Seleksi dan screening merupakan hal yang dilakukan setelah tahap transformasi. Seleksi
merupakan tahapan untuk menyeleksi plasmid rekombinan dengan antibiotik. Plasmid
rekombinan yang akan diseleksi harus mencakup salah satu gen antibiotik dibawah ini agar dapat
diseleksi :
Tabel 1. Gen Antibiotik untuk Seleksi pada Plasmid Rekombinan
(Sumber: http://www.blackwellpublishing.com/)
Tujuan dari tahapan seleksi dengan antibiotik ini yaitu agar plasmid rekombinan yang akan
di screening merupakan plasmid yang mengandung DNA rekombinan hasil transformasi
sehingga nantinya plasmid rekombinan yang tidak mengandung DNA rekombinan akan mati
dengan sendirinya karena tidak memiliki zat ampicilin, tetracycline, atau kanamycin.
Screening dilakukan sebagai cara untuk mengetahui keberhasilan transformasi vektor yang
mengandung gen mutan. Jadi, dengan screening kita dapat membedakan antara bakteri host atau
yang sudah dimasuki DNA plasmid dan mana yang tidak. Metode untuk screening merupakan
metode yang sangat spesifik dan sensitif karena hanya sebagian kecil koloni bakteri yang
mengandung sekuens DNA yang diinginkan. Prinsip seleksi ini didasarkan pada selectable
marker yang ada pada vektor. Penggunaan teknik screening bergantung pada vektor atau plasmid
rekombinan yang kita gunakan. Teknik dari skrining pun bermacam-macam diantaranya dalah
white-blue screening, protein assay screening,dan lain-lain.
Pada tulisan kali ini, kami menggunakan blue-white screening sebagai teknik identifikasi
bakteria yang berhasil ditransformasi dan direkombinan di dalam plasmid. Pada dasarnya
skringin putih-biru mendasarkan penyeleksian dengan berdasarkan aktivitas dari enzim Bgalaktosidase yang
ada didalam host sel E.coli, yang dapat menguraikan laktosa menjadi
Screening biru-putih ini dapat digunakan jika plasmid rekombinan yang akan diteliti
memiliki daerah lacZ operon yang diperlukan dalam proses screening. Daerah pada lacZ ini yang
nantinya menentukan produksi dari enzim B-galaktosidase yang memetabolisme laktosa.
Kebanyakan plasmid rekombinan mempunyai gen lacZ yang dapat mengkode 146 asam amino
pertama dari B-galaktosidase. Host sel E.coli menggunakan sel yang kompeten dan mengandung
mutasi delesi lacZM15. Saat vektor plasmid dihadapkan dengan sel yang memiliki mutasi
delesi seperti itu, akibat dari proses A-complementation, maka enzim B-galaktosidase akan
diproduksi.
Alat yang dibutuhkan untuk melakukan screening bitu-putih diantaranya LB agar,
Ampicillin,
5-bromo-4-chloro-3-inodlyl--D-galactopyranoside
(X-gal)
sebagai
pewarna
(mengaktifkan gennya). Dalam beberapa kasus, tanpa IPTG, -galaktosidase yang dihasilkan
tidak cukup untuk mengubah koloni biru bahkan jika gen lacZ dalam keadaan tidak rusak.
PEMURNIAN PLASMID
Plasmid adalah unsur genetik di luar kromosom (ekstrakromosoma) yang mengadakan replikasi
secara autonom di dalam sel bakteri. DNA-nya berbentuk lingkaran dan beruntai ganda. Dalam
biologi molekuler, plasmid berperan sebagai carriers atau vectors untuk fragmen DNA spesifik.
Untuk memperbanyak plasmid, kita dapat menggunakan bakteri. Nantinya plasmid itu akan
mendukung gen yang diperlukan baik untuk memproduksi DNA dalam jumlah banyak. Proses
untuk mendapatkan plasmid dari bakteri disebut dengan pemurnian plasmid.
Pemurnian plasmid itu sendiri harus dilakukan dengan mengisolasi zat-zat lainnya yang berada
didalam bakteri seperti kromosom bakteri, protein, membran, dan ribosom bakteri. Metode yang
digunakan untuk isolasi plasmid, yaitu boiling lysis, lysis with detergent, mechanical lysis,
alkaline lysis, dan enzimatic digestion. Metode yang paling banyak digunakan dalam isolasi ini
adalah metode alkaline lysis. Variasi bentuk DNA memiliki perbedaan sifat pada keadaan alkalis.
DNA kromosom dan DNA plasmid dapat merenaturasi dengan membutuhkan lama waktu yang
berbeda.
Prinsip dari pemurnian plasmid ini dimulai dari kolonial bakteri yang akan ditumbuhkan pada
media kultur yang mengandung antibiotik yang tepat. Dengan adanya gen resistansi antibiotik
dalam plasmid, hanya bakteri yang mengandung plasmid yang dapat tumbuh di media kultur ini.
Bakteri-bakteri ini akan diperbanyak dan terlisis di kondisi pH tinggi. Saat pH netral,
penambahan garam akan dibutuhkan, lalu campuran zat akan menurun kebawah untuk
menghilangkan kotoran dan DNA genom.
Sel lisat yang netral ditambahkan kedalam kolom silika. Plasmid DNA akan menempel pada
kolom dengan mekanisme pertukaran anion, dimana DNA (anion kuat) akan berikatan dengan
kolom bermuatan negatif lewat jembatan garam kation. Zat lain seperti protein akan dicuci atau
terbuang melewati kolom dengan lauran buffer yang tingkat garamnya tinggi. Plasmid murni
akan diperoleh saat larutan buffer kadar garam rendah ditambahkan untuk menghancurkan
jembatan garam. Dalam proses ini, terdapat juga sentrifugasi dimana merupakan teknik untuk
8. Setelah itu, dilanjutkan dengan tahap pencucian dimana menambahkan larutan buffer
garam tinggi untuk menghilangkan endonuklease, RNA, protein, dyes, dan pengotor
molekular yang lain, tetapi DNA masih melekat disilika.
9. Pada stage pencucian akhir, pastikan filter dalam kondisi kering dan tidak ada larutan
buffer yang tersisa. Plasmid DNA masih terdapat di filter.
10. Plasmid DNA akan dielusi dengan air steril atau larutan buffer elusi. DNA akan siap
untuk dipakai selanjutnya.
DNA yang telah diisolasi diuji kualitas dan kuantitasnya melalui elektroforesis dan
spektrofotometer. Elektroforesis memisahkan DNA, RNA, dan protein berdasarkan bobot
molekul dan muatannya dengan menggunakan
sehingga pada elektroforesis DNA akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif. Kecepatan
pergerakan ini tergantung pada ukuran molekul DNA, kerapatan media gel yang dilalui DNA,
serta arus listrik yang diberikan untuk bermigrasi molekul. Hasil elektroforesis DNA total akan
menunjukkan adanya pita-pita DNA yang diisolasi dari bakteri yang kemungkinan adalah DNA
plasmid.
DNA Sekuensing
Sekuensing merupakan metode pengurutan basa DNA yang melibatkan produksi seperangkat
molekul/fragmen DNA yang berbeda-beda ukurannya, tetapi salah satu ujungnya selalu sama.
Sekuensing dapat dilakukan dengan menggunakan elektroforesis gel. Terdapat dua metode dalam
pengurutan basa yaitu metode Maxam-Gilbert dan metode sanger
-
Metode Maxam-Gilbert
Pada metode ini fragmen-fragmen DNA yang akan disekuens harus dilabeli pada salah
satu ujjungnya, biasanya menggunakan fosfat radioaktif atau nukleotida pada ujung 5.
Tahapan dalam metode ini:
1. Molekul DNA terlebih dahulu dipotong-potong secara parsial menggunakan
piperidin. Pengaturan masa inkubasi atau konsentrasi piperidin akan
menghasilkan fragmen-fragmen DNA yang bermacam-macam ukurannya.
2. Lalu, basa dimodifikasi menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. DMS akan
memetilasi basa G, asam format menyerang A dan G, hidrazin akan
Metode Sanger
Metode Sanget memanfaatkan dua sifat salah satu subunit enzim DNA polimerasi yang
disebut fragmen klenow. Metode ini serupa dengan PCR, hanya saja PCR menggunakan
deoxy-nucleotyde
triphospate(dNTP),
sedangkan
Metode
Sanger
Sequencing
SELEKSI ANTIBIOTIK
Pada strategi seleksi kali ini, kami menggunakan seleksi antibiotik untuk menyeleksi
plasmid rekombinan yang sudah mengandung DNA mutagen yang sudah dimodifikasi. Hal ini
dikarenakan plasmid rekombinan pUC 19 memiliki ampicilin yang merupakan salah satu zat
antibiotik untuk proses seleksi. Ampicilin, turunan dari penicilin, memiliki kemampuan untuk
menghambat pembentukan peptidoglikan pada membran sel E.coli. Amipicilin tidak menyerang
sel yang sudah ada tetapi membunuh sel yang membelah untuk membentuk peptidoglikan yang
baru. Biasanya gen ampicilin ini dibawa oleh pUC 19 untuk memproduksi enzim, B-lactamase,
yang berguna dalam proses seleksi antibiotik karena menciptakan suatu ikatan B-lactam ring di
molekul ampicilin. Jika puC 19 diintroduksi dengan plasmid-free antibiotik-sensitive sel bakteri
maka bakteri akan bersifat resistan terhadap ampicilin. Sel yang tidak tertransformasi dan tidak
mengandung pUC 19 makan tidak akan resistan dan pertumbuhan mereka akan terganggu
sehingga menyebabkan kematian.
Selanjutnya, untuk menyeleksi sel mana yang dimasuki vektor yang telah mengandung hasil
transformasi dan mana yang bukan, maka dilakukan seleksi white-blue. Hal ini didasarkan pada
vektor puc18 yang mengandung gen lacZ yang menghasilkan -galactosidase sehingga dapat
memecah X-Gal. Sel inang yang mengandung insert vektor rekombinan iso-1-cytochrome c akan
berwarna putih dan vektor yang tidak mengandung insert iso-1-cytochrome c akan berwarna
biru.
Mekanisme dari screening biru-putih ini yaitu koloni bakteri yang sudah dimutasi akan
ditumbuhkan pada medium selektif yang mengandung ampicilin dan zat kromogenik yang
disebut X-gal. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa pUC 19 mengandung gen lacZ
yang akan mengkode 146 asam amino pertama untuk enzim B-galaktosidase. Jika daerah
multiple cloning site sudah dimasuki DNA yang termutasi, maka lacZ akan terganggu dan Nterminal portion dari B-galaktosidase tidak diproduksi. Sehingga substrat X-gal akan tetap
berwarna putih. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi plasmid rekombinan berhasil.
Sementara, jika daerah multiple cloning site tidak dimodifikasi maka gen lacZ akan
secara aktif memproduksi enzim B-galaktosidase dan koloni bakteri yang termutasi akan berubah
warna menjadi biru. Hal ini menandakan bahwa transformasi plasmid rekombinan tidak berjalan
dengan tepat atau gagal karena host cell tidak mengandung DNA yang sudah termutasi.
Jadi, dengan teknik screening ini kita dapat mengetahui apakah vektor pUC18 yang telah
disisipi gen iso-1-cytochrome c telah berhasil masuk ke dalam sel inang atau belum dengan
melihat indikasi warna pada medium yang berisi ampisilin dan X-Gal.