Anda di halaman 1dari 4

BAHAN LATAR BELAKANG

Sengketa mengenai gelar (sako) adalah sengketa yang berkaitan dengan gelar yang
diterima secara turun-temurun di dalam suatu kaum yang fungsinya adalah sebagai kepala
kaum-kepala adat (penghulu) dan sako ini sifatnya turun-temurun semenjak dahulu sampai
sekarang, menurut garis ibu lurus kebawah.

Dalam masyarakat adat Minangkabau penghulu merupakan sebutan kepada ninik mamak,
pemangku adat yang bergelar datuk. Mengangkat kebesaran adat dikatakan mengangkat
datuk atau mengangkat penghulu. Istilah penghulu berasal dari kata hulu yang artinya
kepala. Yang dimaksud kepala disini adalah pemimpin. Jadi pengertian penghulu adalah
sama dengan pemimpin. Dengan demikian seorang penghulu dapat dikatakan sebagai
seorang pemimpin. Sebagai pemimpin penghulu bertanggung jawab dan berkewajiban
memelihara anggota kaum, suku dan nagarinya. Termasuk juga harta pusaka yang dimiliki
oleh kaumnya. Penghulu bertanggung jawab. Sebagai penghulu dia disebut datuk, baik
sebagai penghulu paruik maupun sebagai penghulu suku.

Gelar menurut adat dan budaya Minangkabau merupakan kehormatan, kebesaran dan marwah
suatu kaum. Merupakan legitimasi bagi keberadaan suatu kaum, yang bertautan dengan
kepemilikan sako dan pusako kaum. Oleh karena itu, dalam pemberian gelar ada aturan yang
sangat ketat. Ada tiga kategori gelar menurut adat dan budaya yang berkembang di Minangkabau
salah satunya adalah gelar sako: Pengulu, manti, malin dan dubalang disebut juga dengan urang
ampek jinih; gelar sako diturunkan secara turun-temurun menurut ranji kaum berdasarkan sistem
matrilineal (batali darah). Gelar sako tidak dapat diberikan atau dianugrahkan kepada lelaki di
luar kaum pemilik gelar sako tersebut. Dalam pewarisan gelar sako ini didasarkan pada
kelarasannya, kelarasan Koto Piliang memakai sistem; Patah tumbuah, iduik bakarilaan.

Pewarisan gelar, kelarasan Bodi Caniago memakai sistem; hilang baganti, mati batungkek budi.
Gelar-gelar tersebut mengemban fungsi dan tanggung jawab sesuai menurut bentuk pertaliannya.
sumber : Rabu, 20/07/2011 - 23:23 WIB Padang Today
http://bundokanduang.wordpress.com/2011/07/21/gelar-adat-legitimasi-bagi-keberadaan-suatukaum/

Gelar datuk adalah gelar yang diberikan kepada pemimpin sebuah suku atau korong di wilayah
dengan populasi etnis Melayu atau Minangkabau. Gelar Datuk disebut juga sebagai gelar sako di
Minangkabau.
Melihat adat istiadat di Nagari Tapakis, Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman tidak bisa
dilepaskan dari pengaruh rajo yang 10 yang berkuasa di Ulakan, Ketaping dan Tapakis. Rajo
yang 10 itu dinilai orang yang menguasai ulayat tiga nagari tersebut. Mereka berbagi wilayah
kekuasaan. Yang paling besar diantara tiga nagari itu, adalah Nagari Tapakis, karena dipegang
oleh lima orang rajo. Masing-masing; Rangkayo Majo Basa, Rangkayo Tan Basa, Rangkayo
Malekewi, Rangkayo Malako dan Rangkayo Katuah.
Nagari Tapakis merupakan satu diantara sekian nagari yang berdiri sejak zaman saisuak. Tagak
samo tinggi, duduak samo randah dengan nagari besar lainnya di Padang Pariaman. Diyakini,
orang yang pertama kali datang dan merambahi nagari itu bersuku Panyalai. Karena, kelima
Rangkayo demikian bersuku Panyalai. Sementara, sejak nagari itu ada hingga kini dan sampai
kapan pun, Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) tetap dipegang oleh Rangkayo Katuah. Sama
halnya dengan Nagari Ketaping, dimana Rangkayo Rajo Sampono selalu memegang jabatan
KAN di nagarinya.

untuk menjamin kerukunan, ketertiban, perdamaian dan kesejahteraan keluarga, dibentuklah


semacam pemerintahan suku. Tiap suku dikepalai oleh seorang Penghulu Suku. Penghulu berarti
Kepala Kaum Semua Penghulu mempunyai gelar Datuk.
Harta pusaka tinggi adalah harta yang diwarisi secara turun temurun dari beberapa generasi
menurut garis keturunan ibu. Adanya harta pusaka tinggi berkaitan dengan sejarah lahirnya
kampuang dan koto yang diikuti dengan membuka sawah ladang sebagai sumber kehidupan.
Pembukaan tanah untuk sawah ladang ini sebagai hasil galuah taruko oleh pendiri kampung dan
koto. Hasil usaha nenek moyang inilah yang diwarisi oleh generasi sekarang dan paling kurang
setelah lima generasi disebut sebagai harta pusaka tinggi. Harta pusaka tinggi yang berupa
material seperti sawah ladang, kebun dan lain-lain disebut juga pusako. Disamping itu ada pula
harta pusaka tinggi yang berupa moril yaitu gelar pusaka kaum yang diwarisi secara turun
temurun yang disebut dalam adat sako.

3. SEBAGAI PENGHULU :
Selanjutnya, dia akan memegang kendali kaumnya sebagai penghulu. Gelar kebesaran diberikan
kepadanya, dengan sebutan datuk. Seorang penghulu berkewajiban menjaga keutuhan kaum,
mengatur pemakaian harta pusaka. Dia juga bertindak terhadap hal-hal yang berada di luar kaumnya
untuk kepentingan kaumnya. Setiap laki-laki terhadap kaumnya selalu diajarkan; kalau tidak dapat
menambah (maksudnya harta pusaka kaum), jangan mengurangi (maksudnya, menjual, menggadai
atau menjadikan milik sendiri). Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa peranan seorang laki-laki
di dalam kaum disimpulkan dalam ajaran adatnya :
Tagak badunsanak mamaga dunsanak
Tagak basuku mamaga suku
Tagak ba kampuang mamaga kampuang
Tagak ba nagari mamaga nagari

Suku Guci banyak tersebar di seluruh wilayah Minangkabau. di Nagari Kuraitaji Kecamatan Nan
Sabaris Kabupaten Padang Pariaman & Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman, suku
Guci merupakan kelompok masyarakat yang berasal dari suku Piliang yang menetap di Nagari
Kuraitaji karena di nagari ini tidak ada suku Piliang.

Daftar Pustaka

Ibrahim Datuk Sangguno Dirajo. 2003. Curaian Adat Minangkabau. Kristal


Multimedia. Bukit Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai