Praktikum 1
Common Base Amplifier
1.
Tujuan
Memahami dan mengukur besar penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian penguat
common base suatu transistor BJT.
2.
Tinjauan Teori:
Rangkaian penguat common base dapat digambarkan sebagai berikut:
VEE
-
VCC
RE
RC
Vin
Vout
E
Dengan menggunakan analisa ac, rangkaian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
E
Vin
RE
r'e
Vout
RC
Common base jarang digunakan sebagai amplifier karena memiliki impedansi input yang
sangat rendah.
3.
4.
Peralatan Percobaan
DC mili Ammeter
Function Generator
Breadboard
C1 = 10uF, C2 = 10uF
Prosedur Percobaan
VCC
RC
RE
mA
C
Vout
Vin
5. Dengan menggunakan oscilloscope ch1 pada vin, ch2 pada vout, gambar dan ukur tegangan
vin - vout-nya.
6. Hitung penguatan tegangan-nya dan isikan hasilnya pada tabel 1.1.
7. Bandingkan dengan perhitungan secara teori.
8. Gantilah RC dengan resistor 1 K dan 2K2 berturut-turut dan ulangi langkah 3-6.
Tabel 1.1 Penguatan Tegangan
RE ()
IC = IE
(mA)
470
1K
2K2
5. Dengan menggunakan oscilloscope ch1 pada vin, ch2 pada vout, ukur besar tegangan vout
ac-nya. Isikan hasilnya pada tabel 1.2.
6. Ubah frekuensi function generator seperti pada tabel 1.2. Jaga agar amplitudo vin selalu
konstan dan ukur vout-nya.
7. Lengkapi tabel 1.2. Gambarkan kurva respon frekuensinya pada kertas grafik.
Tabel 1.2 Frekuensi Respon Common Base
Frekuensi
(Hz)
Vout (mV)
Av=Vout / Vin
100
1K
10 K
20K
50 K
100 K
200 K
500 K
1M
5M
Praktikum 2
Common Collector Amplifier
5. Tujuan
Memahami dan mengukur besar penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian
common collector suatu BJT.
6. Tinjauan Teori :
Suatu penguat common collector dapat digambarkan sebagai berikut:
VCC
RB
B
E
Vin
Vout
RE
Dengan menggunakan analisa ac, rangkaian diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Vin
RB
re'
Vout
RE
Pada bagian input, tahanan basis (RB) relatif besar sekali, sehingga rangkaian pada sisi
input seolah-olah terbuka. Semua arus input lewat tahanan emiter (RE). Tegangan input
sama dengan tegangan drop di tahanan RE:
Vin ie (re' RE )
2.1
tahanan re adalah tahanan yang muncul di diode emitor sebagai akibat pemberian bias ac,
besarnya adalah re'
25mV
.
Ic
Jika output dari rangkaian diambil pada sisi emiter, maka tegangan output sama dengan
tegangan drop di tahanan emiter (RE), yaitu:
Vout ie RE
2.2
Vout
ie RE
1
Vin
ie (re' RE )
7. Peralatan Percobaan
DC Power Supply
DC mili Ammeter
Function Generator
Breadboard
C1 = 10uF, C2 = 10uF
8. Prosedur Percobaan
2.3
mA
10 volt
150K
B
E
Vin
Vout
RE
4. Atur function generator sebesar 1V(pp) dengan frekuensi 1KHz, dan hubungkan ke
rangkaian.
5. Pasang RE = 470 pada kaki emiter ground.
6. Dengan menggunakan oscilloscope channel 1 pada vin, channel 2 pada vout, ukur
besar vout-nya. Isikan hasilnya pada tabel 2.1. Gambarkan vin vout dalam satu
sumbu.
7. Hitung penguatan tegangan-nya ( Av
Vo
) dan isikan hasilnya pada tabel 2.1.
Vin
8. Gantilah RE dengan RE =1K dan 2K2 dan ulangi langkah 6 7. Lengkapi tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hasil pengukuran penguatan tegangan
Voltage Gain (Av)
RE ()
Pengukuran
Perhitungan
470
1K
2K2
3. Atur function generator sebesar 1V (pp) dengan frekuensi 100Hz sampai 1MHz.
Jagalah agar vin selalu konstan 1Vpp. Oscilloscope channel 1 pada vin, channel 2 pada
vout, ukur besar vout-nya. Lengkapi tabel 2.2.
4. Gambarkan kurva respon frekuensinya pada kertas grafik.
Tabel 2.2 Frekuensi Respon
Frekuensi (Hz)
Vout (mV)
Av=Vout / Vin
100
500
1K
5K
10 K
50 K
100 K
500 K
1M
Praktikum 3
Cascade (Multi Stage) Amplifier
1. Tujuan
Memahami dan mengukur penguatan tegangan dan respon frekuensi rangkaian multi stage
amplifier.
2. Tinjauan Teori:
Jika dua penguat dihubungkan sedemikian rupa sehingga sinyal output dari tingkat
pertama bekerja sebagai sinyal input bagi penguat tingkat kedua, maka penguat seperti ini
dikatakan disusun secara cascade. Penguat disusun secara bertingkat dengan tujuan untuk
memperbesar gain dari penguat tunggal.
vin
A1
A2
vout
LOAD
Vout
A1 A2
Vin
4.1
Dimana A1 dan A2 adalah gain tegangan dari masing-masing unit penguat. Gambar 4.2
menunjukkan penguat cascade dua tingkat. Kapasitor C1 (kapasitor kopling)
menghubungkan sinyal input ke transistor Q1 dan C3 menghubungkan sinyal output Q1
menjadi sinyal input Q2.
Dalam menghubungkan dua penguat, pengaruh input tingkat kedua pada resistansi output
dari tingkat pertamanya harus dipertimbangkan. Pada rangkaian gambar 4.2, penguatan
tegangan transistor Q2 sebesar :
Av2 = - R7/ (re2 + R8//R9)
Av 2
R6
(1 ) (re 2 ' )
4.2
10V
R1
R3
R5
R7
C5
C3
C1
Vout
C2
C4
Vin
R2
R4
R6
R8
R9
3. Peralatan Percobaan
Oscilloscope
DC Power Supply
Function Generator
4. Prosedur Percobaan
Siapkan modul praktikum cascade amplifier. Rangkai rangkaian seperti gambar 4.3.
2.
3.
10
10V
10K
500
10K
1K
C5
C3
C1
1
C2
C4
Vout
Vin
1'
10K
2K5
10K
5K
200
4'
2' / 3'
2
4.
5.
6.
7.
2.
3.
Hubungkan oscilloscope channel 1 pada 1 1 dan channel 2 pada (2=3) 2. Amati dan
gambar v1 v2 pada kertas grafik. Kemudian pindah channel 2 pada 4 4 dan
gambarkan v4 pada gambar tersebut.
4.
Ukur tegangan output Q1 pada (2=3) 2 dan tegangan output Q2 pada 4 4. Hitung
penguatan Av1, Av2 dan Av.
2.
11
3.
4.
Atur frekuensi function generator seperti tabel 4.1 dan lengkapi tabel tersebut.
v2 (2 2)
V4 (4 4)
Av1 (v2/v1)
Av2 (v4/v2)
AV (v4 /v1)
AV (Av1 x Av2)
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M
12
Praktikum 4
Amplifier Kelas A
1. Tujuan
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas A dan menghitung penguatan
dayanya.
2. Tinjauan Teori :
Kelas A adalah cara yang biasa untuk menggunakan transistor dalam rangkaian linear
karena dia menghasilkan rangkaian bias yang paling stabil dan paling sederhana. Kelas A
memerlukan rating daya PD(maks) dua kali daya beban, mempunyai titik stasioner atau
aliran arus tanpa sinyal 50% IC(sat) jika titik Q ditengah-tengah. Klas A memiliki sifat
sudut konduksi 360o dan efisiensi maksimal dicapai bila titik kerja ada di tengah-tengah
garis beban. Gambar 4.1 menunjukkan rangkaian sederhana dari amplifier klas A.
Vcc
R1
RC
vin
RL
R2
RE
R3
Dari rangkaian gambar 5.1, besarnya arus saturasi dan tegangan cutoff ditunjukkan oleh
persamaan berikut :
4.1
4.2
Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
13
Kelas A akan optimal penguatan dayanya bila titik kerja Q ada di tengah-tengah garis
beban.
4.3
4.4
Sehingga :
4.5
Daya output pada amplifier klas A adalah sebagai berikut :
4.6
Daya output maksimal (titik kerja tepat di tengah-tengah garis beban sebesar :
4.7
Dengan daya input DC yang diberikan kepada penguat sebesar :
4.8
maka efisiensinya akan sebesar :
4.9
Efisiensi adalah rasio antara daya output terhadap daya inputnya. Efisiensi menunjukkan
seberapa bagus sebuah penguat mengkonversi daya DC dari catu menjadi daya output ac.
Semakin tinggi efisiensi semakin bagus penguat tersebut. Diperoleh efisiensi maksimal
(
3. Peralatan :
Function Generator
DC Power Supply
Oscilloscope
Electronic Voltmeter
DC Voltmeter
Resistor 10K, 5K, 1K dan 100 ohm
Potensiometer 1 k
14
4. Prosedur Percobaan
1.
2.
Atur RC agar VCEQ = VCC. Gunakan Voltmeter DC dan mili Ampmeter DC untuk
mengukur besar VCEQ dan ICQ. Catat besar VCEQ dan ICQ.
3.
Gunakan oscilloscope dual trace untuk mengetahui sinyal input dan output rangkaian.
4.
Hubungkan function generator ke rangkaian (input sinyal sinus, frekuensi 1kHz). Atur
function generator agar amplitudo output yang terukur pada oscilloscope channel 2
menunjukkan sinyal output maksimal tidak terpotong. Gambar sinyal input dan output
dalam kertas grafik.
15 volt
1K
10K
vin
1K
5K
100
100
5.
Dengan menggunakan electronic voltmeter ac ukur harga tegangan input dan tegangan
outputnya.
6.
7.
8.
9.
15
Praktikum 5
Amplifier Kelas B Tanpa Trafo Output
1. Tujuan
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas B komplementer dan menghitung
penguatan dayanya.
2. Tinjauan Teori :
Kelas A adalah cara yang biasa untuk menggunakan transistor dalam rangkaian
linear karena dia menghasilkan rangkaian bias yang paling stabil dan paling sederhana.
Tetapi dia memerlukan rating PD(maks) dua kali daya beban; dia juga mempunyai titik
stasioner atau aliran arus tanpa sinyal 50% IC(sat) jika titik Q ditengah-tengah. Dalam
tingkat-tingkat bagian muka dari sistem rating PD(maks) dan aliran arus tanpa sinyal
biasanya cukup kecil untuk diterima. Tetapi dekat bagian akhir dari banyak sistem, rating
PD(maks) dan aliran arus tanpa sinyal menjadi demikian besarnya sehingga penguat kelas
A tidak dapat digunakan lagi.
Penguat balans (push-pull) kelas B adalah rangkaian dengan dua transistor dengan
keuntungan-keuntungan yang menonjol ini; rating PD(maks) turun menjadi seperlima dari
daya beban dan aliran arus tanpa sinyal sekitar 1% dari IC(sat). Keuntungan pertama
penting jika diperlukan daya beban yang besar, misalnya dalam transmitter komunikasi.
Keuntungan kedua disukai dalam sistem dengan tenaga baterai seperti radio transistor.
Gambar 5.1 menunjukkan rangkaian ekivalen ac untuk sebuah pengikut emiter.
Pembiasan DC tidak ditunjukkan, tetapi dimisalkan pembiasan dekat titik sumbat (cutoff).
rE
rE
Gambar 5.1 Rangkaian ekivalen ac common collector transistor npn dan pnp
Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
16
Bila kedua rangkaian gambar 5.1 digabungkan, maka akan didapatkan penguat
balans klas B seperti gambar 5.2.
rE
Terlihat pada sinyal output, bentuk gelombang sudah sinus seperti sinyal input, tapi
terjadi distorsi saat terjadi perubahan periode sinyal. Distorsi ini disebut dengan crossover
distorsion, dan menjadi penanda dari amplifier klas B. Crossover distorsion terjadi karena
adanya tegangan basis emiter.
Ic
Ic(sat)=VCEQ /(rC+rE)
titik Q
VCE
VCEQ
Selama setengah perioda positif dari tegangan sumber, dioda emitor dinyalakan
(turned on), dan titik operasi berayun dari Q ke penjenuhan. Selama setengah perioda
negatif dari sumber tegangan, diode emitor dibias balik, dan tidak ada arus yang mengalir.
Inilah sebabnya tegangan pada rE dalam gambar 5.1 adalah sinyal setengah gelombang.
17
Kemudian pada pengikut emitor pnp pada gambar 5.1, yang ditunjukkan hanya
rangkaian ekivalen ac, dan dimisalkan dioda emitor dibias dekat titik sumbat (cut off).
Selama setengah siklus positif dari tegangan sumber ac, dioda emitor dibias balik dan
tidak ada arus kolektor yang mengalir. Tetapi pada setengah siklus negatif dari tegangan
sumber, dioda emitor dibias maju. Karena itu, titik operasi berayun dari Q ke penjenuhan
seperti ditunjukkan dalam gambar 1b. Karena arus mengalir melalui rE, tegangan pada rE
adalah negatif terhadap tanah (ground). Inilah sebabnya tegangan output dalam gambar 1b
hanya terdiri dari setengah siklus negatif.
Untuk mendapatkan rangkaian balans, kedua macam pengikut emitor tadi
digabungkan menjadi satu seperti ditunjukkan gambar 5.2. Transistor atas (npn)
memelihara setengah siklus positif dari tegangan sumber dan transistor bawah (pnp)
memelihara setengah siklus negatif dari tegangan sumber. Rumus rumus yang
digunakan pada penguat ini adalah:
5.1
ICQ = 0
5.2
ICsat = VCEQ / ( rC + rE )
5.3
IC(DC) = ICsat /
5.4
Po (rms)
(Vo (rms))2
RL
Po (rms)
100%
PDC
5.5
5.6
5.7
Dimana Po(rms) adalah daya output amplifier, PDC adalah daya input amplifier dan
efisiensi dayanya.
3. Peralatan :
- Modul Amplifier klas B
- Function Generator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
Program Studi DIV Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
18
- DC Voltmeter
- Elektronik voltmeter
- Resistor beban 1 K
4. Prosedur Percobaan
RE
19
Vout (volt
pp)
Av=Vout/Vi
n
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M
20
Praktikum 6
Amplifier Kelas B Dengan Trafo Output
1. Tujuan
Memahami operasi dari rangkaian penguat push pull kelas B dengan trafo output.
2. Tinjauan Teori :
Pada praktikum sebelumnya telah dipelajari tentang penguat push-pull klas B,
dengan menggunakan rangkaian common collector. Penguat push-pull juga dapat disusun
dengan memakai trafo, pada sisi input digunakan trafo CT untuk menghubungkan
rangkaian dengan sumber ac dari jala-jala listrik. Sedang pada sisi output digunakan juga
trafo CT untuk menghubungkan output penguat dengan beban. Rangkaian penguat pushpull dengan trafo output dapat dilihat pada gambar 7.1.
RS
Q1
VCC
RL
Q2
Transistor Q1 bekerja pada setengah sinyal input positif, sedang pada setengah
periode input yang negatif, transistor Q2 yang aktif. Yang perlu dicatat, kalau pada
penguat push-pull tanpa trafo digunakan dua buah transistor komplementer (satu NPN dan
satu PNP dengan sifat dan karakteristik yang sama) dalam konfigurasi common collector
atau common emiter, maka pada pada penguat push pull dengan trafo output ini
digunakan dua buah transistor NPN yang sama dalam konfigurasi common emiter.
Karena dalam konfigurasi common emiter, maka amplitudo sinyal output akan berbeda
dengan amplitudo sinyal input. Terdapat penguatan tegangan, sebanding dengan
perbandingan lilitan kumparan primer sekunder trafo output.
21
Saat periode input positif, Q1 mendapat sinyal input positif, sehingga aktif, sedang
Q2 mendapatkan sinyal negatif sehingga transistor off. Pada Q1 mengalir arus basis dan
menimbulkan arus kolektor. Arus kolektor mengalir dari supply VCC melewati kumparan
primer 1. Arus kolektor ini akan menginduksi kumparan sekunder, sehingga muncul arus
melewati beban.
Demikian sebaliknya bila input jala-jala pada periode negati, Q1 mendapat sinyal
input negatif sehingga off, sedang Q2 mendapat sinyal positif sehingga transistor hidup.
Arus output kolektor mengalir dari VCC melewati kumparan primer 2, menginduksi
kumparan sekunder dan pada beban akan muncul drop tegangan output.
3. Peralatan :
Modul Penguat klas B dengan trafo output
Function Generator
DC Power Supply
Oscilloscope
Electronic Voltmeter
DC Voltmeter
LCR meter
4. Prosedur Percobaan
22
Vout (volt
pp)
Av=Vout/Vi
n
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M
23
Praktikum 7
Amplifier Kelas AB
1. Tujuan
2. Tinjauan Teori :
Salah satu kelemahan dari penguat push-pull klas B adalah adanya crossover
distorsion. Distorsi ini terjadi karena adanya tegangan antara basis emiter (biasanya
sebesar 0.7 volt), sehingga saat ada vin dari sinyal ac transistor belum mulai on selama
tegangan vin masih kurang dari 0.7 volt. Untuk mengatasi crossover distorsion, pada kaki
basis dipasang sumber tegangan sebesar 0.7 volt DC. Karena ini merupakan perbaikan
dari performa penguat klas B, maka rangkaian dengan tambahan 0.7 volt DC pada kaki
basis disebut dengan penguat klas AB.
Cara yang paling mudah adalah dengan memasang diode pada kaki basis. Diode
ini harus memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik transkonduktansi
transistor. Rumus rumus daya yang digunakan sama seperti klas B.
(Vo (rms))2
RL
Po (rms)
7.1
7.2
24
Po (rms)
100%
PDC
7.3
Dimana Po(rms) adalah daya output amplifier, PDC adalah daya input amplifier
dan efisiensi dayanya.
3. Peralatan :
- Modul ITF - 012
- Function Generator
- DC Power Supply
- Oscilloscope
- Electronic Voltmeter
- DC Voltmeter
- Resistansi Beban 1 k
4. Prosedur Percobaan
:
60
270
48
270
100u
49
61
B
500
Vc c
50
E
51
100u
1
54
55
O u t pu t
58
9 k1
45
I n pu t
46
47
10
22u
57
56
5 k1
150
100u
25
Hasil Pengukuran
VBE1
VBE2
VE
13. Dengan menggunakan Electronic Voltmeter ac, ukur harga tegangan output rms pada
beban terminal 53 58. Catat hasilnya pada tabel 7.2.
26
Hasil Pengukuran
Vo (rms)
IC (DC)
Po (rms)
PDC
14. Aturlah frekuensi dari function generator mulai dari 10 Hz sampai 1 MHz, dan
jagalah amplitudo input konstan sesuai pengukuran awal. Dengan menggunakan
Electronic Voltmeter, ukur harga tegangan output pada beban terminal 53 58. Dan
catat hasilnya pada tabel 7.3.
15. Atur level input dari function generator sehingga diperoleh sinyal output yang cacat
(terdistorsi). Dengan menggunakan oscilloscope dual trace posisi CHOP, amati
bentuk sinyal input pada terminal 47 57 dengan channel 1 dan bentuk sinyal output
pada terminal 53 58 dengan channel 2. Gambarkan hasilnya pada kertas grafik.
Vout (rms)
Av=Vout/Vin
27
Praktikum 8
Amplifier Kelas C
1. Tujuan
Memahami operasi dari rangkaian penguat daya kelas C dan menghitung penguatan
dayanya.
2. Tinjauan Teori :
Rangkaian dasar dari penguat daya kelas C ada dalam gambar 8.1. Pada kelas C transistor
memiliki sudut konduksi kurang dari 180derajat (rangkaian konduksi kurang dari 50%)
dengan distorsi yang cukup tinggi, namun memiliki efisiensi yang tinggi sehingga penguat
daya kelas C dapat memberikan daya output yang lebih besar dibandingkan kelas A dan
kelas B. Aplikasi yang paling sering menggunakan penguat kelas C adalah amplifier pada
RF transmitter dimana distorsi dapat dikurangi dengan cepat dengan menggunakan tuning
beban. Tanpa tegangan input vin, maka arus kolektor tidak akan mengalir karena diode
basis- emiter tidak mendapatkan bias. Sehingga titik kerja penguat ada pada titik cut off
(gambar 8.2).
Jika diberikan vin, rangkaian transistor pada sisi input akan berfungsi seperti sebuah
clamper. Pada periode positif, kapasitor coupling C1 akan terisi sampai tegangan maksimal
vin dan membuka diode basis emitter, transistor ON. Pada setengah periode negatif,
muatan akan terbuang melalui resistor R1. Jika periode vin, T, jauh lebih kecil dari time
28
constant RC, maka dapat diasumsikan muatan kapasitor sedikit sekali yang hilang,
sehingga akan dihasilkan gelombang penuh yang terclamp negatif.
Pada saat muatan kapasitor berkurang sedikit tersebut, vin akan lebih besar dari tegangan
C1, sehingga diode basis-emitter on (transistor ON). Jadi transistor akan on pada tiap
puncak positif vin, dengan sudut konduksi yang lebih kecil dari 180. Pada saat transistor
ON, titik kerja akan berayun sesaat dari cut off ke saturation. Tegangan yang muncul di
kolektor seperti gambar 8.3.
Pada amplifier kelas C yang tidak ditala (gambar 8.1) dapat diperoleh persamaan sbb :
8.1
Karena titik kerja Q pada titik cut off, maka ICQ = 0 dan VCEQ = VCC. Jika ada vin, maka
akan muncul tegangan output ac pada kolektor.
Pada mode tuning, RC digantikan oleh rangkaian LC (rangkaian penala), akan terjadi dua
hal:
-
Level output akan ter-clamp, sehingga variasi output akan memiliki sumbu sebesar
setengah tegangan supply.
Bentuk output menjadi sinyal sinus sempurna, dengan frekuensi sesuai frekuensi
rangkaian penala.
8.2
29
3. Peralatan :
-
Function Generator
DC Power Supply
Oscilloscope
Electronic Voltmeter
DC Voltmeter
Resistansi Beban 1 k
4. Prosedur Percobaan
30
Atur function
Vout (rms)
Av=Vout/Vin
100
500
1k
5k
10 k
50 k
100 k
500 k
1M
31
Praktikum 9
Penguat Umpan Balik Negatif Seri-Seri
1. Tujuan
Untuk memahami karakteristik dari rangkaian penguat umpan balik negatif tipe seriseri
2. Tinjauan Teori :
Secara umum blok diagram dari sebuah penguat umpan balik negatif dapat
ditunjukkan seperti gambar 9.1 dibawah ini:
Vs
+
-
Vin
Av
Vo
Vf
Vo Vin Av
9.1
Vin Vs Vf
9.2
Vf Vo
9.3
9.4
32
Vo Av (Vs Vo )
Vo Av Vs Av Vo
Vo Av Vo Av Vs
9.5
Vo (1 Av ) Av Vs
Avf
Vo
Av
Vs 1 Av
Dimana
Pada umumnya, pada rangkaian umpan balik negatif harga Av jauh lebih besar daripada 1,
sehingga kita memiliki:
Avf
Av
1
Av
9.6
Secara umum, umpan balik negatif yang dipasangkan pada rangkaian penguat dapat
digunakan untuk:
-
33
Berdasar gambar 9.1, maka penguat umpan balik negatif seri-seri dapat digambarkan secara
garis besar seperti gambar 9.2.
Vs
Av
Vin
-
Vf
-
Vo
+
B
Rf
RL
9.9
Sehingga penguat umpan balik negatif seri-seri memiliki penguatan total sebesar:
Avf
RL
Rf
9.10
34
3. Peralatan :
-
Oscilloscope
Electronic Voltmeter
DC Power Supply
Function Generator
Breadboard
RB=150k, RC=1k8
Transistor C829
4. Prosedur Percobaan
:
+10 V
RB
RC
C2
3
C1
1
2
FG
CE
RF
1'
2'
3'
1.
2.
3.
Ukur VCEQ dengan voltmeter DC dan ICQ dengan mili amperemeter DC. Catat hasil
pengukuran. Lepaskan kedua alat ukur DC ini.
4.
Pasang Function Generator pada terminal input 1 1, dan dalam kondisi terbebani
oleh rangkaian, atur tegangan input sebesar 10 mV (rms) menggunakan Electronic
Voltmeter pada frequency 1 kHz.
35
5.
6.
Dengan mengubah-ubah harga frequency input dari Function Generator, ukur harga
tegangan output rms dengan menggunakan Electronic Voltmeter. Dan isikan hasilnya
pada tabel 9.1.
7.
Pasang RF sebesar 470, 1k dan 2k2 secara bergantian dan lepaskan CE dari
terminal 2 2.
8.
Ulangi langkah 3 6.
9.
Vo
RF=0
AV
RF=470
Vo
AV
RF=1k
Vo
AV
RF=2k2
Vo
AV
36
Praktikum 10
Penguat Umpan Balik Negatif Serial Input Paralel Output
1. Tujuan
Memahami sifat-sifat dari penguat umpan balik negatif tipe serial input paralel output.
2. Tinjauan Teori :
Karakteristik penguat umpan balik negatif diberikan sebagai berikut:
Gain tegangan
Avf
Av
1 Av
dapatkan:
Avf
10.1
Jika rangkaian umpan balik negatif dibuat dari tahanan saja, kemungkinan akan tidak
tergantung dari frekuensi sinyalnya. Respon frekuensi gain tegangan yang dinyatakan
dengan
Rf
Vf
RE
Vo
37
Rs
Rs Rf
Vf Vo
10.2
Rs
Vo
Rs Rf
10.3
3. Peralatan :
-
Oscilloscope
DC Power Supply
Function Generator
Electronic Voltmeter
CE = 470F
4. Prosedur Percobaan
38
180K
+20V
680
33K
1K
4.7u
4.7u
4
4.7u
200
8K2
100
1'
4'
2'
2
4. Atur frequency dari function generator mulai dari 100 sampai 1MHz, dengan
electronic voltmeter (function AC) pada terminal 4 4, ukur besarnya tegangan
output dan isikan hasil pengukuran tegangan outputnya pada tabel 10.1.
5. Lepaskan kapasitor CE dan pasanglah resistor RF pada terminal 2 3 berturut-turut
sebesar 2K2, 4K7 dan 10K.
6. Dengan menggunakan oscilloscope, gambarkan bentuk gelombang input (CH1) pada
terminal 1 1 dan gelombang output (CH2) pada terminal 4 4 posisi CHOP pada
frequency 1KHz.
7. Ulangi langkah 4.
8. Gambarkan respons frekuensi dari data pada tabel 10.1.
39
RF=
V2 (V) Av (dB)
RF=2K2
V2 (V) Av (dB)
RF=4K7
V2 (V) Av (dB)
RF=10K
V2 (V) Av (dB)
40
Praktikum 11
Rangkain Osilasi
1. Tujuan
2. Tinjauan Teori :
Belum sempat
3. Peralatan :
-
Oscilloscope
4. Prosedur Percobaan
Belum
41
Praktikum 12
Rangkaian Phase Shift Oscillator
1. Tujuan
Memahami cara kerja rangkaian osilasi dengan menggunakan prinsip pergeseran fase
2. Tinjauan Teori :
3. Peralatan
DC Power Supply
Oscilloscope
DC Power Supply
C 470uF 3 buah
4. Prosedur Percobaan
1
33
82k
20k
21
10k
38
40
2
30
31
32
23
6800p
35
25 1u
24
26
1k8
27/28
34
37
6800p
36
10k 10k
39
6800p
10k
10u
43
10k
1k
120
42
fosc
1
2 6 RC
43
Praktikum 13
Wien Bridge Oscillator
1. Tujuan
2. Tinjauan Teori :
belum
3. Peralatan
DC Power Supply
Oscilloscope
DC Power Supply
C 470uF 3 buah
4. Prosedur Percobaan
belum
44
Praktikum 14
Differensial amplifier dengan transistor
1. Tujuan
Memahami sifat-sifat dari penguat differensial sebagai rangkaian dasar yang banyak
dipakai dalam rangkaian IC linear.
2. Tinjauan Teori :
Gambar 14.1 menunjukkan bentuk dasar dari penguat diferensial, yang memiliki dua input
dan satu output. Kedua rangkaian transistor secara ideal harus simetris, dimana masingmasing transistor menggunakan bias Emiter (dua supply).
VCC
RC1
RC2
vout
Q1
Q2
RS1
RS2
IT
RE
- VEE
45
Terlihat bahwa VEE dan RE akan menghasilkan arus konstan sebesar IT, sehingga RE dan
VEE dapat diganti dengan sebuah sumber arus konstan (gambar 14.2)
VCC
RC1
RC2
vout
Q1
Q2
RS1
RS2
IT
46
terbuka pada analisa ac. Q2 akan berfungsi sebagai CB dan pada kolektor C2 akan muncul
sinyal sefase. Sehingga kontribusi Q1 aktif akan menghasilkan :
Dan sebaliknya bila vin2 aktif, vin1 off, Q2 berfungsi sebagai penguat CE, sehingga pada
kaki C1 akan muncul sinyal dengan fase terbalik dari inputnya, dan Q1 berfungsi sebagai
CB. Tegangan output yang dihasilkan adalah:
Dengan teorema superposisi, maka total tegangan output ac bila kedua transistor bekerja
serentak adalah:
Terlihat bahwa tegangan output ac merupakan penguatan dari selisih tegangan inputnya.
3. Peralatan :
-
Oscilloscope
DC Power Supply
Electronic voltmeter
4. Prosedur Percobaan
47
5. Pasang function generator pada terminal vin1, vin2 hubungkan dengan ground. Atur
amplitudenya 100mV pp sinus pada frekuensi 1KHz.
10K
10K
vout
Q1
Q2
1K
1K
10K
-20V
Vin2 (rms)
100
100
0
100
40
100
0
100
40
100
48
DAFTAR PUSTAKA
1. M., Yoedy, S., Hendik Eko Hadi, Petunjuk Praktikum Rangkaian Elektronika 2, Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya, 1989
2. M., Yoedy, S., Hendik Eko Hadi, Rangkaian Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya, 1989
3. Salivahanan, S., Suresh Kumar, N., Electronic Devices and Circuit, Tata Mc.Graw-Hill
Publishing Company Ltd., New Delhi, second edition, 1999
49