Anda di halaman 1dari 11

FUNGSI LAPAU SEBAGAI SARANA INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DALAM PROSES INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT


DI KENAGARIAN ULAKAN
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

CANDRA KIRANA
NIM/ BP : 17593/ 2010

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN ILMU SOSIAL POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minangkabau sering juga disebut, bangsa yang berbudaya oral. Media, yang
bersifat oral itulah yang berkembang di Minangkabau. Ada suatu tempat, dimana orangorang menjadikan tempat itu untuk memecahkan persoalan, berbagi informasi, diskusi
tentang apa saja, serta, paling tidak merajut hubungan persaudaraan, antar sesama
masyarakat di Minang. Tempat itu bernama lapau ( Mayonal Putra, 2012 ). Lapau
menjadi sebuah media ditengah kehidupan masyarakat. Lapau tempat berdiskusi,
membicarakan masalah politik, ekonomi, sosial budaya dan cerita kehidupan seharihari.
Di lapau inilah tempat berciloteh orang minang dalam mendiskusikan sesuatu. Lapau
bukan tempat untuk menggosip, melainkan untuk berdiskusi, terjadi dialog dalam
pembicaraan yang dibicarakan, saling berbagi pengalaman dan adu pendapat.
Lapau bukan saja bermakna sebagai tempat transaksi jual beli ekonomis (seperti
arti yang dibawa oleh kedai dan warung), di mana orang mendapatkan alat-alat
kebutuhan sehari-hari. Lebih dari itu, di lapau seseorang juga melakukan transaksi nilai
budaya antropologis. Karena itu, lapau menjadi terminologi yang khas dari budaya
Minangkabau.
Secara umum fungsi budaya bagi masyarakat adalah pengatur hubungan antara
sesama manusia sehingga dapat menjadi pedoman atau penuntun dalam kehidupan
bermasyarakat. Kebudayaan akan dapat mengatur agar manusia dan masyarakat dapat
mengerti bagaimana seharusnya mereka berbuat dan bertindak dalam menghadapi
kehidupan termasuk dalam pergaulan hidup sesama mereka. Kebudayan akan mengatur
dan mengarahkan manusia bagaimana seharusnya bertindak, bersikap, dan berkelakuan

terhadap sesama mereka dan terhadap lingkungan dimana mereka tinggal ( Syamsir,
2006:37 ).
Menilik keberadaan dan fungsi lapau di Sumatera Barat, menurut Pandoe dan
Pour (2010:256) bahwa fungsi lapau menjadi pusat informasi. Sesama pengunjung lapau
melakukan komunikasi membahas macam-macam persoalan, mulai kehidupan sosial
sampai politik tinggi dalam dan luar negeri. Bisa juga mempergunjingkan para pejabat,
menganalisis sepakbola, atau membicarakan sinetron yang mereka tonton di televisi. Di
ruang publik ini berkumpul masyarakat dari kelompok stratifikasi sosial terendah, sampai
yang tertinggi. (Kompasiana, 2011)
Stratifikasi sosial diartikan sebagai lapisan yang merupakan batas antara tiap-tiap
golongan yang ada dalam masyarakat ( Soeharto, 1991). Stratifikasi social ini kadangkadang menjadi batas atau dinding penghambat antara golongan yang satu dengan
golongan lainnya untuk bergaul bebas satu sama lain dalam masyarakat. Seorang petani
misalnya, sulit diterima dalam pergaulan oleh kaum bangsawan ( Syamsir, 2006:55 )
Namun dipalanta lapau semua masyarakat dalam menyampaikan pendapat mempunyai
hak dan kedudukan yang sama dalam berargumentasi tentang sesuatu hal yang menjadi
pokok pembahasan.
Bagi masyarakat Minangkabau Lapau menjadi media interaksi sosial masyarakat
untuk melakukan komunikasi dalam proses menjalin hubungan sosial. Komunikasi dalam
hubungan sosial merupakan hal yang mutlak harus terjadi dan dilakukan. Hubungan
sosial tidak mungkin akan terwujud tanpa adanya komunikasi antar individu atau antar
kelompok yang ada dalam masyarakat, baik komunikasi verbal mapun non verbal
(Syamsir, 2006:18).
Cerita di lapau adalah salah satu sarana pendidikan untuk menyatakan pendapat,
berargumentasi, beretorika, serta memberikan kritik. Sebaliknya, lapau juga menjadi

tempat untuk mentransformasikan nilai saling menghormati (egaliter), kesadaran


terhadap kebebasan berpendapat (demokratis), serta kemampuan untuk menerima
komentar (kritis). Disamping Surau dan Rumah Gadang, Lapau dapat di pandang sebagai
institusi budaya non formal dalam dinamika masyarakat Minangkabau ( Dede
Pramayoza, 2009 )
Lapau mampu mengikat dan melibatkan orang-orang yang hadir dalam suatu
komunikasi transaksional. Komunikasi transaksional menyebutkan bahwa komunikasi
berlangsung bukan hanya merupakan interaksi dalam bentuk adanya umpan balik,
melainkan dituntut pada tataran yang lebih tinggi dan lebih kompleks, yakni adanya
interplay yang saling mempengaruhi (mutual influence) secara simultan dan dinamis di
antara para pelaku komunikasi. Lebih jauh para pelaku komunikasi ini dituntut memiliki
partisipasi yang tinggi dan convergensi (ke arah perhatian) yang sama dalam
membicarakan sesuatu menurut konteksnya. Lapau sejalan dengan perspektif komunikasi
transaksional memberi tekanan pada proses dan fungsi untuk berbagi dalam hal
pengetahuan dan pengalaman. Artinya, lapau memiliki fungsi sebagai suatu proses
komunikasi di mana semua peserta ikut aktif secara dinamis dalam memenuhi peran
sosialnya sebagai anggota masyarakat ( Soemartono, 2008 ).
Tidak dapat dipungkiri peran lapau sangat signifikan dalam memberikan
informasi kepada masyarakat. Banyak informasi yang didapatkan, mulai dari cerita
keseharian sampai ke cerita yang lebih serius. Lapau menjadi ajang untuk mengorek
informasi yang lebih dalam tentang suatu permasalahan ataupun fenomena yang sedang
terjadi ditengah masyarakat.
Ulakan adalah nama sebuah nagari yang terletak dalam sebuah wilayah
pemerintahan Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Dalam
kehidupan social kemasyarakatan orang Ulakan pada umumnya mengaku berasal dari

Darek ( pusat alam Minangkabau ). Orang yang tidak bisa menunjukan dimana darek
asal muasal nenek moyangnya berarti bukan asli orang Ulakan, sebab Ulakan itu rantau,
setiap rantau jelas ada dareknya. Kepastian asal usul darek seseorang juga menjadi
persyaratan untuk menentukan status sosialnya dalam tatanan kemasyarakatan. Bahkan
raja, penghulu, dan datuak-datuak yang sekarang memegang jabatan secara turun
temurun juga harus bisa menjelaskan dimana sumber dareknya ( Duski Samad, 2003:65 ).
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Ulakan sangat dekat dengan yang
namanya lapau. Lapau bagi mereka adalah sebagai tempat untuk melakukan komunikasi
antar sesama masyarakat dalam proses menjalin hubungan interaksi social dengan
masyarakat lain. Di Ulakan, lapau juga dijadikan sebagai sarana informasi dalam
memberitahukan dan mengumumkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan seperti
memberitahukan kabar baik tentang acara pesta seseorang kepada pemuda-pemuda yang
hadir dilapau, lapau juga dijadikan tempat untuk memeberitahukan pelaksanaan
gotoroyong kampung kepada seluruh masyarakat, dilapau seringkali dipasang pamphlet
atau papan pengumuman kampung/korong, misalnya papan pengumuman tentang
keuangan dana masuk dan dana keluar di suatu jorong dan lapau sebagai sarana untuk
melakukan diskusi atau rapat ketek (rapat kecil) untuk merumuskan sesuatu kegiatan
yang akan dilaksanakan sebelum rapat besar yang nantinya akan dilaksanakan di surau.
Lapau bagi masyarakat Ulakan lapau juga dijadikan tempat berkumpul pemuda sebelum
mereka berangkat untuk memenuhi undangan jorong lain. Misalnya undangan acara alek
nagari, acara MTQ, dan juga acara pertandingan sepak bola.
Disamping itu, lapau juga dijadikan sebagai tempat duduk dan tempat
peristirahatan bagi masyarakat untuk melepaskan rasa letih setelah pulang dari tempat
bekerja seperti pulang dari sawah, pulang kelaut mencari ikan, pulang berdagang dan

pulang dari kantor bagi mereka yang bekerja sebagai pegawai negeri. Dengan ditemani
segelas minuman semua masyarakat yang duduk dilapau berdiskusi dan berkomunikasi
dengan sesama mereka di palanta lapau membahas tentang persoalan yang sedang terjadi
di nagari. Misalnya saja perlombaan layang-layang antar kampung yang pada saat
sekarang ini lagi marak-maraknya dilaksanakan di nagari Ulakan.
Dari proses diskusi dan komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung sudah
terjalin hubungan social antar sesama masyarakat. Di nagari Ulakan, jalannya diskusi
dipalanta lapau tidak memandang tua, muda, kaya, miskin, dan mereka yang bekerja tetap
sebagai pegawai negeri. Dipalanta lapau mereka bebas bertanya, menyampaikan
pendapat, dan berargumentasi terhadap suatu persoalan yang menjadi topik pembicaraan.
Dan apabila ada salah seorang masyarakat yang mendominasi pembicaraaan secara
berlebihan maka peserta komunikasi lapau lainnya akan menghukumnya baik melalui
sindiran-sindiran atau satu-persatu mereka yang terlibat akan tarik diri dari arena lapau.
Secara Umum ini terjadi karena tradisi masyarakat minang menganut sistem komunikasi
yang bersifat egaliter di mana kebersamaan, musyawarah, atau melibatkan orang lain
menjadi ciri dalam setiap aktivitas sosialnya. Hal yang menarik dari keberadaan lapau
adalah adanya peluang atau kesempatan yang sama untuk saling bertukar informasi.
Inilah sesungguhnya kekuatan sebuah lapau di mana masing-masing individu berusaha
mengumpulkan informasi terlebih dahulu untuk selanjutnya dibawa ke lapau untuk
didiskusikan bersama. Realitas ini menyebabkan lapau menjadi pusat distribusi
informasi. Artinya, segala informasi mulai dari hal-hal yang ringan sampai urusan
kenegaraan ada dan dibahas di di lapau ( Soemartono, 2008 ).
Di nagari Ulakan, lapau juga berfungsi dalam memberikan informasi peluang
kerja kepada masyarakat. Misalnya saja bagi masyarakat yang tidak mempunyai

pekerjaan tetap, maka dilapau mereka diajak oleh masyarakat lain yang membutuhkan
tenaganya. Lapau di nagari Ulakan tidak seluruhnya di kunjungi dan bermanfaat bagi
semua lapisan masyarakat, akan tetapi ada juga individu atau masyarakat yang sama
sekali tidak mau kelapau. Sikap individu yang seperti ini seringkali dikatakan masyarakat
yang tidak mau bergaul dan tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat lain. Disuatu sisi
sikap individu yang seperti ini seringkali ketinggalan informasi tentang perkembangan
dan bagaimana kondisi kampung dan nagari tempat dia tinggal. Namun bagi masyarakat
yang terlalu lama duduk dilapau untuk menghabiskan hari juga diidentikan dengan
pengangguran kelas berat yang tidak mempunyai pekerjaan.
Selain itu peranan lapau di nagari Ulakan tidak seutuhnya sebagai sarana
informasi dan komunikasi dalam menjalin interaksi sosial masyarakat, akan tetapi ada
juga lapau yang digunakan masyarakat sebagai tempat perjudian dan taruhan. Misalnya
saja di Ulakan pada saat sekarang ini banyak sekali lapau yang dijadikan sebagai pusat
tranksaksi pemasangan angka togel antara bandar togel dengan pecandu togel. Dan pada
malam harinya seringkali dijumpai masyarakat yang berjudi dengan bermain domino dan
kertas remi. Tindakan masyarakat Ulakan yang seperti ini sangat merusak kondisi dan
citra nama baik nagari, apalagi nagari Ulakan dengan julukannya nagari seribu surau
dan mesjid menjadi pusat pengembagan islam di Minangkabau yang dibawa oleh Syekh
Burhanuddin pada abad XII masehi.
Dari uraian permasalahan diatas, maka peneliti akan mengembangkan secara jelas
bagaiamana Fungsi Lapau Sebagai Sarana informasi dan Komunikasi Dalam Proses
Interaksi Sosial Masyarakat Di Kenagarian Ulakan Kabupaten Padang Pariaman.
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut :
1. Individu yang tidak mau ke lapau kurang bergaul dan kurang bersosialisasi
dengan masyarakat.
2. Masyarakat yang jarang kelapau atau tidak pernah kelapau kurang mengetahui
informasi tentang kondisi dan perkembangan nagari atau jorong di nagari Ulakan.
3. Peranan lapau belum seutuhnya dijadikan sebagai sarana komunikasi dan
interaksi social masyarakat, akan tetapi ada juga lapau yang digunakan
masyarakat sebagai tempat perjudian dan taruhan.

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah
penelitian ini adalah Individu yang tidak mau ke lapau kurang bergaul dan kurang
bersosialisasi dengan masyarakat dan Masyarakat yang jarang kelapau atau tidak
pernah ke lapau kurang mengetahui informasi di kenagarian Ulakan Kabupaten
Padang Pariaman.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana fungsi lapau sebagai sarana informasi dan komunikasi dalam proses
interaksi sosial masyarakat di kenagarian Ulakan kabupaten Padang Pariaman?

2. Apa saja dampak positf dan negative dari fungsi lapau sebagai sarana informasi
dan komunikasi dalam proses interaksi social masyarakat di kenagarian Ulakan
kabupaten Padang Pariaman?

C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian mempunyai peranan yang penting dalam penelitian. Focus
penelitian berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam melakukan penelitian serta
mengetahui secara rinci data yang diperlukan dan relevan dengan penelitian. Sesuai
dengan permasalahan, maka penelitian ini difokuskan

kepada fungsi lapau sebagai

sarana informasi dan komunikasi dalam proses interaksi social masyarakat di kenagarian
Ulakan kabupaten Padang Pariaman dan Apa saja dampak positif dan negative dari fungsi
lapau sebagai sarana informasi dan komunikasi dalam proses interaksi sosial masyarakat
di kenagarian Ulakan kabupaten Padang Pariaman.

D. Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk :
1. Mengetahui Fungsi lapau sebagai sarana informasi dan komunikasi dalam
proses interaksi sosial masyarakat di Kenagarian Ulakan kabupaten Padang
Pariaman.
2. Mengetahui dampak positif dan negative dari fungsi lapau sebagai sarana
informasi dan komunikasi dalam proses interaksi sosial masyarakat di
kenagarian Ulakan kabupaten Padang Pariaman.

E. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan peneltian ini, maka penelitian ini bermanfaat untuk antara lain :
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan memberikan wawasan dan
pengetahuan baru kepada berbagai kalangan seperti kalangan akademisi
khususnya pada tingkat perguruan tinggi dan umumnya pada masyarakat luas
lainnya yang tertarik tentang Fungsi lapau sebagai sarana infomasi dan
komunikasi dalam proses interaksi social masyarakat di kenagarian Ulakan
kabupaten Padang Pariaman.
2. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi
kepada kebijakan yang diambil Pemerintahan Daerah dalam persoalan fungsi
lapau sebagai sarana informasi dan komunikasi dalam proses interaksi sosial
masyarakat di kenagarian Ulakan kabupaten Padang Pariaman.

DAFTAR PUSTAKA

Syamsir dan Burmawi 2003. Pengantar Sosiologi. Padang. Jurusan Ilmu Hukum FIS UNP
Padang.
Syamsir dan Nurman, S. 2000. Konflik dan Integrasi Dalam Proses Hubungan Sosial. Padang:
Jurusan PPKn FIS UNP Padang.
Syamsir. Drs. M.Si. 2006. Handout Perkuliahan Antropologi Budaya. Padang. Jurusan ISP.
Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.
Duski Samad. 2003. Syekh Burhanuddin Dan Islamisasi Minangkabau ( Syarak Mandaki Adat
Manurun). Jakarta : The Minangkabau Foundation Atas Bantuan Yayasan Pengembangan
Ekonomi dan Kesejateraan Masyarakat.
Dede Pramayoza, 2009, Teater Gaya Lapau: Kemungkinan Drama Tunggal
Atau Sebuah Kegenitan. dimuat di www.padang today edisi Senin,
05/01/2009 17:25 WIB.
Media Masa KOMPASIANA, 19 Mei 2011.
Sumartono. 2008. Lapau dalam Perspektif Komunikasi Transaksional.
smartdotcom.blogspot.com di 22.34
Mayonal Putra, 2012. Keberadaan Lapau di Masyarakat Minang.
http;//keberadaan-lapau-dalam-masyarakat.html.

Anda mungkin juga menyukai