LAPORAN KASUS
I. Identitas
Nama
: An. Almira
Usia
: 5 tahun
: Islam
Alamat
: Pangkep
Tgl masuk
: 23 Agustus 2016
RM
: 243646
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin
Disability
: GCS
response 5).
Pupil isokor, 2mm ODS, RC +/+.
Environment : Temperatur 36,7oC.(Axilla)
b. Secondary Survey
Regio femur sinistra :
Look
(-)
Feel
Laboratorium
Belum dilakukan pemeriksaan laboratorium
Rencana : darah rutin, ureum, creatinin, SGOT, SGPT, CT-BT
V. RESUME
Seorang anak umur 5 tahun masuk IGD RS Bhayangkra dengan keluhan
kedua kaki tidak simetris Disadari kurang lebih 1 minggu sebelum masuk ke RS.
Bhayangkara Makassar. Sebelumnya pasien pernah terjatuh dan telah berobat
serta dilakukan traksi luar, namun setelah melakukan foto kontrol tidak berhasil.
Pasien sedang bermain ditangga dan kemudian tiba-tiba terjatuh setinggi kurang
lebih 1,5 meter. Pasien dalam posisi tengkurap saat terjatuh. Riwayat pingsan
tidak ada, iwayat mual dan muntah tidak ada.
Dari pemeriksaan fisis, didapatkan: pada inspeksi di paha atas kiri tampak
deformitas ada, edema ada. Pada palpasi paha kiri didapatkan nyeri tekan(+). Dari
pemeriksaan radiologi, kesan malunion fraktur 1/3 proksimal os femur sinistra
VII. DIAGNOSA
VIII. PENATALAKSANAN
-
Rencana ORIF
Refrakturisasi Kallus
Reposisi/rekonstruksi
Pasang Skeletal Traction
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam
: ad bonam
Ad Fungsionam
: dubia ad bonam
Ad Sanationam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang
melebihi kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut garis fraktur
(transversal, spiral, oblik, segmental, komunitif), lokasi (diafise, metafise, epifise)
dan integritas dari kulit serta jaringan lunak yang mengelilingi (terbuka atau
compound dan tertutup). Sehingga fraktur femur merupakan hilangnya
diskontuinitas dari tulang humerus.
B. ANATOMI
Femur adalah tulang terpanjang dan terberat dari tubuh. Femur terdiri dari
bagian proksimal, corpus dan distal. Bagian proksimal femur terdiri dari caput,
collum/cervikal dan 2(dua) trochanter (major dan minor). Caput femur dilapisi
oleh kartilago articular kecuali bagian medial yang diganti dengan cekungan/fovea
untuk tempat caput ligamentum. Collum femur berbentuk trapezoidal. Diantara
trochanter major dan minor terdapat linea intertrochanterica. Bagian distal femur
terbagi menjadi dua oleh lengkungan spiral menjadi condylus medial dan lateral.
Condilus femoral ini membentuk sendi dengan condilus tibia dan disebut
articulation genu.
C. ETIOLOGI
Umumnya fraktur yang terjadi, dapat disebabkan beberapa keadaan berikut:
1.
2.
Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki
terlalu jauh.
3.
untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur femur berdasarkan letak
A. FRAKTUR COLLUM FEMUR:
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak
langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah,
dibagi dalam :
Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor,
dibagi dalam beberapa klasifikasi, yaitu :
tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
C. FRAKTUR BATANG FEMUR
Klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :
-
Tertutup
Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang
patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil,
biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus
keluar.
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)
10
F. GAMBARAN KLINIS
1.
Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.1-12
2.
3.
4.
11
5.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah
beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.1-12
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hemoglobin,
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED)
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa
penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.7
Radiologi
Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur (tempat fraktur, garis
fraktur (transversa, spiral atau kominutif) dan pergeseran lainnya dapat
terbaca jelas). Radiografi femur AP dan lateral harus dilakukan. Sendi
panggul dan lutut harus terlihat dalam foto. Radiografi femur
kontralateral
dapat
membantu
pada
perencanaan
preoperative.
patologis.
Venogram/anterogram
menggambarkan
arus
Proteksi
Traksi
2. Tindakan operatif
12
ORIF
Indikasi ORIF :
-
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi
I. KOMPLIKASI
Komplikasi Awal
Cedera vaskuler
Jika ada tanda-tanda insufisiensi vaskuler pada ekstremitas,
kerusakan arteri brakhialis harus disingkirkan. Angiografi akan
memperlihatkan tingkat cedera. Hal ini merupakan kegawatdaruratan,
yang memerlukan eksplorasi dan perbaikan langsung ataupun cangkok
(grafting) vaskuler. Pada keadan ini internal fixation dianjurkan.7,9
Cedera saraf
Jika fungsi saraf masih ada sebelum manipulasi lalu kemudian
cacat setelah dilakukan manipulasi, hal ini dapat diasumsikan bahwa
saraf sudah mengalami robekan dan dibutuhkan operasi eksplorasi.7,9
Infeksi
13
Komplikasi Lanjut
Delayed Union and Non-Union
Fraktur transversa kadang membutuhkan waktu beberapa bulan
untuk menyambung kembali, terutama jika traksi digunakan berlebihan
(penggunaan hanging cast jangan terlalu berat). Penggunaan teknik
yang sederhana mungkin dapat menyelesaikan masalah, sejauh ada
tanda-tanda
pembentukkan
kalus
(callus)
cukup
baik
dengan
Malunion
Malunion adalah ketika penyambungan antar fragmen terjadi
dalam posisi yang tidak memuaskan (angulasi, rotasi atau pemendekan
yang terlalu besar). Malunion disebabkan oleh reduksi kurang
sempurna, imobilisasi yang inadekuat, atau pada fraktur kominutiva dan
tulang osteoporosis.
14
Pada
ekstremitas
mengidentfikasikan
bawah,
perlunya
pemendekan
lebih
dilakukan
prosedur
dari
cm
penyamaan
panjang.
Joint stiffness
Joint stiffness sering terjadi. Hal ini dapat dikurangi dengan
aktivitas lebih awal, 7
Tambahan, pada anak-anak, fraktur humerus jarang terjadi. Pada
anak-anak di bawah 3 tahun kemungkinan kekerasan pada anak perlu
difikirkan. Fraktur dirawat dengan bandage sederhana pada lengan
hingga ke badan untuk 2-3 minggu. Pada anak yang lebih tua
memerlukan plaster splint pendek.7
J. PENYEMBUHAN FRAKTUR
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri dari atas lima fase yaitu:
15
1. Fase hematoma
Apabilah terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil
yang melewati kanalikuli dalam sistem Haversian memngalami robekan pada
daerah fraktur dan akan membentuk hematome diantara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong
dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga
dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah
fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah
cincin avaskuler tulang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu
reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel
osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus
eksterna seluler dalam kanalis medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat
pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferensasi sel-sel
mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap
awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel
osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan
seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah
fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu
massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus
belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap
fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas
membentuk tulang rawan. Tempat osteoblast diduduki oleh matriks
intraseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh garam-garam kalsium
membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang inidisebut sebagai woven
bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau wofen bone sudah terlihat dan
merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
16
17
Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi
terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip
yang mendasarinya tetap sama.
Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera
Traksi skeletal
Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced
traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat
metal /penjepitmelalui tulang / jaringan metal.
Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik. Berat
ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat
agarreduksi dapat dipertahankan
Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai. Traksi yang dipasang
harusbaik dan terasa nyaman.
3. Reduksi terbuka
Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan
bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,
sekrup, palt, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi
NON UNION.
Kegagalan penyatuan fragmen fraktur sepenuhnya. Setelah periode
penyatuan yang jauh lebih lama daripada periode normal Ada 2 tipe :
1. Fibrous non union
Hanya terjadi penyatuan jaringan fibrosa. Masih dimungkinkan adanya
potensi
19
penyatuan tulang jika diimobilisasi secara rigid dalam waktu yang cukup dan
penghambat penyembuhan fraktur seperti infeski diberantas. Jika pada
pemeriksaan radiologis didapatkan ujung tulangyang sklerosis, ahli bedah harus
mengindkusi penyatuan dengan cangkok tulang autogen
2. Psedu arthrosis
Gerkana terus-menerus pada fragmen fraktur merangsang pembentukan sendi
palsu (pseudo arthrosis) yang komplit dengan kapsul yang menyerupai kapsul
synovial (rongga lengkap dengan cairannya). Non union yang terjadi tidak dapat
disatukan bahkan dengan imobilisasi yang lama sehingga dibutuhkan cangkok
tulang. Cangkok tulang konselus autogen lebih efektif daripada cangkok kortex
luas.
Penyebab :
Gejala klinis :
Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan
tungkai yang mengalami cedera. Nyeri, memar dan pembengkakkan adalah gejala
yang sering ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera
jaringan lunak.
Deformitas jauh lebih mendukung.
DELAYED UNION
Jika interval waktu antara terjadinya trauma dan waktu penyambungan tulang
telah cukup tetapi berdasarkan hasil rontgen dan gejala klinis tulang masih belum
menyatu. Faktor-faktor yang menjadi penyebab antara lain:
20
MALUNION
Fragmen tulang menyatu pada posisi yang tidak memuaskan (angulasi, rotasi atau
pemendekkan yang tidak dapat diterima)
Faktor penyebab :
Terapi
Pada orang dewasa, fraktur harus direduksi sedekat mungkin dengan posisi
anatomis. Angulasi lebih dari 15 derajat pada tulang panjang atau deformitas
rotasional yang nyata mungkin membutuhkan koreksi dengan manipulasi
ulang atau membutuhkan osteoptomi dan fiksasi internal.
Pada anak-anak, deformitas sudut dekat ujung tulang biasanya akan berubah
bentuknya sejalan dengan waktu, sedang deformitas rotasional tidak pada
tungkai bawah, pemendekkan lebih dari 2,5 cm jarang dapat diterima oleh
pasien dan prosedur pemanjangan tungkai dapat diindikasikan.
21
DAFTAR PUSTAKA
MD;
Fraktur
Shaft
Humerus
(.ppt)
(online)
2009.
(http://www.google.com//fraktur-shaft-humerus-hermansyah-MD.pdf.) diakses
tanggal 19 Mei 2009.
3. King Maurice; 1987; Fracture of the Shaft of the Humerus In: Primary
Surgery Volume Two: Trauma; Oxford University Press; UK; p. 233-235
4. Santoso M.W.A, Alimsardjono H dan Subagjo; 2002; Anatomi Bagian I,
Penerbit Laboratorium Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga; Surabaya
5. Anonymous.
Fraktur
Patah
Tulang
(online).
2009.
22
11. Elis Harorld, 2006, Part 3: Upper Limb, The Bones and Joint of the Upper
Limbs; In: Clinical Anatomy Eleventh Edition (e-book); Blackwell
Publishing; Oxford University; p 169-170
12. Holmes E.J and Misra R.R; 2004; Humerus fracture Shaft fracture In: A-Z of
Emergency Radiology (e-book); UK; Cambridge University Press; p 110-111.
23