Analisis Rantai Nilai PDF
Analisis Rantai Nilai PDF
PENDAHULUAN
Persaingan bisnis yang semakin
ketat dikarenakan dampak globalisasi
diberlakukanya era perdagangan bebas
telah menggeser paradigma bisnis dari
Comparative
Advantage
menjadi
Competitive Advantage, yang memaksa
kegiatan bisnis/perusahaan memilih strategi
yang tepat. Strategi yang dimaksud adalah
dimana perusahaan berada dalam posisi
strategis dan bisa beradaptasi dengan
lingkungan yang terus berubah. Hal ini
berlaku prinsip going concern yang secara
umum merupakan tujuan didirikannya suatu
entitas bisnis.
Dalam hal ini perusahaan harus bisa
membuat pilihan yang terbaik tentang apa
yang yang menjadi kebutuhan konsumen
dan bagaimana memenuhi kebutuhan atau
permintaan konsumen dengan harga yang
serendah mungkin. Sehingga dalam hal ini
40
Wisdaningrum: Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Dalam Lingkungan Internal Perusahaan 41
for
the
analysis
and
subsequent
improvement of resource utilization and
product
flow
within
manufacturing
processes.
Sedangkan menurut Shank dan
Govindarajan (2000), mendefinisikan Value
Chain Analyisis, merupakan alat untuk
memahami rantai nilai yang membentuk
suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari
aktifitas-aktifitas yang dilakukan, mulai dari
bahan baku sampai ke tangan konsumen,
termasuk juga pelayanan purna jual.
Selanjutnya Porter (1985) menjelaskan,
Analisis value-chain merupakan alat analisis
stratejik yang digunakan untuk memahami
secara lebih baik terhadap keunggulan
kompetitif.
Value
chain
dapat
mengidentifikasi dimana value pelanggan
dapat ditingkatkan atau penurunan biaya,
dan untuk memahami secara lebih baik
hubungan
perusahaan
dengan
pemasok/supplier,
pelanggan,
dan
perusahaan
lain
dalam
industri
(Blocher/Chen/Lin, 1999 diterjemahkan oleh
A. Susty Ambarriani, 2000). Value Chain
mengidentifikasikan dan menghubungkan
berbagai aktivitas stratejik diperusahaan
(Hansen, Mowen, 2000). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa analisis rantai nilai
merupakan suatu alat yang digunakan
untuk menciptakan nilai bagi pelanggannya
untuk mencapai suatu keunggulan yang
kompetitif.
Sifat Value Chain tergantung pada
sifat industri dan berbeda-beda untuk
perusahaan manufaktur, perusahaan jasa
dan organisasi yang tidak berorientasi pada
laba. Tujuan dari analisis value-chain
adalah untuk mengidentifikasi tahap-tahap
value chain di mana perusahaan dapat
meningkatkan value untuk pelanggan atau
untuk menurunkan biaya. Penurunan biaya
atau peningkatan nilai tambah dapat
membuat perusahaan lebih kompetitif.
2. Melakukan Analisis Rantai Nilai
Identifikasi Aktivitas
Langkah awal dalam analisis rantai
nilai adalah memecah operasi suatu
perusahaan menjadi aktivitas atau proses
bisnis tertentu, dengan mengelompokkan
Kegiatan Primer
Alokasi Biaya
Langkah
berikutnya
adalah
mencoba mengaitkan biaya ke setiap
aktivitas yang berbeda. Setiap aktivitas
dalam rantai nilai mengeluarkan biaya serta
mengikat waktu dan aset. Analisis rantai
nilai
mengharuskan
manajer
untuk
mengalokasikan biaya dan aset ke setiap
aktivitas
dan
dengan
demikian
menyediakan sudut pandang yang sangat
berbeda terhadap biaya dibandingkan
dengan yang dihasilkan oleh metode
akuntansi biaya tradisional.
3. Memahami
Kesulitan
dalam
Akuntansi Biaya Berbasis Aktivitas
Di hampir semua perusahaan,
kebutuhan informasi untuk mendukung
akuntansi biaya berbasis aktivitas dapat
menciptakan pekerjaan yang berulang
karena persyaratan pelaporan keuangan
dapat
memaksa
perusahaan
untuk
mempertahankan pendekatan tradisional
untuk tujuan laporan keuangan. Waktu dan
tenaga untuk mengubah ke pendekatan
berbasis aktivitas dapat sangat besar dan
biasanya masih melibatkan keputusan
mengenai alokasi biaya secara arbitrer
mencoba mengalokasikan biaya aset atau
pekerja tertentu ke berbagai aktivitas yang
melibatkannya. Tantangan yang berkaitan
dengan penggunaan VCA berbasis biaya
tidak menghalangi penggunaan kerangka ini
untuk mengidentifikasikan sumber-sumber
diferensiasi. Bahkan, melakukan VCA untuk
menganalisis keunggulan kompetitif yang
membedakan
perusahaan
adalah
kompatibel dengan pandangan berbasis
sumber daya mengenai pengujian atas aset
tak berwujud serta kapabilitas sebagai
sumber-sumber kompetensi yang berbeda
(Pears and Robinson, 2009).
Identifikasi Aktivitas yang Membedakan
Perusahaan
Mencermati rantai nilai perusahaan
mungkin tidak hanya akan mengungkapkan
keunggulan atau kelemahan biaya, namun
juga
mengarahkan
perhatian
pada
beberapa sumber keunggulan diferensiasi
relatif terhadap pesaing.
Menilai Rantai Nilai
Ketika rantai nilai didokumentasikan,
para manajer perlu mengidentifikasikan
aktivitas yang penting bagi kepuasan
pembeli dan keberhasilan pasar. Aktivitasaktivitas tersebut adalah aktivitas-aktivitas
yang perlu mendapat perhatian khusus
Wisdaningrum: Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Dalam Lingkungan Internal Perusahaan 43
Wisdaningrum: Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Dalam Lingkungan Internal Perusahaan 45
industri,
yaitu (1) Otomatisasi,
(2)
Disintermediasi, dan (3) Integrasi. Motivasi
otomatisasi lambat laun telah beralih dari
substitusi tenaga kerja langsung ke
pengurangan fungsi dan waktu yang tidak
menciptakan nilai tambah dalam rangka
untuk memenuhi tuntutan para pelanggan.
Disintermediasi
dimaksudkan
untuk
meniadakan
proses
antara,
seperti
pembagian kerja. Melalui jalan pintas,
aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat
dihindarkan
sehingga
mempercepat
troughtput time. Integrasi digunakan dalam
berbagai konteks, misalnya integrasi
sarana, integrasi input, integrasi proses,
integrasi output, dan integrasi komunikasi.
Penggunaan teknologi berarti berperan
untuk
meningkatkan
produktivitas,
efektivitas, dan efisiensi dari pemasok
sampai dengan konsumen sepanjang value
chain.
7. Analisis
Value
Chain
untuk
Keunggulan Kompetitif
Supaya perusahaan bisa unggul
dalam persaingan yang sangat ketat
dengan lingkungan yang selalu berubah,
maka perusahaan perlu mengantisipasi,
menanggapi,
dan
mengurangi
atau
mengeliminasi hal-hal yang menyebabkan
ketidakekonomisan yang terjadi dalam
perusahaan. Sebagian besar perusahaan
akan berusaha untuk bisa bertahan, bahkan
berkembang dalam bisnisnya sehingga
yang menjadi andalan adalah keunggulan
bersaing. Perusahaan pada umumnya
mampu
memperoleh
keunggulan
persaingan jika posisi yang dimiliki mampu
memberi kekuatan yang menonjol di atas
kekuatan pesaing dan kemampuannya
untuk mengembangkan image produk
perusahaan terhadap pelanggan (product
positioning). Untuk mencapai hal itu
perusahaan akan menerapkan strategi
bersaing. Menurut Hax dan Majluf (1995)
dalam Triyono Budiwibowo dan Arfan
Ikhsan (2003) strategi yang diterapkan agar
bisa tetap bertahan adalah strategi yang
disesuaikan dengan core competencies
yang dimiliki perusahaan.
Wisdaningrum: Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Dalam Lingkungan Internal Perusahaan 47
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian mengenai analisis rantai nilai
diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Analisis value chain merupakan alat
analisis yang berguna untuk memahami
posisi perubahan dalam suatu rantai
yang membentuk nilai suatu produk.
Analisis value chain harus dipandang
dalam skala yang luas, skala industri.
Analisis Value Chain merupakan analisis
aktifitas-aktifitas yang menghasilkan nilai,
baik yang berasal dari dalam dan luar
perusahaan. Perusahaan harus mampu
mengenali posisinya pada rantai nilai
yang membentuk produk atau jasa
tersebut. Hal ini sangat penting untuk
mengidentifikasi
kesempatan
dari
persaingan. Setelah mengidentifikasi
posisinya, maka perusahaan mengenali
aktifitas-aktifitas yang membentuk nilai
tersebut.
2. Perusahaan harus mampu memahami
posisinya dalam rantai nilai tersebut,
kemudian
menentukan
strategi
kompetitifnya:
Low
Cost
atau
Diferensiasi untuk bersaing dengan
pesaingnya.
Perusahaan
harus
malakukan hubungan yang baik dengan
supplier
dan
distributor
untuk
memaksimalkan nilai produknya serta
menimbulkan rasa percaya dari supplier
dan distributor supaya dapat tercipta
hubungan yang baik, yang pada
akhirnya meningkatkan daya saing
produk.
Saran
Dari penjelasan diatas, saran yang bisa
diberikan adalah bahwa dalam penerapan
value chain pada perusahaan yang satu
dengan yang lain tidaklah sama. Oleh
sebab itu perusahaan harus mampu
mengidentifikasi perencaan awal yang
disusun secara lebih detail, baik dari
penggunaan bahan baku maupun dari
tenaga kerja dan segala sesuatu yang
berhubungan aktivitas perusahaan yang
akan menentukan keunggulan kompetitif
dari perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh M. 2007. Inovasi Teknologi Dan
System Beton Pracetak Di Indonesia:
Sebuah
Analisa
Rantai
Nilai.
www.haki-konstruksi.com. Yogyakarta.
Blocher/Chen/Lin, 1999. Diterjemahkan oleh
A. Susty Ambarriani, 2000. Manajemen
Biaya. Jilid 1. Penerbit Salemba: Empat
Jakarta.
Ellitan, Lena. 2008. Manajemen Strategi
Operasi. Bandung: Alfabeta.
Gereffi, Gary dan John Humphries, The
Governance of Global Value Chains.
Review of International Political
Economy, 12:1 February 2005: 78104. Routledge Publications.
Hitt, Michael A, R. Duane Ireland, and
Robert E.Hoskisson. 2005. Strategic
Management-Competitiveness and
Globalization.
USA:
Thomson
International Student Edition.
Hansen, and Mowen, 2000. Management
Biaya; Akuntansi dan Pengendalian,
alih bahasa Tim Salemba Empat:
Jakarta.
Josep G. Donelan dan Edward A. Kaplan.
2000. Value Chain Analysis: A
Strategic
Approach
To
Cost
Management. James M. Reeve.
Reading
And
Issues
In
Cost
Management.
Second
Edition.
Thomson Learning: South - Western
College Publishing
Sujana, I Ketut. 2006. Aplikasi Activity
Based Costing (ABC) Dalam Analisis
Value
Chain
Dan
Keunggulan
Kompetitif. Buletin Studi Ekonomi,
Volume 11 Nomor 3.
Layton Caesar, Januar Rustandie. 2007.
Gambaran Rantai Nilai Komponen
Otomotif Justifikasi Pasar Dan Strategi
Peningkatan Pasar Komponen Dalam
Negeri