Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur atau fungi adalah sel eukariotik tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai
hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap nutrien
melalui dinding selnya, dan mengekskresikan enzym-enzym ekstraselular ke lingkungan
melalui spora, melakukan reproduksi seksual dan aseksual (Gandjar,et al 2006)
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof,

tipe

sel:

sel

eukarotik. Jamur

ada

yang

uniseluler

dan

multiseluler.Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat


membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium
Mc. Kane (1996) mengatakan setiap fungi tercakup di dalam satu kategori,
dibedakan atas tipe spora, morfologi hifa, dan siklus seksualnya taksonomi. Kelompokkelompok ini adalah: : Oomycetes, Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan
Deuteromycetes kecuali Deuteromycetes semua fungi menghasilkan spora seksual.
Berikut tabel untuk membedakan lima kelompok fungi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, makan penulis akan membahas tentang
Deuteromycetes mulai dari ciri-ciri atau karakteristik, siklus hidup, reproduksi klasifikasi
dan peranannya dalam kehidupan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang didapat adalah
1. Apakah ciri-ciri atau karakteristik Deuteromycetes?
2. Bagaimana siklus hidup Deuteromycetes?
3. Bagaimana proses reproduksi pada Deuteromycetes?
4. Bagaimana klasifikasi Deuteromycetes?
5. Bagaimana peranan Deuteromycetes dalam kehidupan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri atau karakteristik Deuteromycetes
2. Untuk menganalisis siklus hidup Deuteromycetes
3. Untuk menganalisis reproduksi pada Deuteromycetes
4. Untiuk mendeskripsikan klasifikasi Deuteromycetes
5. Untuk mendeskripsikan peranan Deuteromycetes dalam kehidupan
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut, maka manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Dapat mendeskripsikan ciri-ciri atau karakteristik Deuteromycetes
2. Dapat menganalisis siklus hidup Deuteromycetes
3. Dapat menganalisis reproduksi pada Deuteromycetes

4. Dapat mendeskripsikan klasifikasi Deuteromycetes


5. Dapat mendeskripsikan peranan Deuteromycetes dalam kehidupan

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Ciri-ciri Deuteromycetes
Deuteromycota berasal dari 2 kata yaitu deutero yang artinya urutan kedua atau
tidak sempurna, dan mycota yang artinya fungi. Jadi, Deuteromycota adalah jamur kelas
dua atau jamur yang tidak sempurna.Deuteromycota awalnya adalah suatu kelas dari
jamur yang setara dengan Basidiomycota, Ascomycota, dan sebagainya yang hanya
diobservasi dari morfologi dan fisiologinya saja, namun cara perkembangbiakan secara
generatif tidak atau belum ditemukan atau belum diketahui. Semua jamur yang "tidak
jelas" seperti itu masuk ke Deuteromycota. Namun sejak tahun 1990an, takson
Deuteromycota sudah tidak ada lagi, para ahli mycologi sepakat untuk memasukkan
jamur-jamur yang ada pada Deuteromycota ke kelas lain sesuai dengan aspek fisiologis
dan morfologisnya, lalu dengan adanya konsep pengklasifikasian berbasis DNA, jamurjamur ex-Deuteromycota berpindah-pindah lagi, namun bukan secara kelas melainkan
pada tingkatan famili atau genus.

Jamur Deuteromycota adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan
belum diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga
tidak termasuk dalam kelas jamur Ascomycota atau Basidiumycota. Oleh karena itu,
jamur Deuteromycota merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfeksi).
Divisi ini disebut juga fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna.Divisi ini
seolah dibuat untuk mengelompokkan semua jamur yang tidak termasuk ke dalam divisi
lainnya.Ciri utama dari divisi ini adalah belum diketahuinya reproduksi seksual selama
siklus hidupnya.Jamur Deuteromycota hanya ditemukan di daratan.Sebagian besar
anggota divisi ini kemungkinan berkerabat dengan Ascomycota karena adanya
pembentukan konidia.Sisanya kemungkinan adalah Zygomycota dan Basidiomycota yang
tidak melakukan reproduksi seksual. Jika studi lebih lanjut pada suatu spesies
Deuteromycota menunjukan adanya reproduksi seksual, maka spesies itu akan
dikeluarkan dari divisi ini.
Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik dan sebagian yang lain
hidup sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan
tanaman hias. Jamur ini juga menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu dematomikosis
(kurap dan panu) dan menimbulkan pelapukan pada kayu.Contoh klasik jamur
Deuteromycota adalah Moniliasitophila , yaitu jamur oncom. Jamur Deuteromycota
umumnya digunakan untuk pembuatan oncom dari bungkil kacang. Monilia sitophila
juga dapat tumbuh dari roti , sisa- sisa makanan, tongkol jagung , pada tonggak tonggak
atau rumput sisa terbakar, konodiumnya sangat banyak dan berwarna jingga.
Karakteristik Jamur Deuteromycota
Jamur Deuteromycota memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Hifa bersekat
Tubuh berukuran mikroskopis
Bersifat multiseluler
Tidak berklorofil
Eukariotik
Heterotrof
Dinding sel tersusun atas zat kitin
Tergolong kedalam fungi imperfect yang banyak menimbulkan penyakit pada

tanaman budidaya dan manusia.


9. Merupakan fingi yang tidak sempurna karena tidak memiliki askus/ basidium.

10. Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah dan sisa-sisa
makanan
11. Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui
12. Hidup didaratan dan tempat lembab.
B. Siklus Hidup Deuteromycetes

Jamur ini bersifat saprofit dibanyak jenis materi organik, sebagai parasit pada
tanaman tingkat tinggi , dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Jamur ini juga
menyebabkan penyakit pada manusia , yaitu dermatokinosis (kurap dan panu) dan
menimbulkan pelapukan pada kayu. Contoh klasik jamur ini adalah monilia sitophila ,
yaitu jamur oncom. Jamur ini umumnya digunakan untuk pembuatan oncom dari bungkil
kacang. Monilia juga dapat tumbuh dari roti , sisa- sisa makanan, tongkol jagung , pada
tonggak tonggak atau rumput sisa terbakar, konodiumnya sangat banyak dan berwarna
jingga.

C. Reproduksi Deuteromycetes
Jamur ini hanya diketahui cara reproduksi aseksualnya saja oleh karena itu sering
disebut fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna. Reproduksi aseksual jamur
deuteromycota yaitu dengan cara pembentukan konidia.

Jamur ini bereproduksi secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau


menghasilkan hifa khusus yang disebut konidiofor.Kemungkinan jamur ini merupakan
suatu peralihan jamur yang tergolong Ascomycota ke Basidiomycota tetapi tidak
diketahui hubungannya.
Jika suatu jamur deuteromycota ini diketahui cara reproduksi seksualnya maka
dimasukkan ke dalam kelompok jamur yang lain. Contohnya Monilia sitophila, setelah
diketahui reproduksi seksualnya dengan menghasilkan askospora, jamur ini dimasukkan
ke dalam jamur Ascomycota dan diganti namanya menjadi Neurospora crassa (jamur
oncom).
Fase pembiakan secara vegetatif pada Monilia sitophila ditemukan oleh Dodge
(1927)

dari

Amerika

serikat,

sedangkan

fase

generatifnya

ditemukan

oleh

Dwidjoseputro (1961). Setelah diketahui fase generatifnya, jamur ini dimasukkan ke


dalam

golongan

Ascomycota

dan

diganti

namanya

menjadi Neurosora

sitophila atauNeurosora crassa.


Perubahan pengelompokan jamur tersebut akan mengubah nama spesiesnya.
Sebagai contoh adalah jamur oncom. Mula-mula, jamur ini digolongkan Deuteromycota
dengan nama Monilia sitophila. Namun, ketika Prof. Dwidjoseputro (almarhum) dari
IKIP

Malang

(sekarang

Universitas

Negeri

Malang)

melakukan

penelitian,

ternyata Monilia sitophilia dapat melakukan reproduksi seksual dan menghasilkan askus.
Oleh beliau jamur oncom dimasukkan ke dalam Ascomycota dan namanya berubah
menjadi Neurospora sitophila. Lihat Gambar 1.9. Beberapa jamur Deuteromycota
lainnya yang diklasifikasi ulang menjadi Ascomycota antara lain jamur dari
genus Aspergillus sp, Candidasp, dan Penicillium sp Oleh ahli mikologi, nama
genusAspergillussp

diubah

menjadi Eurotiumsp, Candida sp

menjadi Pichia

sp

dan Penicillium sp menjadi Talaromyces sp.


Contoh lain jamur yang tidak diketahui alat reproduksi seksualnya antara lain
Chladosporium sp, Curvularia sp, Gleosporium spdan Diploriasp. Untuk memberantas
jamur ini digunakan fungisida, misalnya Lokanol Dithane M-45 dan Copper Sandoz.
(Campbell et al. 2005; Purves et al. 2004).
D. Peranan Deuteromycetes

1. Peranan yang Menguntungkan


a. Monilia sitophila digunakan untuk pembuatan oncom.
b. Penicillium chrysogenum dan berperan dalam industri antibiotic
c. Penicillium notatum penghasil antibiotik penisilin
d. Penicillium roqueforti dan Penicillium camemberti sering digunakan dalam
pembuatan keju.
e. Aspergillus niger untuk menjernihkan sari buah
f. Aspergillus oryzae digunakan untuk melunakkan adonan roti
g. Aspergillus wentii digunakan untuk pembuatan kecap, tauco, sake, dan asam
oksalat.
2. Peran yang Merugikan
a. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
b. Epidermophytonmicrosporum, penyebab penyakit kurap.
c. Melazasia fur-fur, penyebab panu.
d. Altenaria sp, hidup pada tanaman kentang.
e. Fusariumsp, hidup pada tanaman tomat.
f. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
g. Sclerothium rolfsie, menyebabkan penyakit busuk pada tanaman
h. Helminthosporium oryzae, menimbulkan noda berwarna hitam pada daun.
i. Candida albicans, menyebabkan infeksi pada vagina.
j. Chaclosporium sp, parasit pada buah-buahan dan sayuran
k. Diplodiasp parasit pada tanaman jagung
l. Verticillium sp banyak menyerang bibit tanaman.
m. Epidermophyton sp,Microsporium sp, dan Trichophyton spmenyebabkan penyakit
dermatofitosis (penyakit pada kulit, rambut, dan kuku) pada hewan dan manusia.
n. Aspergillus spparasit yang menimbulkan penyakit aspergillosis yang menyerang
paru-paru pada manusia, yaitu Aspergillus flavus. A. Fumigatus adalah penyebab
infeksi saluran pernapasan.
E. Klasifikasi Deuteromycetes
Dikenal sekitar 15.000 jamur yang semuanya tidak melakukan reproduksi seksual.
Kebanyakan Deuteromycota bersel banyak yang membentuk hifa tak bersekat,
namun beberapa

jenis

merupakan

organisme

bersel

tunggal

yang membentuk

pseudomiselium (miselium semu) pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada


jenis-jenis tertentu ditemukan hifanya bersekat dengan sel yang berinti satu,
namun kebanyakan berinti banyak. Deuteromycota berkembangbiak dengan membentuk
spora aseksual melalui fragmentasi dan konidium yang bersel satu atau bersel banyak.
Klasifikasi Deutromycetes sangat rumit. Tidak adanya fase seksual pada fungi ini
menyebabkan

timbulnya

berbagai

kontroversi

tentang

bagaimana

cara

mengklasifikasikannya.Deutromycotayang

telah

diketahui

reproduksi

seksualnya

kemudian diklasifikasi ulang.Apabila membentuk askospora, maka dimasukkan kedalam


Ascomycota dan bila membentuk Basidiospora dikelompokkan kedalam Basidiomycota.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi konidia dan konidiomata yang dibentuknya, fungi
ini dikelompokkan kedalam tiga kelas yaitu:
1. Blastomycetes
Thalus

blastomycetes

mirip

khamir

dan

tidak

menghasilkan

konidia.

Contohnya Candida sp, Ccryptococus sp, dan Torulopsis sp. Anggota pada jamur ini
dapat berparasit pada tubuh manusia, seperti infeksi yang terjadi melalui saluran
pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang
diakibatkan oleh jamur Blastomycetesdermatitidis dan Blastomycetes brasieliensi.
2. Coelomycetes
Spora atau konidia dibentuk dalam konidiomata dan biasanya berupa aservulus
atau piknidium. Terbagi menjadi dua Ordo, yaitu:
a. Ordo Sphaeropsidales
b. Ordo Melanconiales
3. Hypomycetes
Hypomycetes tidak membentuk konidiomata, konidia langsung dibentuk pada
cabang hifa khusus. Terbagi menjadi dua ordo yaitu:
a. Ordo Moniliales
Cendawan yang berfungsi sebagai cendawan pathogen seranggan pada umumnya
dari divisi Deuteromyceta, ordo Moniliales, famili Moniliaceae, seperti Beauveria
bassinana,

Metarhizium

sp,

Hirsutella

citriformi,

Nomuraea

rileyi.

Cendawan mematikan hama dengan cara mengifeksi tubuh inang. Perkembangan infeksi
sangat dipengarhi kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban yang tinggi).Suhu optimum
untuk pertumbuhan cendawan pathogen 23-25 C.
a) Beauveria bassiana
Beauveria bassiana termasuk dalam golongan pathogen serangga ordo Monililes,
famili Moniliaceae.Ciri-cirinya yaitu:

Cendawan berwarna putih, penyebaran spora melalui air atau terbawa angin.
Menginfeksi serangga melalui integument/jaringan lunak. Selanjutnya hifa tumbuh
dari konidia dan merusak jaringan.

Cendawan tumbuh keluar dari tubuh inang pada saat cendawan siap menghasilkan

spora untuk disebarkan.


Apabilakeadaan tidak mendukung, perkembangan cendawan hanya berlangsng
didalam tubuh serangga tanpa keluar menembus integument.
b) Metarhizium sp
Metarhizium termasuk golongan pathogen serangga ordo Moniles, famili

Moniliaceae. Ciri-cirinya yaitu:

Cendawan berwarna putih, penyebaran spora melalui air atau terbawa angin.
Spora menginfeksi tubuh serangga melalui integument/jaringan lunak.
Selanjutnya hifa tumbuh dari konidia dan merusak jaringan.
Cendawan berkembang membentuk hifa putih yang keluar dari tubuh inang pada saat

cendawan siap menghasilkan spora untuk disebarkan.


b. Ordo Agonomycetales

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Deuteromycota memiliki karakteristik yaitu Hifa bersekat, Tubuh berukuran
mikroskopis, Bersifat multiseluler, Tidak berklorofil, Bersifat parasit pada ternak dan
ada yang hidup saprofit pada sampah dan sisa-sisa makanan dan Reproduksi aseksual
dengan konidium dan seksual belum diketahui.
2. Deuteromycota adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan belum
diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga tidak
termasuk dalam kelas jamur Ascomycota atau Basidiumycota. Oleh karena itu, jamur
Deuteromycota merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfeksi).
3. Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik dan sebagian yang lain
hidup sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan
tanaman hias.

4. Jamur ini hanya diketahui cara reproduksi aseksualnya saja oleh karena itu sering
disebut fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna. Reproduksi aseksual jamur
deuteromycota yaitu dengan cara pembentukan konidia.
5. Fungi ini dikelompokkan kedalam tiga kelas yaitu Blastomycetes, Coelomycetes, dan
Hypomycetes
6. Deuteromycota mempunyai peranan yang menguntungkan dan peranan yang
merugikan.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan.Untuk
itu saran dari pembaca sangat diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB.
Campbell, dkk. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga
Gandjar, Indrawati, Wellyzar Sjamsuridzal dan Ariyanti Oetari, 2006. Mikologi Dasar dan
Terapan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta.
Kimball, John W. 1999. Biologi jilid 3. Jakarta: Erlangga
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip

Fisioloogi

Tumbuhan

Untuk

daerah

Tropis. Jakarta: Gramedia


Pelczar, Michael J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.
Sasmitamihardja, Drajad,

dkk.

1990.

Dasar-dasar

fisiologi

Tumbuhan.

Bandung: FMIPA ITB


Suradinata, Tatang. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa
Syarief.2009. Botani Tumbuhan Rendah.Jakarta : PPATK
Tjitrosoepomo, gembong.2005. TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH (Schizophyta.
Thallophyta, Bryophyta. Pteridophyta). Yogyakarta : Gajah Mada University
press.
Yudianto, A.S. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung : Tarsirp
Zubaidah, siti. 2000. Jamur. Malang : Universitas negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai