Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPAMONGPRAJAAN

Kepamongprajaan Sebagai Profesi dan


Kinerja
dan
Kepamongprajaan Sebagai Wawasan
Kesebangsaan

DISUSUN OLEH :

DIKI HERMAWAN
RYAN ADI KUSUMA
PRADYA PARAMITHA
PUTU EKA YUDA AGUSTIN LONG

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah

tentang

kepamongprajaan

sebagai

profesi

dan

kinerja

dan

kepamongprajaan sebagai wawasan kesebangsaan ini dengan baik meskipun


banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kepamongprajaan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jatinangor, 20 November 2016

Penulis

DAFTAR PUSTAKA
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: Rineka
Cipta.
Ndraha, Taliziduhu, 2009, GBPP Kybernologi dan Kepamongprajaan, Sirao
Credentia Center, Tangerang.
Visser,Leontine dkk, 2008, Bakti Pamong Praja di Era Transisi Kekuasaan
Belanda ke Indonesia, Kompas, Jakarta
Ndraha Taliziduhu, 2006, Kybernologi Sebuah Scientific Enteprise,SCC, Tanggerang
Ndraha, Taliziduhu, 2007,

Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan,

SSC,Tanggerang
http://kybernologi.org/Pemikiran_/GBPP_DAN_SAP_PENGANTAR_ILMU_PEME
RINTAHAN.pdf

http://kbbi.web.id/bangsa

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pelayanan Dengan Indikator Kualitas dan Nilai
2.2 Nilai-Nilai Stategis Seorang Pamongpraja
2.3 Arti dari Wawasan Kesebangsaan
2.4 Hubungan Pamongpraja dengan Wawasan Kesebangsaan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1
1
2

3
9
10
12

14
15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengertian Pamong Praja Asal kata "pamong" berasal dari bahasa Jawa
"among" atau emong. Dari kata among atau emong kemudian menjadi
pangamong atau pangemong artinya orang yang mengasuh atau orang yang
membimbing atau orang yang mendidik. Adapun istilah praja" berasai dari
bahasa Jawa kuno yang diartikan kerajaan atau negara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pamong Praja berarti pegawai Negeri yang mengurus pemerintahan Negara. Dalam Kamus Indonesia-Inggris
diterjemahkan Pamong Praja sebagai Civil Service. Jadi Pamong Praja dapat
diartikan sebagai pengasuh pemerintahan, atau abdi mayarakat.

Kepamongprajaan adalah sebagian dari tugas-tugas pemerintahan, yang


memerlukan pengetahuan luas dan mendalam terhadap berbagai aspek kehidupan
serta permasalahan yang dihadapi masyarakat, ketangguhan ideologis, seni
kepemimpinan yang tepat dan kemampuan menggerakkan masyarakat.
Dewasa ini Kepamongprajaan dapat di maknai sebagai jiwa kerja korps yang
berwawasan nusantara dan bersemangat kesebangsaan.oleh karena itu untuk lebih
memahami kepamongprajaan kita perlu juga mendalami apa arti sebenarnya dari
wawasan kesebangsaan. Selain itu kita ketahui bahwa saat ini pamongpraja
menjadi profesi yang paling disoroti kinerjanya sehingga dalam makalah ini kami
juga membahas mengenai kepamongprajaan sebagai profesi dan kinerja.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.
2.
3.
4.

Apa pengertian pelayanan dengan indicator kualitas dan nilai?


Bagaimanakah nilai-nilai strategis seorang pamong praja?
Apa pengertian dan makna dari wawasan kesebangsaan?
Bagaimana hubungan wawasan kesebangsaan dengan kepamongprajaan?

1.3 TUJUAN
Agar pembaca mengetahui dan memahami ilmu kepamongprajaan khususnya
dalam hal kepamongprajaan sebagai profesi, kinerja ,dan wawasan kesebangsaan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PELAYANAN DENGAN INDIKATOR


KUALITAS DAN NILAI
Pada saat ini pamong praja sangat dinilai kinerjanya dalam pemerintahan.
Sebelum itu kita harus mengetahui apa itu nilai, kualitas , serta apa yang
dimaksud dengan pelayanan. Pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa
yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli. Kualitas atau mutu adalah
tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu . Istilah ini banyak digunakan
dalam dalam bisnis, rekayasa, dan manufaktur dalam kaitannya dengan teknik dan
konsep untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa yang dihasilkan Nilai adalah
alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir

tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan
akhir yang berlawanan.
Kualitas dan nilai pamong praja dinilai dari kinerja pemerintahan. Kinerja
pemerintahan dapat memberikan dampak bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat
dengan kata lain bahwa kinerja pemerintah dapat dikatakan berkualitas, jika kehidupan
masyarakat menunjukan kehidupan yang lebih baik dan kinerja pemerintahan dikatakan
buruk apabila kehidupan masyarakat mengalami perlambatan peningkatan kesejahteraan.

Di Indonesa pelayanan public menjadi salah satu indicator penilaian


kualitas administrasi pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Baik
atau tidaknya administrasi public pemerintahan dilihan dari seberapa jauh
pelayanan publiknya sesuai dengan tuntutan, kebutuhann,dan harapan masyarakat.
Namun disisi lain pelayanan yang dilakukan oleh pemerintahan masing tergolong
tingkat kualitas pelayanan yang remdah, kecenderungan rendahnya tingkat
kulaitas pelayanan terjadi pada berbagai tingkatan birokrasi pemerintahan dari
pusat hingga ke daerah atau tingkat pemerintahan terendah. Pada saat ini
pemerintah menjalankan prinsip desentralisasi dalam menjalankan pemerintahan
dengan harapan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan mampu
memberikan pelayanan yang prima dan maksimal kepada masyarakat.
Adapun Tjiptono dan Diana memberikan pemahaman mengenai kata
kualitas yang mengandung pengertian :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kesesuaian dengan persyaratan.


Kecocokan dengan pemakaian
Pemakaian berkelanjutan
Bebas dari kerusakan
Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat
Melakukan segala sesuatu secara benar
Sesuatu yang bisa menyenangkan dan membahagiakan pelanggan

Dalam memahami pelayanan public perlu diketahui istilah melayani dan


pelayanan. Karena melayani dan pelayan merupakan dua kata yang saling
berkaitan. Melayani adalah membantu menyiapkan atau mengurus apa yang
diperlukan seorang. Pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan
atau yang diperlukan orang lain, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Kualitas

pelayanan public dapat diartikan sebagai standar yang harus di capai oleh lembaga
pemerintahan.
Pemerintahan adalah semua badan yang memproduksi,mendistribusi, atau
menjual alat pemenuh kebutuhan rakyat berbentuk jasa-publik dan layanan civil.
Kegiatan pelayanan public dalam prosesnya menunjukan hubungan dan
intraksi

antara

pemberi

pelayanan

(pemerintahan)

dan

penerima

pelayanan(masyarakat)
Baik buruknya pelayanan,menurut Kotler dimulai dari kebutuhan
masyarakat dan berakhir pada persepsi masyarahat.Dengan demikian,kualitas
pelayanan ditentukan sejauh mana pesepsi masyarakat sebagai pengguna layanan
dari pelayanan yang diterimanya. Dengan kata lain,kualitas selalu berfokus pada
persepsi masyarakat.
Setiap pelayanan public memiliki standar kualitas.Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara (MENPAN) melalui surat keputusan Nomor 81/1993 telah
memberikan pedoman yang menjadi acuan umum bagi instansi pemerintah baik di
pusat maupun di daerah. Dalam pedoman tersebut dijelaskan bahwa pelayanan
public harus diatur dalam tata laksana yang mengandung unsur-unsur sebagai
berikut :
1. Kesederhanaan dalam arti prosedur pelayanan public terserlenggara secara
mudah,lancer, dan cepat, serta mudah dipahami.
2. Kejelasan dan kepastian dalam arti adanya kejelasan dan kepastian
mengenai :
- Prosedur/ tata cara pelayanan
- Pesyaratan pelayanan baik teknis maupun administrative
- Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan

- Hak dan kewajiban bagi pemberi layanan maupun penerima pelayanan


umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan/kelengkapannya sebagai
alat untuk memastikan pemrosesan pelayanan umum
- Pejabat yang menerima keluhan masyarakat

3. Keamanan dalam arti proses dan hasil pelayanan umum dapat memberikan
keamanan dan kenyamanan serta memberikan kepastian hokum yakni berupa
sanksi bagi pihak yang tidak mentaati ketentuan yang berlaku.
4. Keterbukaan dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan dan segala hal-hal
yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat baik diminta
maupun tidak diminta.
5. Efisiensi dalam arti :
- Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memerhatikan
keterpaduan antara persyaratan dengna produk pelayanan yang diberikan
- Dicegah adanya pengulangan pemenuhan kelengkapan persyaratan, dalam
proses

pelayanannyamenyertakan

kelengkapan

dari

satuan

kerja/instansi

pemerintah lain yang terkait


6. Ekonomis dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan
secara wajar dengan memerhatikan :
-Nilai barang/jasa pelayanan umum dan tidak menuntut biaya tinggi diluar
kewajaran
-Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar hasil pelayanan.
-Ketentuan perundang-undangan yang berlaku
7. Keadilan yang merata dalam arti cakupan atau jangkauan pelayanan umum
harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan
secara adil

8. Ketepatan waktu dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat


diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Berkualitas mempunyai arti arti memuaskan kepada yang dilayani atas
tuntutan maupun perayaratan yang disampaikan oleh masyarakat. Kualitas pada
dasarnya menjadi penentu bagi sebuah pelayanan public dikatan baik atau buruk,
oleh karenanya dalam setiap penelitian tentang pelayanan public atau untuk
mengetahui pelayanan public baik atau buruk maka aspek kualitas menjadi
sorotan yang mendalam. Secara kasat mata sebuah pelayanan dapat dikatakan
memiliki kualitas pelayanan yang baik ditandai oleh suatu sikap atau cara
karyawan dalam melayani masyarakat secara memuaskan.
Dilihat dari segi pemerintahan maka [pelayanan adalah proses kegiatan
pemenuhan kebutuhan masyarkat berkenaan dengan hak-hak dasar dan hak
pemberian yang wujudnya berupa jasa dan layanan.
Menurut Parasurahman ada lima dimensi dalam menilai kualitas jasa atau
pelayanan,yaitu
1. Tangibles, tercermin pada fasilitas fisik, peralatan,personil, dan bahan
komunikasi
2. Realibility, kemampuan memenuhi pelayanan yang dijanjikan secara
terpercaya
3. Responsiveness, kemauan untuk membantu pelanggan dan menyediakan
pelayanan yang tepat
4. Assurance, pengetahuan dari para pegawai dan kemampuan mereka untuk
menerima kepercayaan dan keyakinan
5. Emphaty, perhatian individual diberikan oleh perusahaan kepada para
pelanggan
Lebih lanjut menurut Kotler terdapat lima determinan kualitas pelayanan yang
dapat dirinci sebagai berikut :

1. Keterandalan yaitu kemauan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan


dengan tapat dan terpercaya
2. Kesersponsifan yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasa dengan cepat
3. Keyakinan yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
merka untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan
4. Empati yaitu syarat untuk peduli, memberikan perhatian, pribadi bagi
pelanggan
5. Berwujud yaitu penampilan fasilitas fisik.
Dalam pelayanan public di Indonesia sering muncul pernyataan kalau bisa
dipermudah mengapa dipersulit?. Pernyataan ini muncul karena dalam
pemberian pelayanan public tidak memerhatikan norma yang baik dan benar,
standar pelayanan yang sesuai, hukum yang berlaku atau kepastian hukum, serta
karena adanya budaya yang salah yang berkembang di Indonesia.
Norma adalah ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat. Ketentuan tersebut mengikat bagi setiap manusia yang hidup dalam
lingkungan berlakunya norma tersebut, dalam arti setiap orang yang hidup dalam
lingkungan berlakunya norma tersebut harus menaatinya. Dalam memberikan
pelayan tentunya kita harus memerhatikan norma serta etika kita. Sebagai aparatur
Negara haruslah bekerja secara ikhlas dan tidak menginginkan imbalan lebih
termasuk melakukan pungutan liar dengan iming-iming mempercepat pelayanan.
Standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai
kewajiban dan janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan
yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur .. Dalam pemerintahan
terdapat standar pelayanan minimal yang berlaku. Standar Pelayanan Minimal
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Dalam
melayani masyarakat, aparatur Negara haruslah selalu memerhatikan standar

minimal pelayanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang maksimal


kepada masyarakat dan masyarakat merasakan kepuasan yang maksimal terhadap
pelayanan yang diberikan.
Hukum adalah sebuah aturan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
kita sehari-hari. Setiap sudut dalam kehidupan kita pasti terkait atau ada dalam
naungan hukum. Hukum memiliki pengertian yang sangat luas. Hukum adalah
aturan yang memayungi kita dari adanya penyalahgunaan terhadap kekuasaan.
Dan hukum juga adalah alat yang bisa digunakan untuk menegakan atau mencari
keadilan. Setiap memberikan pelayanan public kepada masyarakat haruslah
memerhatikan hukum yang berlaku karena dalam memberikan pelayanan public
harus terdapat kepastian hokum agar pelayanan yang diberikan tidak bertentangan
dengan hokum dan sesuai peraturan.
Kemudian di Indonesia berkembang budaya pungli (pungutan liar) yang
dilakukan oleh birokrasi pemerintahan. Pungutan liar tersebut dilakukan kepada
masyarakat yang ingin mendapat perlakuan atau pelayanan lebih dari aparatur
sipil Negara. Para birokrat pemerintahan mengiming-imingi akan mempercepat
proses pelayanan apabila ada sejumlah uang yang diberikan kepada mereka.
Bahkan budaya ini sangat sulit dihilangkan dari Indonesia. Perlu dilakukan
perbaikan etika dan moral para birokrat agar budaya ini tidak terus berkembang
di Indonesia.

2.2 NILAI-NILAI STRATEGIS SEORANG PAMONG


PRAJA
1. Makna Strategis Pamong praja
Dalam suasana demokrasi Pancasila maka fungsi Pamong praja di daerah
jangan dianggap remeh sebab korps inilah yang harus mendukung kepentingan
Pemerintah

Pusat.

Pamongpraja

tidak

boleh

diombang-ambingkan

oleh

pergolakan politik di daerah karena korps ini membina atau mendukung ideology
negara. Sehubungan dengan itu maka alat pemerintah pusat di daerah harus
diperkuat. Pemilihan kepala daerah dan pengangkatan pegawai-pegawai
pamongpraja sedikit-banyaknya harus ditekankan pada faktor pendidikan karena

semakin kompleks masyarakat semakin kebutuhan akan tenaga ahli yang


mempunyai leadership. Maka perlunya didirikannya sekolah kepamongprajaan
untuk memupuk kader-kader pemimpin dan kader pamong praja yang bisa
menjadi leader di masa yang akan datang. Usaha untuk memupuk kader-kader
tersebut diwujudkan melalui pendidikan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negeri (STPDN) yang kemudian bergabung dengan IIP (Institut Ilmu
Pemerintahan) dan sekarang menjadi IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri).

2. Legitimasi bagi pamongpraja


Legitimasi tak dapat terpisahkan dari kekuasaan serta praktis yang berkaitan
berkaiatan dengan tingkat akseptabilitas pamongpraja di tengah masyarakat.
Pamong praja memiliki posisi strategis di tengah masyarakat maka penting untuk
melaksanakan konsep legitimasi. Legitimasi menyangkut keyakinan moral yang
menguatkan hak untuk memanfaatkan berbagai sumber daya. Kemerosotan
legitimasi pemimpin pada akhirnya berkaitan dengan penolakan public atas
kepemimpinan Negara. Kepemimpinan pemerintahan di Indonesia adalah satu
jenis kepemimpinan di bidang pemerintahan. Ini membedakan dengan jenis
kepemimpinan pada porganisai lain seperti perusahaan. Kepemimpinan pada
dasranya adalah gejala kelompok. Kepemimpinan adalah seni atau kemampuan
mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan apa saja. Leader
(pemimpin) melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan kepemimpinannya
(leadership). Memimpin pada hakekatnya adalah melayani bukan dilayani, sama
seperti pergeseran makna dari pangreh praja yang dulunya bermakna raja yang
dilayani menjadi pamong praja yang melayani. Ini artinya seorang pamong paraja
merupakan kader pemimpin pemerintahan yang harus melayani kebutuhan
masyarakat.Dewasa ini kepemimpinan pemerintahan lebih diharapkan pada upaya
untuk membangun harapan dan mimpi, bukan sekedar memerintah dengan
segenap otoritas yang melekat. Inti dari manajemen pemerintahan adalah
kepemimpinan, maka kepemimpinan menjadi faktor esensial dalam pencapaian
tujuan bersama.Tujuan bersama tersebut diperjuangkan oleh organisasi istimewa
yaitu pemerintah. Demikian setidaknya pemerintah menujukkan kegiatan atau

proses dan para pejabat yang memerintahkan serta bagaimana cara atau metode
dimana keseluruhan tujuan tadi dapat diwujudkan. Akhirnya, kepemimpinan
pemerintahan Indonesia merupakan refleksi dari keseluruhan indikasi di atas
dalam rangka mewujudkan tujuan sebagaimana termuat dalam konstitusinya.

2.3 ARTI DARI WAWASAN KESEBANGSAAN


Pertama mari kita ketahui apa arti dari kesebangsaan,disini kita jangan
menyamakan arti dari kesebangsaan dengan kebangsaan.Kebangsaan dan
kesebangsaan memang berasal dari kata dasar yang sama yaitu bangsa.Bangsa
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kelompok masyarakat yang
bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan
sendiri
Kebangsaan berasal dari kata bangsa yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal
keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan
kebangsaan mengandung arti
(1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa,
(2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa,
(3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.

Sedangkan kesebangsaan berawal dari kata sebangsa/sebangsa/ n yang


artinya 1 sama bangsanya; atau satu bangsa
Dengan demikian wawasan kesebangsaan tidak dapat disama artikan
dengan wawasan kebangsaan, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
dinyatakan bahwa secara etimologis istilah wawasan berarti: (1) hasil
mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang.
Itu artinya wawasan kebangsaan merupakan cara pandang bangsa
Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan

Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan


pertahanan keamanan.
Dan wawasan kesebangsaan merupakan cara pandang bangsa Indonesia
dalam ke tunggal ikaan dan menjadi satu dalam suatu bangsa
Dalam Kybernologi,

nationaslism diartikan

sebagai kesebangsaan

(Indonesia: bhinneka tunggal ika, Amerika:e pluribus unum).


Nasionalisme dalam arti kesebangsaan itu berakar dalam filsafat Bhinneka
Tunggal Ika tersebut di atas.
Jika di Amerika unum diartikan kesebangsaan
sebagai hasil proses melting pot ratusan tahunan berbagai budaya
heterogen sedunia yang tumpah ruah di Amerika, di Indonesia tunggal ika
diartikan sebagai bentuk negara dengan harga mati, yaitu negara kesatuan
Bhinneka Tunggal Ika,diartikan sebagai faham kesebangsaan (bukan kebangsaan)

2.4 HUBUNGAN PAMONG PRAJA DENGAN WAWASAN


KEBANGSAAN

Sebagaimana kita ketahui bahwa Kepamongprajaan adalah jiwa kerja


korps yang berwawasan nusantara dan bersemangat kesebangsaan.
Pamongpraja adalah lembaga dekonsentrasi. Lembaga dekonsentrasi
adalah simbol pemerintahan pusat sebagai wujud bentuk Negara kesatuan.
Lembaga ni harus semakin kuat dengan semakin otonomnya daerah-daerah, guna
mengarahkan kemaj uan daerah otonom pada kesebangsaan Indonesia (tunggal
ika) melalui proses konvergensi
kepamong-prajaan mengemban misi suci (mission sacre) bangsa dan
negara, yaitu mengelola keunikan tiap masyarakat menjadi kekuatan matarantai nusantara, mengurangi kesenjangan vertikal dan horizontal antar

masyarakat secepatnya dan memproses kesebangsaan guna mewujudkan


Bhineka Tunggal Ika. Misi itu diselenggarakan melalui strategi pemerintahan
yaitu redistribusi nilai-nilai yang dihasilkan oleh subkultur ekonomi melalui
pelayanan kepada subkultur pelanggan, baik pelayanan civil sebagai kewajiban
Negara maupun pelayanan publik sebagai kewenangan pemerintah.
Pamong praja (sebelumnya disebut pangreh praja sampai awal
kemerdekaan) dalam sejarah pemerintahan daerah di Indonesia memiliki peran
yang sangat strategis, karena pamong praja tidak saja memainkan peran sebagai
abdi negara dan abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan masyarakat
tapi juga peran strategis dalam menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia.
Pamong praja berperan dalam mengelola berbagai keragaman dan mengukuhkan
keutuhan Negara. Ndaraha (2009) mengatakan pamong praja adalah mereka yang
mengelola kebhinekaan dan mengukuhkan ketunggalikaan.

Kualitas

tertinggi

kepamongprajaan

adalah

kenegarawanan.

Seorang

negarawan menghasilkan pikiran-pikiran besar (magnanimous), memandang


sejauh mungkin ke depan, berwatak impartial, dan non partisan. Berperan
menjalankan misi pemerintahan Indonesia yaitu mengelola keunikan tiap
mayarakat menjadi keuatan mata rantai nusantara, rnengurangi kesenjangan
vertical antar lapisan masyarakat dan mengurangi kesenjangan horizontal antar
daerah secepatnya, sehingga " the people who get the pain are the
people who share the gain," dan memproses kesebangsaan guna mewujudkan
Bhinneka Tunggat lka, adalah Kementrian Dalam Negeri
Pamong praja Sebagai kekuatan visioner yang mengatasi waktu dan
tempat, yaitu membaca tanda-tanda zaman, bersikap dalam ketidak- pastian, dan
mengantisipasi sejauh mungkin masa depan, sehingga proses kesebangsaan dari
kebhinekaan menuju ketunggal-ikaan terus-menerus berjalan. Berdasarkan
kekuatan itu, kepamong-prajaan mengemban misi suci (mission sacre) bangsa dan

negara, yaitu mengelola keunikan tiap masyarakat menjadi kekuatan mata-rantai


nusantara, mengurangi kesenjangan vertikal dan horizontal antar masyarakat
secepatnya dan memproses kesebangsaan guna mewujudkan Bhineka Tunggal
Ika. Misi itu diselenggarakan melalui strategi pemerintahan yaitu redistribusi
nilai--nilai yang dihasilkan oleh subkultur ekonomi melalui pelayanan kepada
subkultur pelanggan, baik pelayanan civil sebagai kewajiban Negara maupun
pelayanan publik sebagai kewenangan pemerintah.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kualitas dan nilai pamong praja dinilai dari kinerja pemerintahan. Kinerja
pemerintahan dapat memberikan dampak bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat
dengan kata lain bahwa kinerja pemerintah dapat dikatakan berkualitas, jika kehidupan
masyarakat menunjukan kehidupan yang lebih baik dan kinerja pemerintahan dikatakan
buruk apabila kehidupan masyarakat mengalami perlambatan peningkatan kesejahteraan.
Pada intinya pamong praja merupakan profesi yang kinerja dan pelayanannya kepada
masyarakat dijadikan indicator kualitas pelayanan.
Seorang pamong praja memiliki makna strategis bahwa dalam suasana

demokrasi Pancasila maka fungsi Pamong praja di daerah jangan dianggap remeh
sebab korps inilah yang harus mendukung kepentingan Pemerintah Pusat.
Pamongpraja tidak boleh diombang-ambingkan oleh pergolakan politik di daerah
karena korps ini membina atau mendukung ideology negara. Kemudian pamong
praja memiliki posisi strategis di tengah masyarakat maka penting untuk

melaksanakan konsep legitimasi. Legitimasi menyangkut keyakinan moral yang


menguatkan hak untuk memanfaatkan berbagai sumber daya.
Bahwa setiap masyarakat mempunyai budaya sendiri antara masyarakat
satu dengan yang lain sehingga terjadi keberagaman dan tidak bisa disatukan
kulturnya. Oleh karena itu maka kita sebagai bangsa indonesia yang memegang
teguh prinsip kesebangsaan dalam bhineka tunggal ika maka tidak harus
memberikan toleransi antar masyarakat dan bangga terhadap perbedaan sehingga
menjadi mata raintai guna persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Seorang
pamong praja harus mengerti tentang perbedaan budaya dan harus memberikan
toleransi kepada masyarakat yang mempunyai budaya kebiasaan dan adat istiadat
yang sudah diturunkan oleh nenek moyang sejak dulu. Pamong praja yang
notabene sebagai ujung tombak dari pelaksana pemerintahan.

3.2 SARAN
IPDN ditetapkan bahwa IPDN merupakan komponen Kementrian Dalam
Negeri yang menyelenggarakan pendidikan kedinasan Kader Pamong Praja.
istilah "Pamong Praja":
Oleh karena itu Sebagai lembaga di lingkungan Departemen Dalam
Negeri. Kualitas lembaga diharapkan profesional agar kinerjanya dapat lebih baik
dan berkualitas tinggi. Sebagai kekuatan visioner yang mengatasi waktu dan
tempat, yaitu membaca tanda-tanda zaman, bersikap dalam ketidak- pastian, dan
mengantisipasi sejauh mungkin masa depan, sehingga proses kesebangsaan dari
kebhinekaan menuju ketunggal-ikaan terus-menerus berjalan. Berdasarkan
kekuatan itu, kepamong-prajaan mengemban misi suci (mission sacre) bangsa dan
negara, yaitu mengelola keunikan tiap masyarakat menjadi kekuatan mata-rantai
nusantara, mengurangi kesenjangan vertikal dan horizontal antar masyarakat
secepatnya dan memproses kesebangsaan guna mewujudkan Bhineka Tunggal
Ika.

Anda mungkin juga menyukai