Anda di halaman 1dari 3

BUDAYA KOMUNIKASI POLITIK ORDE BARU

Mata Kuliah : Budaya Komunikasi Politik


Dosen : Prof. DR. H. Asep Saeful Muhtadi, M.Si.
Kelompok : Siti Nur’aeni NPM 20080015030

Budaya Komunikasi Politik Orde Baru ; Harmoko

Jika berbicara tentang tokoh yang paling populer di era Orde Baru, selain Soeharto
tentu masyarakat akan menyebut Harmoko sebagai salah satunya. Tidak dapat dipungkiri
ketokohan Harmoko yang menjabat sebagai Meneteri Penerangan dalam Kabinet
Pembangunan IV (19 Maret 1983-23 Maret 1988) hingga Kabinet Pembangunan VI (17
Maret 1993-1997) telah memberikan banyak kontribusi terhadap pemerintahan Orde Baru
dengan mencetuskan berbagai program dalam fungsinya sebagai media yang mejadi “corong”
pemerintah kepada masyarakat.
Harmoko sebagai menteri penerangan, bertugas menyampaikan berbagai kebijakan
presiden maupun kabinet kepada masyarakat melalui berbagai media pemerintah seperti
TVRI maupun RRI. Semua informasi dari presiden maupun pemerintah akan disampaikan
kepada masyarakat Indonesia melalui satu pintu yaitu Harmoko sebagai Menteri Penerangan.
Hal ini menjadikan Harmoko sebagai tokoh kunci yang menjembatani informasi dari
pemerintah kepada masyarakat. Keuntungan dari sistem ini adalah menghindari adanya
kesimpangsiuran informasi mengenai berbagai kebijakan pemerintah, dan menghindari
munculnya kegaduhan politik maupun sosial yang muncul sebagai akibat adanya saling
tumpang tindih informasi antarpejabat negara, seperti yang sering terjadi pada pemerintahan
saat ini.
Selain itu, Harmoko juga menjadi pencetus program Kelompencapir (Kelompok
pendengar, pembaca, dan pirsawan) yang merupakan program untuk menyebarkan informasi
dari pemerintah. Meskipun pada pascaOrde Baru banyak kalangan menjadikannya anekdot
sebagai Hari-hari omong kosong, akan tetapi pada kenyatannya segala informasi yang
bersumber dari Harmoko sebagai menteri penerangan menjadi semacam “hukum” yang harus
dijalankan oleh seluruh masyarakat Indonesia, baik dalam bidang kehidupan yang paling
mendasar hingga kehidupan berbangsa dan bernegara. Harmoko mengendalikan berbagai
informasi dari pemerintah kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahui tokoh mana
yang harus menjadi acuan dan sumber informasi yang memiliki legitimasi. Harmoko juga
menggagas “Temu Kader” dalam tubuh Golkar pada masa itu yang menjadikan Golkar
sebagai partai yang memiliki proses kaderisasi yang mapan.
Budaya komunikasi politik yang diterapkan oleh Orde Baru dengan ketokohan
Harmoko sebagai meteri penerangan ini, juga menjadi cerminan bagaimana pemerintah,
masyarakat, dan seluruh stakeholder tunduk pada presiden, yang menjadi pusat segala
kebijakan pemerintah, dan dikomunikasikan melalui satu pintu yaitu menteri penerangan.

Harmoko dan Safari Ramadhan


Harmoko
Safari Ramadan dan Harmoko, adalah dua hal yang tak terpisahkan pada era 80-an.
Sebutlah safari Ramadan pasti terbayang wajah Harmoko. Sebab Harmokolah orang pertama
yang mempopulerkan istilah safari Ramadan untuk menamakan kegiatan kunjungan kerja
selama bulan puasa yang dilakukannya. Harmoko ketika itu menjabat sebagai Menteri
Penerangan dalam kabinet Presiden Soeharto. Tidak tanggung-tanggung, demikian
massifnya, selama puasa Ramadan Harmoko setiap hari berkeliling dari satu tempat ke
tempat lain di seluruh penjuru nusantara dan disambut antusias ribuan massa.

Harmoko tampil sebagai tokoh yang amat populer pada masa itu, karena setiap hari tak ada
berita tanpa kegiatan safari Ramadan Menteri Harmoko, sampai muncul sebuah anekdot,
ketika seorang warga di desa terpencil nun di sana, ditanya oleh Harmoko, siapa presiden RI,
warga menjawab spontan: Harmoko. Harmoko kaget tapi tak kehilangan akal, dengan gesit
dia melanjutkan pertanyaan, lantas Soeharto itu siapa? Warga tersebut menjawab: Soeharto
itu atasan Harmoko.

Kata Safari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti perjalanan atau
petualangan jarak jauh dalam kegiatan ekspedisi, baik penelitian, penyelidikan dan wisata.
Dari pemaknaan tersebut, maka safari dilakukan untuk menjangkau tempat-tempat yang jauh,
atau tempat-tempat yang terdapat di pedalaman, di kaki-kaki gunung, atau di pulau-pulau
terpencil.

Sedangkan safari Ramadan adalah perjalanan yang dilakukan di bulan puasa Ramadan,
sebagai ajang silaturrahim. Tradisi silaturrahim ini sangat dianjurkan karena memiliki efek
yang sangat konstruktif bagi kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam ajaran agama disebut,
silaturrahim memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah memperpanjang usia dan
memperbanyak rezeki bagi yang melakukannya. Sebab, komunikasi interpersonal yang
terbangun baik melalui hubungan silaturrahim, akan menyebabkan tumbuhnya saling
sambung rasa. Hubungan silaturrahim yang baik antara pejabat yang melakukan safari
dengan masyarakat akan menyelesaikan banyak masalah.

Banyaknya permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat umumnya berawal dari


miskomunikasi, seperti di bidang ideologi, politik, hukum, ekonomi, bahkan juga masalah
kepemimpinan. Sebab inti komunikasi itu adalah persepsi. Salah persepsi salah pula
komunikasi. Apabila terjadi mispersepsi, akan muncullah misinterpretasi (masing-masing
pihak memberi makna yang berbeda). Misinterpretasi akan minimbulkan misunderstanding
(salah pengertian). Dan bila terjadi salah pengertian, akan terjadi salah paham. Salah paham
akan menimbulkan fitnah. Salah paham dan fitnah dapat meruntuhkan kepercayaan.

Oleh karena itu, bulan Ramadhan bisa menjadi momentum ajang perbaikan komunikasi
antara pemerintah dengan rakyatnya, antara partai dengan anggotanya, anggota politisi
dengan konstituennya. Safari Ramadhan bisa menjadi panggug dimana pejabat dan rakyat
saling bertegur sapa secara langsung satu sama lain.

Pemerintah terutama, harus memanfaatkan dengan baik panggung safari Ramadan. Karena
pemerintah diberi mandat oleh negara untuk mengatur kehidupan masyarakat. Tapi
pemerintah adakalanya dianggap absen dalam kehidupan masyarakat saat dibutuhkan.

Tak ada yang salah dengan safari Ramadan, walau kadang ada kesan miring karena diganggu
pesan-pesan politik. Tak masalah, masyarakat kita sudah semakin dewasa, setidak-tidaknya
pandanglah safari Ramadan ini sebagai ikhtiar membangun hubungan silaturrahim yang lebih
baik supaya kita panjang umur dan murah rezeki. Selamat menunaikan ibadah puasa
Ramadan.

Demikian gambaran yang menonjol mengenai budaya komunikasi politik yang terjadi
pada masa Orde Baru, yang mana ketokohan Soeharto, Harmoko, dan Golkar menjadi
dominasi yang tidak terpisahkan.

Anda mungkin juga menyukai