METODE : FENANTROLIN
1. PRINSIP
Contoh air yang mengandung besi yang dipanaskan dalam suasana asam dan adanya
hidroksilamin hidroklorida direduksi menjadi ion ferro. Ferro dengan 1,10 fenantrolin
pada pH 3,2-3,3 membentuk senyawa kelat ferro fenantrolin yang berwarna merah
jingga. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan warna larutan baku yang telah
diketahui kadarnya secara spektrofotometri pada panjang gelombang 510 nm.
2. PERALATAN
a. Spektrofotometer atau fotometer dengan filter hijau, transmitan maksimum 510
nm
b. Corong pemisah 125 mL
c. Pemanas Hot plate
d. Labu erlenmeyer 125 mL
e. Tabung nessler 100 mL
f. Alat-alat gelas lain
Semua alat gelas dicuci dengan asam (dicuci dengan HCl pa dan dibilas dengan air
suling bebas besi) untuk menghilangkan besi oksida
3. REAGEN
a. Asam HCl pa, mengandung kurang dari 0,00005% Fe
b. Larutan hidroksilamin hidroklorida (NH2OH.HCl)
c. Larutan dapar ammonium asetat (NH4C2H3O2)
d. Larutan natrium asetat (Na2C2H3O2.3H2O)
e. Larutan fenantrolin (C12H8N2.H2O)
f. Larutan induk besi 200mg/L = 200 ppm
g. Larutan baku besi 10g/mL = 10 ppm
h. Diisopropil/isopropil eter
4. CARA KERJA
a. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
1. Zat pengoksidasi kuat, sianida, nitrit, fosfat (polifosfat lebih kuat dari
ortofosfat), kromium, seng dalam kadar lebih dari 10x kadar besi, kobalt dan
tembaga dalam jumlah lebih dari 5 mg/L, nikel dalam jumlah lebih dari 2 mg/L
2. Bismut, kadmium, raksa, molibdat, dan perak mengendapkan fenantrolin
3. Pendidihan dengan asam merubah polifosfat jadi ortofosfat dan menghilangkan
sianida dan nitrit yang mengganggu. Penambahan hidroksilamin hidroklorida
berlebihan akan menghilangkan kesalahan yang disebabkan oleh kadar reagen
pengoksidasi kuat yang berlebih
4. Adanya logam pengganggu, fenantrolin yang digunakan berlebihan. Pada
logam pengganggu yang berlebihan digunakan cara kerja ekstraksi
5. Adanya zat warna atau senyawa organik, apabila perlu contoh air diuapkan,
residu diabukan dan dilarutkan kembali dalam asam. Pengabuan dalam cawan
silika, porselen atau platina yang sudah dididihkan selama beberapa jam dalam
HCl (1+1). Adanya jumlah yang berlebihan dari senyawa organik, sebelum
diekstraksi, didigesti lebih dulu.
6. Kadar minimum yang dapat diukur :
Kadar minimum besi jumlah atau besi terlarut adalah 10 g/L, dapat diukur
dengan spektrofotometer dengan menggunakan kuvet dengan lintasan cahaya 5
cm atau lebih.
b. Persiapan
1. Pembuatan kurva kalibrasi
Buat 1 seri larutan baku besi dengan kadar 1-10 g/mL = 1-10 ppm
a. Pipet 0,0; 2,00; 4,00; 6,00; 8,00; 10,00; mL larutan baku besi, masingmasing tuang dalam labu ukur dan encerkan sampai 50 mL dengan air
suling bebas besi.
b. Lanjutkan seperti pada 4.c.1,b sampai dengan 4.c.1,h
c. Buat kurva kalibrasi, antara serapan dan kadar besi dalam g
2. Persiapan pendahuluan
Bila kadar besi jumlah atau besi ferro lebih dari 200 g Fe contoh air
diencerkan dahulu.
c. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan besi total dan besi terlarut :
a. Ukur contoh air 50 mL yang mengandung 200 g Fe masukkan daalam
labu ukur 125 mL
b. Tambahkan 2 mL HCl pa dan 1 mL larutan hidroksilamin hidroklorida
c. Masukkan beberapa batu didih dan panaskan sampai mendidih hingga sisa
larutan 15-20 mL, dinginkan pada suhu kamar
d. Pindahkan dalam labu ukur 50 mL atau 100 mL atau tabung nessler
e. Tambah 10 mL larutan dapar ammonium asetat dan 4 mL 1,10 fenantrolin,
campurkan
f. Tambah air suling bebas besi sampai tanda, campur hingga homogen
g. Diamkan 10-15 menit diruang gelap sampai pembentukan warna sempurna
h. Baca serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510
nm (tentukan serapan maksimum), dengan blanko air suling bebas besi
yang dikerjakan sama seperti contoh air. Untuk pembacaan 0 gunakan
blanko
i. Hitung kadar Fe pada kurva kalibrasi
2. Pemeriksaan Ferro (Fe2+) :
a. Asamkan contoh air dengan 2 mL HCl pa untuk setiap 100 mL contoh air
b. Masukkan contoh air dalam botol hingga penuh, tutup rapat
c. Pindahkan 50 mL contoh air dan masukkan dalam labu erlenmeyer
d. Tambahkan 20 mL larutan fenantrolin dan 10 mL larutan ammonium
asetat, campur hingga homogen
e. Encerkan sampai 100 mL, diamkan 5-10 menit dalam ruang gelap
f. Ukur warna yang terbentuk dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 510 nm
Catatan :
Dalam air minum kadar maksimum besi yang diperbolehkan 0,3 mg/L
Dalam air bersih kadar maksimum besi yang diperbolehkan 1,0 mg/L
Lakukan tes/uji sebelum menggunakan larutan diisopropil atau isopropil eter
karena dapat terbentuk peroksida yang mudah meledak
5. CARA PEMBUATAN REAGEN UNTUK PEMERIKSAAN BESI
Air suling yang digunakan adalah air suling bebas besi atau air suling ulang (aqua
bidest)
a. Asam HCl pa, mengandung kurang dari 0,00005% Fe. Tutup baik-baik.
b. Larutan hidroksilamin hidroklorida (NH2OH.HCl)
Larutkan 10 g NH2OH.HCl dalam 100 mL air suling bebas besi.
c. Larutan dapar ammonium asetat (NH4C2H3O2)
Larutkan 250 g ammonium asetat dalam 150 mL air suling bebas besi. Tambahkan
700 mL asam asetat glasial pa
d. Larutan natrium asetat (Na2C2H3O2.3H2O)
Larutkan 200 g natrium asetat dalam 800 mL air suling bebas besi
e. Larutan fenantrolin (C12H8N2.H2O)
Larutkan 100 mg 1,10 fenantrolin monohidrat dalam 100 mL air suling bebas besi
sambil diaduk dan panaskan sampai 800C (jangan mendidih). Buang larutan jika
berwarna gelap. Pemanasan tidak diperlukan bila sudah ditambah 2 tetes HCl pa.
Larutan ini stabil dalam beberapa bulan.
f. Larutan induk besi 200mg/L = 200 ppm
Dibuat dengan 2 cara :
1. Pembuatan larutan induk dari logam.
Digunakan kawat besi murni untuk standarisasi/pembakuan, bila perlu
dibersihkan sampai mengkilat dengan ampelas halus untuk menghilangkan
lapisan oksida.
a. Timbang 200,00 mg kawat, masukkan dalam labu ukur 1000 mL, larutkan
dalam 20 mL asam sulfat 6 N
b. Setelah kawat larut semua, encerkan dengan air suling bebas besi sampai
tanda. 1,00 mL = 200 g Fe
2. Dengan menggunakan ferro ammonium sulfat (FAS) Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O.
Pelan-pelan tambahkan 20 mL H2SO4 pa pada 50 mL air suling bebas besi dan
larutkan 1,404 g FAS. Tambahkan tetes demi tetes larutan KMnO4 0,1 N
sampai warna merah muda lemah terbentuk. Encerkan dengan air suling bebas
besi sampai 1000 mL dan campur. 1,00 mL = 200 g Fe
g. Larutan baku besi
Dibuat baru sebelum digunakan.
1. Pipet 50,0 mL larutan induk besi, masukkan dalam labu ukur 1000 mL dan
encerkan dengan air suling bebas besi sampai tanda. 1,00 mL = 10,0 g Fe
h. Diisopropil/isopropil eter
UJI KESADAHAN
METODE : TITRIMETRI-KOMPLEKSOMETRI
1. Prinsip
Bila asam etilen diamin tetra asetat dan garam natriumnya ditambahkan ke dalam
suatu lautan dari kation logam tertentu akan membentuk kompleks kelat yang mudah
larut. Jika sedikit pewarna seperti eriokrom black T ditambahkan dalam larutan air
yang mengandung ion-ion kalsium dan magnesium pada pH 10, maka larutan itu akan
berwarna merah-anggur. Jika EDTA ditambahkan sebagai titran, maka kalsium dan
magnesium akan membentuk kompleks.
Setelah EDTA ditambahkan pada kompleks kalsium dan magnesium, maka larutan
merah-anggur akan berubah jadi biru, yang merupakan titik akhir titrasi.
Ion Mg2+ harus ada supaya diperoleh titik akhir titrasi yang jelas dan tegas. Untuk itu
kedalam larutan dapar ditambah sedikit garam Mg netral dari EDTA sehingga secara
otomatis memberi cukup magnesium dan juga meniadakan koreksi dengan blanko.
Batas waktu penundaan titrasi untuk memperkecil kemungkinan pengendapan CaCO 3
adalah 5 menit.
2. Peralatan
a. Labu erlenmeyer 500 mL
b. Gelas ukur 1000 mL
c. Alat gelas lain
3. Reagen
a. Larutan dapar
b. Penghambat
c. Indikator EBT
d. Titran baku EDTA 0,01 M
4. Cara kerja
a. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
1000 x A x B x C
mL contoh air
Dengan pengertian :
A : molaritas EDTA
B : mL titran EDTA
C : mg CaCO3 yang setara dengan 1,00 mL titran EDTA
Catatan :
Dalam air minum/air bersih, kadar maksimum kesadahan yang diperbolehkan
500 mg/L
Penggunaan natrium sianida harus hati-hati karena sangat beracun
maksimum
klorida
yang
maksimum
klorida
yang