2.pembumian Netral Sistem PDF
2.pembumian Netral Sistem PDF
Seminar
Oleh
Kartawan Muchtar
PT PLN (Persero) Jasdik
Wahyudi Sarimun.N
PT PLN (Persero) Jasdik
ABSTRAK
Pentanahan sistem pada Sistem Tenaga Listrik mulai dari Pusat Listrik sampai dengan gardu Distribusi,
sangat diperlukan., Pentanahan pada sistem Tegangan Rendah digunakan untuk mengurangi tegangan
sentuh kalau pada peralatan listrik pelanggan mengalami kebocoran listrik.
Pentanahan pada sistem Tegangan Tinggi atau Tegangan Menengah digunakan untuk mengurangi arus
hubung singkat jika terjadi gangguan satu fasa ketanah.
Pemasangan pentanahan sistem dapat dipasang di Generator atau transformator tenaga dengan
hubungan belitan wye (Y), untuk sistem kelistrikan kecil pentanahan ini tidak diperlukan (floating),
tetapi untuk sistem yang besar perlu sekali sistem pentanahan seperti pentanahan mempergunakan
Resistansi, Peteson coil dan solid.
Pemilihan pentanahan yang akan dipasang perlu melihat pasokan daya dari Pusat Listrik ke beban dan
besarnya arus gangguan fasa ketanah, misalnya yang sekarang banyak di anut oleh sistem kelistrikan di
Indonesia mempergunakan tahanan 40 Ohm. Hal ini jika terjadi gangguan 1 - ketanah, pada sistem
besar seperti di Jawa tidak berpengaruh pada mesin-mesin penggerak mulanya (prime-over), tetapi untuk
sistem kecil yang dipasok dari PLTD beroperasi isolated tersebar di pulau-pulau kecil sangat
berpengaruh sekali terhadap mesin penggerak mulanya.Hal ini terjadi karena pada saat gangguan 1 fasa
- ketanah menyebabkan terjadinya gaya lintang unbalance pada poros generator mesin yang
menimbulkan moment lentur cukup besar, sehingga terjadi tegangan lentur berlebihan antara generator
dan crankshaft, yang menyebabkan konsentrasi tegangan, pada bagian-bagian crankshaft dan bearing.
Bagian-bagian inilah yang sering mengalami kerusakan.
Kejadian seperti tersebut diatas sangat merugikan jika terjadi gangguan satu fasa ketanah yang dapat
merusak mesin PLTD (prime over), sehingga pasokan daya dari Pusat listrik terhenti.
Pada makalah ini, mencoba mempelajari terjadi gangguan 1 - ketanah yang menyebabkan kerusakan
pada mesin PLTD dan pada lampiran memberikan perbandingan sistem pentanahan (mengambang,
pentanahan Resistans, pentanahan Peterson Coil, dan pentanahan Solid).
Kata kunci: Pentanahan netral, Arus gangguan 1 - ketanah
*)
I.
PENDAHULUAN
Jaringan distribusi primer 20 kV di
Indonesia ada yang mempergunakan saluran kabel bawah tanah dan Sebagian
besar (70%) mempergunakan saluran udara
Tegangan Menengah (SUTM) yang
melintasi udara terbuka, pada jaringan ini
banyak gangguan-gangguan yang tak dapat
dihindari seperti gangguan karena petir atau
gangguan yang diakibatkan pepohonan dan
binatang. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya hubung singkat antar fasa (3 fasa
atau 2 fasa) atau gangguan hubung singkat
1 fasa ke tanah, yang dapat bersifat
travers atau kawat tanah pada SUTM) karena sambaran petir, atau flashover dengan
pohon-pohon yang tertiup angin dan
sebagainya.
Pada
gangguan
ini yang
tembus
(breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh
karena itu tidak ada kerusakan yang
permanen. Setelah arus gangguannya
terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh relay pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut
siap dioperasikan kembali.
Jika terjadi gangguan 2 fasa, arus hubung
singkatnya biasanya lebih kecil daripada
arus hubung singkat 3 fasa. Kalau tahanan
gangguan diabaikan arus hubung singkat 2
fasa kira-kira : 3 (=0,866) kali arus
hubung singkat 3 fasa.
Jika terjadi gangguan 1 fasa-tanah, Arus
gangguan 1 fasa ke tanah hampir selalu
lebih kecil daripada arus hubung singkat 3
fasa, karena di samping impedansi urutan
nolnya pada umumnya lebih besar daripada
impedansi urutan positifnya, gangguan
tanah hampir selalu melalui tahanan
gangguan, misalnya beberapa ohm yaitu
tahanan pentanahan kaki tiang dalam hal
flashover dengan tiang atau kawat tanah,
atau beberapa puluh atau ratusan ohm
dalam hal flashover dengan pohon.
Di samping itu untuk sistem dengan
pentanahan melalui tahanan yang terpasang
pada generator atau transformator yang
dihubungkan Y, tahanan pentanahan netral
itu juga akan membatasi arus gangguan 1
fasa ke tanah.
II. PENTANAHAN MEMPERGUNAKAN
TAHANAN
Gangguan 3 fasa dan gangguan 2 fasa dapat
yang terjadi pada jaringan distibusi 20 kV
dapat di clear kan oleh Over Current Relay
yang terpasang di outgoing feeder, tetapi
gangguan 1 fasa ke tanah dapat di clearkan
oleh Ground Fault Relay.
Pada Sistem Tenaga Listrik yang dipasok
dari Pusat listrik dan transformator dipasang bermacam-macam pentanahan, antara
lain: Tanpa pentanahan (Floating), Pentanahan melalui Peterson coil, Pentanahan
solid dan Pentanahan melalui Tahanan.
Penjelasan tentang kerugian dan keuntungan dari bermacam-macam pentanahan dapat dilihat pada lampiran.
Seminar
Hal
ini
dapat
dihitung
mempergunakan
persamaan
berikut:
P (Watt) =
Vph2
R
Seminar
dengan
sebagai
Watt
Dimana:
P = Daya yang diserap oleh mesin (Watt)
V = Tegangan fasa netral (Volt)
R = Tahanan pentanahan yang terpasang
di trafo hubungan Y (Ohm)
Connecting rod
(20 / 3 ) 2
= 3,33 MW
40
Bantalan
Pg1
Fasa T
PX2
B
PX1
Pg2
Fasa S
Moment lentur
Gen
P=
(20000/ 3 ) 2
= 0,266 MW
500
3
B
C
Data-data
1. PLTD:
A : 1,5 MVA, 6,3 kV, Xd = 2,5%,
NGR = 500 Ohm
B : 1,5 MVA, 6,3 kV, Xd = 2,5%,
NGR = 500 Ohm
2. Impedansi jaringan:
a. Jaringan AC & Jaringan BC
Z1 = Z2 = 2,811 + j 4,297 Ohm
Zo =
4,720 + j 21,034 Ohm
b. Z1 = Z2 = 5,621 + j 8,596 Ohm
Zo =
9,4406 + j 42,068 Ohm
1. Pentanahan mempergunakan tahanan
500 Ohm
Tabel 1
Kap
kVA
Gen- A 1500
Gen- B
1000
Kap/
fasa
Power Power
(R) (S)
Power
Ter
serap
kVA (kWatt) (kWatt) (kWatt) (kW)
500
283,38
6,454
Power
(T)
8,922
298,75
-8,922 207,65
0,000
506,40
Kap/
fasa
kVA
kVA
Power
(R)
Power
(S)
Power
(T)
Seminar
(kW)
Gen- A 1500
Gen- B 1000
500
0,000 1056,87
Power
Ter
BUKU PUSTAKA
1. Standar PLN No 88 tahun 1991 SPLN No 2
tahun 1978 dan SPLN no 12 tahun
1980
Seminar
Seminar
LAMPIRAN
B
VBN
B
N
VCN
VBG
VCG
VNG
VAN
ICC
ICT
A
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN
Gambar 1: Vektor tegangan sistem kondisi normal
A,G
ICB
Seminar
Dalam keadaan normal, dan dengan menganggap kapasitansi tiap fasa dari jaringan sama besar,
maka besar tegangan tiap fasanya ketanah sama dengan besar tegangan tiap fasa ke Netral, dan
vektor tegangan sistem VAN, VBN, VCN dapat dilihat seperti pada gambar 1.
Dalam keadaan gangguan satu fasa ketanah (misalnya fasa A), maka potensial fasa A akan berimpit
dengan tanah (G) sekaligus kapasitansi jaringan fasa A terhubung singkat ketanah oleh gangguan
tersebut, sehingga tegangan N (netral), fasa B dan fasa C terhadap tanah akan naik seperti digambarkan sebagai VNG, VBG, VCG di gambar 2. pada kondisi ini terlihat bahwa tegangan fasa yang sehat
(fasa B dan fasa C) naik sebesar 3 kali tegangan Eph. Hal inilah yang mengharuskan kelas isolasi
dari peralatan instalasi berpegang kepada tegangan fasa-fasa. Belum lagi akibat arus kapasitif yang
mengalir di titik gangguan, jumlah penyulang yang banyak dan panjang akan menghasilkan arus
kapasitif total cukup besar, gangguan satu fasa ketanah yang ter-putus-putus (arc), sementara
tegangan fasa sehat yang masih bertahan sebesar 3 terhadap tanah, maka sewaktu sinusoidal arus
kapasitif yang mengalir di fasa A sedang berada pada level nol, se-olah-olah fasa A terlepas
hubungannya dari tanah, pada saat yang singkat itu tegangan fasa A seperti terlempar berputar
dengan garis sumbu yang menyinggung titik tegangan fasa B dan fasa C. Naiknya tegangan fasa A
dengan cara demikian, membuat fasa A di titik gangguan terpukul arc kembali (restricking) dan
kejadian ini berulang pada setiap siklus sinusoidal arus gangguan kapasitif di fasa A. Peristiwa ini
biasa disebut dengan arcing ground dimana tegangan fasa yang terganggu ke tanah sesaat dan
berulang kali bisa naik sampai 3xEph yang membahayakan isolasi peralatan instalasi.
A
VAG
N
C
Sumbu putar
N
VBG
VCG
VNG
ICC
ICT
A,G
ICB
Kalau panjang jaringan distribusi TM tidak terlalu panjang, arus gangguan kapasitif sewaktu
gangguan satu fasa ketanah temporer tidak terlalu besar (beberapa amper saja), maka gangguan
tanah tersebut dapat clear sendiri tanpa harus ada pemutusan penyulang, sedangkan untuk gangguan
satu fasa ketanah yang permanen, maka sistem penyaluran distribusi masih dapat berjalan selama
gangguan satu fasa ketanah terjadi sementara konsumen tidak merasakan adanya gangguan tanah
tersebut. Kalau gangguan tanah itu terjadi akibat kawat fasa putus jatuh ketanah, maka selama
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN
Seminar
kawat fasa itu tidak diangkat oleh manusia, tidak menjadi masalah, tetapi bila kawat fasa tersebut
diangkat oleh manusia sehingga terlepas hubungannya dengan tanah, maka kawat fasa itu akan
kembali bertegangan yang membahayakan manusia.
Penyelesaian masalah diatas adalah dengan memasang Relai Tegangan Lebih gangguan tanah di
Bus TM yang mentripkan semua Penyulang (untuk jumlah penyulang yang tidak terlalu banyak),
kemudian gangguan tanah dicari pada satu persatu penyulang.
Gangguan tanah yang terjadi tidak menyerap Power dari Generator, karena arus gangguannya
adalah arus kapasitif.
B
VBN
B
N
VCN
VBG
VCG
VNA
Seminar
Kondisi normal, bentuk vektor tegangan masih seimbang seperti terlihat pada gambar 6. Pada
kondisi gangguan satu fasa ketanah, segitiga tegangan menjadi sedikit tergeser. Arus gangguan satu
fasa ketanah tidak murni resistif, komponen reaktif jaringan yang membuat pergeseran ini.
Tegangan Netral terhadap tanah (VNG) dibentuk oleh tegangan drop di Tahanan pentanahan,
sementara tegangan antara terminal fasa A dan tanah dibentuk akibat arus balik yang membuat drop
tegangan pada reaktansi jaringan (yang dinilai dominan reaktansi dari pada resistansi), sehingga
vektor tegangan ini dapat digambarkan seperti pada gambar 7.
Pergeseran segitiga tegangan ini, diperkirakan tidak terasa disisi konsumen, begitu juga kedip
tegangan akibat terjadinya gangguan tanah di jaringan distribusi 20 kV.
Tetapi pergeseran segitiga tegangan ini akan berbeda bila terjadi pada jaringan yang dipasok oleh
sistem dengan pembangkit-pembangkit skala kecil dimana reaktansi jaringan termasuk reaktansi
Trafo daya mempunyai nilai yang tidak bisa diabaikan terhadap nilai tahanan pentanahan.
C
B
VBG
ICT
ICC
VCG
VNA
G
ICB
Gambar 8: Vektor tegangan dan arus saat gangguan tanah pada sistem
dengan pasokan mesin/generator kecil
Gangguan tanah di suatu titik di jaringan dapat menggeser segitiga tegangan menjadi tidak simetris
lagi, terutama dirasakan pada sisi hilir jaringan yang kira-kira seperti gambar 8. Kalau kondisi
demikian itu terjadi maka dapat dilihat bahwa tegangan salah satu fasa (yang leading terhadap fasa
terganggu, dalam hal ini ECG) akan naik lebih besar dari 3 kali Eph dan akan membuat :
1. Stress over voltage pada seluruh isolator di fasa tersebut di sepanjang jaringan
2. Arus gangguan tanah yang mengalir di Tahanan pentanahan (NGR) menarik unbalance power (watt)
dari Generator yang kemungkinan lebih besar dari kapasitas per fasanya.
Pada pemahaman awal dalam pemilihan sistem pentanahan Tahanan, akibat nomor 1 masih dapat
ditahan selama Relai Gangguan Tanah bekerja cepat, sehingga stress voltage pada isolator segera
hilang, tetapi dalam operasi penerapan sistem pentanahan ini, akibat nomor 2 sudah menjadi keluhan
bagi unit-unit PLN yang hanya mempunyai pembangkit skala kecil (PLTD). Kejutan sesaat arus
Seminar
komponen Watt yang unbalance diperkirakan menghasilkan kejutan unbalance pula di poros mesin.
Selanjutnya dilaporkan terjadi kerusakan disekitar poros mesin (crank shaft atau bearing).
Dari keluhan ini, perlu kiranya meninjau kembali ketetapan/SPLN yang mengatur pentanahan Netral
sitem 20 kV (Distribusi TM) khususnya untuk sistem yang dipasok oleh pembangkit skala kecil,
untuk menghindari kerusakan mesin akibat gangguan satu fasa ketanah di jaringan.
B
VBN
B
N
VCN
VBG
VAN
VCG
VNG
ICC
A
ICT
LL
A,G
ICB
Seperti halnya uraian vektor tegangan dan arus pada sistem Netral mengambang, pada kondisi
normal tagangan sistem tiap fasanya seimbang (selama nilai kapasitansi jaringan ketanah seimbang
pada tiap fasanya) dan vektor tegangan ini ditunjukkan pada gambar 4. Pada kondisi gangguan satu
fasa (A) ketanah, arus kapasitif pada uraian vektor arus pada sistem Netral mengambang
dikompensir oleh arus induktif IL sehingga di titik gangguan tanah arus kapasitif jaringan dan arus
induktif dari sistem pentanahan netral saling menjumlahkan. Karena vektor arus kapasitif dan arus
induktif berbeda fasa 180 , maka besar arus gangguan tanah di titik gangguan tanah menjadi saling
mengurangi dan menjadi kecil. Mengingat resonansi pada frekwensi dasar antara Induktansi
kumparan Peterson dan kapasitansi jaringan jangan sampai terjadi, yang maksudnya untuk
menghindari impedansi maksimum yang bisa menyebabkan terjadinya tegangan lebih, maka nilai
induktansi L di set agak sedikit bersifat kompensasi lebih atau kompensasi kurang.
Untuk tetap menjaga agar arus gangguan tanah selalu kecil sehingga tidak terjadi Arcing Ground,
pe-ngembangan jaringan distribusi akibat bertambah luasnya daerah pelayanan yang memberi
konsekwensi bertambah besarnya arus kapasitif sewaktu gangguan satu fasa ketanah, maka setelan
nilai reaktansi Peterson Coil perlu selalu diperiksa apakah masih sesuai dengan nilai reaktansi
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN
10
Seminar
kapasitif jaringan. Jadi diperlukan personil (engineer) yang selalu mengikuti perkembangan
jaringan agar keandalan sistem penyaluran distribusi tetap terjaga dengan baik.
Bila gangguan tanah yang terjadi adalah gangguan tanah permanen, maka sistem dapat berjalan
terus tanpa pemutusan bagian yang terganggu itu. Pada kondisi ini konduktor fasa yang terganggu
ketanah tetap berpotensial nol terhadap tanah, sementara naiknya tegangan dua fasa yang sehat
terhadap tanah sebesar 3 kali Eph (sebesar Eph-ph) tetap bertahan selama gangguan tanah pertama
tadi belum di clearkan. Stress tegangan lebih yang bertahan dalam waktu lama dapat
membahayakan isolator di sepanjang jaringan. Pada kondisi terakhir ini, kemungkinan isolator
terlemah didalam jaringan dapat tembus tegangan dan membentuk gangguan tanah baru, sehingga
terjadilah gangguan dua fasa ketanah yang terdiri dari dua gangguan tanah ditempat yang berbeda.
Kejadian ini biasa disebut cross country fault.
Bila kejadian cross country fault didalam sistem cukup besar kemungkinannya, maka gangguan
tanah yang pertama harus dapat segera di clear kan, agar tidak terjadi gangguan tanah kedua.
4.
B
VBN
VCN
B
N,G
VBG
IFG
VAN
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN
VCG
VAG
11
A
VAG
Seminar
Untuk melihat berapa besar pengaruh pergeseran vektor tegangan dan arus pada sistem pentanahan
netral langsung sewaktu gangguan satu fasa ketanah (sebelum ditripkan oleh Relai gangguan tanah),
berikut dapat dilihat kemungkinan pergeseran tersebut.
Karena netral sistem ditanahkan langsung ke tanah, dan bila terjadi gangguan satu fasa ketanah
(misalnya di fasa A) dengan tahanan gangguan sebesar 0 , maka potensial titik gangguan tanah
akan berimpit dengan netral sistem.
Arus gangguan tentunya akan membentuk sudut terhadap tegangan fasa terganggu (A) sebesar sudut
line (antara 70 s/d 80), sehingga posisi tegangan terminal fasa terganggu disisi sumber akan
bergeser sedikit dari titik netral, artinya tidak berimpit dengan titik netral sistem akibat adanya nilai
reaktansi sumber dan impedansi line.
12