0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas sejumlah kebijakan moneter dan perbankan di Indonesia sejak tahun 1983 hingga 1993. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi deregulasi sistem keuangan, pengaturan kembali perbankan, peningkatan pengawasan perbankan, serta penyempurnaan peraturan kredit untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Deskripsi Asli:
Kebijakan Moneter Dan Regulasi Perbankan Indonesia
Dokumen tersebut membahas sejumlah kebijakan moneter dan perbankan di Indonesia sejak tahun 1983 hingga 1993. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi deregulasi sistem keuangan, pengaturan kembali perbankan, peningkatan pengawasan perbankan, serta penyempurnaan peraturan kredit untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Dokumen tersebut membahas sejumlah kebijakan moneter dan perbankan di Indonesia sejak tahun 1983 hingga 1993. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi deregulasi sistem keuangan, pengaturan kembali perbankan, peningkatan pengawasan perbankan, serta penyempurnaan peraturan kredit untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan ini merupakan kebijakan yang bersigat structural dan fundamental. Inti deregulasi 1 Juni 1983 adalah sebagai berikut: a. Penghapusan ketentuan pagu kredit (credit ceiling) b. Pengurangan KLBI kecuali untuk sector yang berprioritas tinggi c. Pembebasan bagi bank bank untuk menetapan suku tingkat bunga sumber dana dan kredit kecuali sector yang diprioritaskan Sasaran atau motif dilakukannya deregulasi 1 Juni 1983 ini pada dasarnya dimaksudkan untuk: a. Mengubah kebijakan langsung moneter langsung menjadi kebijakan tidak langsung b. Meningkatkan kemampuan perbankan melakukan mobilisasi dana masyarakat c. Mengurangi ketergantungan bank dari KLBI d. Mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai lender of the last resort Untuk memungkinkan pelaksanaan kebijakan moneter melalui operasi pasar tebuka, Bank Indonesia sejak 1984 mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang merupakan instrument dalam rangka pengetatan jumlah uang yang beredar (kontraksi moneter). Sebaliknya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan ekspansi , Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan perdagangan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).
Kebijakan 27 Oktober 1998 (Pakto 27, 1988)
Kebijakan moneter dan perbankan ini memiliki kecakupan yang sangat luas dan sangat liberal, disamping karena menyentuh hamper semua sector ekonomi, juga banyaknya bidanng usaha perbankan yang sebelumnya diatur dengan ketentuan yang ketat menjadi diperlonggar bahkan banyak diantaranya dihapus atau dipermudah. Langkah langkah tersebut diambil dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi serta dalam upaya menciptakan perluasan
kesempatan kerja. Cakupan dan sasaran kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
pada tanggal 27 Oktober 1988 secara singkat meliputi hal hal berikut: a. Meningkatkan pengerahan dana masyarakat yang dilakukan melalui - Pembukaan izin pendirian bank bank baru dengan ketentuan modal yang disetor relative kecil (bank umum Rp. 10 milyar, bank campuran Rp. 50 milyar, dan BPR Rp. 50 juta) - Kesempatan peningkatan usaha bank tabungan dan BPR menjadi bank umum - Kemudahan membuka kantor - kantor cabang bank b. Meningkatkan ekspor nonmigas, untuk itu diperlukan pelayanan perbankan yang lebih luas melalui langkah langkah: - Menambah jumlah bank devisa dengan mempermudah persyaratan peningkatan status usaha bank menjadi bank devisa - Dibuka kesempatan mendirikan bank campuran ( joint venture bank) - Dimungkinkan membuka kantor cabang pembantu di daerah daerah bagi kantor cabang bank c. Peningkatan efisiensi - BUMN dan BUMD bukan bank dapta menempatkan sebagian dananya pada bank swasta - Pemberian izin pendirian bank baru dibuka dan pembukaan kantor cabang bank dipermudah - Penyaluran kredit perbankan harus mengikuti ketentuan batas maksimum pemberian kredit (BMPK) d. Peningkatan kemampuan pengendalian pelaksanaan kebijakan moneter dengan menyempurnakan instrument kebijakan moneter sebagai berikut: - Ketentuan likuiditas wajib diturunkan dari 15% menjadi 2% - Penyempurnaan perdagangan SBI dan SBPU baik jangka waktu jatuh temponya maupun system lelang SBI - Penyempurnaan fasilitas diskonto e. Perbaikan iklim pengembangan pasar modal dengan perlakuan perpanjangan yang seimbang terhadap penghasilan dari deposito dengan penghasilan dari surat surat berharga pasar modal
Paket kebijakan 20 Desember 1988 (Pakdes 20, 1988)
Paket kebijakan ini meliputi: a. Penyelenggaraan bursa efek oleh swasta dan ketentuan lain di bidang pasar modal b. Penyediaan alternative sumber pembiayaan dengan pendirian perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan: sewa guna usaha, anjak piutang, modal ventura, pembiayaan konsumen, dan kartu kredit c. Membuka kesempatan medirikan perusahaan asuransi dan lembaga pendukungnya
Paket kebijakan 25 Maret 1989 (Pakmar 25, 1989)
Paket ini pada dasarnya merupakan ketentuan lanjutan dan penyempurnaan Pakto 27, 1988 yang memuat ketentuan ketentuan antara lain mengenai: a. Merger dan konsolidasi antarbank b. Pengaturan kembali operasional BPR termasuk kemungkinan peningkatan usahanya menjadi bank umum c. Pengaturan kredit ekspor yang meliputi kredit modal kerja dan kredit investasi d. Pengaturan komponen modal sendiri bank nasional dan kantor cabang bank asing e. Ketentuan posisi devisa neto ( net open position) f. Pelimpahan wewenang pengawasan dan pembinaan LKBB dan Departemen Keuangan kepada Bank Indonesia g. Penggunaan tenaga kerja warga Negara asing yang professional
Paket Kebijakan 29 Januari 1990 (Pakjan 29, 1990)
Paket kebijakan ini berkaitan dengan penyempurnaan program perkreditan untuk usaha kecil meliputi: a. b. c. d. e.
Kredit Kredit Kredit Kredit Kredit
usaha tani kepada koperasi pengadaan pangan dan gula investasi umumm dan KUK
Paket kebijakan 28 Februari (Pakfeb 28, 1991)
Paket kebijakan ini sebagamana paket paket sebelumnya merupakan penyempurnaan Pakto 20, 1988. Namun paket kebijakan 28 Februari 1991 ini mencakup hal hal yang lebih luas dibandingkan dengan paket lain setelah pakto. Dalam paket ini pulalah diatur ketentuan yang berkaitan dengan prinsip kehati hatian (prudent banking regulation). Selanjutnya agar perbankan Indonesia dapat meningkatkan kemampuan daya saingnya dalam rangka memasuki era globalisasi, maka bank bank perlu mengikuti ukuran ukuran perbankan yang berlaku secara internasional terutama ukuran permodalan yang dikeluarkan Bank for International Settelment. Bertitik tolak dari pandangan tersebut, perlu penyempurnaan atas pembinaan dan pengawasan perbankan yang meliputi: a. Pengawasan dan pembinaan bank dilakukan dalam rangka mewujudkan system perbankan yang sehat dan efisien b. Ketentuan yang berkaitan dengan prinsip kehati hatian c. Larangan pemberian kredit untuk pembelian saham dan pemilikan saham oleh bank bukan untuk tujuan penyertaan d. Margin trading
e. Ketentuan swap dann swap ulang (reswap)
Paket kebijakan 29 Mei 1993 (Pakmei 29, 1993)
Pertumbuhan kredit perbankan yang relative lamban terjadi karena adanya keengganan bank memperluas kredit yang disebabkan oleh keadaan aktiva produktif bank yang kurang baik dan banyak mengarah ke kredit bermasalah. Dengan demikian arus penyaluran dana kepada sector usaha menjadi tidak lancer. Melihat perkembangan tersebut, pemerintah mengambil langkah langkah penyempurnaan ketentuan perbankan. Penyempurnaan ketentuan perbankan melalui Paket kebijakan 29 mei 1993 meliputi: a. Memperlonggar ketentuan kewajiban penyedia modal minimu atau CAR dengan memperhitungkan seluruh laba tahun lalu sebagai komponen modal b. Mengurangi bobot resiko kredit kepada BUMN dan fasilitas kredit yang belum digunakan dari 100% menjadi 50% c. Memperketat ketentuan legal lending limit menjadi 50% baik untuk individu maupun untuk kelompok d. Bank yang belum memnuhi ketentuan penyaluran KUK 20% dapat mebeli SBPU KUK e. Mengubah besarnya cadangan aktiva produktif
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda