Armanto Witjaksono
Universitas Bina Nusantara
Email : armanto@binus.ac.id
ABSTRAK
Pada tangal 29 April 2014 Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah
mengesahkan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), salah satu
diantaranya adalah PSAK 46 (2014): Pajak Penghasilan yang berlaku efektif 1 Januari 2015,
tanpa penerapan dini. Mengingat materialitas nilai beban pajak pada Laporan Keuangan, maka
penerapan PSAK 46 (Revisi 2014) ini menjadi menarik, karena entitas bisnis harus
mengantisipasi perubahan beban pajak yang bila nilainya material maka akan berpengaruh
pada kinerja, sehingga dapat diyakini bahwa pemberlakukan PSAK 46 (Revisi 2014) di tahun
2015 akan membawa dampak signifikan terhadap Laporan Keuangan.
Penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan eksploratori secara deskriptif untuk
menjawab pertanyaan dampak implementasi PSAK 46 (2014) sehubungan dengan aspek
pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan pada Laporan Keuangan
Hasil penelitian mengungkapkan dampak implementasi PSAK 46 (2014) terhadap
Laporan Keuangan lebih disebabkan perbedaan filosofis antara tujuan PSAK dengan Pajak.
Semisal Pengakuan atas denda / pinalti pajak; Pengakuan atas Pajak Tangguhan yang
berimplikasi pada pengakuan asset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan; Uncertain
Tax Position; Pajak Final yang menyebabkan tidak seluruh penghasilan menurut akuntansi
adalah penghasilan kena pajak; dan subjektivitas dalam melakukan pengukuran atas properti
investasi, plant & equipment dan aset tak berwujud yang telah disusutkan atau diamortisasi
dan kemudian mengalami pemulihan nilai ketika entitas menerapkan model revaluasi
Kata kunci: Aset Pajak Tangguhan, Liabilitas Pajak Tangguhan, Pajak Final, PSAK 46,
Uncertain Tax Position,
ABSTRACT
Dated 29 April 2014 on the Financial Accounting Standards Board ( DSAK ) has approved
several Statement of Financial Accounting Standards ( PSAK ) , one of which is PSAK 46 (
Revision 2014 ) : Income Tax effective January 1, 2015 , without the earlier application . Given the
materiality of the value of the tax burden on the financial statements, then the application of
PSAK No. 46 (Revision 2014) is to be interesting, as a business entity must anticipate changes in
the tax burden when the material value it will affect the performance, so it can be believed that the
imposition of PSAK 46 (Revision 2014) in year of 2015 will bring a significant impact on the
Financial Statements.
This study is a qualitative descriptive exploratory approach to answer questions the impact
of the implementation of SFAS 46 (2014) with respect to aspects of the recognition , measurement,
presentation and disclosure of financial statements.
Results of the study revealed the impact of the implementation of PSAK 46 (Revision 2014) to
the financial statements is due to philosophical differences purposes between the PSAK and Tax.
Such as recognition of penalty / tax penalties; Recognition of Deferred Tax which implies the
recognition of deferred tax assets and deferred tax liabilities; Uncertain Tax Position; Final tax
which caused the entire income for accounting purposes are taxable income; and subjectivity in the
measurement of investment property, plant & equipment and intangible assets that have been
depreciated or amortized, and then recovering the value when an entity applies the revaluation
modelKeywords: Deferred Tax Asset, Deferred Tax Liability, Final Taxl, PSAK 46, Uncertain
Tax Position.
Jurnal GICI
70
PENDAHULUAN
Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
memiliki perbedaan dengan peraturan perpajakan
alias fiskal dalam menghitung besarnya
penghasilan kena pajak (taxable income). Hal ini
disebabkan Ketentuan pajak merupakan standar
independen terpisah dari prinsip akuntansi (SAK)
untuk tujuan penyusunan laporan keuangan.
Laporan keuangan fiskal disusun terpisah diluar
jaringan proses pembukuan, melalui suatu proses
penyesuaian dan rekonsiliasi antara praktek
akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan
Perbedaan tersebut terutama didasarkan pada
perbedaan kepentingan antara SAK yang
mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi
yaitu menandingkan antara pendapatan dengan
biaya-biaya terkait
(matching principle),
sedangkan dari segi fiskal tujuan utamanya
adalah Penerimaan Negara. Perbedaan tersebut
pada gilirannya menghasilkan dua jenis
penghasilan (income), yaitu laba sebelum pajak
(perhitungan menurut SAK) dan penghasilan
kena pajak (perhitungan menurut aturan fiskal).
Perbedaan tersebut terbagi berdasarkan sifatnya,
yakni yang bersifat permanen/tetap dan yang
bersifat temporer. Perbedaan yang bersifat
temporer dalam SAK diakui sebagai Kewajiban
Pajak Tangguhan (KPT) atau Aset Pajak
Tangguhan (APT).
Adapun SAK yang
digunakan adalah PSAK No. 46 yang
didalamnya mengatur suatu metode akuntansi
pajak penghasilan yang secara komprehensif
mengakui KPT dan APT terhadap konsekuensi
fiskal masa depan. Lebih lanjut perbedaan
tersebut dapat diilustrasikan pada Bagan 1
PSAK No. 46 mendefinisikan beda waktu dan
beda permanen/tetap sebagai suatu perbedaan
antara Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dari suatu
aset atau liabilitas dengan nilai tercatat yang
disajikan dalam neraca dan akan berakibat
timbulnya liabilitas dan pengurang penghasilan
atau biaya fiskal di masa depan. Dengan
perkataan lain, beda waktu adalah efek
akumulatif dari perbedaan waktu pengakuan
penghasilan dan beban untuk tujuan pelaporan
keuangan komersial dan untuk tujuan laporan
keuangan fiskal, terhadap suatu transaksi,
peristiwa, atau keadaan yang mempunyai
konsekuensi fiskal di masa depan.
Jurnal GICI
7169
Undang-Undang
AKUNTANSI
PAJAK
PERBEDAAN
Permanen
Temporer
BOOK TAX GAP/ DFFERENCE
Tax Planning atau
Tax Avoidance
Pajak Tangguhan:
Aset / Liabilitas
Beban/Pendapatan
Bagan 1
Jurnal GICI
70
72
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan Kualitatif.
Cooper dan
Schindler (2008) mengutip pendapat
Maanen (1979) mengenai definisi penelitian
kualitatif sebagai berikut:
Qualitative research includes an array
of interpretive techniques which seek to
describe, decode, translate, and otherwise
come to terms with the remaining, not the
frequency of certain more or less naturally
occuring phenomena in the social world.
Selanjutnya, Cooper & Schindler (2008)
mengatakan bahwa penelitian kualitatif ini
dapat digunakan untuk mengumpulkan dan
menganalisis data. Dalam hal ini, karena
ketersediaan data dan informasi yang relevan
dengan Dampak Penerapan PSAK 24 Revisi
2014 sangat terbatas, maka pendekatan
penelitian
menggunakan
penelitian
eksplorasi dan deskriptif.
Jurnal GICI
7371
Jurnal GICI
7472
Laba Operasi
(setelah depresiasi)
Ditambah : dep.
Akuntansi
Dikurangi : depr
pajak
Penghasilan Kena
Pajak (PKP)
Dikurangi : PPh 30%
dari PKP
Laba Bersih setelah
Pajak
20X1
200X2
20X3
Total
50.000
50.000
50.000
150.000
3.000
3.000
3.000
9.000
(4.500)
48.500
(2.500)
50.500
(2.000)
51.000
(9.000)
150.000
(14.550)
(15.150)
(15.300)
(45.000)
33.950
35.350
35.700
105.000
20X1
200X2
20X3
Total
50.000
50.000
50.000
150.000
(14.550)
35.450
(15.150)
34.850
(15.300)
34.700
(45.000)
105.000
Perbedaan
yang
timbul
diidentifikasi
secara
kumulatif
dengan membandingkan carrying
amount aset dan liabilitas menurut
standar akuntansi dengan carrying
amount aset dan liabilitas menurut
peraturan pajak (tabel 3);
31 Desember
20X1
31 Desember
20X2
31 Desember
20X3
Carrying
Amount
(a)
6.000
Tax
Base
(b)
4.500
Beda
Temporer
(c)= (a - b)
1.500
Pajak
@30%
30% c
450
3.000
2.000
1.000
300
nil
nil
nil
nil
20X1
20X2
20X3
Total
50.000
50.000
50.000
(14.550)
(15.150)
(15.300)
150.000
(45.000
)
(450)
(450)
300
150
450
35.000
35.150
34.850
105.000
20X2
20X3
450
150
(300)
(150)
Jurnal GICI
7573
5https://www.google.com.sg/url?sa=t&rct=j&q=
&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&
ved=0ahUKEwiu8bXdjKjJAhVTCI4KHZjgBGE
QFggeMAA&url=https%3A%2F%2Fstaff.blog.ui
.ac.id%2Fmartani%2Ffiles%2F2012%2F05%2FP
SAK-dan-Perpajakan.pptx&usg=AFQjCNEVXKZC0NzEpm6pPEen4nfc8AmfQ&bvm=bv.108
194040,d.c2E diakses 27 November 2015
Jurnal GICI
74
76
1. Pandangan
Jurnal GICI
7775
Jurnal GICI
7876
Pasal 3
1) Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
dilakukan terhadap:
a. seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk
tanah yang berstatus hak milik atau hak
guna bangunan; atau
b. seluruh aktiva tetap berwujud tidak
termasuk tanah, yang terletak atau berada
di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan
Objek Pajak
2) Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat dilakukan kembali sebelum lewat
jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
terakhir
yang
dilakukan
berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pasal 4
1) Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau
nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku
pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau
ahli penilai, yang memperoleh izin dari
Pemerintah.
2) Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau
ahli penilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ternyata tidak mencerminkan keadaan
yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak
menetapkan kembali nilai pasar atau nilai
wajar aktiva yang bersangkutan.
3) Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) tahun sejak tanggal laporan perusahaan
jasa penilai atau ahli penilai.
Pada tanggal 15 Oktober 2015, Pemerintah
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No.
191/PMK. 010/2015 yang berisi pengurangan
tarif PPh Pasal 19 untuk wajib pajak yang
melakukan revaluasi aktiva tetap atau penilaian
kembali aktiva tetap. Insentif pajak ini tertuang
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.10/2015 Tentang Penilaian Kembali
Aktiva Tetap Untuk Tujuan Perpajakan Bagi
Permohonan Yang Diajukan Pada Tahun 2015
Dan Tahun 2016.
Jurnal GICI
79
77
o
o
o
o
o
o
o
Jika
dicermati,
PMK-191
merupakan
peraturan khusus yang mengatur penilaian
kembali aktiva tetap (revaluasi) selain Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
79/PMK.03/2008 Tentang Penilaian Kembali
Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan
Perpajakan. Sebagai peraturan khusus yang
bertujuan memberikan insentif, PMK-191 telah
dibatasi pada Permohonan Yang Diajukan Pada
Tahun 2015 Dan Tahun 2016. Permohonan yang
tidak termasuk dalam batasan tersebut dapat
menggunakan PMK-79 tahun 2008.
Dewan Pengurus Nasional (DPN)1 IAI
memberikan klarifikasi bahwa revaluasi aset
berdasarkan perpajakan harus dibedakan dengan
revaluasi berdasarkan akuntansi. Jika suatu
perusahaan akan melakukan revaluasi untuk
tujuan perpajakan harus mengikuti ketentuan
perpajakan, sedangkan revaluasi untuk tujuan
akuntansi harus mengikuti Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku, yaitu PSAK 16: Aset
Tetap.
DPN IAI mengemukakan beberapa perbedaan
perlakuan revaluasi secara pajak dan akuntansi.
Dari pandangan perpajakan, revaluasi hanya
dilakukan pada suatu titik tertentu dan
diperbolehkan melakukan revaluasi lagi untuk
jangka 5 tahun ke depan. Revaluasi dapat
dilakukan untuk aset tertentu yang dimiliki
perusahaan. Sedangkan PSAK 16 mengatur
bahwa apabila perusahaan memilih model
revaluasi aset tetap maka perubahan kebijakan
aktiva tersebut harus dilakukan secara konsisten.
Revaluasi harus dilakukan secara reguler dan
harus dilakukan untuk seluruh aset dalam
kelompok yang sama.
Berikut ini beberapa pokok pikiran yang
menjadi perhatian IAI sehubungan dengan
revaluasi aset yang sudah diatur dalam PSAK 16:
Banyak salah kaprah yang berkembang di
dunia bisnis terkait revaluasi. Padahal revaluasi
sudah diatur sejak konvergensi
http://forumpajak.org/insentif-pajak-untukrevaluasi-aktiva-tetap/
diakses
20
November 2015
8http://www.kompasiana.com/andre.jayaprana/ins
entif-pajak-revaluasi-aset-pmk-191-pmk-0102015-efektifkah_564da6b1f07a615b09846482
diakses 20 November 2015
Jurnal GICI
78
80
Jurnal GICI
79
81
9
http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid=&id
=864 diakses 20 November 2015
1
http://www.ortax.org/ortax/?mod=forum&page=show&idt
opik=58235&hlm=1 diakses 20 November 2015
Jurnal GICI
8280
0
Jurnal GICI
8381
0
Jurnal GICI
82
84
0
dapat
pajak
pajak
untuk
Jurnal GICI
8583
0
DAFTAR PUSTAKA
BDO
IFRS
Advisory
Limited;
www.bdointernational.com.
Dr. Dwi Martani http://dwimartani.com/overviewpsak-berbasis-psak-2015/
http://bisnis.liputan6.com/read/2356747/opinibatasan-debt-to-equity-ratio-dalam-menghitungpajak
Dwi
Martani;
AKUNTANSI
PAJAK
PENGHASILAN; Akuntansi Keuangan 2 Pertemuan 13; Slide OCW Universitas
Indonesia; diunduh dari https://staff.blog.ui.ac.id
http://forumpajak.org/insentif-pajak-untuk-revaluasiaktiva-tetap/
http://forumpajak.org/perbedaan-revaluasi-aktivamenurut-pmk-191-dengan-pmk-79/
http://www.iaiglobal.or.id
http://www.kompasiana.com/andre.jayaprana/insentif
-pajak-revaluasi-aset-pmk-191-pmk-010-2015efektifkah_564da6b1f07a615b09846482
http://www.ortax.org
IFRS Interpretations Committee Meeting Staff
Paper; www.ifrs.org ;
KPMG; http://kpmg.com/id
Prianto Budi Saptono dan Eko Suwardi; IFRS
Convergence and Its Impact on Taxation: A
Case Study on Fixed Asset in Indonesia;
Proceedings of 23rd International Business
Research Conference, 18 - 20 November, 2013,
Marriott Hotel, Melbourne, Australia, ISBN:
978-1-922069-36-8.
PwC Indonesia, www.pwc.com/id ;
Ruston Tambunan, Ak., CA., S.H., M.Si., M.Int.Tax;
http://bisnis.liputan6.com/read/2356747/opinibatasan-debt-to-equity-ratio-dalam-menghitungpajak
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan,
ZAO Deloitte & Touche CIS; www.deloitte.com
Jurnal GICI
8684
0