PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu
material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau Proses
terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai
hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai
sesuai
dengan
metode
peledakan
yang
diterapkan. Dalam
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Sejarah Perusahaan
Sejarah pendirian UBPE Pongkor ini dimulai ketika PT. Aneka Tambang
Tbk., melalui salah satu unit kerjanya (unit geologi) memulai eksplorasi pada
tahun 1974 sampai dengan tahun 1981 di daerah Gunung Limbung, sebelah
barat Gunung Pongkor, dengan tujuan utamanya adalah mencari cebakan bijih
logam dasar (base metal) yang pada saat itu kebutuhannya masih sangat tinggi.
Pada akhir tahun 1979, saat eksplorasi di daerah Gunung Limbung, justru
diperoleh informasi adanya mineralisasi sulfida pirit di daerah Gunung Pongkor.
Selanjutnya pada tahun 1981 team unit geologi melakukan reconnaissance
(survei tinjau) ke daerah Gunung Pongkor dan menemukan urat kuarsa dengan
kandungan logam Au = 4 ppm dan logam Ag = 126 ppm di lokasi Pasir Jawa.
Dari hasil tinjauan ini direncanakan untuk mengambil KP, yang mana didapatkan
KP eksplorasi seluas 4.339 ha (KP. DU 562/Jabar).
Pada tahun 1983 sampai dengan tahun 1988 kegiatan eksplorasi di
sekitar Gunung Pongkor ditangguhkan, hal ini disebabkan fokus perusahaan
yang sedang mencari mineral logam dasar.Pada tahun 1988 sampai dengan
1991 dilaksanakan kegiatan eksplorasi lanjutan yang lebih sistematis dan
lengkap sehingga ditemukan beberapa lokasi daerah prospek logam. Kemudian
pada tahun 1992, sambil meneruskan kegiatan eksplorasi, dilakukan studi
kelayakan tambang dan perencanaan tambang yang dilanjutkan development.
Setelah melakukan studi kelayakan, PT. ANEKA TAMBANG Tbk
mendapatkan Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KP DU 893/JABAR) seluas
4.058 Ha yang berada dalam wilayah KP eksplorasi DU 868/JABAR seluas
8829.25
Ha.
Dengan
mendapatkan
Kuasa
Pertambangan
tersebut,
2.2
2.3
adalah
reaksi
permukaan
yang
eksotermis
dan
dijaga
keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari reaksi itu sendiri dan
produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran memerlukan unsur
oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas maupun dari ikatan molekuler
bahan atau material yang terbakar. Untuk menghentikan kebakaran cukup
dengan mengisolasi material yang terbakar dari oksigen
Deflagrasi adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi
dekomposisi
didasarkan
pada
konduktivitas
termal
(panas).
Deflagrasi
2.4
pemakaiannya
antara
lain,
harga
relatif
murah,
penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda (delay time)
dan dibanding nuklir tingkat bahayanya lebih rendah. Bahan peledak permissible
dalam klasifikasi di atas perlu dikoreksi karena tidak semua merupakan bahan
peledak
lemah.
Bahan
peledak
permissible
digunakan
khusus
untuk
namun
pada
umumnya
kecepatan
reaksi
merupakan
dasar
2.5
Kekuatan (Strength)
berkaitan dengan
kandungan energi yang dimiliki oleh bahan peledak tersebut dan merupakan
ukuran kemampuan bahan peledak tersebut untuk melakukan kerja, biasanya
dinyatakan dalam %.
2.6
Kecepatan Detonasi
Kecepatan Detonasi (velocity of detonation = VOD) merupakan
2.7
Kepekaan (Sensivity)
Kepekaan (Sensivity) adalah ukuran besarnya impuls yang diperlukan
oleh bahan peledak untuk mulai bereaksi dan menyebarkan reaksi peledakan
keseluruh isian. Kepekaan ini tergantung pada : komposisi kimia, ukuran butir,
bobot isi, pengaruh kandungan air, dan temperatur.Bobot Isi Bahan Peledak
(density) adalah perbandingan antara berat dan volume bahan peledak,
dinyatakan dalam gr/cm3. Bobot isi ini biasanya dinyatakan dalam specific gravity
(SG). stick count (SC) atau loading density (de)Tekanan Detonasi (Detonation
Pressure) Tekanan Detonasi (Detonation Pressure) merupakan penyebaran
tekanan gelombang ledakan dalam kolom isian bahan peledak, dinyatakan
dalam kilobar (kb
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pola Pemboran
Untuk membuat lubang maju dalam tambang bawah tanah atau tunnel
perlu diciptakan suatu bidang bebas (free face) untuk kebutuhan peledakan.
Untuk menambahkan free face dibutuhkan Cut Hole. Cut Hole adalah suatu
lubang buka yang diciptakan pada suatu face yang tidak mempunyai free face
berupa lubang bor sedalam kemajuan yang diperoleh. Pola pemboran yang
digunakan dalam persiapan peledakan tambang bawah tanah terdiri atas :
a.
Gambar 3.1
Penampang Atas Pemboran V Cut
Gambar 3.2
Penampang Depan Pemboran V - Cut
b.
Gambar 3.3
Penampang atas Pemboran Pyramid Cut
Gambar 3.4
Penampang Depan Pemboran Pyramid Cut
c.
Gambar 3.5
Penampang atas pemboran Fan Cut
Gambar 3.6
Penampang Depan Pemboran Fan Cut
d.
Burn Cut, yaitu pola peledakan dimana lubang ledak tegak lurus
terhadap bidang vertikal atau pada free face.
Gambar 3.7
Penampang Pemboran Burn Cut
3.2
dari pada spasinya. Bahan peledak baru telah dikembangkan untuk keperluan
smooth blasting yang mempunyai diameter explosive kecil dengan VOD rendah
dan relative menghasilkan gas yang rendah, telah dicoba dan hasilnya sangat
baik. Bahan peledak tersebut adalah Gurit, yaitu sebuah nitroglycerin sebagai
isian dasar yang mengandung kieselguhr. Gurit tersedia dalam ukuran 11, 17 dan
22 mm cartridges yang disesuaikan dengan aplikasi dilapangan.
Seperti yang telah dikatakan sebelumya, smooth blasting dilaksanakan
dengan special bahan peledak dengan spasi yang lebih dekat. Berikut ini adalah
tabel yang memberikan geometri peledakan untuk tiap diameter perimeter holes
yang berbeda-beda.
Tabel 3.1
Geometri Peledakan Smooth Blasting
Perimeter
Hole
Diameter
(m)
25 32
25 48
51 64
51 64
Charge
Concentration
Charge Type
Burden
Spasi
11 mm Gurit
17 mm Gurit
22 mm Gurit
22 mm Gurit
0.3 0,5
0.7 0.9
1.0 1.1
1.1 1,2
0.25 0.35
0.50 0.70
0.80 0.90
0.80 0.90
( kg/m)
0.11
0.23
0.42
0.45
10
Gambar 3.8
Efek
Dengan
Peledakan
Metoda
Smooth Blasting
Desain guidelines
Dimensi yang digunakan dalam perencanaan peledakan terowongan
dapat diintruksikan secara geometris pada gambar 3.8. yang terdiri atas Floor
holes, Wall holes, Cut hole, Stoping hole dan Roof holes.
11
Gambar 3.9
Dimensi
Lubang
3.3.2
Bidang
Ledak
empty
holer
diameter
khayalnya
dapat
dihitung
dengan
mempergunakan rumus :
Dd n
Dimana : D = Besarnya diameter khayal empty hole
d
= Jumlah lubang
12
3.3.3
yang baik. Jika jaraknya lebih panjang, hanya terdapat keruskan tetapi jika
jaraknya lebih pendek resikonya besar karena lubang ledak dan empty hole akan
bertemu.
Gambar
3.10
Desain Cut
Holes
Grafik 3.1
Hubungan Antara Jarak Lubang Ledak Dengan Empty Hole
Serta Hasil Peledakannya
13
A.
Desain Square I
Jadi posisi lubang ledak di kotak pertama dapat ditunjukkan sebagai :
Dimana
= 1.5 D
a 2
W1 =
Dimana
= Diameter Khayal
14
Grafik
3.2
B.
Desain Square II
B1
= W1
a2
= 1.5 W1
2
W2 = 1.5 W1
Dimana
= Burden
Konsentrasi pengisian bahan peledak yang dipakai pada kotak kedua dan
kotak berikutnya dapat dilihat dari grafik 7.13.
Stemming Kotak Kedua (ho) = 0.5 x B
Jadi Q = lc (H - ho)
Dimana : Q = Jumlah pengisian bahan peledak, kg
lc
15
Dengan demikian, maka data kunci yang diperlukan pada kotak kedua dan kotak
berikutnya adalah :
B
= Burden
Grafik 3.3
Konsentrasi Minimum Pengisian Handak (kg/m) dan Maksimum Jarak C C (m)
Untuk Jarak Antara Lubang Ledak Yang Berbeda-beda
C.
= W2
a3
= 1.5 W2
2
W3 = 1.5 W2
Jumlah pengisian bahan peledak pada kotak ketiga ini caranya sama
dengan penentuan jumlah pengisian bahan peledak pada kotak kedua.
D.
Desain Kotak IV
B3
= W3
a4
= 1.5 W3
2
W4 = 1.5 W3
16
17
Gambar 3.11
Geometri Perledakan Pada Cut Holes
Jika jarak antara lubang ledak (W) terlalu lebar dan burden (B)
berdasarkan rumus diatas sama dengan (W) sehingga besar pada cut
holes lebih besar dari burden pada stoping, maka burden pada cut
holes dan perhitungan jumlah bahan peledak yang dipakai harus diatur
sehingga sama dengan stoping holes.
Pada umumnya bahan peledak yang digunakan dalam tambang bawah
tanah (peledakan terowongan) adalah bahan peledak yang telah dikemas dalam
bentuk paper cartridge atau plastic tube yang telah memepunyai diameter (mm)
dan charge concentration (kg/m) tertentu.
Bahan peledak yang sering digunakan adalah Emulite, Dynamex, dan
ANFO, yang dipakai untuk meledakkan cut holes, stoping holes dan floor holes.
Sedangkan untuk meledakkan wall holes dan roof holes bahan peledak yang
iasa dipakai adalah Gurit.
3.3.4
Desain Stoping
Setelah cut holes telah dihitung, sisa dari geometri tunel yang terdiri atas
floor holes, wall holes, roof holes, stoping holes dapat dihitung.
Untuk menghitung burden (B) dan mengisi setiap bagian yang berbeda
pada tunnel dapat dilihat dari grafik 3.4 yang dapat digunakan sebagai dasar.
18
Grafik 3.4
Burden
Dalam
Bila burden (B), kedalaman lubang ledak (H) dan konsentarasi bottom
charge (lb) telah diketahui, tabel dibawah ini akan memberikan geometri
pemboran dan pengisian handak disetiap bagian dari tunnel.
Tabel 3.2
Geometri Peledakan Pada Stoping Holes
Part of The
Round
Burden
(m)
Spacing
(m)
Floor
Wall
Roof
Stoping:
Upwards
Horizontal
1xB
0.9 x B
0.9 x B
1.1 x B
1.1 x B
1.1 x B
Heigth
Bottom
Charge
(m)
1/3 x H
1/6 x H
1/6 x H
1xB
1xB
1.1 x B
1.1 x B
1/3 X H
1/3 x H
19
Charge
Concentration
Bottom
Column
(kg/m)
(kg/m)
lb
1.0 x lb
lb
0.4 X lb
lb
0.3 X lb
lb
lb
0.5 x lb
0.5 x lb
Stemming
(m)
0.2 x B
0.5 x B
0.5 x B
0.5 x B
0.5 x B
Downwards
1xB
1.2 x B
1/3 x H
lb
0.5 x lb
0.5 x B
BAB IV
KESIMPULAN
4.1
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas mengenai peledakan maka dapat ditarik
20
21