Anda di halaman 1dari 12

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV

Dipasok oleh PLTD Skala Kecil


Proteksi 24 Juli 03

Seminar

MASALAH PENTANAHAN NETRAL


SISTEM TEGANGAN MENENGAH 20 kV
DIPASOK DARI PLTD SKALA KECIL *)
Pribadi Kadarisman
PT PLN Persero) Kantor Pusat

Oleh
Kartawan Muchtar
PT PLN (Persero) Jasdik

Wahyudi Sarimun.N
PT PLN (Persero) Jasdik

ABSTRAK
Pentanahan sistem pada Sistem Tenaga Listrik mulai dari Pusat Listrik sampai dengan gardu Distribusi,
sangat diperlukan., Pentanahan pada sistem Tegangan Rendah digunakan untuk mengurangi tegangan
sentuh kalau pada peralatan listrik pelanggan mengalami kebocoran listrik.
Pentanahan pada sistem Tegangan Tinggi atau Tegangan Menengah digunakan untuk mengurangi arus
hubung singkat jika terjadi gangguan satu fasa ketanah.
Pemasangan pentanahan sistem dapat dipasang di Generator atau transformator tenaga dengan
hubungan belitan wye (Y), untuk sistem kelistrikan kecil pentanahan ini tidak diperlukan (floating),
tetapi untuk sistem yang besar perlu sekali sistem pentanahan seperti pentanahan mempergunakan
Resistansi, Peteson coil dan solid.
Pemilihan pentanahan yang akan dipasang perlu melihat pasokan daya dari Pusat Listrik ke beban dan
besarnya arus gangguan fasa ketanah, misalnya yang sekarang banyak di anut oleh sistem kelistrikan di
Indonesia mempergunakan tahanan 40 Ohm. Hal ini jika terjadi gangguan 1 - ketanah, pada sistem
besar seperti di Jawa tidak berpengaruh pada mesin-mesin penggerak mulanya (prime-over), tetapi untuk
sistem kecil yang dipasok dari PLTD beroperasi isolated tersebar di pulau-pulau kecil sangat
berpengaruh sekali terhadap mesin penggerak mulanya.Hal ini terjadi karena pada saat gangguan 1 fasa
- ketanah menyebabkan terjadinya gaya lintang unbalance pada poros generator mesin yang
menimbulkan moment lentur cukup besar, sehingga terjadi tegangan lentur berlebihan antara generator
dan crankshaft, yang menyebabkan konsentrasi tegangan, pada bagian-bagian crankshaft dan bearing.
Bagian-bagian inilah yang sering mengalami kerusakan.
Kejadian seperti tersebut diatas sangat merugikan jika terjadi gangguan satu fasa ketanah yang dapat
merusak mesin PLTD (prime over), sehingga pasokan daya dari Pusat listrik terhenti.
Pada makalah ini, mencoba mempelajari terjadi gangguan 1 - ketanah yang menyebabkan kerusakan
pada mesin PLTD dan pada lampiran memberikan perbandingan sistem pentanahan (mengambang,
pentanahan Resistans, pentanahan Peterson Coil, dan pentanahan Solid).
Kata kunci: Pentanahan netral, Arus gangguan 1 - ketanah
*)

I.

= Disampaikan pada Lokakarya forum Proteksi

PENDAHULUAN
Jaringan distribusi primer 20 kV di
Indonesia ada yang mempergunakan saluran kabel bawah tanah dan Sebagian
besar (70%) mempergunakan saluran udara
Tegangan Menengah (SUTM) yang
melintasi udara terbuka, pada jaringan ini
banyak gangguan-gangguan yang tak dapat
dihindari seperti gangguan karena petir atau
gangguan yang diakibatkan pepohonan dan
binatang. Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya hubung singkat antar fasa (3 fasa
atau 2 fasa) atau gangguan hubung singkat
1 fasa ke tanah, yang dapat bersifat

Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

Temporair (non persistant) atau permanent


(persistant).
Gangguan yang permanen misalnya hubung
singkat dapat terjadi pada kabel, belitan
trafo atau belitan generator karena
tembusnya (break downnya) isolasi padat.
Di sini pada titik gangguan memang terjadi
kerusakan yang permanen. Peralatan yang
terganggu tersebut baru bisa dioperasikan
kembali setelah bagian yang rusak
diperbaiki atau diganti.
Pada gangguan yang temporer, tidak ada
kerusakan yang permanen di titik gangguan.
Gangguan ini misalnya berupa flashover
antara penghantar fasa dan tanah (tiang,
1

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

travers atau kawat tanah pada SUTM) karena sambaran petir, atau flashover dengan
pohon-pohon yang tertiup angin dan
sebagainya.
Pada
gangguan
ini yang
tembus
(breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh
karena itu tidak ada kerusakan yang
permanen. Setelah arus gangguannya
terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh relay pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut
siap dioperasikan kembali.
Jika terjadi gangguan 2 fasa, arus hubung
singkatnya biasanya lebih kecil daripada
arus hubung singkat 3 fasa. Kalau tahanan
gangguan diabaikan arus hubung singkat 2
fasa kira-kira : 3 (=0,866) kali arus
hubung singkat 3 fasa.
Jika terjadi gangguan 1 fasa-tanah, Arus
gangguan 1 fasa ke tanah hampir selalu
lebih kecil daripada arus hubung singkat 3
fasa, karena di samping impedansi urutan
nolnya pada umumnya lebih besar daripada
impedansi urutan positifnya, gangguan
tanah hampir selalu melalui tahanan
gangguan, misalnya beberapa ohm yaitu
tahanan pentanahan kaki tiang dalam hal
flashover dengan tiang atau kawat tanah,
atau beberapa puluh atau ratusan ohm
dalam hal flashover dengan pohon.
Di samping itu untuk sistem dengan
pentanahan melalui tahanan yang terpasang
pada generator atau transformator yang
dihubungkan Y, tahanan pentanahan netral
itu juga akan membatasi arus gangguan 1
fasa ke tanah.
II. PENTANAHAN MEMPERGUNAKAN
TAHANAN
Gangguan 3 fasa dan gangguan 2 fasa dapat
yang terjadi pada jaringan distibusi 20 kV
dapat di clear kan oleh Over Current Relay
yang terpasang di outgoing feeder, tetapi
gangguan 1 fasa ke tanah dapat di clearkan
oleh Ground Fault Relay.
Pada Sistem Tenaga Listrik yang dipasok
dari Pusat listrik dan transformator dipasang bermacam-macam pentanahan, antara
lain: Tanpa pentanahan (Floating), Pentanahan melalui Peterson coil, Pentanahan
solid dan Pentanahan melalui Tahanan.
Penjelasan tentang kerugian dan keuntungan dari bermacam-macam pentanahan dapat dilihat pada lampiran.

Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

Seminar

Pada bab ini menjelaskan tentang


pentanahan sistem tenaga Listrik yang
terpasang pada sistem distribusi Primer 20
kV di Gardu Induk atau pada sistem
isolated yang dipasok oleh PLTD skala
kecil.
Berdasarkan standar PLN no 2 tahun 1978,
standar PLN no 12 tahun 1980, standar
PLN no 26 tahun 1980 , bahwa pentanahan
netral sistem Distribusi tegangan menengah
(20 kV) ada bermacam-macam pentanahan
seperti berlaku di PLN Distribusi Jawa
Timur ditanahkan melalui tahanan tinggi
(500 Ohm), di Jawa Tengah dengan sistem
Distribusi 3 fasa 4 kawat mempergunakan
pentanahan langsung sepanjang jaringan
(pentanahan efektif) dan di PLN Distribusi
Jaya dan Wilayah-wilayah PLN diluar
Jawa sistem pentanahannya melalui
tahanan 40 Ohm atau 12 Ohm
Pemilihan nilai 40 Ohm ini pada awalnya
berpegang kepada perlunya gangguan
tanah diselesaikan dengan bekerjanya Relai
Gangguan Tanah yang lebih pasti dan
selektif. Namun demikian besarnya arus
gangguan tanah perlu dibatasi agar tidak
terlalu besar yaitu sebesar arus nominal
Trafo daya terbesar pada waktu itu (tahun
70 an), sehingga didapatkan nilai 40 Ohm
ini. Ternyata sesuai SPLN tersebut diatas
pentanahan ini dianut pula oleh sistem
Distribusi 20 kV yang dipasok dari Pusat
Listrik Tenaga Diesel Skala kecil. Seperti
telah diketahui secara umum, setiap kali
kejadian gangguan satu fasa ketanah pada
sistem pentanahan Netral melalui Tahanah
(murni), sistem pembangkitannya pasti
mendapat tambahan beban resistif (MW)
yang mempunyai beban tak seimbang
(unbalance), karena arus gangguan 1 fasa
ketanah yang melewati tahanan pada
generator yang dihubungkan ketanah. Jika
kapasitas pembangkitan yang cukup besar
seperti di sistem kelistrikan Jawa, sebagian
di Sumatra, Sulawesi dan sebagian kecil di
Kalimantan, tambahan beban unbalance ini
tidak banyak berarti terhadap mesin-mesin
penggerak mulanya. Tetapi untuk sistem
kecil yang beroperasi isolated dan tersebar
di pulau-pulai kecil di Indonesia yang
dipasok oleh PLTD skala kecil dimana
beban resistif tambahan yang terbentuk
akibat gangguan 1 fasa ketanah di jaringan
Distribusi tegangan menengah, besar
kemungkinan nilai MW yang diserap lebih
besar dari kapasitas pembangkit 3 fasanya.
2

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Hal
ini
dapat
dihitung
mempergunakan
persamaan
berikut:
P (Watt) =

Vph2
R

Seminar

dengan
sebagai

disepanjang poros generator + Mesin


(cranchshaft), yang dapat menimbulkan
beban lendutan (defleksi). Pada poros
terjadi tegangan lentur + puntir yang
berlebih terutama pada bagian-bagian
kritis
yang mengalami konsentrasi
tegangan, seperti pada bantalan
crankshaft, bantalan connecting rod
(dapat menyebabkan patah). Seperti
terlihat pada gambar 2 dibawah.

Watt

Dimana:
P = Daya yang diserap oleh mesin (Watt)
V = Tegangan fasa netral (Volt)
R = Tahanan pentanahan yang terpasang
di trafo hubungan Y (Ohm)

Connecting rod

Jika mesin dengan daya 3 MW pentanahan


40 Ohm maka daya yang diserap (selain
beban) sebesar:
P=

(20 / 3 ) 2
= 3,33 MW
40

Bantalan

Selanjutnya gangguan 1 fasa tanah dapat


merusak mesin (prime over).
Gejala kerusakan pada mesin adalah:
Terjadinya gangguan satu fasa ketanah
Mesin tidak mengalami overload atau
underspeed mesin tidak trip
Mesin baru trip setelah mengalami
kerusakan pada bagian yang terhubung
dengan crankshaft
Kemungkinan penyebab kerusakan pada
mesin (prime over).
Fasa R

Pg1
Fasa T
PX2
B

PX1

Pg2

Fasa S

Gambar 1 : Potongan rotor dan stator

Dari gambar 1 diatas bahwa


1. gaya Pg1 dan Pg2 saling menghilangkan
, dan beban gaya PX1 + PX2 << P
2. Gaya lateral P (gaya lintang) yang besar
menyebabkan
momen
lentur
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

Moment lentur

Gen

Gambar 2: potongan cranckshaft dan


generator

Pada Gambar 2 diatas bahwa Generator


terkena gaya tekan P yang cukup besar dan
unbalance yang mengakibatkan beban
lendutan sepanjang poros mesin +
generator, jika terjadi konsentrasi tegangan
berlebihan pada bagian cranckshaft dan
connecting rod, maka akan mengalami
kerusakan.
Pada umumnya Kondisi ini mulai dikeluhkan oleh PLN unit yang mengelola PLTD
skala kecil, khususnya oleh PLN Unit
pembangkit dibawah PT PLN (Persero)
Wilayah Maluku. Dari data statistik
gangguan mesin penggerak Diesel skala
kecil yang dikumpulkan dan dimonitor
oleh PLN Wilayah Maluku menunjukkan
bahwa kerusakan disisi piston mesin
(bearing ataupun rod pistonnya) terjadi pada
pembangkit berkaitan dengan kejadian
gangguan 1 fasa ketanah di jaringan
Distribusi 20 kV nya.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu
memperbesar tahanan pentanahan sebesar
500 Ohm yang terpasang di Generator atau
Transformator dengan Wye (Y).
Jika terjadi gangguan 1 fasa ke tanah sesuai
persamaan diatas untuk mesin yang
mempunyai daya 3 MW daya yang diserap
mesin sebesar:

P=

(20000/ 3 ) 2
= 0,266 MW
500
3

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Nilai daya yang diserap oleh Mesin akibat


gangguan 1 fasa ketanah sebesar 0,266
MW, masih dibawah daya mesin sebesar 3
MW hal ini tidak menghentikan generator
dan GFR yang terpasang dapat bekerja
dengan baik
Dengan uraian tersebut diatas bahwa
pemakaian tahanan pentanahan 500 Ohm
yang terpasang pada mesin PLTD skala
kecil sangat baik dibandingkan tahanan
pentanahan 40 Ohm
III. Contoh:
Pengaruh gangguan satu fasa ke tanah yang
dipasok dari PLTD dengan daya 1,5 MVA
tegangan 6,3 kV dengan pentanahan
mempergunakan tahanan 500 Ohm,
gangguan ada dilokasi C
A

B
C

Data-data
1. PLTD:
A : 1,5 MVA, 6,3 kV, Xd = 2,5%,
NGR = 500 Ohm
B : 1,5 MVA, 6,3 kV, Xd = 2,5%,
NGR = 500 Ohm
2. Impedansi jaringan:
a. Jaringan AC & Jaringan BC
Z1 = Z2 = 2,811 + j 4,297 Ohm
Zo =
4,720 + j 21,034 Ohm
b. Z1 = Z2 = 5,621 + j 8,596 Ohm
Zo =
9,4406 + j 42,068 Ohm
1. Pentanahan mempergunakan tahanan
500 Ohm
Tabel 1
Kap
kVA
Gen- A 1500
Gen- B

1000

Kap/
fasa

Power Power
(R) (S)

Power
Ter
serap
kVA (kWatt) (kWatt) (kWatt) (kW)
500

283,38

6,454

333,3 223,03 -6,454


506,40 0,000

Power
(T)

8,922

298,75

-8,922 207,65
0,000

506,40

2. Tahanan mempergunakan tahanan 40 Ohm


Tabel 2
Kap

Kap/
fasa

kVA

kVA

Power
(R)

Power
(S)

Power
(T)

Seminar
(kW)
Gen- A 1500
Gen- B 1000

500

584,87 -31,76 84,930 638,042

333,3 472,017 31,76 84,930 418,835


1056,9 0,000

0,000 1056,87

Hasil perhitungan tersebut diatas, terlihat bahwa


terjadi pergeseran besar dan vektor tegangan
fasa yang terganggu satu fasa ketanah
Pada tabel 1 pentanahan yang mempergunakan
tahanan 500 Ohm daya yang terserap oleh
tahanan pentanahan dengan daya dua mesin
sebesar 2500 kW sebesar 506,40 kW, hal ini
generator tidak overload. Bila dilihat nilai Power
(kW) satu fasa yang diserap dari generator
akibat gangguan satu fasa ketanah ini tidaklah
sampai melampaui kapasitas generator perfasa
Jadi penguatan yang terdapat di rotor tidak
terbebani terlalu besar akibat gangguan 1 fasa ke
tanah di fasa S, tetapi sebaliknya dengan
mempergunakan pentanahan 40 Ohm seperti
terlihat pada tabel 2 mesin akan terbebani
sebesar 1056,9 kW. Hal ini penguatan rotor
mengeluarkan daya aktif terlalu besar yang
dapat merusak gulungan dan pada saat terjadi
gangguan rotor dapat berhenti, tetapi mesin
penggerak mula (PLTD) tetap berjalan, hal
inilah mesin diesel dapat patah pistonnya atau
bearingnya terbawa keatas, selanjutnya dapat
merusak mesin tersebut.
IV. KESIMPULAN
1.

Pentanahan yang mempergunakan


tahanan 40 Ohm, tidak cocok
dipergunakan untuk Pembangkitan
yang mempunyai daya kecil, tetapi
baik untuk pasokan daya yang
mempunyai daya besar.
2. Pentanahan yang mempergunakan
tahanan 500 Ohm, baik untuk
Pembangkitan yang mempunyai daya
kecil, jika terjadi gangguan 1 fasa
ketanah daya terserap masih lebih
kecil daya generator. Hal ini tidak
merusak generator dan GFR dapat
merespon adanya gangguan.
3. SPLN No 2 tahun 1978 dan
SPLN no 12 tahun 1980 perlu
dikaji ulang, supaya Unit-unit PLN
yang mempunyai PLTD kecil
mempunyai pegangan untuk tahanan
pentanahan netral.

Power
Ter

(kWatt) (kWatt) (kWatt) serap

Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

BUKU PUSTAKA
1. Standar PLN No 88 tahun 1991 SPLN No 2
tahun 1978 dan SPLN no 12 tahun
1980

Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

Seminar

2. Alstom; Protective Relays Application


Guide 1995
3. John j. Grainger, Wiiliam D. Stevenson JR;
Power system Analysis 1994
4. Ir. H. Komari dan Pribadi Kadarisman
makalah: Kegagalan Proteksi sistem
Distribusi 1998
5. Pribadi Kadarisman
dan Wahyudi
Sarimun.N makalah: keandalan sistem
distribusi primer 20 KV dengan cara
penyetelan OCR dan GFR pada incoming
dan Outgoing feeder mempergunakan
program sederhana excel, 2003

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Seminar

LAMPIRAN

TINJAUAN KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA BERBAGAI MACAM PENTANAHAN


SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.
Gangguan satu fasa ketanah secara statistik diketahui yang paling banyak terjadi pada jaringan dengan
konduktor terbuka yang digelar di alam bebas. Penyebab gangguan itu bisa karena sambaran petir yang
diiukuti dengan power follow current, tersentuh dahan pohon, binatang dan lain-lain.
Pengamanan terhadap gangguan satu fasa ketanah tentunya menjadi perhatian bagi Perusahaan Listrik,
mengingat kemungkinan kejadiannya menjadi yang terbesar.
Besar arus gangguan tanah menjadi tergantung dari sistem pentanahan netralnya. Tegangan fasa yang
sehat perlu pula menjadi tinjauan untuk diperhitungkan terhadap kekuatan isolasi peralatan instalasi
penyaluran maupun peralatan instalasi konsumen. Disamping itu perlu pula diperhatikan pengaruh besar
arus gangguan satu fasa ketanah terhadap mesin kecil-kecil yang memasok jaringan Distribusi TM untuk
masing-masing sistem pentanahan netralnya.
Penjelasan macam-macam pentanahan yang terpasang pada sistem Tenaga Listrik dapat dilihat dibawah
ini:

1. KOMPONEN ARUS, TEGANGAN DAN POWER PADA NETRAL MENGAMBANG


(FLOATING) SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH
Pada suatu sistem kelistrikan dengan Netral mengambang, arus gangguan satu fasa ketanah di titik
gangguan mengalir arus kapasitif fasa yang sehat dari jaringan untuk kembali ke sumbernya. Arus
kapasitif ini tidak hanya dari kapasitansi penyulang yang terganggu tetapi juga dari kapasitansi
penyulang yang sehat, dan besarnya tidak tergantung dari lokasi gangguan.
Karenanya, arus kapasitif ini tidak bisa dipakai untuk mengerjakan Relai gangguan tanah secara
selektif memisahkan penyulang yang terganggu dari sistem yang masih sehat, sehingga gangguan
tanah dicari dengan cara coba-coba. Untuk 1, 2 sampai 3 penyulang, dimana masing-masing
penyulang mempunyai nilai kapasitansi yang kecil saja, akan menghasilkan arus kapasitif di titik
gangguan tanah juga kecil saja yang akan clear dengan sendirinya bila terjadi gangguan tanah yang
sifatnya temporer. Dalam hal mencari penyulang yang terganggu satu fasa ketanah permanen di
jaringan dengan membuka PMT satu persatu penyulang masih tidak menjadi masalah. Tetapi kalau
sudah banyak penyulang yang tersambung pada satu bus, mungkin akan sebanyak jumlah penyulang
yang ada terpaksa dipadamkan hanya untuk mengetahui penyulang mana yang terganggu. Uraian
vektor arus kapasitf jaringan sewaktu gangguan satu fasa ketanah dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
C

B
VBN

B
N

VCN

VBG

VCG
VNG

VAN
ICC
ICT
A
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN
Gambar 1: Vektor tegangan sistem kondisi normal

A,G
ICB

Gambar 2: Vektor tegangan dan arus saat gangguan tanah

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Seminar

Dalam keadaan normal, dan dengan menganggap kapasitansi tiap fasa dari jaringan sama besar,
maka besar tegangan tiap fasanya ketanah sama dengan besar tegangan tiap fasa ke Netral, dan
vektor tegangan sistem VAN, VBN, VCN dapat dilihat seperti pada gambar 1.
Dalam keadaan gangguan satu fasa ketanah (misalnya fasa A), maka potensial fasa A akan berimpit
dengan tanah (G) sekaligus kapasitansi jaringan fasa A terhubung singkat ketanah oleh gangguan
tersebut, sehingga tegangan N (netral), fasa B dan fasa C terhadap tanah akan naik seperti digambarkan sebagai VNG, VBG, VCG di gambar 2. pada kondisi ini terlihat bahwa tegangan fasa yang sehat
(fasa B dan fasa C) naik sebesar 3 kali tegangan Eph. Hal inilah yang mengharuskan kelas isolasi
dari peralatan instalasi berpegang kepada tegangan fasa-fasa. Belum lagi akibat arus kapasitif yang
mengalir di titik gangguan, jumlah penyulang yang banyak dan panjang akan menghasilkan arus
kapasitif total cukup besar, gangguan satu fasa ketanah yang ter-putus-putus (arc), sementara
tegangan fasa sehat yang masih bertahan sebesar 3 terhadap tanah, maka sewaktu sinusoidal arus
kapasitif yang mengalir di fasa A sedang berada pada level nol, se-olah-olah fasa A terlepas
hubungannya dari tanah, pada saat yang singkat itu tegangan fasa A seperti terlempar berputar
dengan garis sumbu yang menyinggung titik tegangan fasa B dan fasa C. Naiknya tegangan fasa A
dengan cara demikian, membuat fasa A di titik gangguan terpukul arc kembali (restricking) dan
kejadian ini berulang pada setiap siklus sinusoidal arus gangguan kapasitif di fasa A. Peristiwa ini
biasa disebut dengan arcing ground dimana tegangan fasa yang terganggu ke tanah sesaat dan
berulang kali bisa naik sampai 3xEph yang membahayakan isolasi peralatan instalasi.
A

VAG

N
C

Sumbu putar

N
VBG

VCG
VNG

ICC
ICT

A,G
ICB

Gambar 3: Vektor tegangan saat sinusoidal arus kapasitif melalui nol


pada kejadian arcing ground

Kalau panjang jaringan distribusi TM tidak terlalu panjang, arus gangguan kapasitif sewaktu
gangguan satu fasa ketanah temporer tidak terlalu besar (beberapa amper saja), maka gangguan
tanah tersebut dapat clear sendiri tanpa harus ada pemutusan penyulang, sedangkan untuk gangguan
satu fasa ketanah yang permanen, maka sistem penyaluran distribusi masih dapat berjalan selama
gangguan satu fasa ketanah terjadi sementara konsumen tidak merasakan adanya gangguan tanah
tersebut. Kalau gangguan tanah itu terjadi akibat kawat fasa putus jatuh ketanah, maka selama
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Seminar

kawat fasa itu tidak diangkat oleh manusia, tidak menjadi masalah, tetapi bila kawat fasa tersebut
diangkat oleh manusia sehingga terlepas hubungannya dengan tanah, maka kawat fasa itu akan
kembali bertegangan yang membahayakan manusia.
Penyelesaian masalah diatas adalah dengan memasang Relai Tegangan Lebih gangguan tanah di
Bus TM yang mentripkan semua Penyulang (untuk jumlah penyulang yang tidak terlalu banyak),
kemudian gangguan tanah dicari pada satu persatu penyulang.
Gangguan tanah yang terjadi tidak menyerap Power dari Generator, karena arus gangguannya
adalah arus kapasitif.

2. KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL MELALUI


TAHANAN SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.
Dalam usaha mengurangi kemungkinan terjadinya cross country fault pada sistem dengan netral
mengambang atau pentanahan netral melalui Peterson Coil, gangguan tanah yang pertama kali
terjadi didalam sistem perlu di clear kan oleh Relai Gangguan Tanah.
Untuk jaringan distribusi yang sudah luas dan terdiri dari banyak penyulang, Relai pengamannya
harus bekerja selektif, selain pemisahan bagian yang terganggu ketanah di clear kan dengan cepat.
Untuk itu diperlukan Relai pengaman yang mampu mendeteksi dan menseleksi arus gangguan tanah
yang mengalir ke bagian yang terganggu saja. Kebutuhan ini dipenuhi, diantaranya dengan arus
yang dihasilkan oleh sistem pentanahan Netral melalui Tahanan.
Dalam Standar PLN No 88. th 1991, mengenai pentanahan Netral pada sistem Distribusi 20 kV,
telah diatur besar nilai Tahanan yang digunakan. Yaitu dengan nilai 40 Ohm dan 500 Ohm untuk
jaringan SUTM, dan 12 Ohm untuk jaringan SKTM. Dalam operasinya, nilai Tahanan yang banyak
digunakan / dianut oleh PLN Unit di Jakarta, Jawa Barat sampai ke PLN Unit diluar Jawa adalah
nilai Tahanan Pentanahan Netral sebesar 40 Ohm.
Pada awal mula ditetapkannya angka 40 Ohm (tahun 70 an) berdasarkan pembatasan besar arus
gangguan tanah yang tidak lebih besar atau paling besar sama dengan arus nominal Trafo Daya di
Gardu Induk yang memasok jaringan Distribusi, yaitu untuk kapasitas Trafo Daya sebesar 10 MVA
(rating rata-rata Trafo Daya terpasang di Instalasi PLN Jawa pada waktu itu), dimana relai gangguan
tanah yang digunakan cukup dengan Relai Arus Lebih biasa dan karena besar arus gangguan tanah
hampir sama besar untuk gangguan tanah disepanjang jaringan, karakteristik Relai Gangguan tanah
ini dipilih dari jenis Definite time. Sedang nilai Pentanahan Netral melalui 500 Ohm dengan Relai
Gangguan Tanah dari jenis Directonal Ground Relay boleh dikatakan sepenuhnya mengadopt dari
pentanahan dan pengamanan sistem distribusi Jepang; dan Pentanahan Netral melalui 12 Ohm
dimaksudkan agar arus resistif gangguan tanah lebih besar dari arus gangguan tanah kapasitif pada
jaringan kabel.
Uraian arus dan tegangan saat gangguan tanah yang akan ditinjau pada kesempatan ini adalah untuk
sistem dengan pentanahan Netral 20 kV melalui Tahanan 40 Ohm yang banyak diterapkan pada
sebagian besar sistem distribusi di PLN, baik di Jawa maupun di luar Jawa, walaupun kapasitas
pembangkitannya lebih kecil dari 10 MVA (nilai daya yang dipakai sebagai dasar penetapan nilai
tahanan pentanahan 40 Ohm)
Untuk sistem Distribusi di Jawa dan beberapa wilayah yang sumbernya sudah besar, uraian vektor
tegangan dalam keadaan normal dapat dilihat pada gambar 6 dan uraian vektor tegangan dan arus
saat gangguan tanah dapat dilihat pada gambar 7. Besar daya unbalance (komponen watt) yang
diserap dari sumber pembangkit tidak terlalu berarti bagi mesin yang memang sudah besar tadi.
C

B
VBN

B
N

VCN
VBG

VCG
VNA

Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN


VAN
ICC

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Seminar

Kondisi normal, bentuk vektor tegangan masih seimbang seperti terlihat pada gambar 6. Pada
kondisi gangguan satu fasa ketanah, segitiga tegangan menjadi sedikit tergeser. Arus gangguan satu
fasa ketanah tidak murni resistif, komponen reaktif jaringan yang membuat pergeseran ini.
Tegangan Netral terhadap tanah (VNG) dibentuk oleh tegangan drop di Tahanan pentanahan,
sementara tegangan antara terminal fasa A dan tanah dibentuk akibat arus balik yang membuat drop
tegangan pada reaktansi jaringan (yang dinilai dominan reaktansi dari pada resistansi), sehingga
vektor tegangan ini dapat digambarkan seperti pada gambar 7.
Pergeseran segitiga tegangan ini, diperkirakan tidak terasa disisi konsumen, begitu juga kedip
tegangan akibat terjadinya gangguan tanah di jaringan distribusi 20 kV.
Tetapi pergeseran segitiga tegangan ini akan berbeda bila terjadi pada jaringan yang dipasok oleh
sistem dengan pembangkit-pembangkit skala kecil dimana reaktansi jaringan termasuk reaktansi
Trafo daya mempunyai nilai yang tidak bisa diabaikan terhadap nilai tahanan pentanahan.
C

B
VBG

ICT

ICC

VCG

VNA
G

ICB

Gambar 8: Vektor tegangan dan arus saat gangguan tanah pada sistem
dengan pasokan mesin/generator kecil

Gangguan tanah di suatu titik di jaringan dapat menggeser segitiga tegangan menjadi tidak simetris
lagi, terutama dirasakan pada sisi hilir jaringan yang kira-kira seperti gambar 8. Kalau kondisi
demikian itu terjadi maka dapat dilihat bahwa tegangan salah satu fasa (yang leading terhadap fasa
terganggu, dalam hal ini ECG) akan naik lebih besar dari 3 kali Eph dan akan membuat :
1. Stress over voltage pada seluruh isolator di fasa tersebut di sepanjang jaringan
2. Arus gangguan tanah yang mengalir di Tahanan pentanahan (NGR) menarik unbalance power (watt)
dari Generator yang kemungkinan lebih besar dari kapasitas per fasanya.
Pada pemahaman awal dalam pemilihan sistem pentanahan Tahanan, akibat nomor 1 masih dapat
ditahan selama Relai Gangguan Tanah bekerja cepat, sehingga stress voltage pada isolator segera
hilang, tetapi dalam operasi penerapan sistem pentanahan ini, akibat nomor 2 sudah menjadi keluhan
bagi unit-unit PLN yang hanya mempunyai pembangkit skala kecil (PLTD). Kejutan sesaat arus

Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Seminar

komponen Watt yang unbalance diperkirakan menghasilkan kejutan unbalance pula di poros mesin.
Selanjutnya dilaporkan terjadi kerusakan disekitar poros mesin (crank shaft atau bearing).
Dari keluhan ini, perlu kiranya meninjau kembali ketetapan/SPLN yang mengatur pentanahan Netral
sitem 20 kV (Distribusi TM) khususnya untuk sistem yang dipasok oleh pembangkit skala kecil,
untuk menghindari kerusakan mesin akibat gangguan satu fasa ketanah di jaringan.

3. KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL MELALUI


PETERSON COIL SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.
Permasalahan arcing ground pada sistem Netral mengambang akibat arus kapasitif yang cukup besar
ditanggulangi dengan mengkompensir arus gangguan kapasitif tersebut dengan arus induktif yang
besarnya diatur hampir sebesar arus kapasitif. Hasilnya adalah bahwa resultante arus gangguan tanah
di titik gangguan kembali menjadi kecil sehingga bila terjadi gangguan tanah temporer di mana saja
di jaringan dapat clear dengan sendirinya tanpa ada pemutusan aliran daya ke konsumen. Konsumen
di sisi Tegangan rendah tidak merasakan adanya gangguan yang terjadi di jaringan TM (hubungan
tafo Distribusi adalah Y, sehingga tegangan kedip tidak dirasakan oleh konsumen. Arus induktif
yang dipakai untuk mengkompensir arus gangguan kapasitif itu diperoleh dengan memasang
induktor antara titik Netral dan tanah, sehingga terbentuklah pentanahan Netral melalui reaktor
dengan nilai reaktansi tertentu yang dapat di tune mendekati nilai reaktansi kapasitif jaringan,
reaktor tersebut biasa disebut Peterson Coil. Uraian Vektor Arus dan Tegangan sistem dalam
keadaan normal dan kondisi terjadi gangguan satu fasa ketanah dapat dilihat pada gambar 4 dan 5
berikut dibawah ini.
C

B
VBN

B
N

VCN
VBG

VAN

VCG
VNG

ICC
A

ICT

LL

A,G
ICB

Gambar 4: Vektor tegangan sistem


kondisi normal

Gambar 5: Vektor tegangan dan arus


saat gangguan tanah

Seperti halnya uraian vektor tegangan dan arus pada sistem Netral mengambang, pada kondisi
normal tagangan sistem tiap fasanya seimbang (selama nilai kapasitansi jaringan ketanah seimbang
pada tiap fasanya) dan vektor tegangan ini ditunjukkan pada gambar 4. Pada kondisi gangguan satu
fasa (A) ketanah, arus kapasitif pada uraian vektor arus pada sistem Netral mengambang
dikompensir oleh arus induktif IL sehingga di titik gangguan tanah arus kapasitif jaringan dan arus
induktif dari sistem pentanahan netral saling menjumlahkan. Karena vektor arus kapasitif dan arus
induktif berbeda fasa 180 , maka besar arus gangguan tanah di titik gangguan tanah menjadi saling
mengurangi dan menjadi kecil. Mengingat resonansi pada frekwensi dasar antara Induktansi
kumparan Peterson dan kapasitansi jaringan jangan sampai terjadi, yang maksudnya untuk
menghindari impedansi maksimum yang bisa menyebabkan terjadinya tegangan lebih, maka nilai
induktansi L di set agak sedikit bersifat kompensasi lebih atau kompensasi kurang.
Untuk tetap menjaga agar arus gangguan tanah selalu kecil sehingga tidak terjadi Arcing Ground,
pe-ngembangan jaringan distribusi akibat bertambah luasnya daerah pelayanan yang memberi
konsekwensi bertambah besarnya arus kapasitif sewaktu gangguan satu fasa ketanah, maka setelan
nilai reaktansi Peterson Coil perlu selalu diperiksa apakah masih sesuai dengan nilai reaktansi
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

10

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Seminar

kapasitif jaringan. Jadi diperlukan personil (engineer) yang selalu mengikuti perkembangan
jaringan agar keandalan sistem penyaluran distribusi tetap terjaga dengan baik.
Bila gangguan tanah yang terjadi adalah gangguan tanah permanen, maka sistem dapat berjalan
terus tanpa pemutusan bagian yang terganggu itu. Pada kondisi ini konduktor fasa yang terganggu
ketanah tetap berpotensial nol terhadap tanah, sementara naiknya tegangan dua fasa yang sehat
terhadap tanah sebesar 3 kali Eph (sebesar Eph-ph) tetap bertahan selama gangguan tanah pertama
tadi belum di clearkan. Stress tegangan lebih yang bertahan dalam waktu lama dapat
membahayakan isolator di sepanjang jaringan. Pada kondisi terakhir ini, kemungkinan isolator
terlemah didalam jaringan dapat tembus tegangan dan membentuk gangguan tanah baru, sehingga
terjadilah gangguan dua fasa ketanah yang terdiri dari dua gangguan tanah ditempat yang berbeda.
Kejadian ini biasa disebut cross country fault.
Bila kejadian cross country fault didalam sistem cukup besar kemungkinannya, maka gangguan
tanah yang pertama harus dapat segera di clear kan, agar tidak terjadi gangguan tanah kedua.
4.

KOMPONEN ARUS, TEGANGAN PADA SISTEM PENTANAHAN NETRAL LANGSUNG


(SOLID) SEWAKTU GANGGUAN SATU FASA KETANAH.
Usaha lain yang dapat membuat Relai Gangguan Tanah bekerja pasti adalah dengan menerapkan
pentanahan Netral langsung (solidly grounded). Dari logikanya, jelas mudah dipahami bahwa arus
gangguan satu fasa ketanah akan sangat besar sekali, mungkin sama besar dengan arus gangguan
tiga fasa, bahkan bisa lebih besar pada lokasi gangguan tanah tertentu, arus gangguan tanah yang
besar inilah yang memberikan kepastian pada kerja Relai Gangguan Tanah. Walaupun demikian
arus gangguan tanah ini hanya mempunyai komponen Watt yang kecil saja, selebihnya yang besar
adalah komponen VAR. Sehingga tidak banyak berpengaruh terhadap daya di poros mesin, tetapi
besar pengaruhnya terhadap peralatan pengatur tegangan otomatis (AVR) pada penguat medan di
Generator.
Pentanahan Netral langsung ini banyak diterapkan di sistem Distribusi TM di Amerika, sementara di
Indonesia, yang menganut sistem pentanahan seperti ini adalah di sistem Distribusi TM di Jawa
Tengah yang memang meng adopt pentanahan Netral TM sistem di Amerika. Hal ini disebabkan
oleh karena PLN menyerahkan sepenuhnya kepada standar yang digunakan konsultan dari Amerika
pada awal pembangunannya dulu. Pentanahan ini kemudian ditetapkan dalam SPLN No 88 tahun
1991.
Dalam operasinya, ternyata sistem pentanahan netral langsung tidak dikembangkan kedaerah lain.
Dengan sistem pentanahan netral langsung memungkinkan jaringan dibebani dengan Trafo
Distribusi satu fasa, dari hal ini diketahui bahwa ketidak seimbangan beban akan besar
kemungkinannya terjadi, kawat netral menjadi teraliri arus dan selanjutnya bisa mengakibatkan
pergeseran tegangan kawat netral setelah arus beban mengalir sampai jarak tertentu. Untuk
menghindari hal ini, maka pada jaringan kawat netral perlu untuk ditanahkan lagi dibanyak titik
dengan nilai tahanan pentanahan yang rendah. Tambahan persyaratan ini sering tidak bisa dipenuhi
PLN, dan dianggap menyulitkan baik sewaktu pembangunan jaringan baru atau
menjaga/memelihara sistem pentanahan kawat netral yang sudah ada. Karena sulitnya, sampai data
kondisi pentanahan kawat netral jaringan boleh dikatakan tidak ada. Sehingga mutu tegangan
pelayanan ke konsumen menjadi sulit untuk dinyatakan persentase pergeseran tiap fasa terhadap
nilai nominalnya.
Tinjauan diatas adalah untuk jaringan distribusi dalam kondisi tidak ada gangguan hubung singkat.
Pada kondisi gangguan satu fasa ketanah (jenis gangguan yang cukup sering frekwensinya) akan
jelas diketahui bahwa tegangan fasa yang terganggu akan mengalami kedip sampai tinggal beberapa
persen saja dari nilai nominalnya. Hal ini juga sudah menjadi keluhan konsumen apalagi dengan
frekwensi gangguan yang cukup tinggi. Dengan alasan inilah, kemungkinan PLN tidak lagi
mengembangkan sistem pentanahan Netral langsung di tempat lain, jadi hanya di PLN Distribusi
Jawa Tengah.
C

B
VBN

VCN

B
N,G

VBG
IFG

VAN
Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

VCG

VAG

11
A

VAG

Masalah Pentanahan Netral Sistem TM 20 kV


Dipasok oleh PLTD Skala Kecil
Proteksi 24 Juli 03

Seminar

Untuk melihat berapa besar pengaruh pergeseran vektor tegangan dan arus pada sistem pentanahan
netral langsung sewaktu gangguan satu fasa ketanah (sebelum ditripkan oleh Relai gangguan tanah),
berikut dapat dilihat kemungkinan pergeseran tersebut.
Karena netral sistem ditanahkan langsung ke tanah, dan bila terjadi gangguan satu fasa ketanah
(misalnya di fasa A) dengan tahanan gangguan sebesar 0 , maka potensial titik gangguan tanah
akan berimpit dengan netral sistem.
Arus gangguan tentunya akan membentuk sudut terhadap tegangan fasa terganggu (A) sebesar sudut
line (antara 70 s/d 80), sehingga posisi tegangan terminal fasa terganggu disisi sumber akan
bergeser sedikit dari titik netral, artinya tidak berimpit dengan titik netral sistem akibat adanya nilai
reaktansi sumber dan impedansi line.

Pribadi .K, Kartawan Muchtar & Wahyudi SN

12

Anda mungkin juga menyukai