Anda di halaman 1dari 6

Kaderisasi IKAHIMKI dalam

kacamata divisi pengembangan


Organisasi BAPEWIL IV
Catatan dan Usulan Pola Kaderisasi BAPEWIL IV
Kaderisasi yang merupakan pola pengembangan dari organisasi dalam membentuk suatu insan
penerus roda rumah tangga organisasi adalah suatu keharusan dari IKAHIMKI, terkait sifat
dari organisasi ini adalah suatu organisasi kader. Dalam melakukan kaderisasi, tidaklah dapat
disama ratakan antara satu HMK satu dengan HMK yang lain. Hal tersebut dikarenakan
adanya sifat khusus dan unk dari masing - masing perguruan tinggi dimana hal tersebut sangat
jarang ada kesamaan dengan perguruan tinggi lainnya. Maka dari itu diperlukan suatu aturan
atau poin yang menyamakan standart utama penyelenggaraan kaderisasi IKAHIMKI tersebut
dalam masing masing HMK. Aturan tersebut tertuang dalam arahan kaderisasi oleh Bidang
PKP Litbang IKAHIMKI Nasional. Namun dalam pelaksanaan diwilayah, perlu suatu
penambahan sebagaimana rupa supaya hal tersebut dapat layak dan menonjolkan karakter
wilayah ataupun HMK dalam lingkup wilayah tanpa adanya perbedaan.

Kaderisasi IKAHIMKI dalam kacamata divisi pengembangan Organisasi BAPEWIL IV

Konsentrasi
Bahasan

Sejarah bangsabangsa
seluruhnya tidak lain
adalah sejarah para kader
yang berjiwa besar dan
berkemauan kuat.

Catatan

Kaderisasi
IKAHIMKI dalam
kacamata divisi
pengembangan
Organisasi
BAPEWIL IV
dan Usulan Pola Kaderisasi BAPEWIL IV

A. Pengantar
Dalam suatu
kaderisasi
Kader
kebangkitan
adalah
berkemauan
tingkat
memenuhi
membuktikan
jika
mampu
diarahkan ke
menengok
dalam konteks
dikatakan
suatu sistem
adalah kader
tangga bangsa
pengaturan
organisasi.
konsekuensi
baru
seutuhunya
niat masing

Pola mengungkapkan
pola pembinaanbahwa
kesempatan, Hassan Albana
kader
adalah sebagaimana berikut
ini: tersebut, tidak
bisa disamakan 100%
adalah rahasia kehidupanantar
bangsa-bangsa
satu bangsadan sumber
mereka. Sejarah bangsabangsa
dengan seluruhnya
bangsa lain.tidak lain
sejarah para kader yang
berjiwa
besar dan
Hal tersebut
kuat. Kuat dan lemahnya suatu bangsa diukur dengan
dikarenakan pola ini
kesuburannya dalam melahirkan para kader yang
didasarkan
atassejarah telah
syarat kaderisasi yang benar
itu. Dan
kekhasan
masing
bangsa
bahwa seorang kader saja dapat membangun
masingyang
karakter
kaderisasinya menuju arah
benar. Ia juga
menghancurkan bangsa itu jika kaderisasinya
tujuan destruktif, bukan konstruktif
posisi puncak dari
seorang
mahasiswa
dari
kutipan tersebut dapat diambil
suatu
garis besar
bahwa
disiplin akan
membangun suatu insansegala
baru penjuru
yang nantinya
sebagai kader bangsa adalah
hasil
didikan dalam
ilmuinsan
adalah
seorang
tertata rapi dimana goal kader
dari pengembangan
terbaik instansitersebut

tersebut dapat menjalankan


bagaimana
roda
instansi terkait, ataupunrumah
tersebut sebagaimana sistem mengajarkan tentang
perguruan
rumah tangga dan dasar
dasar perguruan
pola kehidupan
tinggi
terkait yang
Apa yang menjadi pencapaian bangsa
tersebut adalah
mendapat
secara
tidak insan
dari sistem pengelolaan serta
pelatihan
seorang
berproses hingga menjadi
seorang
kader bangsa
langsung
dari rakyat
dengan segenap kelengkapan
nalar
budi, kehendak
dan
untuk
menjalan
roda
masing individu. Pola perjalanan
pola pembinaan
kader
sejarah
bangsa Indonesia tanpa
memandang dari mana
para lulusan tersebut
dilahirkan
Catatan dan Usulan Pola Kaderisasi BAPEWIL IV 1

Kaderisasi IKAHIMKI dalam kacamata divisi pengembangan Organisasi BAPEWIL IV

tersebut, tidak bisa disamakan 100% antar satu bangsa dengan bangsa lain. Hal tersebut dikarenakan pola ini
didasarkan atas kekhasan masing masing karakter bangsa.
Apabila diperhatikan, tidaklah berlebihan kutipan tersebut dijadikan sebagaia pengingat kita akan
membangun kader kader baik melalui jalur formal, dalam artian organisasi dalam kampus yang diakui oleh
pihak birokrasi ataupun organisasi sejenis, ataupun jalur jalur informal. Hal tersebut dikarenakan posisi
puncak dari seorang mahasiswa dari segala penjuru disiplin ilmu adalah seorang kader terbaik instansi
instansi terkait, ataupun perguruan perguruan tinggi terkait yang mendapat secara tidak langsung dari rakyat
untuk menjalan roda perjalanan sejarah bangsa Indonesia tanpa memandang dari mana para lulusan tersebut
dilahirkan. Selain memperhatikan kutipan tersebut, patut diperhitungkan pula bahwa dari setiap sistem yang
ada, perlu elemen elemen penggerak saling berhubungan serta saling bersinergi dalam melanjutkan langkah
gerak suatu organisasi. Tanpa adanya elemen elemen penggerak tersebut atau ada salah satu elemen
bertentangan dengan segala arahan dan harapan dari sistem, organisasi bagaikan mesin tanpa adanya motor
serta gerigi.
Sebagai mahasiswa, tentu bukan menjadi rahasia lagi apabila membentuk suatu perkumpulan dalam rangka
meningkatkan kemampuan keprofesian ataupun melakukan fungsi fungsi dari seorang agent of change.
Salah satunya adalah himpunan mahasiswa jurusan. Dari himpunan mahasiswa jurusan inilah dibentuk suatu
wadah perkumupulan dengan tujuan dan arahan berdasarkan bersama antara satu hmj dengan hmj yang lain
baik dalam lingkup regional maupun dalam lingkup nasional. Dalam hal ini, dibentuklah IKAHIMKI dengan
anggota nya merupakan hmj Kimia dari seluruh Indonesia dengan arahan peningkatan dalam hal keprofesian
dan keilmuan. Bersifat sebagai organisasi kader, tidaklah berlebihan apabila dikatakan kehidupan IKAHIMKI
sangat bergantung dengan adanya kader kader dari hmj Kimia yang disumbangkan sebagai penggerak roda
organisasi. Mengingat kembali kata kata Hassan Albana, disusunlah bentuk penggodokan dari IKAHIMKI
yang berbentuk kaderisasi IKAHIMKI dengan nama berlainan dari tiap wilayah. Namun dapat ditarik garis
bawah terdapat satu persamaan kaderisasi yakni kaderisasi tingkat dasar, kaderisasi tingkat menengah dan
kaderisasi tingkat lanjut. Selanjutnya dalam pelaksanaan kaderisasi IKAHIMKI tersebut, dibutuhkan suatu
tolak ukur mendasar dari pengurus pusat untuk dapat dilaksanakan pengurus wilayah agar pola kaderisasi
tersebut sesuai dengan arahan sekjen selaku pimpinan tertinggi dalam tubuh IKAHIMKI yang dilaraskan
dengan master plant pengembangan IKAHIMKI. Walaupun demikian, haruslah ada penyesuaian dan
pengoreksian dari wilayah bagaimana pola kaderisasi tersebut dilakukan dengan harapan adanya penyelarasan
dari sifat sifat wilayah tersebut dipertahankan sehuingga nantinya dapat digunakan sebagai suatu identitas
wilayah, namun perubahan terhadap standart tersebut haruslah dibicarakan antara pengurus pusat dan pengurus
wilayah. Masing masing pihak tidaklah patut untuk memaksakan pendapat mengingat pengurus wilayah
merupakan penyambung langsung dari HMK kepada pengurus pusat, serta pengurus pusat adalah penentu
kebijakan dari seluruh wilayah beserta dengan kelengkapan IKAHIMKI lainnya.

B. Pelaksanaan Pola Kaderisasi IKAHIMKI


Pola pelaksaan kaderisasi IKAHIMKI yang dilaksanakan selama ini khususnya dalam tubuh BAPEWIL IV
terdapat dua macam, yakni pengaderan diselengarakan oleh masing masing HMK dengan kuasa dari
BAPEWIL IV serta pengaderan diselenggarakan oleh BAPEWIL IV itu sendiri. Dapat dikatakan apabila
pengaderan tersebut adalah pengaderan tingkat dasar IKAHIMKI serta pengaderan tingkat menengah
IKAHIMKI, atau dapat juga dikatakan sebagai pengenalan IKAHIMKI serta pendalaman IKAHIMKI.
Pengenalan IKAHIMKI tersebut adalah pengaderan dasar oleh BAPEWIL IV yang mana dimandatkan kepada
masing masing HMK dengan waktu pelaksanaan pengaderan tersebut dalam fase ospek mahasiswa baru.
Sementara pendalaman IKAHIMKI adalah pengaderan dilaksanakan oleh BAPEWIL IV secara langsung
dengan waktu pelaksaan yang ditentukan selanjutnya oleh pengurus wilayah itu sendiri atau sesuai dengan
kebijakan Korwil.

Catatan dan Usulan Pola Kaderisasi BAPEWIL IV 2

Kaderisasi IKAHIMKI dalam kacamata divisi pengembangan Organisasi BAPEWIL IV

1. Pengenalan IKAHIMKI
Pengenalan IKAHIMKI yang dilakukan dalam lingkup BAPEWIL IV selama ini dan kedepannya
dilakukan oleh masing masing HMK dalam lingkup waktu pelaksaan ospek mahasiswa baru. Hal tersebut
dikarenakan kader IKAHIMKI adalah kader dari HMK, sementara kader HMK tidak semuanya merupakan
anggota pengurus IKAHIMKI sesuai dengan AD/ART IKAHIMKI. Selain karena hal tersebut, pengurus
wilayah tidak memiliki sumber dana mandiri selain dari Kementrian Ristek Dikti untuk membiayai
seluruh penyelenggaraan kegiatan. Maka untuk segala kegiatan pengenalan disesuaikan dengan ketentuan
dari panitia atau steering committee pengaderan HMK tersebut. Isi dari pengenalan IKAHIMKI tersebut
adalah mengenalkan bagaimana IKAHIMKI secara garis besar disertai dengan kontribusi dari masing
masing HMK serta diselingi dengan manfaat mengikuti organisasi. Pengisi dari pegenalan ini sendiri adalah
pengurus wilayah yang diundang oleh panitia atau diisi oleh senior maupun stakeholder dari IKAHIMKI
baik secara langsung bersentuhan ataupun tidak secara langsung.
2. Pendalaman IKAHIMKI
Pendalaman IKAHIMKI yang merupakan kaderisasi dalam tubuh BAPEWIL IV jenjang kedua.
Pengaderan jenjang kedua ini dilakukan oleh pengurus wilayah dengan waktu sesuai kebijakan dari korwil,
dimana pada masa bakti ini dilakukan ketika Pra Musta di Banyuwangi. Materi kali ini berisi tentang
bagaimana kontribusi dari BAPEWIL IV dan disertai dengan pengenalan ulang dari IKAHIMKI itu sendiri,
selanjutnya dilakukan dengan tanya jawab mengenai IKAHIMKI. Para pengisi dari pendalaman
IKAHIMKI ini adalah pengurus dari IKAHIMKI.

C. Kondisi Ideal Pola Pengaderan, Aturan serta Catatan


Dalam kondisi idealnya suatu pengaderan organisasi terdapat jenjang yang jelas ada berapa tingkatan apabila
hal tersebut dibutuhkan dan mendesak serta terdapat payung hukum mengikat dalam setiap pelaksanaan pola
pengaderan tersebut. Dalam hal pengaderan Ikahimki sendiri telah dicanangkan pengaderan berjenjang dalam
tata kehidupan ber organisasinya. Pola tersebut dimulai dengan masuknya mahasiswa baru ke jurusan kimia
diseluruh kampus anggota Ikahimki yang mana disebut dengan tingkat I. Selanjutnya diteruskan lagi dengan
tingkat II dengan pelaksana dari Bapewil dan tingkat III dilaksanakan oleh pengurus pusat atau disebut BPP.
Sementara untuk pelaksanaan dari training sudah terlampir dalam buku saku pengaderan.
Namun, perlu diperhatikan disini adalah buku saku pengaderan yang diterbitkan oleh BPP Ikahimki masih
kurang menjawab permasalahan yang ada di dalam kondisi pucuk terdepan pengaderan, yaitu himpunan dan
pengurus wilayah itu sendiri. Pola pengaderan apabila ditelaah lebih lanjut sebenarnya bukan berhenti setelah
training dilaksanakan atau materi sesuai dengan tuntutan disampaikan kepada peserta. Adalah suatu proses
panjang dalam pembentukan pemikiran serta proses mencari penerus organisasi sebagai seorang kader
organisasi seutuhnya. Adalah suatu titik titik diskusi yang bersambung berkali kali dimana setiap titiknya
merupakan masukan terhadap individu baru anggota HMK calon penerus roda kepengurusan organisasi.
Dengan demikian, perlu ditekankan kembali pengaderan adalah suatu tahapan demi tahapan dimana disatukan
dengan tahapan pengenalan dari diri HMK itu sendiri sebagai bagian perbagian. HMK adalah tempat dari
setiap individu tersebut berkembang sesuai dengan corak warna masing masing kampus. Sementara Ikahimki
adalah salah satu bagian dari HMK tersebut dalam rangka membangun wawasan lebih luas dan membangun
jaringan komunikasi antar mahasiswa kimia dalam lingkup nasional.
Memperhatikan hal tersebut, pada tahap I pengaderan Ikahimiki idealnya dilakukan bagian luar dari
organisasi secara menyeluruh. Dimulai dari training dengan isi materi berupa susunan pengurus, asas dan

Catatan dan Usulan Pola Kaderisasi BAPEWIL IV 3

Kaderisasi IKAHIMKI dalam kacamata divisi pengembangan Organisasi BAPEWIL IV

tujuan, dasar pembentukan, arahan serta konstitusi Ikahimki yang dikemas secara ringan sesuai jatah waktu sc
kaderisasi himpunan. Selanjutnya diteruskan pertemuan pertemuan santai berkala dari setiap perwakilan
pengurus Bapewil maupun BPP dari Ikahimki di masing masing HMK. Kemudian hasil dari pertemuan itu
dijadikan pertimbangan apabila individu tersebut ingin melanjutkan sebagai pengurus wilayah Ikahimki. Jadi
kebiasaan dan corak dari masing masing bapewil itu sendiri secara tidak langsung ditularkan serta
diperkenalkan antar generasi ke generasi selanjutnya.
Sementara itu, kaderisasi tahapan II adalah salah satu tahapan mengenal dan menggali lebih dalam lagi
bagaimana sebenarnya Ikahimki wilayah serta Ikahimki nasional. Berbeda dengan organisasi mahasiswa
bersifat nasional lain, perlu disadari juga dipegang teguh diladang mana Ikahimki mengabdikan diri kepada
bangsa. Dengan demikian, tidak seperti organisasi mahasiswa lain tersebut, Ikahimki harus fokus pada
pembangunan serta peningkatan kemampuan keprofesian dan keilmuan kimia dalam menyelesaikan
permasalahan bangsa. Sehingga tak perlulah dirasa terlalu muluk mendiskusikan serta berdebat tentang apa itu
ideologi dan mengupas satu satu ideologi beserta penerapan nya. Melainkan bagaimana suatu masalah
mendasar yang ada pada saat ini kemudian bagaimana ilmu kimia mengurai bahkan menyelesaikan
permasalahan tersebut. Disamping hal ini, perlu juga dikupas lebih dalam tentang Ikahimki wilayah. Karena
sejatinya dari kaderisasi tahapan ke II inilah muncul penggerak roda organisasi dengan sepenuh ruh dan
semangat Bapewil tersebut. Maka yang dikedepankan terlebih dahulu dalam suatu acara training klasikal
adalah bagaimana sejatinya Bapewil bergerak dengan mendatangkan para alumni pengurus wilayah.
Sementara untuk penyelesaian masalah bangsa, dapat bekerja sama dengan depertemen ristek masing masing
HMK, atau juga dapat diserahkan kepada departemen dalam Bapewil yang mewadahi pengembangan bidang
tersebut untuk kemudian dibuatkan suatu acara menyangkut pengembangan kemampuan anggota dalam bidang
tersebut, entah itu dialog ilmiah, lomba karya tulis ilmiah, debat keilmiahan atau acara acara sejenisnya.
Begitu juga dengan proses tahap III, disini lebih ditekankan bagaimana cara dari Ikahimki ini dapat berjalan
secara taktis dan kontinu sesuai dengan master plan yang sudah dirancang atau diimpikan oleh para pendiri
maupun para pengurus pusat maupun wilayah pada periode sebelumnya. Mengapa hal tersebut lebih dipilih
dari pada mendiskusikan dari manfaat kimia bagi bangsa dan negara, dikarenakan seharusnya pembahasan
teresbut sudah dapat dikatakan paripurna pada masing masing himpunan yang mana pembahasan
pembahasan seperti ini adalah pembahasan guna memantapkan mahasiswa dalam berkiprah serta menuntut
ilmu dengan gerbong keilmuan dan/atau keprofesian kimia. Selain itu perlu juga menjadi pertimbangan adalah
analisa keadaan dari organisasi ikahimki ini sendiri, pertimbangan ini adalah dari kader dianggap sudah
paripurna dalam mengenyam training maupun perkaderan dari Ikahimki ini sendiri.

D. Penutup
Dari artikel yang sudah dihadirkan ini, besar harapan kami selaku pengurus wilayah 4 Ikahimki Divisi
Penelitian dan Pengembangan Sub. Div. Organisasi menghasilkan suatu sistem yang paling cocok untuk
diterapkan pada wilayah 4 sendiri secara khusus, serta memberikan masukan kepada BPP Ikahimki dalam
bidang pengaderan guna dibahas dalam Munas Ikahimki selanjutnya. Selain hal tersebut perlu disadari pula
bahwa ujung tombak dari organisasi kader adalah bagaimana cara melakukan pengaderan itu sendiri untuk
mengisi dan menghiasi roda kepemimpinan. Juga perlu di ingat kembali, seluruh proses pengaderan tidak
terputus dalam training formal saja, melainkan seluruh proses pengaderan dari setelah training formal ditutup
hingga kader dapat merasakan bagaimana proses mereka ditempa yang mana dapat menjawab apa itu
Ikahimki, apa manfaat dari Ikahimki bagi individu serta bagi himpunan.

Catatan dan Usulan Pola Kaderisasi BAPEWIL IV 4

Kaderisasi IKAHIMKI dalam kacamata divisi pengembangan Organisasi BAPEWIL IV

Catatan dan Usulan Pola Kaderisasi BAPEWIL IV 5

Anda mungkin juga menyukai