Anda di halaman 1dari 9

POLA ALIRAN 2 FASA

1. PENDAHULUAN
a. Dalam aliran 2 fase terdapat berbagai pola aliran. Aliran 2 fase pada pipa horizontal,
vertikal atau miring akan memiliki pola aliran yang berbeda.
b. Faktor penting yang berpengaruh terhadap pola aliran :
- Tegangan permukaan
- Gravitasi
- Rapat massa
- Kecepatan aliran
- Diameter/ geometri pipa
2. Pola Aliran Vertikal
2.1. Pola aliran pipa vertical dengan pemanasan:
a. Fase tunggal cair terjadi pada saat

memasuki pipa yang dipanaskan


b. Setelah mencapai suhu saturasi terjadi
aliran gelembung hingga terbentuk aliran
kabut
c. Setelah butiran cair seluruhnya menguap
maka akan terjadi fase tunggal gas

2.2.

Menurut Collier et al,. (1994) pola aliran vertikal dalam dikelompokkan dalam
beberapa grup diantaranya :

Gambar 2.1. Pola Aliran vertikal (Collier et al,.1994)


a. Bubbly flow patern (aliran gelembung)
Di sini fase gas mengalir dalam bentuk gelembung-gelembung kecil, sedang fase
cair mengalir secara kontinyu.
b. Plug flow patern (aliran kantung)
Dalam tipe aliran ini beberapa gas tetap berbentuk gelembung kecil dan ada juga
gas yang mengalir dalam bentuk kantung-kantung atau mirip dengan peluru.
c. Churn flow patern (aliran acak)
Bila kecepatan aliran gas pada plug flow semakin cepat, maka terjadi aliran yang
tidak stabil,pola aliran ini disebut churn flow.
d. Annular flow patern (aliran cincin)
Disini fase cair akan cenderung berada di samping atau daerah yang bersentuhan
dgn pipa. Sedangkan aliran gas cenderung berada di tengah-tengah. Pada aliran ini
jumlah gas lebih mendominasi dibandingkan dgn liquid.
e. Wispy-annular flow (cincin kabut)
Pada pola aliran ini terbentuk lapisan cairan tipis pada dinding pipa dan sejumlah
cairan seperti gumpalan yang tidak teratur pada tengah pipa.
3. Pola Aliran Horisontal
3.1. Aliran pada pipa horizontal dengan pemanasan:
Gambar 3.1 Aliran pada pipa horizontal yang dipanaskan

a. Fase tunggal cairan terjadi pada saat masuk pipa yang dipanaskan,setelah
mencapai suhu saturasi terjadi gelembung
b. Semakin besar kalor,maka gelembung semakin besar dan membentuk
plug,slug,wavy,annular flow hingga terjadi kabut
c. Bila seluruh butiran kabut menguap akan tinggal fasa uap saja
3.2. Menurut Hubbard & Dukler (1966) ada 3 pola aliran dasar pada pipa horisontal
yaitu:
a. Separated flow patterns, kedua fase mengalir kontinyu.Macam pola aliran ini :
1.
Pola aliran bertingkat (stratified flow)
2.
Pola aliran cincin (annular flow)
b. Intermittent flow patterns, salah satu fase mengalir secara discontinue. Macam
pola aliran ini :
1.
Pola aliran gelembung diperpanjang (elongated bubble flow)
2.
Pola aliran sumbat atau kantung (slug/plug flow)
3.
Pola aliran acak (churn flow)
c. Dispersed flow patterns, fase cair kontinyu sedang fasa gas tidak kontinyu. Macam
pola aliran ini :
1.
Aliran gelembung (bubble flow)
2.
Aliran gelembung tersebar (dispersed bubble flow)

Gambar 3.2. Pola Aliran Horizontal


Keterangan Gambar 3.2. :
Untuk mendapatkan pola aliran yang kita inginkan dapat dengan mengubah
kecepatan/debit aliran cair atau gas.
Jika debit air besar sedang gas kecil akan terbentuk aliran gelembung.
Dengan penambahan debit gas maka akan terbentuk aliran kantung,dan
seiring debit gas semakin besar maka akan terbentuk stratified flow,
annular flow, dan aliran kabut
3.3. Pola aliran horizontal menurut Hewitt, 1970
a. Aliran Gelembung (Bubble)
Gelembung gas cenderung untuk mengalir pada bagian atas tube

Gambar 3.3. Pola Aliran Gelembung


b. Aliran kantung (Plug)
Gelembung gas kecil bergabung membentuk kantung gas

Gambar 3.4. Pola Aliran Kantung


c. Aliran Lurus/ Strata (Stratified)
Batas Permukaan bidang antara cairan dan gas sangat tampak,tetapi pola aliran
seperti ini biasanya
jarang sekali terjadi, batas fasanya hampir selalu
bergelombang.

Gambar 3.5. Pola Aliran Lurus

d. Aliran Strata Bergelombang (Stratified-wavy)


Amplitudo gelombang meningkat karena kenaikan kecepatan gas

Gambar 3.6. Pola Aliran Bergelombang


e. Aliran sumbat (Slug)
Amplitudo gelombang biasanya besar hingga menyentuh bagian atas pipa.
Gelembung terbentuk dengan ukuran sebesar diameter kolom,dan gelembunggelembung kecil mengikuti dibelakangnya.

Gambar 3.7. Pola Aliran Sumbat


f. Aliran cincin (annular)
Sama dengan tabung vertikalDisini fase cair akan cenderung berada di samping
atau daerah yang bersentuhan dgn pipa. Sedangkan aliran gas cenderung berada di
tengah-tengah. Pada aliran ini jumlah gas lebih mendominasi dibandingkan dgn
liquid.

Gambar 3.8. Pola Aliran Cincin


4. Diagram Teori Batas Pola Aliran pada Pipa Horizontal
Metode modelisasi diagram pola aliran dengan sistem koordinat Taitel dan Dukler.

Gambar 4.1. Diagram pola aliran untuk pipa horizontal (Taitel dan Dukler,1976)
Taitel dan Dukler membagi aliran horizontal menjadi 6 tipe,berdasarkan analisa
mekanisme transisi dan mengusulkan diagram pada gambar 4.1 sesuai observasi berikut :

Transisi A
Antara aliran strata dengan cincin atau peralihan (intermittent) transisi ini timbul bila
terjadi gelombang pada permukaan bebas dimana likuid menjadi tidak stabil.

Dengan d,diameter dan


penurunan tekanan akibat gesekan cairan
dan gas yang diukur bila likuid atau gas sendiri yang mengalir dalam saluran.

Transisi B
Antara aliran peralihan dengan cincin. Mulai dari aliran strata kita dapatkan aliran
peralihan bila level permukaan bebas berada diatas tube, bila tidak,maka akan kita
dapatkan aliran cincin.
Transisi C
Antara aliran strata licin dengan strata gelombang, Taitler dan Dukler menggunakan
teori Jeffrey relatif terhadap timbulnya gelombang permukaan bebas, transisi ini
dinyatakan dengan :

Transisi D
Antara aliran peralihan dengan aliran gelembung.Taitler dan Dukler sampai pada
sebuah transisi dengan koordinat sebagai berikut:

5. Model Aliran 2 Fasa


Dalam model ini, fasa dimodelkan secara terpisah, dengan massa, momentum dan
energi. Model ini berlaku untuk setiap pola aliran dua fase. Pendekatan digunakan
dalam mengembangkan model dua fluida satu untuk steady state 1 dimensi. Adapun
persamaan momentum untuk model aliran 2 fasa adalah :

Dimana dengan(hubungan Fanning) nilai tegangan geser :


Dimana fg, f1 dan fi adalah faktor gesekan didapat dari pers :

Konstanta C dan m pers. 3.38a ke 3.38c didefinisikan seperti yang dijelaskan

sebelumnya (yaitu, untuk aliran laminar, C = 16 dan m = -1, dan untuk aliran turbulen,
C = 0,046 dan m = -0,2)
Untuk menghindari kebutuhan menentukan Re transisi, dan untuk menghilangkan
diskontinuitas dalam transisi antara laminar dan aliran turbulen, faktor gesekan dihitung
sebagai :
5.1.
Gradien Tekanan Pada Aliran 2 Fase

Gradien tekanan gesek diekspresikan


dapat diperoleh dengan menjumlahkan
persamaan 3.36a dan 3.36b untuk menghilangkan istilah antarmuka gesekan (Ti Pi)
dan rata-rata fraksi hampa <>
Perlu dicatat bahwa meskipun <> tidak muncul dalam persamaan di atas, masih
diperlukan untuk menentukan tegangan geser dan perameter kontak. Diameter
hidrolik dan parameter kontak dapat dibagi menjadi beberapa pola aliran, yaitu :
a. Pola Aliran Tenang (Stratified Flow Regime)

Gambar 5.1. Aliran 2 fase pada pola aliran tenang

Gambar 5.1. menunjukkan distribusi dari fase gas dan cairan dalam pola aliran
bergelombang bertingkat. Kelancaran arus bertingkat mengasumsikan konfigurasi
yang sama kecuali interface gas-cair yang halus. Oleh karena itu, parameter kontak
untuk kedua pola aliran didefinisikan dengan cara yang sama. Diameter hidrolik
dan batas-batas kontak untuk aliran stratified diberikan sebagai fungsi dari , yang
merupakan setengah dari sudut yang dihubungkan pada pusat pipa dengan lebar
antarmuka gas-cair seperti ditunjukkan pada Gambar. 5.1.

Persamaan mengaitkan sudut () untuk mencari fraksi hampa ()


b. Pola Aliran Cincin (Annular Flow Regime)

Govan et al. (1988), melakukan percobaan dan mendapatkan pola aliran cincin
dengan angka Re yang diexpresikan sebagai berikut :
Collier and Thome (1994), melakukan percooobaan dan mengatakan pada Re
>300 fluida akan membentuk pola aliran cincin, yang diekspresikan dengan
persamaan berikut :
Re dan Jg adalah fungsi dari sifat gas dan cairan saja.
Menggunakan sifat-sifat udara dan air pada kondisi atmosfer standar, Re = 429
dan Jg = 28,3 m /s

c. Pola Aliran Kantung (Plug Flow Regime)


Gambar 5.2.Gambar representasi pola aliran kantung
Model ini didasarkan pada representasi ideal dari aliran ditunjukkan pada Gambar
5.2. Disposisi fase sepanjang bagian uji dibagi menjadi fase tunggal cair dan dua
fase gas-cair. Rata-rata gradien tekanan sepanjang tes dihitung sebagai rata-rata
tertimbang dari gradien tekanan dalam satu-fase dan wilayah dua-tahap
menggunakan persamaan berikut :
Di daerah-fase tunggal, rata-rata tekanan gesekan

gradien

adalah dihitung dengan menggunakan hubungan arus

fase

tunggal

konvensional
d. Pola Aliran Sumbat (Slug Flow Regime)
Aliran slug dapat dilihat sebagai aliran berlapis dengan gas-sangat bergelombang
dan tidak stabil antara fase cair dan gas. Pengukuran gradien tekanan gesek dapat
dikorelasikan seperti di aliran bergelombang bertingkat untuk menentukan
peningkatan faktor gesekan antar muka.

Anda mungkin juga menyukai