Oleh:
Dyah Ayu Umi Sholihah
12020774040
berbahaya tentang dunia diluar lorong tikus, seperti penjebak tikus, kucing, dll. Hal inilah yang
membuat Jim ( ) jadi tikus penakut dan badannya kecil dan kurus karena dia tidak bisa
mencari makan sendiri. Jimmy () mencoba untuk menghilangkan perasaan takut Jim ()
tentang diluar. Mulai dari sinilah kisah kedua sahabat ini dimulai.
Memahami tentang tokoh dan penokohan dalam sebuah cerita adalah hal yang terpenting.
Sesuai dengan pendapat Semi (1993:39) bahwa pembaca dapat menelusuri sebuah cerita dengan
cara mengikuti gerak laku tokoh cerita. Tak hanya itu, Semi menambahkan (1993:36) bahwa
penokohan juga merupakan suatu hal yang penting kehadirannya dalam cerita fiksi. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih tokoh Jimmy () sebagai subjek penelitian karena Jimmy (
) adalah salah satu tokoh dalam Cerita Anak-Anak: Keberanian Tikus Kecil (
). Jimmy ( ) dan Jim ( ) adalah peran utama dalam Cerita Anak-Anak:
Keberanian Tikus Kecil (). Menurut Sudjiman mengatakan bahwa
tokoh utama adalah tokoh yang menjadi pemimpin sebuah cerita, karena itu sering menjadi pusat
sorotan dalam kisahnya (1988:61). Walaupun begitu peneliti memiliki Jimmy () karena dia
adalah tikus pemberani sejak awal cerita dan membantu sahabatnya, Jim ( ) dari tikus
penakut hingga menjadi tikus pemberani dan memulai kisah keberanian mereka berdua.
Penelitian ini dilakukan untuk mendiskripsikan tokoh dan penokohan Jimmy ( ) dalam
Cerita Anak-Anak: Keberanian Tikus Kecil ().
2. Tokoh
Pada umumnya tokoh berwujud manusia, binatang atau hewan karena tokoh berperan
penting dalam sebuah cerita (Sudjiman, 1988:16). Hal ini dikarenakan tokoh berperan sebagai
pembawa pesan, amanat, maupun moral kepada sang pembaca atau penonton dan mereka juga
berperan sebagai penjalan sebuah cerita dalam sebuah kehidupan. Menurut Nurgiyantoro
(2005:168) seorang tokoh dikatakan wajar dan relevan jika memiliki pemikiran dengan
kehidupan manusia sesungguhnya. Tokoh biasa muncul untuk membangun suau objek dan secara
psikologis merupakan wakil sastrawan.
Aminuddin (2000:79) juga berpendapat bahwa tokoh ialah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Tokoh dalam cerita
fiksi hendaklah tokoh hidup yangmana memiliki kepribadian, watak, dan sifat-sifat tertentu,
tidak seperti tokoh mati yang tidak memiliki semua itu, seperti boneka, batu, dsb yang tidak
bergerak dalam cerita tersebut.
Watak adalah bagian dari tokoh yang dapat disimpulkan dari pikiran, perkataan dan
perbuatan tokoh yang bahkan penampilan fisik serta lingkungan hidup tokoh oleh
pembaca/penonton (Sudjiman, 1988:26). Jadi lewat bagaimana tokoh itu berbicara, lakukan,
3
berpenampil dan hidup bisa menjadi watak dari tokoh tersebut. Agar watak seorang tokoh bisa
lebih dikenal oleh pembaca/penonton, perlu ada penggambaran dalam diri tokoh (Sudjiman,
1988:23).
Sudjiman juga membagi ragam tokoh dalam karya sastra fiksi berdasarkan hal berikut ini
(1988:18-21):
1) Berdasarkan segi peranan dalam cerita
a) Tokoh utama
Untuk menentukan yangmana termasuk tokoh utama bukanlah frekuensi
kemunculan tokoh didalam sebuah cerita, tapi intensitas keterlibatan tokoh
dalam sebuah konflik demi pembangunan sebuah cerita.
b) Tokoh bawahan
Walaupun disebut tokoh bawahan, tapi peranannya sangat diperlukan didalam
sebuah cerita untuk mendukung pembangunan cerita serta tokoh utama,
walaupun tokoh bawahan tidak menjadi sentral dalam cerita tersebut.
2) Berdasarkan perwatakan
a) Tokoh datar
Ialah tokoh yang perwatakannya hanya diungkapkan dari satu segi wataknya
saja.
b) Tokoh bulat
Kebalikan dari tokoh datar, tokoh bulat yaitu tokoh yang perwatakannya
memiliki
lebih dari satu segi watak sehingga tokoh tersebut bisa dibedakan dari tokohtokoh lainnya didalam sebuah cerita.
3. Penokohan
Penokohan lebih kompleks dibandingkan tokoh. Hal ini dikarenakan mencangkup masalah
siapa tokoh dalam cerita, bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan serta
pelukisannya sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca/penonton
(Nurgiyantoro, 2010:166). Bisa disimpulkan bahwa penokohan adalah cara pengarang
menampilkan tokoh.
Agar bisa menganalisis penokohan, Mido (1994:22-34) membagi dua metode, antara lain:
1. Metode Langsung (Analitik)
Dalam metode ini, pengarang secara langsung melukiskan watak tokoh, baik dalam segi
sosiologi, fisiologi, dan psikologi. Sosiologi adalah unsur-unsur, status sosial, kehidupan
sosial, dll yang digambarkan pada si tokoh. Sedangkan Fisiologi adalah watak tokoh
yang digambarkan melalui bentuk fisik tokoh tersebut, seperti: jenis kelamin, usia,
wajah, ciri-ciri tubuh, hingga pakaian serta apa saja yang digunakan oleh si tokoh. Dan
psikologi digambarkan melalui penjiwaan yang dibawa oleh si tokoh.
2. Metode Tidak Langsung (Dramatik)
Dalam bagian ini, pengarang tidak menjelaskan penokohan secara jelas, melainkan
melalui:
a. Deskripsi fisik
4
Bentuk fisik tokoh digambarkan melalui deskripsi. Bentuk dan posisi mata, hidung,
mulut, dll didiskripsikan secara detail dan biasanya menyimpan makna yang penting
sehingga ikut didiskripsikan juga.
b. Deskripsi mimik dan sikap tubuh
Metode deskripsi ini didiskripsikan dengan keadaan perasaan dan kelakuan gerakgerik sang tokoh.
c. Ucapan-ucapan dan pemikiran tokoh
Segala ucapan dan pemikiran dari tokoh bisa menjelaskan bagaimana pengarang
menggambarkan tokoh tersebut.
d. Deskripsi perbuatan tokoh
Tindak-tanduk atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang tokoh yang digambarkan
secara jelas oleh pengarang bisa membuat para pembaca/penonton mengetahui watak
tokoh dalam cerita.
e. Dialog
Karakter tokoh dapat juga ditampilkan lewat percakapan-percakapan antara sang
tokoh dengan tokoh-tokoh yang lain untuk mendiskripsikan karakter daripada di
tokoh.
f. Deskripsi milik dan lingkungan
Segala sesuatu yang dimiliki oleh sang tokoh, seperti pakaian, rumah, dll termasuk
dalam bagian ini.
g. Nama tokoh
Pemberian nama kepada tokoh cerita tak jarang memberikan makna tersendiri untuk
tokoh dan salah satu bagian untuk menerangkan siapa si tokoh.
h. Reaksi, ucapan dan pendapat tokoh lain
Reaksi, ucapan dan pendapat dari tokoh lain juga berperan penting untuk
membangun
karakter dalam tokoh yang sedang penonton/pembaca ingin ketahui. Karena dalam
sebuah cerita tak hanya ada satu tokoh, melainkan dua atau lebih tokoh yang teribat
didalam cerita.
4. Pembahasan
1) Data 1
Narasi:
ji zi yq wn la.
Terjemahan:
Jimmy juga seekor tikus kecil, saat sudah besar Jimmy dan Jim sering bermain
bersama.
Analisis:
Menurut Data 1, bisa disimpulkan bahwa Jimmy adalah seekor tikus kecil dan
sering bermain dengan Jim.
5
2) Data 2
Narasi:
m sh le.
Terjemahan:
Tinggi Xiao Jimmy tidak terlalu besar, tapi dia mandiri dan sudah keluar untuk
mencari makan sendiri.
Analisis:
Menurut data 2, bisa dilihat kalau Jimmy lebih besar dan lebih mandiri dibanding
Jim, karena Jimmy berani keluar dari lorong tikus untuk mencari makannya
sendiri.
3) Data 3
Konsep: Jimmy melihat temannya, Jim yang menyendiri dan penakut itu mencoba
untuk menghasut Jim.
Narasi:
T gos Jm, qsh wimin de shji miyu nme kp.
Terjemahan:
Dia mengatakan kepada Jim bahwa kenyataannya dunia diluar tidak begitu
menakutkan.
Analisis:
Jimmy, tikus pemberani dan Jim, tikus penakut adalah teman. Jimmy kasihan
dengan Jim yang sama sekali tidak berani keluar karena ketakutannya dengan
dunia luar sehingga badannya kecil karena kekurangan makanan. Akhirnya Jimmy
berusaha untuk menghasut Jim tentang kenyataan apa yang pernah Jimmy lihat
diluar lorong tikus.
Dari data 3, bisa disimpulkan bahwa Jimmy sangat menyayangi temannya dengan
menghasut temannya dengan sesuatu apa yang telah ia lihat secara nyata.
4) Data 4
Konsep: Jimmy mencari akal untuk menghilangkan rasa takut Jim.
Narasi:
Xio Jm zhngy bngzh zj de pngyu, kfle nixn de
kngj,
zuchle sh dng.
Terjemahan:
Hai, Jim! Ada seseorang memanggil Jim?! Jim sangat kaget, remahan keju pun
keluar dari mulutnya. Jangan takut, ini aku. Ternyata yang menyapanya dan
yang menaruh keju dibawah (diluar lorong tikus) adalah teman baiknya, Jimmy.
Ternyata Xiao Jimmy membantu temannya untuk mengurangi rasa takutnya dan
keluar dari lorong tikus.
Analisis:
Cara Jimmy untuk mengurangi rasa takut Jim adalah dengan menaruh keju
didekat
pintu lorong tikus disaat Jim mulai sangat kelaparan di malam hari. Dan idenya
pun berhasil untuk membuat Jim keluar dari lorong tikus.
Dari data 4 bisa disimpulkan bahwa Jimmy tidak hanya menyayangi sahabatnya,
tapi dia juga ringan tangan kepada sahabatnya.
5) Data 5
Konsep: Jim berusaha untuk melihat dunia diluar lorong tikusnya dan Jim sangat
terkagum dengan keindahan ruangan yang besar itu. Semua itu berkat ide hebat
Jimmy.
Narasi:
Jm b zi nme hip la, t h Jm tng tngkui kui d
Narasi:
Jnj guntu, Jm mng de cho d humo zhung le guq.
D humo mi lishn, bi zhung le yg li qi. Jizhe zhge
gngf , Jm wng qin y cun , cng d hu mo de
zhuzi
xi to le chli.
Terjemahan:
Tanpa berfikir lagi, Jimmy langsung mendorong jauh kucing besar itu. Kucing
besar itu peduli dan sempoyongan. Disaat yang sama, Jim terus berlari semenjak
kucing besar itu mengeluarkan kuku-kuku tajamnya.
Analisis:
Walaupun Jim sudah berani untuk keluar dari lorong tikus, tapi ketakutannya
terhadap kucing belumlah hilang. Apalagi saat dia melihat kuku panjang kucing
yang menakutkan itu. Disaat yang sama, Jimmy, tikus pemberani malah
menghajar kucing dengan sekuat tenaganya.
Dari narasi data 6, bisa diperoleh bahwa Jimmy tetaplah tikus pemberani
walaupun bertemu kucing besar sekalipun. Jimmy juga jago berkelahi hingga
membuat kucing yang badannya berlipat-lipat lebih besar dibanding Jimmy itu
sempoyongan.
7) Data 7
Konsep: Jim dan Jimmy harus melarikan diri karena badan kucing terlalu besar
untuk dilawan oleh dua tikus kecil. Lagi pula, serangan yang Jimmy berikan kurang
besar, hanya membuat kucing itu sempoyongan sementara.
Narasi:
Jm de lin shng, hi mi dng Jm hungu jn li ne, d
humo
y b ci zhle t de wib.
Terjemahan:
8
Jimmy tidak sempat melarikan diri, kuku-kuku tajam kucing besar sudah berada
tepat didepan muka Jimmy, tidak memberikan izin Jimmy untuk melarikan diri,
kucing besar itu menginjak ekornya.
Analisis:
Dari kutipan data 7 bisa ditarik kesimpulan bahwa Jimmy kurang cepat dan gesit
untuk melarikan diri.
8) Data 8
Konsep: Kucing besar itu memperlihatkan gigi taringnya yang sangat tajam, seakanakan ingin memakan Jimmy. Tanpa berpikir lagi, Jim langsung menggigit ekor
kucing itu untuk menolong temannya.
Narasi:
Kw de d humo topo le! Ling zh xio losh hunh
zhe.
Ling zh xio losh yng zj de yngq zhnshngle xing' de
zhng tin du zi xixio de sh dng l la.
Terjemahan:
Kucing besar sialan itu melarikan diri!, teriak dua tikus kecil.
Dua ekor tikus kecil itu menggunakan keberaniannya untuk mengalahkan kucing
besar yang menakutkan itu dan Jim pun akhirnya bisa menghilangkan rasa
takutnya, jadi dia tidak perlu seharian didalam lorong tikus yang sempit itu lagi.
Analisis:
Setelah Jim menggigit ekor kucing besar, kucing itu kesakitan dan melarikan diri.
Kejadian itu menyelamatkan temannya, Jimmy. Dengan begini Jim pun bukan
hanya bisa keluar dari lorong kecil, tapi ketakutannya terhadap kucing pun sirna.
Semua ini berkat ide hebat Jimmy.
Dari data 8 ini, bisa ditemukan bahwa Jimmy berhasil menghapus semua
ketakutan dan kebingungan yang dimiliki oleh sahabatnya, Jim dengan semua ideide hebat Jimmy untuk memerangi ketakutan yang dimiliki Jim selama ini.
5. Kesimpulan
Menurut data analisis yang telah peneliti peroleh, ragam tokoh Jimmy ( ) dalam Cerita
Anak-Anak: Keberanian Tikus Kecil () adalah:
1) Berdasarkan segi peranan dalam cerita, Jimmy ( ) termasuk tergolong tokoh
utama, karena intensitas keterlibatan Jimmy ( ) dalam Cerita Anak-Anak:
Jim.
Deskripsi perbuatan tokoh
Tidak kenal takut pada apapun, walaupun kurang gesit.
Dialog
Seribu satu ide hebat.
Deskripsi milik dan lingkungan
Jim adalah sahabat yang paling Jimmy sayangi.
Nama tokoh
Jimmy ( dibaca: Jm), seekor tikus kecil cewek.
Reaksi, ucapan dan pendapat tokoh lain
Tikus kecil pemberani dan mandiri.
10
6. Daftar Pustaka
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru
Damino, Sapardi Djoko. 1987. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pustaka
Mido, Frans. 2005. Cerita Rekaan dan Seluk Beluknya. Yogyakarta: Nusa Indah
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Pres.
Semi, Atar. 1993. Metodologi Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa
Sudjiman, Panuti. 1986. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
11
Lampiran 1
Penulis: Zh bwn
http://tonghua5.com/
12
13