PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ketoasidosis Diabetikum merupakan komplikasi akut yang paling
serius yang terjadi pada anak-anak pada DM tipe 1, dan merupaka
kondisi gawat darurat yang menimbulkan morbiditas dan mortalitas,
walaupun
telah
banyak
kemajuan
yang
diketahui
baik
dari
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Diabetes
melitus
adalah
sindrom
yang
disebabkan
karbohidrat,
ini
mengarah
lemak
pada
dan
protein.
Abnormalitas
perkembangan bentuk
spesifik
gangguan
metabolisme
yang
paling
serius
pada
diabetikum
adalah
kasus
kedaruratan
diabetes
akibat
proses
autoimun.
Sedangkan
non
insulin
relatif
insulin.
Ketidakmampuan
ini
terlihat
dari
d. Endokrinopati
Akromegali,
Syndrom
Cushing,
ras
dalam
satu
lingkungan
belum
tentu
memiliki
pubertas,
namun
semakin
kecil
setelah
pubertas.
Terdapat dua puncak masa kejadian IDDM yang paling tinggi, yakni
usia 4-6 tahun serta usia 10-14 tahun. Kadang-kadang IDDM juga
dapat terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan, meskipun
kejadiannya sangat langka. Diagnosis yang telat tentunya akan
menimbulkan kematian dini. Gejala bayi dengan IDDM ialah napkin
rash, malaise yang tidak jelas penyebabnya, penurunan berat badan, senantiasa haus, muntah, dan dehidrasi.
Insulin merupakan komponen vital dalam
metabolisme
otot
serta
mengkonversi
glukosa
menjadi
glikogen
glukosa
dari
glikogen
hepar
(glikogenolisis)
dan
yang
dibiarkan
akan
menyebabkan
tertumpuknya glukosa di darah dan terjadinya glukoneogenesis terus-menerus sehingga menyebabkan kadar gula darah sewaktu
(GDS) meningkat drastis. Batas nilai GDS yang sudah dikategorikan
sebagai diabetes mellitus ialah 200 mg/dl atau 11 mmol/l. Kurang
dari itu dikategorikan normal, sedangkan angka yang lebih dari itu
dites dulu dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) untuk menentukan benar-benar IDDM atau kategori yang tidak toleran
terhadap glukosa oral.
E. PROGNOSIS PENYAKIT
Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar gula darah yang
terlalu tinggi dan kadar hormon insulin yang rendah, tubuh tidak
dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai
gantinya tubuh akan memecah lemak untuk sumber energi.
Pemecahan lemak tersebut akan menghasilkan benda-benda
keton
dalam
darah
(ketosis).
Ketosis
menyebabkan
derajat
Glukosa.
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian
pasien mungkin memperlihatkan kadar gula darah yang lebih
rendah dan sebagian lainnya mungkin memiliki kadar sampai
setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada
derajat dehidrasi.
Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu
berhubungan dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat
mengalami asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari
100 200 mg/dl, sementara sebagian lainnya mungkin tidak
Efek
hiperglikemia
ekstravaskuler
bergerak
air
ke
ruang
kompensasi
asidosisi
respiratorik
metabolik.
(pernapasan
Akumulasi
badan
kussmaul)
keton
(yang
Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu,
ketonuria dapat berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang
mendasarinya.
-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat kapiler dapat digunakan untuk
mengikuti respons terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar
dari 0,5 mmol / L dianggap normal, dan tingkat dari 3 mmol / L
berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik (KAD).
Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi
infeksi saluran kencing yang mendasari.
Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN
(mg / dL) / 2.8. Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada
dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm /
kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330 mOsm / kg H2O ini,
maka pasien jatuh pada kondisi koma.
Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk,
alkoholisme kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga
dapat terjadi pada dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan,
kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum yang terus berlanjut akan
dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.
Tabel
1.
Sifat-sifat
penting
dari
tiga
bentuk
dekompensasi
Glukosa plasma
Ketone
Asidosis
Dehidrasi
Hiperventilasi
Diabetic
Hyperosmolar
ketoacidosis
non
(KAD)
ketoticcoma
Tinggi
Ada
Sedang/hebat
Dominan
Ada
(HONK)
Sangat tinggi
Tidak ada
Tidak ada
dominan
Tidak ada
Asidosis laktat
Bervariasi
Bervariasi
hebat
bervariasi
ada
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan
dengan cara:
Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari
200mg/dl).
Biasanya
tes
ini
dianjurkan
untuk
pasien
yang
DIAGNOSIS
Didasarkan
atas
adanya
"trias
biokimia"
yakni
hiperglikemia,
Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200 mg/dL).
DIAGNOSIS BANDING
KAD juga harus dibedakan dengan penyebab asidosis, sesak, dan koma
yang lain termasuk : hipoglikemia, uremia, gastroenteritis dengan
asidosis
metabolik,
asidosis
laktat,
intoksikasi
salisilat,
rasa
nyeri.
Ini
merupakan
penyebab
kematian
mendadak.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila
penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat, harus
diatasi dengan segera. Keterlambatan dapat menyebabkan
kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai
berupa koma dan kejang-kejang.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air
seni, ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain
itu tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi.
Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler serta
penyempitan
yang
terjadi,
secara
otomatis
syaraf
akan
b.
c.
cc/KgBB bolus.
d.
jam.
b.
c.
d.
e.
f.
hipo/hiperkalemia.
g.
fasilitas).
Rehidrasi
Penurunan osmolalitas cairan intravaskular yang terlalu cepat dapat
meningkatkan resiko terjadinya edema serebri.
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
a. Tentukan derajat dehidrasi penderita.
b. Gunakan cairan normal salin 0,9%.
c. Total
rehidrasi
dilakukan
48
jam,
bila
terdapat
hipernatremia
hiponatremia
mengindikasikan
overhidrasi
dan
diperlukan
dapat
diberikan
1-2
mmol/kg
BB
dengan
d. Dosis yang digunakan adalah 0,1 unit/kg BB/jam atau 0,05 unit/kg
BB/jam pada anak < 2 tahun.
e. Pemberian
insulin
sebaiknya
dalam
syringe
pump
dengan
pengenceran 0,1 unit/ml atau bila tidak ada syringe pump dapat
dilakukan dengan microburet (50 unit dalam 500 mL NS), terpisah
dari cairan rumatan/hidrasi.
f. Penurunan kadar glukosa darah (KGD) yang diharapkan adalah 70100 mg/dL/jam.
g. Bila KGD mencapai 200-300 mg/dL, ganti cairan rumatan dengan D5
Salin.
h. Kadar glukosa darah yang diharapkan adalah 150-250 mg/dL
(target).
i. Bila KGD < 150 mg/dL atau penurunannya terlalu cepat, ganti
cairan dengan D10 Salin.
j. Bila KGD tetap dibawah target turunkan kecepatan insulin.
k. Jangan menghentikan insulin atau mengurangi sampai < 0,05
unit/kg BB/jam.
l. Pemberian insulin kontinyu dan pemberian glukosa tetap diperlukan
untuk menghentikan ketosis dan merangsang anabolisme.
m. Pada saat tidak terjadi perbaikan klinis/laboratoris, lakukan penilaian
ulang
kondisi
penderita,
pemberian
insulin,
pertimbangkan
Diet per-oral dapat diberikan bila anak stabil secara metabolik (KGD
< 250 mg/dL, pH > 7,3, bikarbonat > 15 mmol/L), sadar dan tidak
mual/muntah.
2.
utama.
4.
1.
Insulin
iv
bisa
dihentikan
bila
keadaan
umum
anak
baik,
tergantung kadar gula darah. Total dosis yang dibutuhkan kurang lebih 1
unit/kg BB/hari atau disesuaikan dosis basal sebelumnya.
c.
sebelum makan siang, 2/7 sebelum makan malam, dan 1/7 sebelum snack
menjelang tidur.
Anamnesis
Poliuria
Polidipsia
Penurunan BB
Nyeri perut
Lemas/lemah
Muntah-muntah
pusing
Syok+dehidrasi
berat
Resusitasi:
-Airway/nasogastric
tube
-Berikan oksigen
masker 100%
-Terapi syok: NS
Pemeriksaan fisik
Tentukan derajat
dehidrasi
Nafas cepat&
dalam(kusmaul)
Nafas bau keton
Diabetes
ketoasidosis
Dehidrasi >5%
Asidosis(hiperve
ntilasi)
Syok
muntah
IVFD:
-Tentukan kebutuhan
cairan+deficit
-Koreksi deficit dalam 48
jam
-Menggunakan normal
salin
Laboratotium
Ketonuria
Hipoglikemia>300
mg/dl
Asidosis metabolic
Pemeriksaan lain:
Elektrolit darah,BUN
-krisis sedang
-bisa
makan/minum
-Berikan insulin
sc
Tidak ada
perbaikan
Kesadaran
menurun,sakit
kepala,penurunan
HR,irritable/gelisah,in
Asidosis
tidak
membaik
Evaluasi kembali:
-balans cairan?
insulin:dosis,macet
?
KGD 200-300mg/dl.
Atau
Penurunan
IVFD:
-ganti cairan dengan D5
0,45 salin
-turunkan
dosisulin(jangan<0,05
u/kg/jam
-periksa elektrolit darah
-Pastikan bukan
hipoglikemia
-Edema cerebri
-konsul neurologi
-pertimbangan:Manitol
1g/kg BB
-Restraksi cairan 50%
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny R 45 tahun datang dirawat di IGD karena tidak sadarkan diri. Pasien
terdiagnosa DM tipe I sejak kecil. Sudah 2 hari ini keluarga menyatakan
klien mengalami stress akibat kondisi suami beliau yang sedang dirawat
di RS karena mengalami serangan jantung. Klien saat ini terpasang
oksigen dan diberikan IVFD Normal Saline. Klien mendapatkan terapi
insulin per drip. Saat ini berdasarkan hasil pengkajian pada klien
didapatkan GD klien adalah 450 mg/dl, HCO3=10 meq/L, pH darah 7.
ANALISA DATA
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
DO:
KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif
Kompensasi
metabolic,
hiperventilasi,
asidosis
- perubahan
pergerakan
Kekurangan
volume Dehidrasi
- muntah
cairan
- poliuria, polidipsi
- kulit membrane ukosa
kering,
penurunan
tirgor kulit,
- TD: 90/70 mmHg
- Lemas, lemah
- Nausea
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian KAD pada KGD didasarkan pada prinsip prinsip skala
prioritas : Airway (A), Breating (B), Circulation (C), dan pengkajian esensial
yang lain.
1. Anamnesa
2. Keluhan utama
Datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Polidipsi, Polifagi; lemas,
luka sukar sembuh atau adanya koma/penurunan kesadaran dengan
sebab tidak diketahui. Pada lansia dapat terjadi nepropati, neurophati atau
retinophati, serta penyakit pembuluh darah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Berapa berat keluhan yang dirasakan
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit
DM
yang
tertanggulangi
maupun
tidak
terdiagnosis.
Aktivitas / istirahat
S
Sirkulasi
S
3.
Eliminasi
S
4.
Makanan/ cairan
S
5.
Respirasi
S
6.
Neurosensori
S
gangguna penglihatan
O
7.
Keamanan
S
Pemeriksaan fisik
1.
Keadaan umum
Penurunan BB, nyeri abdomen, status gizi turun,
2.
Sistem pernafasan
Nafas kusmaul, takhipneu, nafas bau aseton, vesikuler pada lapang
paru.
3.
Sistem integument
Turgor kulit turun, kulit kering, mukosa bibir kering.
4.
Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
5.
Sistem gastrointestinal
Nyeri abdomen, mual muntah, anoreksia
6.
Sistem neurologi
Sakit kepala, kesadaran menurun
7.
Sistem penglihatan
Penglihatan kabur
dan
simetris,
tidak
ada
penggunaan
otot
bantu
INTERVENSI
1. Pemantauan pernapasan:
a. pantau adanya pucat
sianosis
b. pantau
RASIONAL
1. Pemantauan pernapasan
dan
a. Pucat dan sianosis merupakan
tanda
kedalaman
nafas,
oksigen
otot
pernapasan,
d. Pantau
pola
dan
koton
e. Kaji
kemungkinan
%
3. Pastikan
tersumbat
4. Baringkan
nafas
oksigen ke kapiler.
Pola dan kecepatan pernafasan
basa,
status
pada
hidrasi,
status
dan
sistem
cardiopulmonal
adanya
tidak
klien
sehingga
jalan
akibat
berbau
b.
pernapasan
nafas
paru-paru
pernapasan
hipervenliasi,
kusmaul
bantu
di
ambilan
hiperventilasi
repirasi.
c. Perhatikan kesimetrisan dada,
penggunaan
penurunan
posisi
melalui
pernafasan
alkalosis
respiratorik
terhadap
pemecahan
asam
berlebih
pengeluaran
akibat
parasimpatik
dan
kerja
atau
objektif
keberhasilan
terhadap
terapi
pemenuhan oksigen
2. Pernafasan
kusmaul
dan
sebagai
kompensasi
keasaman
memberikan
respon
penurunan
dalam
minimal
jumlah
diharapkan
yang
dapat
terbukanya
jalan
meminimalkan
jalan
nafas
oleh
penutupan
sekret
yang
munkin terjadi
4. Pengaturan posisi ekstensi kepala
memfasilitasi
terbukanya
jalan
meminimalkan
jalan
nafas
oleh
penutupan
sekret
munkin terjadi
denan
yang
INTERVENSI
1. Kaji riwayat
RASIONAL
durasi/intensitas
1. Membantu
memperkirakan
pengurangan
berlebihan
Proses
volume
infeksi
menyebabkan
status
2. Monitor tanda-tanda vital dan
perubahan
tekanan
darah
yang
demam
dan
hipermetabolik
meningkatkan
pengeluaran
cairan insensibel.
2. Hypovolemia
orthostatic
total.
dapat
dimanifestasikan
hipotensi
oleh
dan
takikardia.
perubahan
pernafasan
kussmaul,
bau
aceton
ditunjukkan
dengan
4. Observasi
kualitas
nafas,
asam
alkalosis
cyanosis
terkompensasi
ketoasidosis.
karbonat
respiratorik
pada
Napas
aceton
bau
disebabkan
hilang
bila
sudah
terkoreksi
7. Ciptakan
lingkungan
yang
4. Peningkatan
hal
ketidakmampuan
yang
dilaporkan
nafas
menunjukkan
berkompensasi
8. Catat
beban
untuk
terhadap
asidosis
5. Menggambarkan kemampuan
kerja ginjal dan keefektifan
terapi
9. Obsevasi
kelelahan
adanya
yang
perasaan
meningkat,
teratur
dan
adanya
6. Menunjukkan
status
cairan
menyebabkan
pengurangan
cairan,
perubahan
emosional
menunjukkan
penurunan
cairan
dan
dan
menimbulkan
potensial
kekurangan
untuk
yang
cepat
sangat
menimbulkan
dan GJK
cairan
berpotensi
beban
cairan
DAFTAR PUSTAKA
1. Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit , EGC,
Jakarta