Anda di halaman 1dari 24

NYCTALOPIA

Aryani Bachtiar
11120150089

Pembimbing:
dr. Moch Iwan Kurniawan,
1 Sp.M
BAB 1
PENDAHULUAN

2
LATAR BELAKANG

Banyaknya masalah defisiensi vitamin A di


dunia diperkiran berdasarkan survey klinik
di seluruh dunia, sekitar 350.000 kasus baru
kerusakan mata yang parah muncul setiap
tahunnya pada anak-anak usia pra sekolah,
diperkirakan 60% dari anak-anak ini
meninggal dalam waktu 1 tahun setelah
menjadi buta. Manifestasi yang paling awal
dari defisiensi vitamin A adalah rabun senja.

3
Vit A

Fenomena
Gunung Es

Vit A diabsorbsi di usus disimpan


sbg Retinol Palmitrat di Hati
dilepaskan k PD jika dibutuhkan +
RBP

4
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA

5
ANATOMI MATA

BAGIAN
BAGIAN LUAR
DALAM

6
FISIOLOGI PENGLIHATAN

7
Vit A Retina

Sintesa Rhodopsin
ditentukan oleh vit A

Retina sel batang


Rhodopsin/visual purple

Visual
Mata Normal: yellow
h
i ole
i k ov er s
D
vit A

mata menerima Rhodopsin


cahaya Visual
white
8
PENGLIHATAN

Sel
Sel Batang Sel
Kerucut dan Batang
Kerucut

9
RABUN SENJA
(NYCTALOPIA)

Rabun senja, sering disebut juga


sebagai rabun ayam atau
Nyctalopia, adalah gangguan
penglihatan pada keadaan
yang kurang cahaya
10
ETIOLOGI

Kekurangan
Kekurangan Keabnormala
Energi
Zinc n Hereditas
Protein (KEP)

Mengkonsum
Efek obat
si alkohol
pencahar
berlebihan

11
PATOFISIOLOGI

Penguran
gan
kemampu
nutrisi
an
untuk
menyerap
rhodopsin
vitamin A, Defisiensi Rabun
pada sel
seperti vitamin A Senja
batang
operasi
tidak
lambung
tercukupi
atau
Crohn
disease
12
X0 : Hemeralopia, Nyctalopia
X1 : Hemeralopia dengan xerosis
konjungtiva dan bitot
X2 : Xerosis kornea
X3 : Keratomalasia
X4 : Stafiloma, ftisis bulbi

13
KLASIFIKASI

1. XN: Keadaan ringan, sel batang retina sulit


beradaptasi pada lingkungan dengan keadaan
kurang cahaya kemampuan penglihatan
menurun pada kondisi ini (hemerolopia,
nyctalopia)

14
X IA: Selaput lendir bola
mata tampak kering,
berkeriput, dan
berpigmentasi serta
permukaan tampak kasar
dan kusam (xerosis
konjungtiva)

X IB: Kelanjutan dari XIA


(xerosis konjungtiva)
yang ditambah dengan 15
X2: hingga kornea, disebut dengan
xerosis kornea. Kornea tampak kering
dengan permukaan yang tampak kasar.
(xerosis kornea)

16
X3A: Perforasi kornea
kurang dari 1/3
permukaan kornea dan
prolaps jaringan isi bola
mata dan dapat
membentuk cacat tetap
yang dapat
menyebabkan kebutaan.
(Keratomalasia)

X3B: Sama seperti X3A,


namun lebar infeksinya
lebih dari 1/3 17
XS: Kornea mata tampak
menjadi putih atau bola
mata tampak mengecil.
Apabila luka pada kornea
telah sembuh, maka akan
meninggalkan bekas
berupa sikatrik atau
jaringan parut.
(Xeroftalmia
XF: scar) terjadi kelainan pada
keadaan dimana
fundus. Fundus tampak seperti cendol.
Ditandai pula dengan adanya noda-noda putih
yang menyebar di seluruh fundus.
(Xeroftalmia Fundus) 18
GEJALA KLINIS

1. Sulit melihat pada tempat dengan cahaya


minimal.
2. Kesulitan melihat saat mengemudi di sore hari.
3. Selain itu, perasaan bahwa mata memerlukan
waktu yang lebih lama untuk penyesuaian
terhadap perubahan dari terang menjadi gelap
juga dapat merupakan gejala rabun senja.

19
DIAGNOSIS

a. Identitas diri
b. Keluhan pada
Anamnesis pengelihatan
c. Riwayat penyakit
d. Riwayat pola makan

a. Tes adaptasi gelap


sederhana
b. Tes adaptasi gelap
dengan
Pemeriksaan
menggunakan alat
secara Biofisik
c. Pemeriksaan dengan
Electroretinography
20 (ERG)
DIAGNOSA BANDING

Retinitis Pigmentosa adalah


suatu kemunduran yang progresif pada
retina yang mempengaruhi penglihatan
pada malam hari dan penglihatan tepi.
Sel batang pada retina (berperan dalam
penglihatan pada malam hari) secara
bertahap mengalami kemunduran sehingga
penglihatan di ruang gelap atau penglihatan
21
pada malam hari menurun.
PENATALAKSANAAN

Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan


nyata dalam 1-2 minggu. Dianjurkan bila didiagnosis
defisiensi vitamin A dibuat maka diberikan vitamin A
200.000 IU peroral dan pada hari kesatu dan kedua.
Bila belum ada perbaikan maka diberikan obat yang
sama pada hari ketiga.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Sommer A. 1978. Field Guide to the Detection and


Control of Xerophthalmia. Geneva: WHO.
2. http://www.slideshare.net/99yuda/makalah-anatomi-dan-fi
siologi-indra-penglihatan
, diakses tanggal 23-09-2014
3. Ward, Jeremy P. T dkk. 2007. A Glance Fisiologi. Jakarta:
Erlangga
4. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2009.
5. Hutahuruk J. 2009. Pencegahan Kebutaan pada Anak.
Jakarta : Garamedia Pustaka.
6. Herman. S. dkk. Studi Masalah Gizi Mikro di Indonesia:
Perhatian Khusus pada 23 Kurang Vitamin A (KVA).
Anemia, dan Seng.
TERIMA KASIH

24

Anda mungkin juga menyukai