Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak
berkomunikasi. We cant not communicate begitupun halnya saat kita
berkelompok. Dari sejak kita di lingkungan keluarga hingga kita di
lingkungan kelompok dan masyarakat kita pasti akan selalu berkomunikasi.
Komunikasi seakan menjadi pengaruh dalam jasad sebuah lingkungan
keluarga, kelompok dan masyarakat. Salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi sukses atau gagalnya suatu kelompok/komunitas bergantung
pada komunikasinya. Seberapa intens dan efektif suatu komunikasi dapat
dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali ada kegiatan penting yang
sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut. Kegiatan tersebut adalah
kegiatan Diskusi Kelompok.Saat ini, banyak permasalahan yang terjadi di
kalangan sebuah kelompok dan inti masalahnya adalah kurangnya
komunikasi. Permasalahan komunikasi yang terjadi pun tak hanya intern saja
tapi juga eksternalnya.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi
dengan orang lain, niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Banyak pakar
menilai bahwa komunikasi adalah sebuah kebutuhan yang sangat
fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Teori dasar Biologi
menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Berdasarkan permasalahan di atas, penting kiranya penulis yang
berkutat di dalam beberapa kelompok, mengkaji dan mencarikan solusi
terbaik untuk semua pihak. Maka dari itu, penulis mencari informasi dan
menyusun makalah mengenai komunikasi kelompok yang mudah-mudahan
bisa menjadi solusi. Hal ini pun merupakan salah satu upaya pemenuhan
tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?
2. Apa pengertian keluarga ?
3. Apa fungsi dari keluarga ?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam keluarga ?
5. Bagaimana langkah-langkah perawatan kesehatan keluarga ?
6. Apa pengertian komunikasi kelompok ?
7. Apa tujuan dari komunikasi kelompok ?
8. Bagaimana penggunaan komunikasi dalam kelompok ?\
9. Apa saja manfaat komunikasi kelompok.
10. Bagaimana komunikasi dalam hubungan masyarakat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi.
2. Untuk mengetahui pengertian apa itu keluarga.
3. Untuk mengetahui fungsi keluarga.
4. Untuk mengetahui prinsip dalam keluarga.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah perawatan kesehatan keluarga.
6. Untuk mengetahui apa itu komunikasi kelompok.
7. Untuk mengetahui tujuan komunikasi kelompok.
8. Untuk mengetahui penggunaan komunikasi kelompok.
9. Untuk mengetahui manfaat komunikasi kelompok.
10. Untuk mengetahui komunikasi dalam hubungan masyarakat.
D. Manfaat
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan
2. Dapat mengetahui bagaimana cara berkomunikasi dalam lingkungan
keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam hal komunikasi
keperawatan pada lingkungan tersebut.
BAB II
ISI
A. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku
dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada
tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini
difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi
interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau

dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi


interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai
ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Untuk terjadinya
proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu:
a. Pengirim pesan (komunikator)
b. Penerima pesan (komunikan)
c. Isi pesan
Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi
yang lebih sederhana yang dikenal dengan SMCR, yaitu: Source
(pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver
(penerima).
a. Komunikator
Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang
berinisiatif

menyampaikan

komunikasinya.
Komunikator

dapat

pesan

dilihat

dari

untuk

mewujudkan

jumlahnya

terdiri

motif
dari

Saru orang
Banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang
Massa ( banyak orang )
b. Komunikan
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada
siapa pesan komunikator ditujukan.Peran antara komunikator dan
komunikan bersifat dinamis, saling bergantian.
c. Pesan
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa
suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.
Pesan bersifat verbal (verbal communication) antara lain : Oral
(komunikasi

yang

dijalin

secara

lisan)

dan

Written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).


Pesan bersifat non verbal (non verbal communication) yaitu: Gestural
communication (menggunakan sandi-sandi, bidang kerahasiaan)

B. Komunikasi Pada Keluarga


a. Pengertian Keluarga

Sebagai salah satu komponen yang penting dalam keperawatan adalah


keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil setelah individu yang menjadi
klien dalam keperawatan (sebagai penerima asuhan keperawatan). Salah
satu aspek terpenting dari keperawatan keluarga adalah pemberian asuhan
pada unit keluarga. Keluarga bersama dengan individu, kelompok, dan
komunitas adalah klien keperawatan. Secara empiris disadari bahwa
kesehatan para anggota keluarga sudah ditanggulangi secara tepat tetapi
keluarga belum dianggap sebagai klien dari keperawatan. Keluarga sangat
memiliki pengaruh yang besar terhadap individu dan kelompok.
Menurut Burgess dan kawankawan (1963) bahwa :
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah, dan ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama dalam satu
rumah tangga atau jika hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang
lainnya dalam peran sosial. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan
ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.
4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
Oleh karena itu, penetapan keluarga sebagai klien atau sasaran asuhan
keperawatan adalah hal yang tepat. Keluarga dalam hal ini tidak dipandang
berapa banyak anggotanya, tetapi kesatuannya yang unik dalam
menghadapi

masalah.

Keunikan

dilihat

dari

cara

berkomunikasi,

mengambil keputusan, sikap, nilai, cita-cita, hubungan dengan masyarakat


luas, dan gaya hidup yang tidak sama atar satu keluarga dengan keluarga
yang lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan, zaman, dan
geografis ; keluarga di desa sangat berbeda dengan keluarga di kota dalam
besarnya anggota keluarga, struktur, nilai, dan juga gaya hidupnya.
Keluarga

mempunyai

siklus

perkembangan

sebagaimana

layaknya

individu. Perkembangan itu terutama dalam hal besarnya keluarga dan


kemampuannya, mulai dari pasangan yang baru menikah, baru memiliki

anak , memiliki anak remaja, memiliki anak dewasa, sampai keluarga yang
salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Menurut tapia,
perkembangan keluarga juga mengikuti tahap-tahap seperti tahap bayi,
tahap kanak-kanak, tahap remaja, tahap dewasa, keluarga dewasa. Keluarga
dewasa adalah keluarga sendiri yang sanggup memikul tanggung jawab dan
menentukan perannya yang baik.
Di bawah ini terdapat beberapa pendapat tentang keluarga :
a) Duval (1972). Duval menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional
serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang
reguler dan ditandai adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum.
b) Departemen Kesehatan RI (1988). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
kadaan saling tergantung.
c) Bailon dan Maglaya (1989). Bailon dan Maglaya mengatakan keluarga
adalah dua tau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, dan adobsi dalam satu rumah tangga yang berinteraksi satu
dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan
suatu budaya.
d) Menurut Burgess dan kawankawan (1963) bahwa :
1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah, dan ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama dalam satu
rumah tangga atau jika hidup secara terpisah, mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang
lainnya dalam peran sosial. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan
ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.

4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur


yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
b. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman dan Undang-Undang No.10 tahun 1992, membagi
fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:
1) Fungsi efektif, berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh
rasa kasih sayang.
2) Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu

menghasilkan

interaksi

social,

dan

individu

tersebut

melaksanakan perannya dalam lingkungan social. Keluarga merupakan


tempet individu melaksanakan sosialisai dengan anggota keluarga dan
belajar disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam
keluarga, sehingga individu mampu berperan di dalam masyarakat.
3) Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi. Fungsi unruk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
5) Fungsi perawatan keluarga. Keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan.
c. Prinsip Prinsip Perawatan Keluarga
Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dan memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:
1) Keluaga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat
sebagai tujuan utama
3) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga

4) Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat


melibatkan peran sertaaktif seluaruh keluargadalam merumuskan
masalah

dan

kebutuhan

keluarga

dalam

mengatasi

masalah

kesehatannya
5) Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
6) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga
7) Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan
8) Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan peawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemcahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan
9) Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan
dasar/ perawatan di rumah
10) Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi.
d. Langkah-Langkah Perawatan Kesehatan Keluarga
Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga ada
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut:
1) Membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga, dengan cara;
a) Mengadakan kontak dengan keluarga
b) Menyampaikan maksud dan tujuan serta mint untuk membantu
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka
c) Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhankebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga
d) Membina komunikasi du arah dengan lembaga
2) Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan
keluarga
3) Menganalisa

data

keluarga

ntuk

menentukan

masalah-masalah

kesehatan dan perawatan keluarga


4) Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah
kesehatan keluarga;
a) Ancaman kesehatan

b) Keadaan sakit atau kurang sehat


5) Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan
6) Menentukan/menyusun skala proiritas masalah kesehatan

dan

keperawatan keluarga, dengan mempertimbangkan;


a) Sifat masalah
b) Kemungkinan masalah untuk diubah
c) Potensi menghindari masalah
d) Persepsi keluarga terhadap masalah
7) Menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan dan perawatan
keluarga seseuai dengan urutan prioritas
a) Menentukan tujuan yang realistis
b) Merencanakan pendekatan dan tindakan
c) Menyususn standard an criteria evaluasi
8) Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan
rencana yang disusun
9) Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang
dilakukan
10) Meninjau kembali maslah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat
teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang
baru.
C. Komunikasi Pada Kelompok
a. Pengertian kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal
satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok
tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang
tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi
kelompok,

juga

melibatkan

komunikasi

antarpribadi.

Karena

itu

kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi


kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat,
pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael

Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok


sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi
komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk
mencapai tujuan kelompok.
b. Tujuan Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok dapat digunakan untuk bermacam-macam
tugas atau untuk memecahkan masalah. Tetapi, dari semua tujuan itu dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu :
a)

Tujuan Personal
Hubungan sosial
Komunikasi ini dilakukan agar kita dapat bergaul dengan orang
lain. Tujuannya adalah memperkuat hubungan interpersonal dan

menaikkan kesejahteraan
Penyaluran
Tujuan ini biasa dilakukan dalam suasana yang mendukung adanya
pertukaran pikiran atau atau dalam diskusi keluarga, dimana
keterbukaan diri sangat dibutuhkan. Tujuan ini juga cenderung
memfokuskan komunikasi kepada masalah personal daripada

hubungan interpersonal.
Kelompok terapi
Komunikasi kelompok ini juga dapat bertujuan untuk terapi.
Biasanya digunakan untuk memabantu orang menghilangkan sikapsikap buruk mereka, atau tingkah laku dalam beberapa aspek
kehidupan mereka. Misalnya, suatu kelompok terapi mencakup
orang-orang yang suka minum-minum keras, obat-obatan atau
masalah lainnya. Biasanya kelompok terapi ini dibimbing oleh
tenaga profesional yang terlatih untuk melakukan psikoterapi
kelompok atau bimbingan dengan baik. Dalam keperawatan hal ini

dilakukan untuk mengupayakan kepulihan klien yang dirawat di

RSJ oleh perawat yang sudah terlatih.


Belajar
Tujuan belajar ini digunakan oleh seseorang untuk belajar dari
orang lain. Belajar terjadi dalam bermacam-macam setting dan
paling biasa dalam kelas.Asumsi yang mendasari daribelajar

b)

kelompok, adalah ide dari dua kepala atau lebih.


Tujuan yang berhubungan dengan pekerjaan
Pembuatan keputusan
Orang-orang berkumpul bersama dalam kelompok untuk membuat
keputusan mengenai sesuatu. Bila orang berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, mereka lebih suka menerima hasil kerjanya

dan melakukannya dengan baik.


Pemecahan masalah
Kelompok adalah cara yang terbaik dalam memecahkan masalah.
Sehingga dapat pula menyempurnakan hubungan yang kurang baik.
Sedangkan tujuan komunikasi menurut Effendy (2006:8) antara
lain:
a. Perubahan sikap (attitude change)
b. Perubahan pendapat (opinion change)
c. Perubahan perilaku (behavior change)Perubahan sosial (social
change)

c. Penggunaan Komunikasi dalam Kelompok


Komunikasi digunakan sebagai awal dalam membina rasa percaya
antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, yaitu perawat
dengan perawat, perawat dengan klien, klien dengan klien yang lainnya.
Dengan begitu seorang yang kita ajak berbicara bisa dengan tenang dan
tidak ragu dalam mengeksplor perasaannya, mengungkapkan segala
masalah yang dihadapinya sehingga tiap-tiap klien mau saling berbagi
kepada anggota kelompoknya dengan demikian klien akan merasa lebih lega
dan merasa beban masalah yang dihadapi lebih ringan.
Dengan berkolompok seseorang akan lebih mudah menyelesaikan
tugas yang diberikan karna segala sesuatu yang dikerjakan secara bersama-

sama

akan

lebih

ringan

dari

pada

dikerjakan

sendiri-sendiri.

Selain itu hidup berkelompok juga bisa. Untuk kelangsungan hidup,


memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak
dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus
berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita
seperti makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti
sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita
sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah,
adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa
terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan
dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri,
dan aktualisasi diri.
d. Manfaat pentingnya kelompok dalam keperawatan
Pentingnya kelompok dalam Keperawatan disebabkan karna :
1. Profesi perawat merupakan bagian dari profesi kesehatan yang
anggotanya terdiri dari perawat dimana terjadi satu ikatan profesi yang
mempunyai tujuan untuk kepentingan yang sama dalam bidang
keperawatan .
2. Profesi perawat terbentuk dari adanya suatu kelompok-kelompok
perawat yang mempunyai tradisi, norma, prosedur dan terjadi aktifitas
yang sama dalam menjalankan tugas sebagaimana seorang perawat.
3. Terbentuknya kelompok karena adanya partisipasi dari anggota yang
mempunyai motivasi dan tujuan dari masing-masing anggota.
4. Setiap anggota saling tergantung satu dengan yang lain karena saling
memerlukan bantuan.

D. Komunikasi Dalam Hubungan Masyarakat


Proses komunikasi pada prinsipnya meliputi pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan di antara dua orang, kelompok kecil

masyarakat, atau dalam satu lingkungan atau lebih dengan tujuan untuk
mempengaruhi perilaku dalam suatu masyarakat. Dengan bahasa yang
lebih sederhana, proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer
informasi atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai
komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam
proses komunikasi tersebut bertujuan (feedback) untuk mencapai
saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak.
Komunikasi

ditinjau

pada

lima

unsur

utama

(bauran

komunikasi) yang disampaikan pada teori komunikasi Lasswell yaitu;


who says what in which channel to whom and with what effect. Teori
tersebut sebetulnya terkandung formulasi yang sama seperti yang
dinyatakan oleh Everett M. Roger dan W. Floyd Shoemaker, dalam
bukunya berjudul Communication of Innovation. New York: Free Press
(1971), yaitu: A common model of communication is that source,
message, channel, receiver, and effect yang dikenal dengan model
proses komunikasi dengan formula S-M-C-R-E, (Ruslan, 2006:101)
yaitu:
Model Proses Komunikasi S-M-C-R-E

Model komunikasi S-M-C-R-E di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:


a.

Source, yaitu individu atau pejabat humas yang berinisiatif

sebagai sumber atau untuk menyampaikan pesan-pesannya. (Ruslan,


2006:71)
b.

Message, adalah suatu gagasan, ide berupa pesan, informasi,

pengetahuan, ajakan, bujukan atau ungkapan yang akan disampaikan


komunikator kepada komunikan (Ruslan, 2006:71). Onong Uchjana
Effendi (1993) menuliskan bahwa pesan adalah lambang bermakna
(meaningful symbols) yakni lambang yang membawakan pikiran atau
perasaan komunikator.
c.

Receiver, merupakan pihak yang menerima pesan dari

komunikator. Receiver seringkali disebut sebagai komunikan.


d.

Channel, berupa media, sarana, atau saluran yang dipergunakan

oleh komunikator alam mekanisme penyampaian pesan-pesan kepada


khalayaknya (Ruslan, 2006:71). Definisi lain menuliskan bahwa
channel

adalah

sarana

untuk

menyalurkan

pesan-pesan

yang

disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Media digunakan


dalam komunikasi apabila komunikan berada di tempat yang jauh dari
komunikator atau jika jumlah komunikan banyak (Effendy, 1993:14).
e.

Effect, suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian

pesan-pesan tersebut, yang dapat berakibat positif maupun negatif


menyangkut tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi
tersebut (Ruslan, 2006:71). Melengkapi pengertian efek, Onong juga
menjelaskan bahwa efek adalah tanggapan, respon atau reaksi dari
komunikan ketika menerima pesan dari komunikator. Jadi, efek adalah
akibat dari proses komunikasi. Efek diklasifikasikan menjadi efek
kognitif, efek afektif, dan efek konasi (behaviour). (Effendy, 1993:14)

Dalam kaitannya kegiatan komunikasi, public relations menjalankan


komunikasi dengan tujuan untuk menciptakan sebuah efek, yaitu berupa
citra perusahaan (corporate image). Menyelenggarakan komunikasi
untuk membentuk citra korporasi atau organisasi di mata pihak luar
dimaksudkan untuk menumbuhkan saling pengertian di antara korporasi
atau organisasi dan pihak luar itu. Bagi korporasi, pihak luar yang
dimaksudkan adalah masyarakat, baik sebagai konsumen, pemasok,
agen, atau rekanan korporasi. Saling pengertian antara korporasi atau
organisasi dan masyarakat, berkembang melalui hubungan baik antara
keduanya. Adapun hubungan baik ini terjadi apabila terselenggara
komunikasi yang baik pula (public relationship). Dari situlah terbentuk
citra korporasi atau organisasi (corporate image) di mata pihak luar.
(Siregar, 2000:42)
Hal ini tentunya sesuai dengan definisi PR berdasarkan tujuan
kegiatannya, yang dirumuskan oleh seorang praktisi Public Relations,
Dr. Carter McNamara (Iriantara, 2005:9) yaitu humas sebagai aktivitas
berkelanjutan untuk menjamin perusahaan memiliki citra yang kuat di
mata publik. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya PR
merupakan proses komunikasi kepada publik untuk menjalin relasi
yang baik sehingga tercapai tujuan untuk membangun, membina, dan
menjaga citra yang positif atau reputasi baik. Definisi yang serupa juga
dituliskan pada kamus IPR terbitan bulan November 1987 yang
mendefinisikan praktek humas atau PR adalah keseluruhan upaya yang
dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara
suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. (Jefkins, 1998:17)
Pengertian lain tentang public relations menyatakan bahwa PR adalah
suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian
kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara
berkesinambungan dan teratur, jadi PR sama sekali bukanlah kegiatan

yang sifatnya sembarangan atau dadakan. PR juga memiliki tujuan


utama untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa
dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut berkepentingan atau
publiknya (Jefkins, 1998:17). Publik pada pengertian ini yaitu
sekelompok orang yang mempunyai minat dan perhatian yang sama
terhadap sesuatu hal. (Yulianita, 2005:17)
Public relations senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan
pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan
tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak, yakni berupa
perubahan yang positif. Dengan demikian, humas adalah suatu bentuk
komunikasi yang berlaku terhadap semua jenis organisasi, pemerintah,
maupun swasta. (Anggoro, 2005:27)
Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, kegiatan public relations
merupakan kebutuhan. Public relations akan terus berkembang sesuai
dan sejalan dengan perkembangan masyarakat. Perkembangan public
relations itu berlangsung bersama dengan adanya hubungan-hubungan
dalam masyarakat yang lebih pada namun bersifat impersonal dan lebih
banyak pembagian dan terkotak-kotaknya karena macam-macam
kepentingan. (Setyodarmodjo, 2003:13)
Dengan perbedaan kepentingan tersebut, Rosady Ruslan membagi
peran PR bersifat dua arah, yaitu membina hubungan ke dalam (publik
internal) dan membina hubungan ke luar (publik eksternal). Beberapa
kegiatan dan sasaran PR sebagai pendukung fungsi manajemen
perusahaan, yaitu: (Ruslan, 2006:21)
a.

Building corporate identity dan image (membangun identitas dan

citra perusahaan) sebagai pendukung manajemen perusahaan, PR


memiliki sasaran yaitu dengan menciptakan identitas dan citra

perusahaan yang positif serta mendukung kegiatan komunikasi timbal


balik dua arah dengan berbagai pihak.
b.

Facing crisis (menghadapi krisis). Menghadapi krisis merupakan

bagian dari kehidupan PR yaitu dengan menangani komplain,


membentuk manajemen krisis dan PR recovery image, serta
memperbaiki image.
Mengutip definisi PR dari Scott Cutlip dan Allan Center, definisi PR
adalah upaya terencana guna memengaruhi opini publik melalui
karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang
didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah
pihak (Iriantara, 2005:9). Komunikasi yang dijalankan oleh public
relations merupakan komunikasi yang bersifat timbal balik (two way
communications) sebab tujuan dari public relations adalah menciptakan
dan meningkatkan citra yang baik dari organisasi kepada publik-publik
yang berkepentingan. (Yulianita, 2005:41)
Dalam keterkaitannya dengan pembangun citra, Public Relations
merupakan salah satu fungsi manajemen modern yang mempunyai
fungsi melekat pada manajemen perusahaan (corporate management
function), yakni bagaimana berperan dalam melakukan komunikasi
timbal balik (two ways communications) untuk tujuan menciptakan
saling pengertian (mutual understanding), saling menghargai (mutual
appreciation), saling mempercayai (mutual confidence), menciptakan
goodwill,
sebagainya

memperoleh dukungan publik (public support) dan


demi

tercapainya

citra

yang

positif

bagi

suatu

lembaga/perusahaan (corporate image). Jadi, komunikasi dua arah yang


dilakukan oleh perusahaan terhadap publiknya guna menciptakan citra
yang positif bagi perusahaan itu sendiri. (Ruslan, 2006:21)

Dalam melakukan komunikasi dua arah dengan publik, terutama publik


eksternal, public relations membutuhkan kualitas komunikasi. Kualitas
public relations dengan pihak luar ditentukan kualitas komunikasi
eksternal. Komunikasi ekternal yang baik akan membentuk public
relationship yang baik terhadap pihak di luar korporasi atau organisasi,
yang selanjutnya akan membentuk citra positif atas korporasi atau
organisasi (corporate image, organizational image).
Berhubungan dengan komunikasi public relations tersebut, menurut
Cultip, Center dan Broom, dalam komunikasi public relations itu ada 7
faktor penting yang disebut sebagai the seven Cs of communication
(Ruslan, 2007:122), yaitu:
a.

Kredibilitas. Komunikasi itu dimulai dari suasana saling percaya

yag diciptakan oleh pihak komunikator secara sungguh-sunghuh untuk


melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek.
b.

Konteks. Menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan

lingkungan kehidupan sosial, pesan yang haruus disampaikan dengan


jelas serta sikap partisipatif. Komunikasi efektif diperlukan untuk
mendukung lingkungan sosial melalui pemberitaan di berbagai media
Massa.
c.

Content (isi). Pesannya

menyangkut

kepentingan

orang

banyak/publik sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang


bermanfaat secara umum bagi masyarakat
d.

Clarity. Pesan harus disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah

dimengerti serta memiliki pemahaman yang sama antara komunikator


dan komunikan dalam hal maksud, teman dan tujuan semua pihak,
e.

Continuity dan consistency (kontinuitas dan konsistensi) .

Komunikasi merupakan proses yang tidak pernah berakhir, oleh karena

itu dilakukan secara berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan.


Dengan cara demikian untuk mempermudah proses belajar, membujuk
dan tema dari pesan-psan tersebut harus konsisten.
f.

Channels (saluran). Mempergunakan saluran media informasi

yang tepat dan terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target
sasaran. Pemakaian saluran media yang berbeda akan berbeda pula
efeknya. Dengan demikian seorang PR harus dapat memahami
perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif.
g.

Capability

Memperhitungkan

of

the

kemampuan

Audiens
yang

(kapabilitas
dimiliki

oleh

khalayak).
khalayak.

Komunikasi dapat menjadi bagi masyarakat bila berkaitan dengan


berkaitan faktor-faktor yang bermanfaat seperti kebiasaan dan
peningkatan kemampuan membaca dan pengembangan pengetahuan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta
salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses
keperawatan yang diberikan kepada klien. Untuk dapat melakukannya dengan
baik dan efektif diperlukan strategi yang tepat dalam berkomunikasi sehingga efek
terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses keperawatan
sangatlah penting. Komunikasi yang digunakan dalam proses keperawatan adalah
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama
antara perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang
mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah
pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan berbagai
tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal
mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus
mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa


pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari hari terutama dalam proses
pembangunan dan dalam proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca
agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari hari,
khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga
medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untuk
menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang
bertujuan untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan
kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.
Daftar Pustaka
Darmawan ,M. Arif Pamuda.2015. Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga.
Dalam http://arippenky.blogspot.in/2015/04/komunikasi- terapeutik-padakeluarga.html. Diakses tanggal 14 Juni
Inggriani.2013. Komunikasi Dalam Hubungan Masyarakat. Dalam https://id.
scribd.com/doc/173552367/Komunikasi-Dalam-Hubungan-Masyarakat.
Diakses tanggal 15 Juni
Khair , Ikhwanul.2010. Komunikasi Kelompok Dalam Keperawatan. Dalam
http://ikhwanul-khair.blogspot.in/2010/12/komunikasi-kelompokdalam-keperawatan.html. Diakses tanggal 14 juni

Anda mungkin juga menyukai