Bab Iv Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Bab Iv Pengumpulan Dan Pengolahan Data
BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Pengumpulan data merupakan salah satu bagian terpenting dalam
penyusunan rencana zonasi WP-3-K. Data yang dikumpulkan berupa data
sekunder yang berasal dari instansi terkait, terutama data yang berupa
data spasial dan hasil-hasil pemetaan yang telah dilakukan oleh instansi
tersebut. Data sekunder yang dikumpulkan dari instansi terkait memiliki
berbagai macam bentuk dan format, diantaranya berupa peta analog
(hardcopy), peta digital (data digital), dan data tabular/numerik.
Tabel 4.1. Jenis dan bentuk data sekunder yang dikumpulkan
dalam penyusunan rencana zonasi WP-3-K
N
o
Jenis
Data
Tipe Data
Format
Data
Contoh Data/Peta
Peta
Analog
Peta Cetakan
Hardcopy
Data/Pet
a Digital
Shapefile
Shapefile
Shapefile
Data Hasil
Interpretasi Citra
Satelit
Shapefile
Shapefile
Data numerik
(Angka) yang
memiliki informasi
Lokasi
.xls, .dbf
Data
Tabular/
Numerik
17
18
KATEGO
RI DATA
Peta
Dasar
JENIS
DATA/PETA
SKALA/RESOLUSI
BENTUK/FORMA
T DATA/PETA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
Peta
Rupabumi
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
BIG
Lingkungan
Pantai
Indonesia
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
BIG
Citra Satelit
Resolusi 30 x 30 m, 10
x 10 m
Softcopy
Citra satelit
LAPAN
4.1.2.
Dataset Dasar
Data spasial dasar merupakan data spasial yang menjadi dasar dalam pemetaan tematik suatu wilayah.
Data spasial dasar terbagi menjadi data terestrial dan bathimetri.
Tabel 4.3. Pengumpulan Dataset Dasar dari Berbagai Instansi untuk RZWP-3-K
19
KATEGORI
DATA
Garis Pantai
Garis pantai
1:
250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
BIG
Bathimetri
Bathimetri
1:
250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
BIG
1:
250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
BIG
Batas
Wilayah Laut
Provinsi
JENIS
DATA/PETA
Wilayah
Administrasi
SKALA/R
ESOLUSI
BENTUK/FORMA
T
DATA/PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
DISHIDROS
TNI AL
4.1.3.
Dataset Tematik
Data spasial tematik merupakan data spasial yang memiliki tema tertentu yang dibutuhkan sebagai
bahan penyusunan peta tematik. Data tematik yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana zonasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terbagi menjadi data geologi dan geomorfologi, oseanografi;
penggunaan lahan, status lahan, rencana tata ruang wilayah, pemanfaatan wilayah laut, sumberdaya
air, ekosistem pesisir dan sumberdaya ikan, infrastruktur, demografi dan sosial, ekonomi wilayah, dan
risiko bencana dan pencemaran.
Tabel 4.4. Pengumpulan Dataset Tematik dari Berbagai Instansi
20
KATEGOR
I DATA
Oseanogr
af
Geologi
dan
Geomorfo
logi Laut
JENIS
DATA/PETA
Oseanografi
Fisik:
a. Arus
b. Gelombang
c. Pasang Surut
d. Suhu
Permukaan
e. Kecerahan
SKALA/
RESOLUSI
BENTUK/
FORMAT
DATA/ PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy
Dishidros, KKP,
LIPI, Instansi
terkait,
Perguruan
Tinggi
Oseanografi
Kimia
a. pH
b. salinitas
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy
Dishidros, KKP,
LIPI, Instansi
terkait,
Perguruan
Tinggi
Oseanografi
Biologi
Klorofil
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy
Dishidros, KKP,
LIPI, Instansi
terkait,
Perguruan
Tinggi
Geologi Laut
1 : 250.000
Softcopy &
hardcopy
Pusat Survei
Geologi, Kemen
ESDM
(Walidata)
P3GL
Kementerian
ESDM
21
KATEGOR
I DATA
JENIS
DATA/PETA
SKALA/
RESOLUSI
BENTUK/
FORMAT
DATA/ PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
Dit. Vulkanologi
Kementerian
ESDM
Ekosiste
m Pesisir
dan
Pulaupulau
kecil
Sumberd
Substrat Dasar
Laut
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
- Pusat
Penelitian dan
Pengembangan
Geologi Laut
Kemen ESDM
(Walidata)
Deposit pasir
laut
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
Mangrove
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy
Dit. Konservasi
Tanah dan Air
KLHK
(Walidata), BIG,
LIPI, KKP
Terumbu
Karang
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy
Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI
(Wali
data),
BIG , KKP
Lamun
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy
Peta Lamun
skala 1 : 250.000, 1 : 50.000,
Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI
(Wali data), BIG,
KKP
Pelagis
1 : 250.000
Softcopy
- Pusat
Penelitian dan
22
KATEGOR
I DATA
JENIS
DATA/PETA
pemanfaa
tan ruang
laut yang
telah ada
BENTUK/
FORMAT
DATA/ PETA
1 : 50.000
aya Ikan
(Jenis
dan
Kelimpah
an Ikan)
SKALA/
RESOLUSI
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
Pengembangan
Perikanan KKP
(Walidata
Sumberdaya)
KKP, Instansi
terkait
Demersal
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy
- Pusat
Penelitian dan
Pengembangan
Perikanan KKP
(Walidata
Sumberdaya)
KKP, Instansi
terkait
Kawasan
Pemanfaatan
Umum
(bangunan
laut,
transportasi
atau utilitas
laut,
infrastruktur
laut, KJA,
Bagan, Fishing
Ground,
Pendaratan
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy
KKP, Instansi
terkait
23
KATEGOR
I DATA
JENIS
DATA/PETA
SKALA/
RESOLUSI
BENTUK/
FORMAT
DATA/ PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
Pesawat,
pariwisata,
pertambangan,
pemanfaatan
masyarakat
hukum adat,
tempat suci,
dan lain-lain)
Dokumen
Perencan
aan
Pemanfaa
tan
Kawasan
Konservasi
atau Kawasan
Lindung Laut
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
KKP, KLHK
Alur Laut
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
Peta
laut skala 1 : 250.000, 1 :
50.000,
Kemenhub,
Kementerian
ESDM, KKP,
LIPI, Instansi
terkait
Kawasan
Strategis
Nasional
Tertentu
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
KKP, TNI,
Kemenhub,
Kemenparekraf
Rencana Induk
Pariwisata,
Rencana Induk
Pelabuhan, dan
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
Kementerian/
Lembaga
terkait, SKPD
24
KATEGOR
I DATA
JENIS
DATA/PETA
Perairan
Pesisir
lain-lain
Sosial,
Ekonomi
dan
Budaya
Data
Kependudukan
dan Sosial:
Populasi:jumla
h, kepadatan
dan distribusi
umur (time
series 10
tahun)
Trend
pertumbuhan
populasi :
tingkat
kelahiran dan
kematian (time
series 10
tahun)
Pendidikan
umum
Mata
Pencaharian
Agama
Budaya
Tingkat akses
dan
keterlayanan
SKALA/
RESOLUSI
1 : 250.000
1 : 50.000
BENTUK/
FORMAT
DATA/ PETA
Softcopy &
hardcopy
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
- Direktorat
Diseminasi
Statistik, BPS
(Walidata
Demografi)
Peta RTRW,
Data BPS (time
series)
25
KATEGOR
I DATA
JENIS
DATA/PETA
SKALA/
RESOLUSI
BENTUK/
FORMAT
DATA/ PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
fasilitas
publik: listrik,
air bersih,
sanitasi,
kesehatan,
pendidikan
Lembaga
Masyarakat,
LSM
Masyarakat
Hukum adat
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
Wilayah
tangkapan
tradisional
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
KKP, DKP,
Bappeda,
Instansi terkait
Tingkat
perekonomian
wilayah:
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
o Pendapatan
perkapita
provinsi
o Pertumbuhan
26
KATEGOR
I DATA
JENIS
DATA/PETA
SKALA/
RESOLUSI
BENTUK/
FORMAT
DATA/ PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
Pendapatan
perkapita
provinsi
o Angkatan kerja
dan tingkat
penganggura
n per
kabupaten
o Tenaga kerja di
bidang
perikanan,
pertanian,
kehutanan,
dll
o Populasi dan
kepadatan
nelayan
o Pendapatan di
sektor
perikanan
o Produksi
perikanan
dan sektor
-sektor lain
o Potensi
pengembang
an
sumberdaya
perikanan
27
KATEGOR
I DATA
JENIS
DATA/PETA
SKALA/
RESOLUSI
BENTUK/
FORMAT
DATA/ PETA
SUMBER DATA
INSTANSI
PENYEDIA
DATA
dan kelautan
o Jumlah
wisatawan
o Pendapatan
rata-rata dan
pengeluaran
per sektor
8
Risiko
Bencana
Peta sebaran
daerah rawan
dan risiko
bencana
1 : 250.000
1 : 50.000
Softcopy &
hardcopy
PPIT
BIG
(Walidata Multi
Rawan Bencana)
Dit.
Pengurangan
Risiko Bencana
BNPB (Walidata
Risiko Bencana)
Pusat
Vulkanologi dan
Mitigasi
Bencana Geologi
Kemen
ESDM
(Walidata
Rencana
Bencana
Geologis)
28
Jenis
Data
Tipe Data
Peta
Analog
Peta
Cetakan
Forma
t Data
Contoh
Data/Peta
Hardc
opy
Peta Hardcopy
Rupabumi, Peta
Hardcopy Geologi
Shape
file
Data vektor
penggunaan
lahan, Data vektor
garis pantai
Peta kontur
ketinggian lahan
hasil konversi dari
Data Digital
Elevation Model
(DEM)
Data titik lokasi
sampel
pengukuran fisika
perairan
Data hasil
konversi
data
Shape
file
Data Hasil
Plotting
GPS/Pengu
kur-an
Lapangan
Shape
file
Data Hasil
Interpretasi
Citra
Satelit
Shape
file
Peta batas
ekosistem
mangrove
Data Hasil
Shape
Peta Sebaran
Metode
Pengolahan
Data/Peta
Konversi data
analog ke digital
(scanning),
digitasi, dan
plotting ke peta
dasar
Digitasi dan
plotting ke peta
dasar
Konversi dari data
raster ke data
vektor
(Vectorization) dan
plotting ke peta
dasar
Standardisasi
format dan
kelengkapan data,
Interpolasi dan
plotting ke peta
dasar
Standardisasi
format dan
kelengkapan data
dan plotting ke
peta dasar
Standardisasi
29
Data
Tabular/
Numeri
k
Data
numerik
(Angka)
yang
memiliki
informasi
Lokasi
Xls,
Dbf
Terumbu Karang
hasil Pemodelan
Lyzenga, Peta
risiko bencana,
Peta arah dan
kecepatan arus
Data Jumlah
Penduduk
Kecamatan X,
Data perubahan
luas penggunaan
lahan di kawasan
Pesisir X, Data
Numerik Hasil
Pengukuran Fisika
Perairan di Laut X,
Lokasi
Infrastruktur
format
dan
kelengkapan data
dan plotting ke
peta dasar
Analisis Data dan
Plotting ke peta
dasar
Pemeriksaan Kual
Skala
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
2) Data/Peta Digital
Data atau peta digital merupakan data yang berbentuk
softfile yang diperoleh dari berbagai sumber data. Rincian
pengolahan data atau peta digital adalah sebagai berikut:
a. Data Digital Hasil Plotting/Pengukuran Lapangan
30
Pemeriksaan Kualitas
Data
Skala
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
Pemeriksaan Kualitas
Data
Skala
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
31
Peta Tematik
Peta Tematik
3) Data Tabular/Numerik
Data numerik (angka) merupakan data yang berbentuk
angka-angka atau deskripsi dari obyek atau fenomena
tertentu. Data numerik yang memiliki informasi lokasi (lokasi
relative dan lokasi absolut) dapat dikonversi menjadi data
spasial melalui plotting ke dalam peta dasar. Sebagai contoh
lokasi relative adalah : data wilayah administrasi dan data
Jumlah Penduduk Kecamatan X. Contoh lokasi absolut
adalah : Data Numerik Hasil Pengukuran Fisika Perairan di
Laut X pada koordinat x,y dan Data Lokasi Infrastruktur
pada koordinat x,y.
32
Pemeriksaan Kualitas
Data
Skala
Akurasi Spasial
Akurasi Atribut
33
34
Penajaman Citra
Penajaman citra yang lazim digunakan ada dua, yakni
ekualisasi histogram dan perentangan linear. Teknik
ekualisasi histogram akan memberikan efek kontras yang
tajam (kontras maksimum) pada citra, sehingga perbedaan
antara obyek yang satu dengan obyek lainnya akan lebih
jelas. Teknik ini lebih rumit dari perentangan linear karena
menggunakan hitungan statistik.
Perentangan linear baik untuk mempertajam kenampakan
obyek tertentu yang terwakili oleh histogram. Teknik ini
dapat dilakukan secara interaktif dengan melihat distribusi
nilai citra asli (nilai maksimum dan minimum), kemudian nilai
minimum ditarik ke titik nol dan nilai maksimum ditarik ke
titik 255 (untuk citra dengan resolusi radiometric 8-bit).
Untuk citra multispektral, perentangan dilakukan terhadap
band merah, hijau dan biru dalam komposisi warna RGB.
Metode perentangan ini sangat bermanfaat untuk kajian
terumbu karang, pengenalan obyek secara visual maupun
penentuan titik referensi lapangan pada citra resolusi tinggi.
Secara teknis penajaman kontras ini dapat dilakukan dengan
software GIS.
B. Interpretasi Citra
Interpretasi citra dilakukan untuk memperoleh peta tematik
tentatif yang dilakukan melalui analisis citra satelit dengan
metode
klasifikasi
tak
terbimbing
(unsupervised
classification)
dan
klasifikasi
terbimbing
(supervised
classification). Klasifikasi tak terbimbing dilakukan dengan
cara mengklasifikasikan piksel ke dalam sejumlah kelas yang
memiliki pola atau ciri yang sama. Untuk klasfikasi
terbimbing dilakukan dengan cara Digitasi on screen dengan
menginterpretasi pada citra penginderaan jauh secara
manual pada layar monitor dengan pendekatan unsur
rona/warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs,
asosiasi, dan konvergensi bukti.
4.3.2.
Metode Survei Lapangan
Metode survei lapangan dilakukan pada data-data yang
memerlukan validasi ataupun data yang tidak dapat diperoleh
dari data sekunder. Metode survei yang digunakan berbedabeda disesuaikan dengan jenis data yang dihasilkan dengan
menggunakan standar yang telah ditentukan.
A. Bathimetri
Metode Pengukuran Bathimetri
35
36
Keterangan :
GPS Satellites
Known Station (BM)
Sounding Boat + Mobile DGPS + Echosounder
Tide Observation/Tide Pole
37
38
12 mil
Daratan
41
Bongkah
Berangkal
Kerakal
Kerikil
Pasir sangat kasar
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus
Pasir sangat halus
Lanau
Lempung
> 256
64 256
4 64
2 4
1 2
0,5 1,0
0,25 0,50
0,125 0,250
0,063 0,125
0,0039 0,0630
< 0,0039
42
43
2)
3)
4)
44
45
Spring tide
Neap tide
AK 1+ AO 1
AM 2 + AS 2
dimana :
F
= Konstanta pasut
AK1
= Amplitudo dari anak gelombang pasut
harian rata-rata yang dipengaruhi oleh
deklinasi bulan dan matahari
AO1 = Amplitudo dari anak gelombang pasut harian
tunggal yang dipengaruhi oleh deklinasi
matahari
AM2 = Amplitudo dari anak gelombang pasut harian
ganda rata-rata yang dipengaruhi oleh bulan
46
47
48
49
Keterangan Gambar :
Persiapan Pemasangan Wave Recorder di atas kapal
Instalasi Deploy Wave Recorder
Penyelam untuk membantu pemasangan wave recorder di dasar perairan
dianalisis
gelombang
50
51
52
53
54
Permukaan Air
Sel Akhir
Kedalaman Perairan
Sel Awal
Noise Distance
Blank Distance
Ketinggian Alat
Dasar Perairan
55
56
57
58
59
60
61
Gambar 4.35. Contoh Current Rose Kedalaman Ratarata di Perairan kab. Natuna, prov. Kepulauan Riau
Tanggal 8 - 14 September 2015.
62
dimana :
H
= kedalaman air
zb
= elevasi dasar sungai
zb+ H = elevasi muka air
u
= kecepatan horizontal arah x
v
Persamaan kontinuitas untuk aliran dua dimensi ratarata kedalaman (averaged continuity equation) dapat
dituliskan sebagai :
H
HU HV 0
t x
y
zb 1 H 2 1
( HU ) + ( xx HUU ) +
xy HUV )+ gH
+ g
+ bx sx ( H xx )
(
t
x
y
x 2 x
x
z 1 H2 1
( HV )+
xy HUV ) +
yy HVV ) + gH b + g
+ by sy ( H yx )
(
(
t
x
y
y 2 y
x
bx by
sx sy
xx, xy, yx yy
g
gn 2
1
C 2 2 H 3
Untuk
penyederhanaan
perhitungan,
nilai
eddy
viskositas kinematik rata-rata kedalaman dianggap
isotropik (diasumsikan bahwa nilai xx = xy = yx =
yy), dan eddy viskositas isotropik dinotasikan dengan
yang nilainya (0,3 0,6 U*H).
Hasil pemodelan matematik hidrodinamika pola arus
berupa nilai kecepatan dan arah arus disetiap titik-titik
66
67
68
69
70
71
72
Rusak
Baik
Buruk
Sedang
Baik
Baik sekali
dimana :
H
n
ni
73
dimana :
H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner
S = jumlah spesies dalam sampel
ni = jumlah individu ikan karang jenis ke-i
N = jumlah total individu seluruh jenis
Analisa data tentang nilai Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wienner adalah :
H < 1 = berarti komunitas dalam kondisi tak
stabil
1<H<3
= berarti komunitas dalam kondisi
sedang (moderat)
H>3
dimana :
J = Indeks Keseragamanan
74
dimana:
C = Indeks Dominasi Jenis
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
2. Data Lamun
Lamun memegang peranan penting pada komunitas pesisir
karena merupakan pendukung bermacam-macam fauna
yang berasosiasi di dalamnya, sehingga keberadaannya
mempengaruhi produktivitas pesisir. Komunitas ini juga
berperan sebagai penstabil sedimen dan mengontrol
kualitas dan kejernihan air.
Padang lamun pada wilayah tropis hidup di perairan
dangkal dengan substrat halus disepanjang pantai dan
estuari. Coles et.al, (1993) menyatakan bahwa komposisi
spesies lamun terdapat pada: (1) perairan dangkal
kurang dari 6 meter merupakan daerah dengan kelimpahan
tinggi; (2) perairan
kedalaman
antara
6
sampai
kedalaman 11 meter, didominasi oleh Halodule spp dan
Halophila spp; dan (3) perairan dengan lebih dari 11
meter, hanya dihuni oleh Halophila spp.
Metode Pengumpulan Data Lamun
75
C= M i x F i /f
i=1
Keterangan:
C = nilai persentae penutupan lamun (%)
Mi = nilai tengah kelas penutupan ke-i
Fi = frekuensi munculnya kelas penutupan ke-i
f = jumlah total frekuensi penutupan kelas
Tabel. 4.4 Persentase Luas Tutupan Padang Lamun
(Kepmen LH No. 200 Tahun 2004)
PARAMET
ER
Prosentas
e Luas
Tutupan
Padang
Lamun
< 29,9
Rusak
Kurang
kaya/kurang sehat
30 59,9
Baik
Kaya/sehat
> 60
76
ni
x 100
N
Keterangan:
Ki = komposisi jenis ke-i (%)
ni = jumlah individu jenis ke-i (ind)
N = jumlah total individu (ind)
Kerapatan Jenis Lamun
Kerapatan jenis lamun yaitu jumlah total individu suatu
jenis lamun dalam unit area yang diukur. Kerapatan
jenis lamun ditentukan berdasarkan rumus:
p
K i =
i=1
ni
A
Keterangan:
Ki = kerapatan jenis ke-i (ind/m2)
ni = jumlah individu atau tegakan dalam transek kei (ind)
A = luas total pengambilan sampel (m2)
Penutupan Spesies
Penutupan Spesies (PCi) adalah perbandingan antara
luas area penutupan jenis i (Ci) dan luas total area
penutupan untuk seluruh jenis (A), yang dijelaskan
melalui rumus:
PCi = (Ci / A) x 100
3. Data Mangrove
Hutan mangrove merupakan komunitas pantai tropis yang
didominasi oleh beberapa jenis mangrove yang mampu
tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut baik
77
Sumber data
Kerja
laboratoriu
m
1:
250.00
0
Peta
dasar
dengan tingkat
kedetilan
peta
1: 250.000
1:
50.000
Peta
dasar Deliniasi
Survei
verifikasi
dengan tingkat mangrove:
tutupan
mangrove
kedetilan
peta
dan non-mangrove
Klasifikasi Transek/jalur
1: 50.000
yang
penutupan
diambil
secara
tajuk
sistematik
dengan
awal teracak:
Penutupan tajuk
Kerapatan pohon
Deliniasi
tutupan
vegetasi
mangrove
Survei verifkasi
lapangan
Survei
verifikasi
tutupan mengrove dan
non-mangrove
Klasifkasi
1:
Mangrove
250.00 Non-mangrove
0
1:
50.000
Kerapatan ( pohon/ha)
= Indeks Keanekaragaman
= (ni / N)
= jumlah individu dari jenis ke-i
80
jenis
tinggi
dan
; dan
Hmaks = l n S
dimana:
H
= Indeks Keanekaragaman
= Jumlah Jenis
81
Parameter yang
digunakan
1
: 1. Suhu permukaan laut
250.000
(SPL atau SST)
2. Klorofil
3. Sea Surface height
Anomaly (SSHA) Arus
Keterangan
Data diperoleh dari citra
penginderaan
jauh
oseanografi dan altimetri
multitemporal (5 tahunan)
dilakukan
melalui
langkah-
84
85
densitas
ikan
menggunakan
Metode
86
Jarak titik/area
terdekat
fishing
ground
ke
pelabuhan
87
Data
Sumber Data
Keterangan
Kondisi
ekosistem Survei
(buruk, sedang, baik lapangan
sangat baik)
Kelimpahan ikan
Keanekaragaman/ke Survei
kayaan jenis ikan lapangan
(ikan target)
Kondisi ekosistem
mempengaruhi
kelimpahan ikan
Survei
lapangan
Kedalaman perairan
Peta bathimetri
Distribusi
ikan
demersal sangat
dibatasi
oleh
kedalaman
karena jenis ikan
demersal hanya
mampu
bertoleransi
terhadap
kedalaman
tertentu sebagai
akibat perbedaan
tekanan air.
Peta morfologi
dasar perairan
dan bathimetri
(analisis garis
isodepth)
Persebaran
habitat
ikan
demersal
di
sekitar ekosistem
dengan morfologi
dasar laut landai
lebih
jauh
jangkauannya
dibandingkan
89
karena
faktor
kedalaman
4
Kecerahan air
Citra satelit
atau survei
lapangan
Mempengaruhi
feeding activity
Pencemaran
Pengukuran
lapangan
Mempengaruhi
distribusi/kehidu
pan ikan
Parameter
Skor
1
Kondisi ekosistem
terumbu karang/ tutupan
karang hidup
Buruk
(<25%
)
Sedang
(2549,9%)
Baik &
sangat
baik
(50%)
Kondisi ekosistem
padang lamun/
penutupan lamun
Miskin
(<29,9
%)
Kurang
Kaya
(30
59,9%)
Kaya
(50%)
Kondisi ekosistem
mangrove/ penutupan
mangrove
Jarang
(<50%
)
Sedang
(5069,9%)
lebat
(70%)
Kelimpahan ikan
Renda
h
Sedang
Tinggi
Kekayaan Jenis
<10
jenis
10 30
jenis
> 30 jenis
<3
dan
>100
3-5 dan
50-100
5-50
landai
Landai curam
curam
Kecerahan
<5
5-10
> 10
Pencemaran
Ada
Sedikit
Tidak Ada
90
dimana :
H = Indeks keanekaragaman
Pi = Perbandingan proporsi ikan ke i
S = Jumlah ikan karang yang ditemukan
Indeks keanekaragaman digolongkan dalam kriteria
sebagai berikut :
H 2
: Keanekaragaman kecil
2 < H 3 : Keanekaragaman sedang
92
: Keanekaragaman tinggi
dimana :
E
H maks
S
= Indeks keseragaman
= Ln S
= Jumlah ikan karang yang ditemukan
dimana :
C = Indeks dominansi
Pi = Perbandingan proporsi ikan ke i
S = Jumlah ikan karang yang ditemukan
Nilai indeks dominansi berkisar antara 1 0. Semakin
tinggi nilai indeks tersebut, maka akan terlihat suatu
biota mendominasi substrat dasar perairan. Jika nilai
93
dimana:
R : Disaster Risk ; Risiko Bencana
H
: Hazard Threat : Frekuensi (kemungkinan)
bencana tertentu cenderung terjadi dengan
intensitas tertentu pada lokasi tertentu.
V : Vulnerability : Kerugian yang diharapkan (dampak)
di daerah tertentu dalam sebuah kasus bencana
tertentu terjadi dengan intensitas tertentu.
Perhitungan variabel ini biasanya didefinisikan
95
96