Anda di halaman 1dari 8

PAJAK LANGSUNG DAN PAJAK TIDAK LANGSUNG

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS KULIAH
Perilaku dan Pengembangan Organisasi

Oleh:
SENANDIKA RAGA PRABAWA

(2015310171)

UNIVERSITAS MADURA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
November 2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena

berkat

rahmat

dan

hidayah-Nya

tugas

ini

dapat

diselesaikan sesuai waktu yang telah diharapkan. Shalawat serta


salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, serta pengikutnya sampai akhir zaman.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Pengampu, semoga materi
yang telah disampaikan dapat memberi manfaat kepada saya
untuk masa selanjutnya.
Saya menyadari bahwa dalam melaksanakan tugas ini tidak
sesempurna yang diharapkan Dosen Pengampu. Oleh karena
itu,saya mengharap saran dan kritik agar nantinya dapat
dijadikan pedoman untuk tugas berikutnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb
Pamekasan, 12 November
2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .......
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ........

i
ii
iii

A. Pengertian Pajak .....................................................................

B. Jenis Pajak ......................................................................

C. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung ..................

DAFTAR PUSTAKA ......

iv

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pajak
Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang
sifatnya dipaksakan, tanpa memandang kaya atau miskin. Iuran pajak yang
dipungut oleh pemerintah ini akan digunakan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran negara.
Pengertian Pajak menurut Rochmat Soemitro dalam buku Perpajakan yang
ditulis oleh Mardiasmo menyatakan bahwa:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (2003:1)
Sedangkan menurut S.I Djajadiningrat dalam buku Perpajakan Teori dan
Kasus yang ditulis oleh Siti Resmi manyatakan bahwa:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke
kas negara yang disebabkan suatu keadilan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tatapi bukan sebagai hukuman,
menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan,
tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung untuk
memelihara kesejahteraan secara umum(2007:1)
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran
kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa
kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum negara.
B. Jenis jenis Pajak
Berdasarkan buku Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak yang
ditulis oleh Herry Purwono, penggolongan pajak dapat didasarkan oleh
wewenang pemungutan, administrasi dan pembebanan, dan berdasarkan
sasaran.

1. Pajak berdasarkan wewenang pemungutan


Berdasarkan wewenang pemungutan, pajak dibagi menjadi :
a. Pajak Negara (Pusat)
Pajak yang wewenang pemungutannya dimiliki oleh pemerintah pusat.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), serta Bea Materai.
b. Pajak Daerah
Pajak yang wewenang pungutannya dimiliki oleh pemerintah daerah.
Pajak daerah berdasarkan UU No 34 Tahun 2000 dibedakan atas pajak
propinsi dan pajak kabupaten atau kota.
Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutan dalam buku
Perpajakan Indonesia yang ditulis Waluyo, disebutkan sebagai pajak
berdasarkan pemungut dan pengelolanya.
2. Pajak berdasarkan administrasi dan pembebanan
Berdasarkan administrasi dan pembebanan, pajak dibedakan menjadi :
a. Pajak Langsung, dapat dibagi menurut pengertian secara:
Administrasi

: berkohir (surat keterangan pajak) dan dikenakan


secara berkala (berulang pada waktu tertentu misalnya
setiap tahun)

Ekonomis

: beban pajak harus ditanggung sendiri dan tidak dapat


dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh adalah Pajak Penghasilan (PPh)


b. Pajak Tidak Langsung, yang dapat dibagi menurut pengertian secara:
Administrasi

: tanpa berdasar kohir (surat keterangan pajak) dan


dikenakan hanya bila terjadi hal atau peristiwa yang
dikenakan pajak.

Ekonomis

: beban pajak dapat dilimpahkan kepada orang lain.

Contoh adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas


Barang Mewah
3. Pajak berdasarkan sasaran.
Berdasarkan sasaran, pajak dibedakan menjadi :
a. Pajak Subjektif
Pajak yang memperhatikan pertama-tama keadaan pribadi Wajib Pajak,
seperti Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif
Pajak yang memperhatikan pertama-tama pada objek (benda,
peristiwa, perbuatan, atau keadaan) yang menyebabkan timbulnya
kewajiban membayar pajak. Misalnya, Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Berdasarkan penggolongan pajak diatas, maka penulis akan membahas lebih
lanjut tentang pajak yang digolongkan berdasarkan administrasi dan
pembebanan yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.
C. Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung.
Menurut Dr. Rochmat Soemitro dalam Majalah Padjajaran, jilid III, No. 2
halaman 16 yang telah dikutip oleh Chidir Ali dalam buku Hukum Pajak
Elementer dinyatakan bahwa:
Pembedaan pajak langsung dan pajak tidak langsung dalam hukum
internasional sudah tidak dipentingkan lagi. Akan tetapi, untuk pajak nasional
mungkin masih berguna. Hal tersebut bergantung kepada sistem perpajakan
dinegara masing-masing.
Berdasarkan buku Hukum Pajak Elementer yang ditulis oleh Chidir Ali
disebutkan bahwa pembagian pajak langsung dan pajak tidak langsung dapat
dilihat dari dua sudut, yaitu sudut yuridis dan sudut ekonomis.

a. Sudut Yuridis
Menurut Smeets, untuk mengetahui pembedaan pajak langsung dan tidak
langsung dapat digunakan patokan sebagai berikut:
Pajak dalam arti Hukum Administrasi dan fiskal adalah langsung jika
undang-undang pajaknya dengan tegas menyatakan sebagai pajak langsung.
Apabila tidak disebutkan, maka hal itu menyatakan bahwa merupakan
pajak tidak langsung
Prof. Andriani menyebutkan bahwa secara yuridis, pajak langsung
ditentukan jika memiliki tiga ciri, yaitu:
1. Perioditas (mempunyai tahun pajak)
2. Harus dipungut dengan surat penetapan.
3. Berdasarkan suatu kohir.
Dalam hal ini, prof. Andriani menitikberatkan terhadap perioditas. Akan
tetapi, menurut Prof. Sindian, ketiga ciri tersebut merupakan suatu kesatuan
tri-tunggal yang masing-masing memiliki nilai sendiri. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa apabila satu unsur tidak ada maka tidak dapat disebut
sebagai pajak langsung.
b. Sudut Ekonomis
Menurut O. Buhle,pajak langsung adalah pajak yang langsung tanpa
perantara, dibayar pada negara dari yang dikenakan pajak sendiri.
Sedangkan pajak tidak langsung adalah pajak dimana orang yang terkena
pajak membayarnya tidak langsung pada negara, melainkan melalui
perantara, yaitu dengan cara melimpahkan beban pajaktersebut setelah
lebih dulu dibayar oleh orang lain.
Pendapat diatas yang dijadikan dasar penentuan pajak langsung dan pajak
tidak langsung dengan menggunakan orang lain secara ekonomis. Hal ini
masih diragukan kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Chidir. 1993. Hukum Pajak Elementer. Bandung : Refika Aditama.


Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Purwono, Herry. 2010. Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta :
Erlangga.
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 7. Jakarta : Salemba Empat.
Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia Edisi 8 Buku I. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai