KARAKTERISASI
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Karakterisasi limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B-3) dapat
difahami sebagai upaya mengenali sifat serta potensi bahaya yang dikandung
oleh suatu limbah B3. Kegiatan ini didasari oleh kriteria bahan berbahaya yang
meliputi sifat kedapat-nyalaan (ignitability), mudah terfakar (flammable), dapat
terbakar (combustible), eksplosif, reaktifif, korosif, dan toksik termasuk sifat
infectious.
oksigen guna pembakaran material yang pada kondisi normal tidak dapat
terbakar. Bahan korosif dapat menyebabkan kerusakan logam atau perkaratan
suatu wadah logam misalnya asam sulfat pekat (oleum) dan soda kaustik.
Bahan beracun mempunyai kalsifikasi; kelas A seperti asam sianida yang
berdampak racun melalui pernafasan, pencernaan atau absorpsi melalui kulit.
Beracun kelas B seperti aniline termasuk juga bakteri antraks, botulism atau
tetanus.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
A. Pengelolaan
Pengelolaan
limbah
B-3
meliputi
pengumpulan,
penyimpanan,
bahan,
substitusi
bahan,
pengaturan
operasi
kegiatan,
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
D. Deskripsi Karakteristik
D.1. Mudah Meledak
Sifat mudah meledak; adalah sifat limbah yang pada suhu dan tekanan
standar (25 C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan
atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
D.2. Mudah Terbakar
-
Cairan yang mengandung alkohol tidak kurang dari 24% volume atau
mempunyai titik nyala tidak lebih dari 60 C (140 F) akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain,
pada tekanan udara 760 mmHg.
Padatan yang pada suhu dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg)
dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan
uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar
dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
Kebanyakan
bahan
kimia
mudah
terbakar
berupa
cairan
yang
memanaskan cairan pada tiap-tiap tingkat suhu sampai campuran uap dan
udara terbakar di permukaan cairan.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
menyebabkan bahaya serius bila terbakar. Bahan mudah meledak
tidak termasuk klasifikasi ini.
Untuk uap mudah terbakar lower flammability limit (LFL) berarti nilai
ratio uap/udara di bawah mana penyalaan tak dapat berlangsung
karena kurangnya uap. Sedangkan upper flammability limit (UFL)
adalah nilai ratio uap/udara di atas mana penyalaan tak dapat
berlangsung
karena
kurangnya
udara.
Kisaran
antara
lower
Misalnya untuk
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
peluang terjadinya kontak partikel cairan dengan oksigen. Pada kasus
ini cairan dapat menyala pada temperatur di bawah titik nyala.
Ledakan dari debu dapat terjadi dari berbagai jenis padatan dalam
bentuk serbuk halus (finely divided state). Beberapa jenis debu metal,
khususnya magnesium dan paduannya, zirconium, titanium dan
aluminium dapat terbakar dan meledak di udara. Contoh:
4 Al (serbuk) + O2 (dari udara) 2 Al2O3
Debu-debu polimer seperti selulosa asetat, polietilen, dan polistirena
juga dapat meledak.
Senyawa dapat terbakar adalah bahan pereduksi yang bereaksi
dengan bahan pengoksidasi dan menghasilkan panas.
Oksigen
pengoksidasi
merupakan
senyawaan
kimia
yang
Unsur-unsur kelompok
Formula
Wujud
Kalium permanganat
KMnO4
padat
Bromin
Br2
cairan
Ozon
O3
gas
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Panas yang dibebaskan oleh reaksi cukup menimbulkan api pada
hidrida sehingga terbakar.
LiH + O2 Li2O + H2O
Beberapa campuran pengoksidasi dan bahan dapat teroksidasi dapat
menimbulkan api spontan, sebagai contoh campuran asam nitrat dan
fenol. Campuran semacam ini disebut hipergolat.
Bahaya lain yang serius dari peristiwa pembakaran adalah
senyawaan racun yang ditimbulkannya. Contoh yang sangat umum
adalah
terbentuknya
karbon
mono
oksida
CO,
yang
dapat
ditimbulkan
sebagai
hasil
serta
dari
pembakaran.
Bila
bercampur
menghasilkan
dengan
gas
atau
air
berpotensi
uap
beracun
menimbulkan
dalam
ledakan,
jumlah
yang
Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan takanan standar (25
C, 760 mmHg).
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Panas dan temperatur merupakan faktor penting dalam hal reaktifitas.
Untuk memulai suatu reaksi tertentu dibutuhkan energi aktivasi. Biasanya
laju reaksi cenderung meningkat tajam dengan naiknya temperatur, di sisi
lain banyak reaksi yang membebaskan panas (eksotermis). Maka sekali
reaksi telah berlangsung akan mendorong reaksi berikutnya dan laju
reaksi akan meningkat eksponensial terhadap waktu dan dapat mengarah
pada keadaan yang tak terkendali. Faktor lain yang berpengaruh terhadap
laju reaksi adalah bentuk fisik reaktan, derajat pencampuran reaktan,
derajat pengenceran dengan media non reaktif seperti bahan pelarut,
adanya katalis dan tekanan.
Beberapa senyawa kimia bersifat reaktif dengan sendirinya (self-reactive)
karena mengandung pengoksidasi sekaligus pereduksi dalam senyawa
yang sama. Nitro gliserin adalah bahan eksplosif yang kuat dengan rumus
kimia C3H5(ONO2)3 dapat memecah secara spontan menjadi CO 2, H2O, O2,
dan N2 dengan membebaskan energi sangat besar dalam waktu singkat.
Nitro gliserin murni sangat tidak stabil;
terjadinya ledakan.
derajat reaktifitas tinggi. Akan tetapi relative lebih stabil sehingga perlu
peralatan detonasi tertentu untuk terjadinya ledakan.
Struktur kimia berhubungan dengan reaktivitas. Reaktivitas tinggi
dari senyawa organik disebabkan oleh ikatan tak jenuh dalam rangka
karbon khususnya bila ikatan rangkap tersusun berdampingan C=C=C
atau hanya dipisahkan oleh satu ikatan tunggal karbon-karbon C=C-C=C.
Senyawa organik tertentu yang mengandung oksigen bersifat sangat
reaktif, contoh hidroperoksida, peroksida, termasuk oksiran (etilen oksida).
Begitu pula senyawa yang mengandung nitrogen berikatan dengan karbon
dan hidrogen seperti triazen, senyawa azo dan nitril. Gugus fungsional
yang mengandung oksigen dan nitrogen cenderung mempunyai tingkat
reaktivitas sedang dibanding senyawa organik pada umumnya, misalnya
alkil nitrat, alkil nitrit, senyawa nitro dan nitroso.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Beberapa senyawa anorganik bersifat reaktif; senyawa nitrometal,
anion halo oksida, termasuk senyawa nitro halida seperti nitrogen iodida
NI3 yang sangat sensitif terhadap goncangan.
Karakterisasi Limbah B3
mobilitas kontaminan organik maupun anorganik yang terdapat dalam
cairan, padatan dan limbah multifasa.
D.5. Sifat Penyebab Infeksi
Berupa bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh
manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya
yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Berpotensi bahaya
karena mengandung kuman penyakit ataupun kuman pirogen.
D.6. Sifat Korosif
Bahan korosif difahami sebagai bahan yang dapat melarutkan logam atau
menyebabkan oksidasi material pada bagian permukaan logam, misalnya
karat besi. Pengertian korosif yang lebih luas adalah sifat bahan yang
dapat
Pada umumnya
bahan korosif berupa; asam kuat, basa kuat, pahan pengoksidasi, dan
bahan bersifat penarik air (dehydrating agents).
Asam sulfat adalah salah satu bahan korosif, termasuk asam kuat yang
dalam kepekatan tinggi juga bersifat menarik air sekaligus pengoksidasi.
Afinitas-nya terhadap molekul air tergambar dari panas yang dibebaskan
bila asam sulfat dicampur dengan air. Menuangkan air ke dalam asam
sulfat adalah cara pencampuran yang keliru karena menyebabkan
pendidihan lokal dan dapat menyebabkan percikan yang akan melukai
pekerja. Efek kerusakan yang utama dari asam sulfat pada jaringan kulit
adalah lepasnya air disertai pembebasan panas.
Uap asam yang tehirup merusak saluran pernafasan atas dan mata.
Pemaparan jangka panjang oleh uap juga menyebabkan erosi gigi.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Reaksi dehidrasi oleh asam sulfat bisa menjadi sangat kuat, misalnya
reaksi dengan asam perklorat menghasilkan Cl 2O7 yang tidak stabil dan
dapat mengakibatkan ledakan dahsyat.
karbon
mono
oksida,
dengan
natrium
bromide
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
-
Sifat persisten zat pencemar atau produk degradasi racun pada zat
pencemar.
Jenis limbah yang tidak dikelola sesuai ketentuan yang ada yang
berpotensi mencemari lingkungan.
Jumlah limbah yang dihasilkan pada satu tempat atau secara regional
atau secara nasional berjumlah besar.
Bila hasil pengujian tahap akhir (uji toksisitas akut maupun kronis) suatu
limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut maka dapat dinyatakan
sebagai limbah non B-3.
E. TOKSIKOLOGI LIMBAH BERBAHAYA ANORGANIK
Ada beragam bahan berbahaya di alamseperti Ozon dan fosfor putih yang
bersifat toksik dalam bentuk elemental begitu pula logam-logam berat
merupakan kelompok unsur-unsur toksik.
Karakterisasi Limbah B3
merupakan bahan toksik dalam bentuk persenyawaan. Kelompok bahan
toksik lain adalah senyawa halogen, mineral asbestos dan senyawa fosfor
termasuk senyawa organometalik dan metal karbonil konstituen.
Efek toksik
1 ppm ozon dalam udara; iritasi mata, system pernafasan atas,
paru, sakit kepala.
Menimbulkan radikal bebas dalam jaringan yang menyebabkan
lipid peroksidasi, oksidasi sulfhidril (-SH) grup.
Senyawa pelindung organisme dari ozon; jenis radical scavengers,
Fluorin
Klorin
Bromin
Iodin
Berilium
hidung.
Selaput lendir saluran nafas (10-20 ppm.
Iritasi jaringan mukosa saluran nafas, mata.
Iritasi paru.
Kerusakan kulit (ulcerated, granulomas, dermatitis), conjunctivitis,
corne laceration, beriliosis (fibrosis paru, pneumonitis) bisa sbg
Cadmium
efek laten.
Gangguan
Timbal
Arsen
ginjal.
Membentuk senyawa toksik (As2O3) yg diserap paru dan usus,
tulang
mengkoagulasi
(painful
protein,
osteomalacia),
membentuk
ginjal,
komplek
dg
cadmium
koenzim,
Merkuri
Sianida
penglihatan.
Karakterisasi Limbah B3
kepala, kelemahan fisik. 250 ppm hilang kesadaran.
Konsentrasi 1.000 ppm mengakibatkan kematian cepat.
Efek kronik pemaparan konsentrasi rendah diduga menyebabkan
gangguan system pernafasan dan hati.
dalam
paru,
berikatan
karboksihemoglobin
yang
dengan
lebih
hemoglobin
stabil
membentuk
daripada
ikatan
Hydrogen
fluoride, HF
Hydrogen
klorida, HCl
Senyawa
interhalogen
system paru.
Sangat reaktif thd system biologi.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
HClO
Halogen azida
& nitrogen
halida
Silica
asbestos
mesothelioma
(tumor
jaringan
Disilane
H3SiSiH3
Silicon halide
Halohidrida
Fosfina PH3
Fosfor
pentoksida
dan kulit.
P2O5
Fosfor halide
PCl5
Fosfor
dan kulit.
Bereaksi dg air HCl + H3PO4.
oksihalida
POCl3
Hydrogen
sulfide H2S
Sulfur dioksida
SO2
Asam sulfat
Karakterisasi Limbah B3
Tetraetil lead
(P110)
Nikel
tetrakarbonil,
kobal karbonil,
ironpentakarbonil
Alkana
udara
yang
mengandung
konsentrasi
tinggi
banyak
gangguan
terhadap
system
saraf
(polyneuropathy).
Pemaparan n-heksana menyebabkan hilangnya myelin (bahan
lemak pembungkus serabut saraf dan degenerasi axon (bagian sel
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
saraf yang berfungsi meneruskan impuls saraf ke luar sel).
Sikloheksna berperngaruh sebagai anestetik ringan. Efek toksik
yang umum terjadi akibat penggunaan cairan hidrokarbon dalah
dermatitis karena disolusi lemak pada kulit yang ditandai dengan
kulit kering dan bersisik.
Alkana lebih tinggi dari C 8 (kerosene, jet fuel, diesel fuel, mineral
oil, fuel oil) tidak terlalu toksik, penghisapan bahan tersebut
menyebabkan pusing, sakit kepala dan stupor.
Pemaparan
Penghisapan
ekstrem
kabut
menyebabkan
uap
cairan
koma
alkana
dan
yang
kematian.
lebih
tinggi
Alkena
pencernaan.
& Benzene yang terisap segera diserap darah mencapai jaringan
hidrokarbon
lemak.
aromatik
mengalami
enzymatic
epoksidasi
menjadi
benzene
udara
yang
mengandung
7g/m 3
benzena
Karakterisasi Limbah B3
kegagalan system pernafasan, dan kematian.
Pengisapan udara yang mengandung 60 g/m3 berakibat fatal
dalam beberapa menit.
Pemaparan jangka panjang konsentrasi rendah gejala non
spesifik; lelah, sakit kepala, hilang nafsu makan.
Keracunan kronik abnormalita darah; defisiensi leukosit,
peningkatan
limfosit,
anemia,
penurunan
keping
darah
Gejala ini
kanker.
Moderately toxic melalui pernafasan dan penghisapan.
Low toxicity melalui pemaparan kulit.
Dapat ditolerir sampai 200 ppm dalam udara tanpa memberikan
efek negative.
Polisiklikk
kesadaran.
Benzo(a)pyrene
aromatic
hidrokarbon
Organooksigen
dimetabolisir
[7,8-diol-9,10-epoksida]-
Karakterisasi Limbah B3
Propilena oksida efek toksik lebih rendah.
1,2,3,4-butadiena epoksida (hasil oksidasi 1,3-butadiena
Alkohol
carcinogenic.
Methanol efek fatal bila terisap.
Acidosis pengaruh pd system saraf pusat dan saraf optic.
Pemaparan akut s/d dosis letal mabuk ringan diikuti kehilangan
kesadaran 10-20 jam, depresi jantung dan berakhir kematian.
Pemaparan sub letal kebutaan karena kerusakan saraf optic
dan sel ganglion retina.
Etanol mempunyai rentang efek thd sistem saraf pusat, menurut
kadar dalam darah:
0,05 % efek ringan penurunan tanggap
0,15-0,30 % intoksikasi
0,3-0,5 % stupor
5 % coma, kematian
n-butanol iritasi, toksisitas dibatasi tekanan uap yang rendah.
Alil alcohol CH2CHCH2OH (unsaturated/olefinic) alcohol iritasi
Fenol
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Aldehida &
keton
&
propenaldehida
(akrolein)
toksisitas
sepatu.
Asam format korosif thd jaringan
karboksilat
Eter
Anhidrida asam
ester
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Alifatik amina
Karbosiklik
aromatic amina
ureter dan pelvis, diduga juga thd paru, liver dan prostate.
Masuk tubuh lewat pernafasan, penghisapan & kulit.
1-naftilamin (alpha-naftilamin), 2-naftilamin (beta-naftilamin)
terbukti penyebab kanker kandung kemih.
Masuk tubuh lewat pernafasan, penghisapan & kulit.
Piridin
F. Identifikasi
Merupakan langkah awal dalam pengelolaan limbah B3 untuk menentukan
apakah suatu limbah termasuk limbah B3.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
-
Pemeriksaan karakteristik :
Uji toksikologi.
G. KARAKTERISASI TERBATAS
Penanganan limbah B-3 bersifat spesifik sesuai dengan jenis senyawaan
yang terkandung di dalamnya.
sifat
kelarutan
dalam
air
(water
solubility),
senyawa
Karakterisasi Limbah B3
NAMA SENYAWA
RUMUS KIMIA
etanol
Methanol
Isopropil alcohol
Propanon
Kloroform
Asam format
Asam asetat
Aniline
Dioxane
Dimetil eter
C2H5OH
CH3OH
CH3COHCH3
CH3COCH3
CH3Cl
HCOOH
CH3COOH
C6H5NH2
C6H8O2
CH3OCH3
KONDUKTIVITA
(S/cm)
1,3
1,3
0,2
0,7
0,0
184,8
7,1
0,5
0,0
0,0
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
G.5.2. Uji Sifat Oksidator
Sampel cair dapat langsung dikenakan uji berikut ini, untuk sample padat
dilarutkan terlebih dulu sebanyak 1 g dalam 100 mL akuades.
Tambahkan 5 mL H2SO4 2N dan 5 mL KI 5%. Perhatikan apakah timbul
warna coklat dari iod. Hal ini menunjukkan sifat potensi oksidator.
H. PENGOLAHAN LIMBAH B-3
Setelah diketahui sifat-sifat terpenting limbah B-3 dengan prosedur
karakterisasi di atas, dapat dilakukan proses pengolahan sebagai berikut :
H.1. Netralisasi
Tempatkan limbah dalam wadah penetralan, apabila berbentuk padatan
dilarutkan dengan air. Lakukan pengadukan, celupkan elektroda pH-meter
dan amati harga pH yang ditunjukkan. Tambahkan bahan penetral yang
sesuai (asam atau basa) dalam jumlah yang tepat (hasil uji lab.) Amati
perubahan pH sampai mencapai netral atau berkisar antara pH 6-8.
Selain dengan pH-meter dapat pula digunakan larutan indikator misalnya,
merah metal atau merah netral.
H.2. Pengendapan, Koagulasi/Flokulasi
Tempatkan limbah dalam wadah pengolahan. Tambahkan asam/basa
sambil
diaduk
sampai
diperoleh
nilai
pH
optimal
untuk
proses
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Bahan koagulan yang dapat digunakan antara lain: tawas aluminium
Al2(SO4)3 (NH4)2SO4.24H2O, poli aluminium klorida (PAC), FeCl 3, tawas
ferri Fe2(SO4)3 (NH4)2SO4.24H2O, atau dengan larutan Na2S.
H.3. Adsorpsi Dengan Karbon Aktif
Limbah cair diumpankan melalui kolom sorpsi berisi karbon aktif/granular
activated
carbon
(berat
karbon
aktif,
volume
dan
debit
limbah,
H.4. Oksidasi-Reduksi
Proses ini bertujuan mengubah sifat toksik limbah dengan penambahan
bahan pengoksidasi untuk terjadinya perubahan kimia komponenkomponen limbah. Sebagai contoh molekul organik dapat dirubah menjadi
karbon dioksida dan air atau menjadi suatu senyawa antara yang kurang
toksik dibandingkan strukturnya semula. Selanjutnya senyawa antara ini
dapat diolah lebih lanjut dengan metoda pengolahan biologi.
Lakukan karakterisasi terhadap limbah yang belum diketahui bersifat
reduktor atau oksidator sesuai prosedur karakterisasi. Tempatkan limbah
dalam wadah pengolahan dan lakukan pengadukan sambil ditambahkan
bahan pendukung agar dicapai kondisi optimal (misalnya kondisi asam
atau basa). Tambahkan bahan oksidator/reduktor yang sesuai jenis dan
jumlahnya. Bila diperlukan, lakukan penyinaran dengan lampu ultra violet
ataupun pemanasan sampai temperatur tertentu selama proses oksidasi.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Daftar Bahan Oksidator Dan Reduktor Untuk Mengolah Limbah
Oksidator
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Limbah
CN-, CNO-, Fe2+
CN-, sulfida, sulfur
Diklorometana
Fenol, sianida, alkena
Sulfida
Formaldehida, sianida
Reduktor
1.
2.
3.
4.
Limbah
Cr6+
Cr6+
TEL (tetra ethyl lead)
Cu2+
sulfida;
besi II;
diklorometana;
formaldehida;
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
H.5. Pertukaran Ion
Dengan proses ini ion-ion beracun dapat diikat oleh resin untuk kemudian
diimobilisasi.
Tambahkan larutan asam/basa kedalam limbah untuk mencapai pH
optimum, kemudian limbah tersebut dilewatkan kolom resin mixed-bed
ataupun kolom resin kation dan anion yang disusun seri. Cek apakah
efluen sudah memenuhi baku mutu air limbah untuk didispersi ke
lingkungan.
Lakukan
2.
PENANGANAN
diaduk.
Senyawa halida.
3.
Aldehida
sama air.
1. Serap dengan absorben kemudian bakar secara
(akrolein, kloral,
furfural, paraldehida).
4.
2.
1.
dalam insenerator.
Tuangkan kedalam NaHCO3 atau campuran pasir
senyawanya
(aldrin, klordan,
ke dalam insenerator.
Asam organik
tersubstitusi
Pusdiklat Batan
2.
Larutkan
kedalam
pelarut
organik
mudah
Karakterisasi Limbah B3
(asam benzen sulfonat,
asam kloroasetat,
asam trikloroasetat,
asam fluoroasetat).
6.
Amin aromatik
terhalogenasi dan
senyawa nitro;
dan bakar.
2. Serap dengan pasir + NaHCO3, campur dengan
diklorobenzena,
dinitroanilin, endrin,
metil isotiosianat,
7.
8.
scrubber.
nitrobenzene,
nitrofenol.
Senyawa amin
aromatik
(anilin, benzidin
[karsinogenik], piridin).
1.
sejenisnya
(malation, metil
paration, paration,
9.
tributil fosfat).
Basa alkali dan
10.
ammonia.
Bahan kimia oksidator
biarkan reaksi
12.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
kalsium hipoklorit berlebih. Biarkan 24 jam dan
buang ke dalam pembuangan air.
Nitril ditambahkan ke dalam campuran NaOHalkohol untuk membentuk sianat, biarkan 1jam.
Uapkan alkohol. Tambah kedalam residu sianat
sejumlah larutan basa kalsium hipoklorit berlebih.
Buang ke pembuangan air setelah dibiarkan 24
13.
Eter
jam.
Siramkan ke atas tanah terbuka, biarkan menguap
14.
Hidrokarbon, alkohol
antrasena, fenol,
sikloheksan, toluene,
dalam insenerator.
metil-akrilat, minyak
mentah).
15.
Asam organik
16.
Asam anorganik
dalam insenerator.
Tambahkan kedalam sejumlah besar NaOH dan
Ca(OH)2. buang campuran ke saluran air mengalir.
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
DAFTAR PUSTAKA
1.Dr. Milos Nedved, Dr. Soemanto Imamkhasani, Dasar-dasar Keselamatan
Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar, ILO, Jakarta, 1991.
2.Charles A. Wentz, Hazardous Waste Management, Mc Graw-Hill
Publishing Company, 1989.
3.Michael D. La Grega et All, Hazardous Waste Management, Mc GrawHill International Edition, 2001.
4.Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
5.Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun.
6.Stanley E. Manahan, Hazardous Waste Chemistry, Toxicology and
Treatment, Lewis Publishers, Inc., Michigan, 1990
Pusdiklat Batan
Karakterisasi Limbah B3
Pusdiklat Batan
LEVEL KODIFIKASI
LIMBAH B-3
PADAT
ORGANIK
CAIR
ORGANIK
ANORGANIK
ASAM
NETRAL
ANORGANIK
ASAM
FLAMABLE
UNIDENTIFIED
BASA
TOXIC
OKSIDATOR
OKSIDATOR
FLAMABLE
KOROSIF
TOXIC
KOROSIF
EXPLOSIF
TOXIC
TOXIC
EXPLOSIF
EXPLOSIF
BASA
ORGANIK
ANORGANIK
AROMATIK HC
ALIFATIK HC
UNSUR
ORGANO OKSIGEN
HAZARDOUS ELEMENTAL FORM
ORGANO NITROGEN
ORGANO HALIDA
SENYAWA
ORGANO SULFUR
SENYAWA ORGANOMETAL
ORGANO FOSFOR
POLYCHLORINATED BIPHENYL
SIFAT
HIGHLY FLAMMABLE
HIGHLY FLAMMABLE, EXPLOSIVE
HIGHLY FLAMMABLE, EXPLOSIVE
HIGHLY FLAMMABLE, IGNITABLE, TOXIC (blood abnormality leukemia)
TOXIC-CARCINOGENIC
ASETON
ASAM PROPIONAT
ORGANONITROGEN
METILAMIN
DIMETILNITROSAMIN
TRINITROTOLUENA
ORGANOHALIDA
ALKIL HALIDA
KLOROMETANA
DIKLOROMETANA
KARBON TETRAKLORIDA
DIKLORODIFLUOROMETANA
KLOROETANA
1,1,1-TRIKLOROETANA
ALKENILHALIDA
MONOKLOROETILENA
1,1-DIKLOROETILENA
Cis-1,2-DIKLOROETILENA
Trans-1,2-DIKLOROETILENA
TRIKLOROETILENA
TETRAKLOROETILENA
3-KLOROPROPENA
1,2-DIKLOROPROPENA
2-KLORO-1,3-BUTADIENA
HEKSAKLOROBUTADIENA
IRRITANT
ARYL HALIDA
MONOKLOROBENZENA
1,2-DIKLOROBENZENA
1,4-DIKLOROBENZENA
1,2,4-TRIKLOROBENZENA
HEKSAKLOROBENZENA
BROMOBENZENA
1-KLORO-2-METILBENZENA
PENTAKLOROFENOL
ORGANOSULFUR
METANATIOL
ETANATIOL
TOXIC
TOXIC
1-PROPANATIOL
2-PROPENA-1-TIOL
1-BUTANATIOL
2-BUTANATIOL
1-PENTANATIOL
ALFA-TOLUENATIOL
SIKLOHEKSNATIOL
1-DEKANATIOL
BENZENATIOL
DIMETIL SULFIDA
TIOFENA
TIOFANA
NITROGEN-ORGANOSULFUR
TIOUREA
1-NAFTILTIOUREA
FENILTIOUREA
METILISOTIOSIANAT
DIMETILSULFOKSIDA
DIMETILSULFON
SULFOLAN
SULFOKSIDA
DIMETILSULFOKSIDA
DIMETILSULFON
SULFOLAN
ASAM SULFONAT; SALT, ESTER
ASAM BUTANASULFONAT
ASAM BENZENASULFONAT
SODIUM-1(p-SULFOFENIL)DEKANA
TOXIC
IRRITANT,
VERY TOXIC-CARCINOGEN
TOXIC
MODERATELY TOXIC
TOXIC
IRRITANT-(mata, kulit, saluran cerna), TOXIC-(heat decomposed SO2, HCN)
METILMETANASULFONAT
ESTER ORGANIK DARI ASAM SULFAT
METIL-ASAMSULFAT
ETIL-ASAMSULFAT
SODIUM ETILSULFAT
DIMETILSULFAT
ORGANOFOSFOR
ALKIL & ARIL FOSFINA
METILFOSFINA
DIMETILFOSFINA
TRIMETILFOSFINA
FENILFOSFINA
TRIFENILFOSFINA
FOSFIN OKSIDA & SULFIDA
TRIETILFOSFIN OKDIDA
TRIBUTILFOSFIN OKSIDA
ESTER ORGANOFOSFAT
TRIMETILFOSFAT
TRIFENILFOSFAT
Tri-o-CRESILFOSFAT
TETRAETILPIROFOSFAT
ESTER FOSFOROTIONAT &
FOSFORODITIONAT
PARATION
KLOROTION
MALATION
TOXIC-CARCINOGEN
IRRITAN (kulit, mata, jaringan mukosa)
IRRITAN (kulit, mata, jaringan mukosa)
PRIMARY CARCINOGEN
Pembakaran P4O10 (CORROSIVE-IRRITANT-TOXIC)
REACTIVE GAS, HIGH TOXICITY
REACTIVE LIQUID, HIGH TOXICITY
REACTIVE, SPONTANEOUSLY IGNITABLE LIQUID, HIGH TOXICITY
REACTIVE, MODERATELY FLAMMABLE LIQUID, HIGH TOXICITY
LOW REACTIVITY, MODERATE TOXICITY
TOXIC (pembakaran fosfor oksida
MODERATELY TOXIC
MODERATELY TOXIC
VERY TOXIC
DISULFOTON
POLYHLORINATED BIPHENYLS
DIOXINS
DIBENZO-p-DIOXIN
2,3,7,8-TETRAKLORODIBENZOp-DIOXIN
2,4-DIKLOROFENOKSI ASAM ASETAT
HEKSAKLOROFEN