Jika grup kontrol dibuat akan lebih baik karena hasil dari grup kontrol
dapat dibandingkan dengan hasil di grup eksperimen. Untuk cara
padanan-sepasang ini, grup kontrol harus dibuat karena item-item di
grup kontrol merupakan padanan-sepasang dari item0item di grup
eksperimen.
4.4. Validitas Internal
Validitas Internal (internal validity) adalah pengukur seberapa benar atau
valid kausalitas terjadi, yaitu seberapa benar variasi di variabel
dependen diakibatkan oleh variasi dari variabel-variabel independennya.
Riset disain yang baik harus mempunyai validitas internal yang kuat.
Ada beberapa hal penyebab ancaman terhadap validitas internal yaitu
sebagai berikut:
1) Histori (history)
Peristiwa-peristiwa yang tejadi antara periode sebelum tes dengan
sesudah tes yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Selama
eksperimen dilakukan, subjek mendapat treatmen atau manipulasi.
Akan tetapi, peristiwa lain dapat terjadi selama pemberian treatmen
tersebut. Misalnya, eksperimen dilakukan untuk melihat efek dari obat
peninggi badan. Tes untuk mengetahui tinggi badan awal dilakukan
terlebih dahulu sebelum eksperimen dimulai yang disebut dengan
pretest, yang hasilnya adalah P1. Subjek kemudian diberi treatmen
(X) berupa pemberian obat peninggi badan. Setelah satu bulan,
subjek diukur kembali tinggi badannya (P2) yang disebut dengan
posttest. Dengan demikian efek dari obat peninggi badan ini adalah
(P2-P1). Pertanyaannya adalah apakah selama periode antara

pretest

dengan posttest yang lamanya satu bulan tersebut tidak

terjadi peristiwa lain yang disebut dengan histori yang dapat


mempengaruhi nilai P2. Histori ini misalnya dapat berupa subjek
memakan makanan yang sangat bergizi, subjek melakukan olahraga
renang, sehingga pertambahan tinggi badan diragukan karena akibat
obat peninggi badan atau karena historinya.
2) Maturasi (maturation)
Efek waktu yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Karena
waktu yang berlalu, maka subjek dapat berubah. Misalnya perilaku
subjek berubah menjadi gusar, bosan, lelah dan lain sebagainya.
Untuk contoh obat peninggi badan, dengan berlalunya waktu selama
sebulan, tinggi badan subjek dapat tidak hanya karena obat peninggi
badannya tetapi alamiah karena waktu.
3) Pengujian ((testing)
Efek dari sebuah pengujian atau memanipulasi dapat mempegaruhi
hasil dari pengujian berikutnya karena adanya proses pembelajaran.
Dengan pembelajaran, subjek akan lebih memahami dengan belajar
dari pengujian sebelumnya dan akan berpengaruh pada hasil
pengujian berikutnya. Dengan adanya pembelajaran, pengujian kedua
dapat memberikan hasil yang berbeda kepada subjek yang pernah
mendapat pengujian pertama dengan subjek yang tidak pernah
mendapatkannya.
4) Instrumentasi (instrumentation)
Efek dari pergantian instrumen pengukur atau pengamat di
eksperimen yang dapat memberikan hasil penelitian yang berbeda.
Pergantian pengamat juga dapat mengganggu hasil penelitian,
karena pengamat yang berbeda dapat memberikan hasil pengalaman
yang berbeda yang tidak konsisten. Sebaliknya, pengamat yang tidak
pernah diganti untuk beberapa pengalaman juga dapat mengganggu
hasil penelitian karena pengamat tersebut dapat, bosan, lelah dan
penurunan mental lainnya.
5) Seleksi (selection)
Seleksi terjadi jika subjek yang dipilih mempunyai karakteristik yang
berbeda di sampel eksperimen dengan yang ada di sampel kontrol.
Untuk memenuhi validitas internal, sampel eksperimen dan sampel

kontrol harus mempunyai karakteristik yang ekuivalen dengan yang


berbeda hanya kategori atau treatmennya saja. Randomisasi dan
pairmatching dapat mengatasi seleksi ini.
6) Regresi (regression)
Ancaman validitas internal dapat terjadi jika subjek disampel-sampel
dipilih berdasarkan nilai-nilai ekstrem mereka. Validitas internal akan
terancam karena nilai subjek yang kecil akan cenderung bergeser
naik menjadi nilai yang membesar dan sebaliknya subjek nilai yang
besar akan cenderung bergeser ke nilai yang kecil yang disebut
dengan regresi.
7) Mortaliti eksperimen (experiment mortality)
Mortaliti eksperimen tejadi jika komposisi dari subjek di sampel
eksperimen yang diteliti berubah selama pengujian. Akibat dari ini
adalah anggota sampel dapat keluar dari grup. Efek ini biasanya
hanya tejadi di sampel atau grup eksperimen yang diberi manipulasi
tetapu tidak terjadi di grup kontrol yang tidak mendapat treatmen.
Ancaman-ancaman validitas internal diatas dapat diatasi dengan proses
randomisasi. Akan tetapi terdapat ancaman validitas internal yang terjadi
yang tidak dapat diatasi secara randomisasi. Ancaman-ancaman
validitas internal ini adalah sebagai berikut:
1) Difusi (diffusion) atau imitasi dari treatmen (imitation of treatment).
2) Compensatory equalization.
3) Compensatory rivalry.
4) Resentful demoralization of the disadvantaged.
4.5. Disain Eksperimen
Disain eksperimen menunjukkan bentuk dari eksperimen yang akan
dilakukan. Tujuan dari disain eksperimen ini adalah untuk mendapatkan
bentuk eksperimen yang diinginkan sesuai kondisi lingkungan yang ada
sehingga didapatkan bentuk eksperimen yang tepat untuk mengontrol
kontaminasi yang terjadi dihubungan kausal antara variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen. Terdapat tiga kelompok disain
eksperimen,

yaitu

pre-experiments,

experiments.
1) Pre-experiment
Merupakan disain

eksperimen

true

yang

experiments,

sederhana

dan

yang

field

tidak

menggunakan sampel kontrol atau jika digunakan sampel kontrol


tetapi tidak ekuivalen dengan sampel treatmennya karena item-item

sampel tidak dipilih secara random. Beberapa disain pre-eksperimen


adalah:
a) One-shot case study
b) One-group Pretest-Post-Test-Design
c) Static Group Comparison
2) Eksperimen-betulan klasik
Jika di pre-experiment tidak digunakan sampel kontrol atau jika
digunakan sampel kontrol tetapi tidak ekuivalen dengan sampel
treatmen karena item sampelnya tidak dipilih secara random, maka
dieksperimen betulan klasik digunakan sampel kontrol yang ekuivalen
dengan sampel treatmen. Ekuivalensi antara kedua sampel dapat
dilakukan dengan cara randomisasi atau pair-matching. Beberapa
disain eksperimen betulan klasik yaitu:
a) Pretest-Post-Test Control Group;
b) Post-Test-Only Control Group.
3) Eksperimen-betulan ekstensi
Ekstensi dari eksperimen ekstensi yaitu:
a) Completely randomized design;
b) Randomized block design, latin square design; dan
c) Factorial design.
Istilah faktor banyak digunakan di eksperimen betulan ekstensi.
Faktor adalah nilai yang diberikan di variabel independen. Faktor
terdiri dari faktor-faktor aktif dan faktor-faktor blokan. Faktor-faktor
aktif adalah faktor-faktor yang nilai tingkatannya diberikan lewat
treatmen. Faktor-faktor blokan adalah faktor-faktor yang

nilai

tingkatannya sudah ada, misalnya laki-laki dan perempuan, besar dan


kecil serta lainnya.
4.6. Langkah-Langkah Eksperimen
Untuk melakukan eksperimen, langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Memilih variabel-variabel yang relevan;
2) Menentukan tingkat dari treatmen;
3) Mengontrol lingkungan eksperimen;
4) Memilih disain eksperimen yang sesuai;
5) Memilih subjek;
6) Melakukan uji-pilot (pilot-test);
7) Merevisi eksperimen;
8) Melakukan uji eksperimen;
9) Mencatat hasil eksperimen.

Hasil dari eksperimen dapat diamati (diobservasi) dan kemudian dicatat


dengan menggunakan kertas dan pensil, direkam atau dicatat lewat
interaksi dengan komputer.

Anda mungkin juga menyukai