Anda di halaman 1dari 18

1

*MAKALAH PENYULUHAN
AUTISME

Disusun Oleh :
Rifhani Atthaya Putri (120100124)
Supervisor:
dr. Sri Sofyani, M.Ked(Ped), SpA(K)
dr. Azwan Hakmi, M.Kes, SpA
dr. Lily Rahmawati, SpA, IBCLC
dr. Monalisa Elizabeth, M.Ked(Ped), SpA
dr. Ika Citra Dewi, M.Ked(Ped), SpA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUP H. ADAM MALIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB 1

PENDAHULUAN............................................................. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 2


2.1. Definisi................................................................................. 2
2.2. Etiologi................................................................................. 4
2.3. Karakteristik Anak Autis...................................................... 5
2.4. Diagnosis.............................................................................. 10
2.5. Jenis Gangguan.................................................................... 11
2.6. Orangtua yang Memiliki Anak Autis................................... 13
2.7. Prinsip - Prinsip Penanganan............................................... 13
BAB 3 KESIMPULAN................................................................... 15
REFERENSI

16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Anak merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya.

Keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut dengan penuh


bahagia. Semua orang tua mengharapkan memiliki anak yang sehat,
membanggakan, dan sempurna, akan tetapi, terkadang kenyataan yang terjadi
tidak sesuai dengan keinginan. Sebagian orang tua mendapatkan anak yang
diinginkannya dan sebagian lagi tidak. Beberapa diantaranya memiliki anak
dengan kebutuhan-kebutuhan khusus, seperti mengalami autisme .1
Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami peningkatan.
Awal tahun1990-an, kasus autisme masih berkisar pada perbandingan 1: 2.000
kelahiran.(Synopsis of Psychiatry). Di Amerika Serikat pada tahun 2000 angka ini
meningkat menjadi 1 dari 150 anak punya kecenderungan menderita autisme
(Sutism Research Institute). Di Inggris, datanya lebih mengkhawatirkan. Data
terakhir dari CDC (Center for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat
pada tahun 2002 juga menunjukkan prevalensi autisme yang semakin membesar,
sedikitnya 60 penderita dalam 10.000 kelahiran. Berdasarkan data International
Congress on Autisme tahun 2006 tercatat 1 dari 150 anak punya kecenderungan
autisme. Pada tahun yang sama data dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat menyebut,
prevalensi penyandang autism di beberapa negara bagian adalah 1 dari 88 anak
usia 8 tahun .2
Penelitian di Korea Selatan tahun 2005-2009 menemukan, autisme pada
26,4 dari 1.000 anak usia 7-12 tahun. Meningkatnya jumlah kasus autisme ini
kemungkinan karena semakin berkembangnya metode diagnosis, sehingga
semakin banyak ditemukan anak penderita Autism Spectrum Disorder (ASD).
Sampai saat ini, belum ada data pasti mengenai jumlah penyandang autisme di
Indonesia. Data yang akurat dari autisme ini sukar didapatkan, hal ini disebabkan
karena orang tua anak yang dicurigai mengindap autisme seringkali tidak

menyadari gejala-gejala autisme pada anak. Akibatnya, mereka tidak terdeteksi


dan begitu juga keluarga yang curiga anaknya ada kelainan mencari pengobatan
ke bagian THT karena menduga anaknya mengalami gangguan pendengaran atau
ke poli tumbuh kembang anak karena mengira anaknya mengalami masalah
dengan perkembangan fisik. .3
Sebelum tahun 1990-an prevalensi ASD pada anak berkisar 2-5 penderita
dari 10.000 anakanak usia dibawah 12 tahun, dan setelah itu jumlahnya meningkat
menjadi empat kali lipat. Sementara itu pada tahun 2007, menyatakan bahwa
prevalensi ASD di Indonesia berkisar 400.000 anak, lakilaki lebih banyak
daripada perempuan dengan perbandingan 4 : 1. Sebagai akibatnya jumlah anak
dengan kebutuhan khusus yang memasuki usia sekolah terus meningkat .1

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Definisi
Istilah autisme berasal dari kata Autos yang berarti diri sendiri dan

isme yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham
tertarik pada dunianya sendiri. Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner
pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan
untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan
dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, mutism, pembalikan kalimat,
adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan
keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya
.4
Autisme merupakan preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau
dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subjektifnya sendiri
daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
penderita autisme disebut orang yang hidup di alamnya sendiri. Istilah autisme
dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik
dan menonjol yang sering disebut sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi
wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit
sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka
berkomunikasi .4
Autism merupakan gangguan perkembangan pervasive /Pervasive
Developmental Disorder(PDD) atau disebut Autism Specrtum Disorder (ASD)
yang ditandai dengan adanya abnormalitas dan / atau hendaya perkembangan
yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan mempunyai fungsi yang abnormal dalam
3 bidang yaitu interaksi : sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas (restriktif)
dan berulang (repetitif) .5

2.2.

Etiologi
Secara pasti penyebab autisme tidak diketahui namun autisme dapat terjadi

dari kombinasi berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang dipicu faktor
lingkungan Ada berbagai teori yang menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya autisme yaitu :
a. Teori Biologis
a.1. Faktor Genetik
Keluarga yang terdapat anak autis memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan populasi keluarga normal. Abnormalitas genetik dapat
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel sel saraf dan sel otak).
a.2. Prenatal, natal dan post natal
Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi yang
terlambat, gangguan pernapasan dan anemia merupakan salah faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya autisme. Kegagalan pertumbuhan otak
karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak mencukupi
karena nutrisi tidak dapat diserap oleh tubuh, hal ini dapat terjadi karena
adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena
faktor ekonomi .6
Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat merusak otak
seperti virus rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan
kerusakan otak .7
a.3. Neuro Anatomi
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki
kelainan pada hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling
konsisten adalah pada otak kecil. Hampir semua peneliti melaporkan
berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel
purkinye diduga dapat merangsang pertumbuhan akson, gliadan myelin
sehingga terjadi pertumbuhan otak yang abnormal, atau sebaliknya
pertumbuhan akson yang abnormal dapat menimbulkan sel purkinye mati.

Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik, juga
sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan. Jika sirkuit ini
rusak atau terganggu maka akan mengganggu fungsi bagian lain dari
sistem saraf pusat, seperti misalnya sistem limbik yang mengatur emosi
dan perilaku .7
a.4. Ketidakseimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik
berhubungan dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi
terhadap makanan tertentu, seperti bahan-bahan yang mengandung susu,
tepung gandum, daging, gula, bahan pengawet, penyedap rasa, bahan
pewarna, dan ragi .7
b. Teori Psikososial.
Menurut beberapa ahli,autism dianggap sebagai akibat hubungan yang
dingin/tidak akrab antara orang tua ibu dan anak. Demikian juga orang yang
mengasuh dengan emosional kaku, obsesif tidak hangat bahkan dingin dapat
menyebabkan anak asuhnya menjadi autistic. .6
c. Faktor Keracunan Logam Berat
Keracunan logam berat dapat terjadi pada anak yang tinggal dekat
tambang batu bara, emas dsb. Keracunan logam berat pada makanan yang
dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat
yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak penderita autism
terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi .6
2.3. Karakteristik Anak Autis
1. Karakteristik dalam interaksi sosial
a. Menyendiri (aloof): terlihat pada anak yang menarik diri, acuh tak acuh, dan
kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku dan
perhatian yang terbatas (tidak hangat).

b. Pasif : dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika
pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
c. Aktif tapi aneh: secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi
ini seringkali tidak sesuai dan sering hanya sepihak. .7
2. Karakteristik dalam komunikasi antara lain adalah :
a. Bergumam
b. Sering mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata dan kesukaran
dalam mengggunakan bahasa dalam konteks yang sesuai dan benar
c. Sering mengulang kata-kata yang baru saja mereka dengar atau yang pernah
mereka dengar sebelumnya tanpa bermaksud untuk berkomunikasi
d. Bila bertanya sering menggunakan kata ganti orang dengan terbalik, seperti
"saya" menjadi "kamu" dan menyebut diri sendiri sebagai "kamu";
e. Sering berbicara pada diri sendiri dan mengulang potongan kata atau lagu
dari iklan tv dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang
tidak sesuai.
f. Penggunaan kata-kata yang aneh atau dalam arti kiasan, seperti seorang anak
berkata "sembilan" setiap kali ia melihat kereta api.
g. Mengalami kesukaran dalam berkomunikasi walaupun mereka dapat
berbicara dengan baik, karena tidak tahu kapan giliran mereka berbicara,
karakteristik penderita adalah: memilih topik pembicaraan, atau melihat
kepada lawan bicaranya.
h. Bicaranya monoton, kaku, dan menjemukan.
i. Kesukaran dalam mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui nada
suara
j. Tidak menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan
keinginannya, tetapi dengan mengambil tangan orangtuanya untuk
mengambil obyek yang dimaksud
k. Mengalami gangguan dalam komunikasi nonverbal; mereka sering tidak
menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan,
perasaannya atau untuk merabarasakan perasaan orang lain, misalnya

menggelengkan kepala, melambaikan tangan mengangkat alis, dan


sebagainya.
3. Karakteristik dalam perilaku dan pola bermain
a. Abnormalitas dalam bermain, seperti stereotip, diulang-ulang dan tidak
kreatif
b. Tidak menggunakan mainannya dengan sesuai
c. Menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru
d. Minatnya terbatas, sering aneh, dan diulang-ulang
e. Hiperaktif pada anak prasekolah atau sebaliknya hipoaktif
f. Gangguan pemusatan perhatian, impulsifitas, koordinasi motorik terganggu,
kesulitan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
4. Karakteristik kognitif
a. Hampir 75-80% anak autis mengalami retardasi mental dengan derajat ratarata sedang.
b. Sebanyak 50% dari idiot savants (retardasi mental yang menunjukan
kemampuan luar biasa) adalah seorang penyandang autisme .7

Perbedaan perkembangan anak normal dan anak autis pada masa infant dan
toddler
No

Faktor Pembeda

Perkembangan Normal

.
1.

Pola tatapan mata

- Usia 6 bulan sudah mampu melakukan

kontak

Toddler:

gaze

mereka

orang

yang

dewasa

mencegah

menggunakan perkembangan

sebagai

pemenuhan

Pandangan

sosial melewati

melalui tatapan
-

Anak Autis

pola

sinyal interaksi melalui tatapan


vokalisasi -

Lebih sering melihat

mereka atau mengundang kemana-mana daripada ke


partner untuk bicara
2.

Affect

orang dewasa

- Usia 2,5-3 bulan sudah - Tidak ada senyum sosial


melakukan senyum sosial

- Usia 30-70 bulan melihat


dan tersenyum terhadap
ibunya, tapi tidak disertai
dengan kontak mata dan
kurang

merespon

senyuman ibunya
3.

Vokalisasi

- Usia 2-4 bualn anak dan-

Karakter mutism mereka

ibu terlibat dalam pola yang

tampak dari kurangnya

simultan dan berganti vokal

babbling

yang

yang menjadi awal bagi

menghambat

jalan

komunikasi

interaksi sosial ini

verbal

selanjutnya.
4.

Imitasi

Sosial: -

Langsung muncul setelah -

Usia 8-26 bulan dapat

berkaitan

dengan

lahir

meniru ekspresi wajah

responsifitas

tapi

sosial,

keanehan

bermain

melalui
dan

sejumlah
respon

bebas dan bahasa

mekanikal

yang

mengindikasikan sulitnya
perilaku ini bagi mereka
5.

Inisiatif

dan - Merespon stimulus yang - Anak menjadi penerima

Reciprocity

ada

sehingga

reciprocity

timbul pasif dari permainan orang


dewasa

dan

berinteraksi

tidak

secara

ktif

dengan mereka
6.

Attachment

- Kelekatan pada anak


autis

diselingi

dengan

karakteristik pengulangan
pergerakan

motorik

mereka

seperti

tepukan

tangan,

goncangan

dan

berputar-putar
7.

Kepatuhan
dan Negativisme

Anak autis patuh terhadap


permintaan. Jika permintaan
tersebut

sesuai

kapasitas
mereka,

dengan
intelektual

mereka

dapat

merespon secara pantas saat


mereka dalam lingkungan
yang terstruktur dan dapat
diprediksi.
Anak autis memiliki sifat
negativistik
berlebihan

secara

10

2.4.

Diagnosis
Menurut kriteria diagnostik dalam DSM IV, karakteristik penderita adalah:

harus ada sedikitnya 6 gejala dari butir (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala
dari butir (1) dan masingmasing 1 gejala dari butir (2) dan (3) dibawah ini.
(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.Tak mampu
menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang,
ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju.
a. Tak bisa bermain dengan teman sebaya.
b. Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tidak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)
b. Bila bisa bicara, bicara tidak dipakai untuk komunikasi
c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan
kegiatan.
a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan
berlebihlebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tak ada
gunanya.
c. Ada gerakan aneh yang khas dan diulangulang.
d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda.
Bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan
penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk
berkembang secara optimal .8

11

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-V .9


2.5.

Jenis Gangguan

Ada beberapa jenis gangguan perkembangan pervasive sebagai berikut:


1. Gangguan autistik
Gejala ini sering diartikan orang saat mendengar kata autis. Penyandangnya
memiliki masalah interaksi sosial, berkomunikasi, dan permainan imaginasi pada
anak di bawah usia tiga tahun.
2. Sindrom Asperger
Anak yang menderita sindrom Asperger biasanya umur lebih dari 3 th memiliki
problem bahasa. Penderita sindrom ini cenderung memiliki intelegensi rata-rata
atau lebih tinggi. Namun seperti halnya gangguan autistik, mereka kesulitan
berinteraksi dan berkomunikasi.
3. Gangguan perkembangan menurun (PDD NOS/Pervasive developmental
disorder not otherwise specified) .

12

Gejala ini disebut juga non tipikal autisme. Penderita memiliki gejala-gejala
autisme, namun berbeda dengan jenis autisme lainnya. IQ penderita ini rendah.
4. Sindrom Rett
Sindrom ini terjadi hanya pada anak perempuan. Mulanya anak tumbuh
normal. Pada usia satu hingga empat tahun, terjadi perubahan pola komunikasi,
dengan pengulangan gerakan tangan dan pergantian gerakan tangan.
5. Gangguan Disintegrasi Anak
Pada gejala autisme ini, anak tumbuh normal hingga tahun kedua. Selanjutnya
anak akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan
keterampilan sosialnya .1
Dibawah ini menggambarkan perbedaan secara klinis dari lima jenis
gangguan perkembangan pervasif tersebut diatas.

2.6.

Orangtua yang Memiliki Anak Autis


Dalam menerima kehadiran anak dengan gangguan autisme, beragam hal

terjadi pada diri orangtua. Orangtua biasanya stres, kecewa, patah semangat,
mencari pengobatan keman-mana, serba khawatir terhadap masa depan anaknya
dan lain-lain. Keluarga akan melalui serangkaian emosi saat dikatakan anak
mereka autis. Ini bervariasi pada setiap keluarga, dan setiap keluarga punya
perjalanan emosionalnya sendiri. Pada beberapa anak, diagnosis lebih mudah

13

dibuat pada saat anak berusia dini dan pada beberapa, diagnosisnya sulit karena
masalahnya lebih ringan. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana orangtua
akan memikirkan langkah ke depan apa yang harus mereka lakukan .10
Semua orangtua memiliki respon dan perasaan berbeda saat anak mereka
didagnosa menderita autisme. Beberapa reaksinya adalah sebagai berikut:
a. Lega, jika orangtua memahami mengenai autisme dan mengetahui bagaimana
mencari bantuan ahli.
b. Rasa bersalah, adalah perasaan orangtua yang khawatir jika mereka melakukan
hal yang salah selama kehamilan atau pengasuhannya.
c. Kehilangan, jika mimpi dan cita-cita bagi anak mereka sebelum lahir dan saat
mereka masih kecil tidak terpenuhi.
d. Ketakutan akan masa depan, disebabkan keluarga sangat takut akan masa depan
anak-anak mereka dan harus mengubah harapan akan masa depan anaknya.
e. Mencari informasi, keluarga ingin mengumpulkan informasi sebanyak mungkin
dan mencari keluarga lain untuk berbagi pengalaman. Walaupun ada beberapa
keluarga yang mungkin menghindar dari informasi dan mencoba tidak
memperdulikannya.
2.7.

Prinsip-Prinsip Penanganan
Dalam melakukan penanganan terhadap para penyandang autis baik oleh

terapis, guru maupun keluarga harus memperhatikan prinsip secara umum sebagai
berikut:
a) Semua hak azasi manusia khususnya anak juga berlaku pada kelompok anak
autis seperti berhak mendapat pendidikan, bermain, kasih sayang dll.
b) Anak autis tidak persis sama satu sama lainnya, masing masing mempunyai
keunikan dan tingkat gangguannya sendiri-sendiri, oleh karena itu perlu
diperhatikan kebutuhannya serta kekhususan masing-masing.
c) Gangguan spektrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan,
sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama.
Terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi
yang berbeda.

14

d) Tujuan utama penanganan anak autis adalah mendorong kemandirian,


disamping peningkatan akademiknya jika memungkinkan.
e) Orang tua dan guru-guru sekolah harus bekerja sama, bersikap terbuka, selalu
komunikasi untuk membuat perencanaan penanganan dengan tehnik terbaik untuk
anak-anak mereka.
f) Pengajaran terstruktur sangat penting. Dalam melakukan penanganan terlebih
dahulu orang tua dan guru harus mampu melakukan deteksi Autisme secara
sederhana apakah anak mengalami autis atau tidak .5

15

BAB 3
KESIMPULAN
Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Gejalanya tampak pada sebelum usia tiga tahun. Bahkan apabila autis infantil
gejalanya sudah ada sejak bayi. Autis juga merupakan suatu konsekuensi dalam
kehidupan mental dari kesulitan perkembangan otak yang kompleks yang
mempengaruhi banyak fungsifungsi: persepsi (perceiving), intending, imajinasi
(imagining) dan perasaan (feeling). Autis juga dapat dinyatakan sebagai suatu
kegagalan dalam penalaran sistematis (systematic reasoning), yang terjadi
sebelum umur tiga tahun dengan dicirikan oleh adanya hambatan kualitatif dalam
interaksi sosial, komunikasi dan terobsesi pada satu kegiatan atau obyek yang
mana mereka memerlukan layanan pedidikan khusus untuk mengembangkan
potensinya.
Orang tua dan guru harus mampu melakukan deteksi Autisme
secarasederhana apakah anak mengalami autis atau tidak. Begitu pula intervensi
sejak dini terhadap anak berkebutuhan khusus mutlak diperlukan. Intervensi
tersebut diberikan dalam bentuk terapi dan pendidikan yang efektif. Ada
bermacam-macam jenis pendidikan bagi anak autis karena anak autis mempunyai
kemampuan serta hambatan yang berbeda-beda saat belajar.

16

REFERENSI
1. YPAC. Buku Pedoman Penanganan dan Pendidikan Autisme. YPAC Press.
2006
2. Autism Spectrum Disorder: Pervasive Developmental Disordes. Departement
3.

of Health and Human Services National Institute of Mental Health. 2007.


Rossi J, Newschaffer C, and Yudell M. Autism Spectrum Disorders, Risk
Communication and the Problem of Inadvertent Harm. Kennedy Institute of

Ethics Journal. 2013. Vol. 23, No. 2, 105138.


4. Anak Autis. 2009. Diambil dari:
http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_biasa/196101051983032oom_siti_homdijah/makalah_a_autis.pdf [Diakses 22 Oktober 2016]
5. Elliott GR. Autistic Disorder and Other Pervasive Developmental Disorders.
In: Rudolph CD, Rudolph AM. Rudolphs Pediatrics, 21st ed. McGraw-Hill:
New York, 2003. p498-500.
6. Shah PE, Dalton R, Boris NW. Pervasive Developmental Disorders and
Childhood Psychosis. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton
BF. Nelson Textbook of Pediatrics, 18th ed. Saunders: Philadelphia, 2007.
p133-6.
7. Pusponegoro, Hartono D. Pandangan Umum mengenai Klasifikasi Spektrum
Gangguan Autistik dan Kelainan Susunn saraf Pusat. 2003. Jakarta:
Konferensi Nasional Autisme-I
8. World Health Organizations International Classification of Diseases (ICD-10)
American Psychiatric Association, h. 75, 2000 Diagnostic and Statictical
Manual-IV
9. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental
disorders. 5th ed. Arlington, VA: American Psychiatric Association; 2013.
10. Glasser, P., & Elizabeth, N. Structural Problems of the One-Parent Family.
Dalam Gladys K. Phelan (Ed). Family Relationship. (184-191). 1999.
Minnesota: Burgess Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai