Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas tentang UU KEMENKES NO 712 TENTANG PERIJINAN JASA
BOGA.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak berbagai
kekurangan yang memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dalam penyusanan makalah
berikutnya.
Akhir kata semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat dan berkatnya serta
membalas segala kebaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu.

Bandung, Oktober 2016

Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

2.2

Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3

Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
2.1

Ulasan........................................................................................................2

2.2
Peraturan Dan Undang-Undang Terkait Pelaksanan Hygiene Makanan
Dan Minuman.......................................................................................................3
BAB III....................................................................................................................8
PENUTUP...............................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................8
3.2 Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha jasa makanan dan minuman atau jasaboga adalah usaha yang
memberikan prospek yang cerah jika dilakukan dengan benar. Dalam penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal dan pelayanan
perizinan berdasarkan asas ekonomi dan tugas pembantuan Permasalahan yang
ada dalam penulisan ini adalah bagaimana perizinan usaha jasa boga.
Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi
kehidupan manusia. Makan dan minum adalah sumber energi bagi manusia.
Secara umum makanan sehat merupakan makanan yang higienis dan bergizi yang
mengandung zat hidrat arang, protein, vitamin dan mineral. Agar makanan
berfungsi sebagai mana mestinya, kualitas makanan harus diperhatikan. Kualitas
tersebut mencakup ketersediaan zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam makanan dan
pencegahan terjadinya kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan ( Mulia, 2005).

2.2 Rumusan Masalah


Bagaimana perizinan usaha jasa boga oleh Badan Penanaman Modal dan
Perizinan Kota Mantan dan Faktor penghambat perizinan usaha jasa boga?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui cara perizinan dan faktor penghambat perizinan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ulasan
Kualitas pelayanan publik di bidang perizinan usaha memainkan peranan
penting dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah.
Kualitas pelayanan perizinan sendiri juga dapat diidentifikasi

dari peraturan

pemerintah daerah dalam mendukung sekaligus memberikan legitimasi lembaga


perizinan di daerah untuk memberikan pelayanan secara lebih efisien dan efektif.
Walaupun tidak menjadi faktor terpenting, peraturan lokal yang pro terhadap
perbaikan pelayanan perizinan usaha menjadi salah satu kunci bagi kelangsungan
iklim usaha. Sayangnya, reformasi perizinan di beberapa daerah tidak berjalan
maksimal. Pembaruan regulasi melalui Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu
atau biasa disebut dengan One Stop Service juga belum mampu menjadi solusi
utama dalam memperbaiki pelayanan perizinan di Indonesia secara umum.
Melihat perkembangan iklim investasi Indonesia di tingkat dunia, sebenarnya
dalam lima tahun terakhir peringkat Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari peringkat Doing Business Indosia yang terus mengalami
perbaikan. Namun, faktanya peringkat yang terus membaik ini tidak diimbangi
realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) yang terus menguat dari tahun ke tahun. Walaupun tidak menjadi
faktor terpenting, peraturan lokal yang pro terhadap perbaikan pelayanan
perizinan usaha menjadi salah satu kunci bagi kelangsungan iklim usaha. Di

tingkat daerah, upaya untuk mewujudkan perizinan satu atap masih banyak
mengalami kendala. Selain membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk
pembiayaan fisik dan nonfisik, political will dari kepala daerah juga menjadi
kunci utama keberhasilan daerah dalam menyelenggarakan pelayanan.
Perizinan usaha, Salah satunya adalah perizinan usaha tata boga. Hal ini
sangat menarik karena menurut penulis pada kenyataannya masyarakat umum
sangat sedikit sekali pengetahuan terkait dengan perizinan usaha tata boga
yangdidukung dengan minimnya sosialisasi dari pemerintah, sehingga tidak
sedikit usaha tata boga yang tidak berizin. Ini tentu sangat mengkhawatirkan
mengingat usaha tata boga berhubungan dengan makanan yang langsung
dikonsumsi oleh konsumen. Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama
manusia, oleh karena itu penyelenggaraan merupakan suatu keharusan,baik di
lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan
makanan di luar lingkungan keluarga diperlukan oleh sekelompok konsumen
karena berbagai hal tidak dapat makan bersama dengan keluarganya di rumah.
Penyelenggaraan makanan bagi sekelompok konsumen yang bukan merupakan
satu keluarga, tetapi merupakan satu kesatuan dikenal dengan istilah
penyelenggaraan makanan kelompok. Pada tataran ideal, hubungan hukum antara
pelaku usaha jasa boga dengan konsumennya adalah hubungan hukum yang
seimbang, dengan pengertian bahwa masing-masing pihak memiliki hak dan
kewajiban yang perlu dilaksanakan dengan baik sehingga dapat meningkatkan

harkat dan martabat konsumen dan menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha


jasa boga yang bertanggung jawab.
Fenomena yang terjadi dewasa ini, banyak terjadi pelaku usaha jasa boga
yang lalai, dan kelalaian ini menyebabkan sakit, cedera atau meninggalnya
konsumen pemakai produk makanan yang dihasilkannya. Permasalahan
keracunan makanan hasil olahan usaha jasa boga diperparah oleh kurangnya
kesadaran hukum dari produsen maupun konsumen tentang pentingnya keamanan
dan kesehatan pangan.

2.2 Peraturan Dan Undang-Undang Terkait


Pelaksanan Hygiene Makanan Dan Minuman
2.1.1 Permenkes 314
Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989
Tentang : Pesyratan Kesehatan Rumah Makan Dan Restoran
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Menimbang :
a. Bahwa makanan yang baik dan memenuhi syarat kesehatan
merupakan salah satu untuk mencapai tingkat kesehatan masyarakat
yang optimal dan upaya penyehatannya maupun pengelolaannya
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional
b. Bahwa rumah makan dan restoran perlu dikelola secara baik agar
tidak menimbulkan gangguan kesehatan Rumah Makan dan restoran
c. Bahwa oleh karena itu perlu ditetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Makan dan
Restoran.
BAB I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Restoran adalah salah satu usaha jasa pangan yang bertempat di
sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan
peralatan dan perlengakapan untuk prose pembuatan, penyimpanan,
penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum
ditempat usahanya
2. Peralatan adalah segala macam alat yang digunakan untuk
mengolah dan menyajikan makanan
3. Fasilitas sanitasi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapannya
digunakan

untuk

memelihara

kualitas

lingkungan

atau

mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat merugikan


kesehatan manusia antara lain sarana air bersih, jamban, peturasan,

saluran limbah, tempat cuci tangan, bak sampah, kamar mandi,


lemari pakaian kerja (locker), peralatan pencegah terhadap serangga
dan tikus serta peralatan kebersihan
4. Makanan jadi adalah makanan yang telah diolah dan siap
dihidangkan/disajikan oleh rumah makan atau restoran
5. Laik Penyehatan adalah kondisi rumah makan atau restoran yang
telah memenuhi persyaratan kesehatan
6. Penetapan tingkat mutu kesehatan (grading) adalah upaya
klasifikasi rumah makan dan restoran berdasarkan persyaratan
kesehatan
7. Direktur Jenderal adalah Direktur Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
8. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Daerah Tingkat I / Dinas
Kesehatan tingkat II.
BAB II
Likasi Bangunan dan Fasilitas Sanitasi
Pasal 2
1. Lokasi dan Bangunan rumah makan dan restoran harus sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Persyaratan kesehatan lokasi dan bangunan rumah makan dan
restoran harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
huruf A lampiran Peraturan ini.
Pasal 3
1. Setiap bangunan rumah makan dan restoran harus memiliki fasilitas
sanitasi
2. Fasilitas sanitasi dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum dalam huruf B lampiran Peraturan ini.
Pasal 4
1. Dapur, ruang makan dan gudang makanan harus memenuhi
persyaratan kesehatan.
2. Persyaratan dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum pada huruf C lampiran Peraturan ini.
BAB III
Bahan Makanan dan Makanan Jadi
Pasal 5

1. Bahan makanan harus memenuhi persyaratan kesehatan.


2. Persyaratan dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum pada huruf D lampiran Peraturan ini.
BAB IV
Pengolahan Makanan
Pasal 6
1. Pengelolaan makanan harus memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Persyaratan dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum pada huruf E lampiran Peraturan ini.
BAB V
Penyimpanan dan Penyajian Makanan
Pasal 7
1. Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi
persyaratan kesehatan.
2. Persyaratan dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum pada huruf F lampiran Peraturan ini.
Pasal 8
1. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Persyaratan dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum pada huruf G lampiran Peraturan ini.

BAB VI Peralatan
Pasal 9
1. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Persyaratan dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagaimana tercantum pada huruf H lampiran Peraturan ini.
BAB VII
Penguasaha, Penanggung jawab dan Tenaga
Pasal 10
Pengusaha dan atau penanggung jawab diwajibkan untuk
menyelenggarakan rumah makan atau restoran yang memenuhi
persyaratan kesehatan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan ini.
Pasal 11

1. Tenaga yang bekerja pada rumah makan dan retoran harus sehat dan
tidak boleh menderita atau menjadi sumber penyebaran penyakit
menular (carier) berdasarkan keterangan yang diberikan dokter.
2. Setiap tenaga yang bekerja pada rumah makan dan restoran harus
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2 kali
dalam 1 tahun.
Pasal 12
1. Penanggung jawab dan tenaga yang bekerja dirumah makan atau
restoran harus memiliki pengetahuan dibidang penyehatan makanan
2. Pengetahuan dimaksud pada ayat (1) harus dibuktikan dengan
sertifikat kursus penyehatan makanan.
3. Tatacara memperoleh sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
BAB VIII
Laik Penyehatan
Pasal 13
1. Setiap rumah makan dan restoran harus memiliki sertifikat laik
penyehatan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.
2. Sertifikat laik penyehatan dimaksud pada ayat (1) dipergunakan
sebagi pelengkap permintaan izin usaha.
3. Tatacara memperoleh sertifikat laik penyehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
BAB IX
Pembinaan, Pengawasan dan Penetapan Tingkat Mutu
Pasal 14
1. Pembinaan teknis penyehatan rumah makan dan restoran secara
umum dilakukan oleh Direktur Jenderal.
2. Teknis pengawasan penyehatan rumah makan dan restoran secara
fungsional dilakukan oleh Dinas Kesehatan
3. Kantor Kesehatan Pelabuhan secara fungsional melaksanakan
pengawasan rumah makan dan restoran yang berlokasi di dalam
wilayah pelabuhan.
Pasal 15
1. Untuk menjamin terlaksananya ketentuan-ketentuan peraturan ini
dilaksanakan pengawasan.

2. Hasil pengawasan digunakan sebagai dasar penetapan tingkat mutu


rumah makan dan restoran.
3. Tatacara pengawasan dan penetapan tingkat mutu kesehatan rumah
makan dan restoran dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Direktur
Jenderal.
Pasal 16
Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pasal 14
dapat mengikutsertakan Assosiasi Rumah Makan dan Restoran.
Pasal 17
1. Pemeriksaan contoh makanan dan spesimen dan rumah makan dan
restoran dilakukan dilaboratorium.
2. Tatacara pemeriksaan contoh makanan dan spesimen dari rumah
makan dan restoran harus memenuhi ketentuan sebagaimana
tercantum dalam huruf I lampiran peraturan ini.
BAB X Penindakan
Pasal 18
1. Pelanggaran terhadap ketentuan pasal-pasal 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11
sehingga merugikan kesehatan masyarakat dikenakan sanksi pidana
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang
Hygiene Untuk Usaha-Usaha Bagi Umum, Undang-Undang Nomor
4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan Kitab
UndangUndang Hukum Pidana.
2. Pelanggaran terhadap pasal 12 dikenakan tindakan administratif.
BAB XI
Ketentuan Peralihan
Pasal 19
Semua perusahaan atau perorangan yang telah melakukan kegiatan
rumah makan atau restoran sebelum berlakunya peraturan ini, harus
menyesuaikan diri dengan peraturan ini dalam waktu selambatlambatnya 2 (dua) tahun
Pasal 20
Dalam masa peralihan sebagaimana dimaksud pasal 19, pengusaha
atau penanggung jawab rumah makan dan restoran wajib mengikuti
petunjukpetunjuk yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.

BAB XII
Ketentuan Penutup
Pasal 21
Hal-hal yang bersiafat teknis yang belum diatur dalam peraturan ini,
ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Pasal 22
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan ini
dengan penempatan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usaha jasa makanan dan minuman atau jasaboga adalah usaha yang
memberikan prospek yang cerah jika dilakukan dengan benar. Dalam penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penanaman modal dan pelayanan
perizinan berdasarkan asas ekonomi dan tugas pembantuan Permasalahan yang
ada dalam penulisan ini adalah bagaimana perizinan usaha jasa boga.

3.2 Saran
Perizinan usaha, Salah satunya adalah perizinan usaha tata boga. Hal ini
sangat menarik karena menurut penulis pada kenyataannya masyarakat umum
sangat sedikit sekali pengetahuan terkait dengan perizinan usaha tata boga
yangdidukung dengan minimnya sosialisasi dari pemerintah, sehingga tidak
sedikit usaha tata boga yang tidak berizin. Ini tentu sangat mengkhawatirkan

mengingat usaha tata boga berhubungan dengan makanan yang langsung


dikonsumsi oleh konsumen

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan No. 304 Tahun 1989 Tentang : Persyaratan


Kesehatan Rumah Makan Dan Restoran
Peraturan Menteri Kesehatan No. 712 Tahun 1989 Tentang : Persyaratan
Kesehatan Rumah Makan Dan Restoran
Sukar, 1999. Sindroma Penyakit pada Gedung Bertingkat. (Online).
(http://www.litbang.depkes.go.id/ekologi/abstrak_98-99.htm - 113k), diakses
tanggal 9 April 2004.

Anda mungkin juga menyukai