Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

OPTIMALISASI LEMBAGA MASJID DALAM PENYALURAN WAKAF


TUNAI SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF PEMBIAYAAN USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

BIDANG KEGIATAN :
PKM GAGASAN TERTULIS

DIUSULKAN OLEH :
KETUA
: RIDO APRIANDA
ANGGOTA : DUTA WULANDARI
JEVRI APRIANSYAH

(01111003098 / Angkatan 2011)


(01112003030 / Angkatan 2012)
(01112003123 / Angkatan 2012)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014

HALAMAN PENGESAHAN
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA GAGASAN TERTULIS
1. Judul Kegiatan

: Optimalisasi Lembaga Masjid dalam Penyaluran Wakaf


Tunai sebagai Solusi Alternatif Pembiayaan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

2. Bidang Kegiatan

: (

3. Ketua Pelaksana kegiatan


a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas
e. Alamat rumah dan HP
f. Alamat email

: Rido Aprianda
: 01111003098
: Akuntansi
: Universitas Sriwijaya
: Pemodokan Kelapa Gading No. 10, Indralaya, OI
: Ridoarroyyan@gmail.com

) PKM-AI

( ) PKM-GT

5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 (dua) orang


6. Dosen Pendamping
a. Nama lengkap dan gelar
b. NIP
c. Alamat Rumah dan HP

: Muizzuddin, S.E., MM.


:
:
Indralaya, 12 Maret 2014

Menyetujui,
Ketua Prodi Penyuluhan & Komunikasi Pertanian

Ketua Pelaksana Kegiatan

Ahmad Subeki, S.E., MM., Ak


NIP.19

Rido Aprianda
NIM. 01111003098

Pembantu Rektor III UNSRI

Dosen Pendamping

dr. Syarif Husin, MS


NIP. 19

Muizzuddin S.E., MM
NIP. 19

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Rabb
semesta alam, karena berkat rahmat dan taufik-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis atau gagasan tertulis yang berjudul
Optimalisasi Lembaga Masjid dalam Penyaluran Wakaf Tunai sebagai Solusi
Alternatif Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Sholawat teriring

salam semoga tetap tercurah kepada suri teladan bagi umat manusia sepanjang
zaman, Nabi besar Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Adam selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan karya tulis ini sehingga dapat diselesaikan dengan
baik. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Subeki selaku Ketua
Jurusan Akuntansi, serta Bapak dr. Syarif Husin, MS selaku Pembantu Rektor III
Universitas Sriwijaya yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk
berkarya. Selain itu, rasa terima kasih juga patut kami sampaikan kepada orang
tua, teman-teman seperjuangan, serta semua pihak terkait yang telah membantu
kami yang tentu saja tidak dapat kami sebutkan satu-persatu namanya disini.
Semoga apa yang telah kalian berikan kepada kami senantiasa dibalas Allah SWT
dengan balasan yang setimpal.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini, masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, semoga karya
kecil kami ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Indralaya, 12 Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................
DAFTAR TABEL ................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
RINGKASAN ..................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................
Latar Belakang Masalah........................................................................
Tujuan dan Manfaat...............................................................................
Metode Penulisan .................................................................................
GAGASAN..............................................................................................
Perkembangan Wakaf Tunai di Indonesia .............................................
Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia.............
Proses Pengembangan Wakaf Tunaisebagai Alternatif Pembiayaan
UMKM..................................................................................................
Optimalisasi Lembaga Masjid untuk Memaksimalkan Wakaf Tunai....
Langkah Strategis dan Implementasi Kebijakan...................................
KESIMPULAN........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
BIODATA PENULIS...............................................................................
BIODATA DOSEN PEMBIMBING........................................................

i
ii
iii
iv
v
vi
vii
1
1
2
2
3
3
4
8
10
11
12
14
15
18

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Lada Putih di Babel.................
2. Volume dan Nilai Ekspor Lada................................................................

5
6

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Skema Alur Metode Penulisan.................................................................
2. Penyakit Kuning, Penyebab Menurunnya Produktivitas Lada ...............
3. Lahan Kritis Akibat Aktivitas Tambang Timah Inkonvensional..............

3
7
8

RINGKASAN
***

OPTIMALISASI LEMBAGA MASJID DALAM PENYALURAN WAKAF


TUNAI SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF PEMBIAYAAN USAHA MIKRO
KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam keterpurukan perekonomian saat ini, maka struktur kekuatan dunia
usaha pun mengalami pergeseran. Paradigma pembangunan masa lalu yang
menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai prioritas utama telah berhasil
membiakkan konglemerasi yang menggurita di segala bidang usaha. Alhasil,
konglemerasi kurang lebih hanya menjadi mesin yang melahirkan pemain
ekonomi bertenaga lokal dengan struktur ekonomi yang keropos. Dengan krisis
yang berkepanjangan ini, setidaknya bahwa konglomerasi tidak mampu bertahan.
(Madjid dan Rasyid, 2000)
Pada saat krisis ekonomi yang menerjang negeri ini tahun 1997-1998,
perusahaan besar ternyata tidak berdaya dan oleng. Meskipun sejumlah
konglomerat memperoleh fasilitas pinjaman dari pemerintah yang dikenal dengan
bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Tapi perusahaan tak kunjung
terselamatkan malah terjadi penggelapan BLBI. Triliunan rupiah dikucurkan
pemerintah (BI) raib tak jelas rimbanya (Musnandar, 2012).
Sebaliknya, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mampu
menopang sendi-sendi perekonomian bangsa dimasa sulit dan krisis ekonomi.
UMKM tersebar di segala penjuru tanah air di pelosok nusantara dengan cukup
merata. Data yang bersumber dari situs resmi Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia tahun 2012 (www.depkop.go.id), jumlah
usaha UKM di Indonesia mencapai sekitar 56,5 juta unit dan mampu menyerap 97
persen tenaga kerja di Indonesia. Selain berperan meredam gejolak sosial akibat
angka pengangguran yang kian besar, UMKM secara makro juga turut
menumbuh-ratakan ekonomi Negara. Koperasi dan UMKM berkontribusi
terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 56%.
Meskipun berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, akses
UMKM terhadap pembiayaan masih minim. Potensi besar UMKM selama ini
tidak didorong oleh akses pembiayaan yang memadai. Alasannya pelaku bisnis ini
dianggap tidak memenuhi kriteria kredit perbankan atau unbankable. Hanya
sekitar 20 persen UMKM Indonesia yang memiliki akses pembiayaan, selebihnya
banyak yang mengandalkan pinjaman individu, bahkan rentenir. Selama ini profil
risiko UMKM masih cukup tinggi karena biasanya memiliki jaminan yang tidak
terlalu besar sehingga tidak diprioritaskan oleh perbankan (www.depkop.go.id).
Pada sisi yang lain terdapat instrumen keuangan yang lebih fleksibel yang
dapat dijadikan alternatif dalam pembiayaan bagi UMKM yaitu wakaf tunai atau

yang lebih di kenal dengan wakaf uang. Wakaf tunai dipopulerkan oleh M.A.
Mannan dengan mendirikan suatu badan yang bernama Social Investment Bank
Limited (SIBL) di Bangladesh. SIBL memperkenalkan produknya yaitu Sertifikat
Wakaf Tunai (Cash Waqf Certificate), produk ini merupakan yang pertama kali
dalam sejarah perbankan (Nafis, 2007). SIBL membuat Sertifikat wakaf tunai
(Cash Waqf Certificate) untuk mengumpulkan dana dari orang kaya dan membagi
perolehan wakaf tunai yang telah dikumpulkannya kepada orang-orang miskin.
Popularitas wakaf tunai, ditimbulkan karena fleksibilitas penyebaran manfaat
wakaf tunai kepada kalangan mustadhafin (orang fakir dan orang yang tertindas
ekonominya) dan dhuafa (orang miskin) di segala tempat.
Model wakaf semacam ini memudahkan masyarakat kecil untuk ikut
menikmati pahala abadi wakaf. Mereka tidak harus menunggu menjadi tuan
tanah untuk menjadi Muwaqif. Dana wakaf yang terkumpul ini selanjutnya dapat
digulirkan dan di investasikan oleh nazhir kedalam berbagai sektor usaha yang
halal dan produktif. Investasi dana wakaf melalui sektor riil akan dapat
mengarahkan pada keseimbangan antara uang wakaf yang terhimpun dan sektor
riil yang membutuhkan dana untuk menghasilkan barang (Rosmawati dan
Supriyatni, 2010).
Indonesia sebagai Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dengan
jumlah 207,45 juta orang, mempunyai potensi wakaf tunai yang begitu besar.
Potensi ini mencapai 3 triliun per tahun dengan asumsi hanya 10 juta umat
muslim berwakaf tunai dengan nominal yang berbeda yang disesuaikan dengan
pendapatan (Nasution, 2001). Jika potensi wakaf tunai ini dapat dioptimalkan
dengan mengembangkannya sebagai alternatif pembiayaan UMKM, setidaknya
akan berdampak pada dua hal sekaligus yakni mengatasi permasalahan
pembiayaan pada UMKM dan menjadi solusi bagi nazhir dalam menjaga agar
dana wakaf senantiasa berputar dan produktif. Kedua dampak ini secara
bersamaan akan mendorong bangkitnya perekonomian dari keterpurukan yang di
alami saat ini baik secara lokal maupun global. Oleh sebab itulah penulis tertarik
untuk mengangkat permasalahan ini dan memberikan solusi atau gagasan dalam
mengatasi permasalahan tersebut.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan solusi alternatif yang dapat
diterapkan dalam rangka pembiayaan UMKM. Dengan adanya solusi ini
diharapkan dapat bermanfaat membantu masyarakat dan pemerintah dalam usaha
mengatasi kesulitan yang dihadapi terkait dengan sumber pendanaan UMKM.
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah metode
studi pustaka yang diperoleh dari literatur-literatur terkait seperti buku-buku
bacaan, surat kabar, jurnal ilmiah dan artikel-artikel di media internet. Data dan
informasi yang diperoleh tersebut kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif
terkait permasalahan utama yang diangkat sehingga dari hasil pengolahan data

dan informasi tersebut dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah. Alur penulisan
tersebut terangkai dalam skema di bawah ini :
Identifikasi Masalah

Informasi Dari
Media Elektronik
dan Internet

Pengumpulan Data dan


Informasi yang
Relevan

Studi Literatur Buku,


Jurnal, dan Artikel
Media Cetak

Pengolahan Data
Berdasarkan Informasi
yang Diperoleh

Penulisan Karya
Ilmiah

Keterangan :
: digunakan untuk
: dilakukan
Gambar 1. Skema Alur Metode Penulisan

GAGASAN
Perkembangan Wakaf Tunai di Indonesia
Wakaf tunai bagi umat Islam di Indonesia tergolong baru. Hal ini bisa
dicermati dengan lahirnya fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang wakaf uang
yang ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2002. Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2004 tentang Wakaf juga baru disahkan oleh Presiden pada tanggal 27 Okteber
2004. Pengaturan tentang wakaf uang lebih detail dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Adanya peraturan khusus mengenai wakaf tunai
berarti telah memberikan kekuatan hukum tetap (legal standing) terhadap
perkembangan wakaf tunai di Indonesia. Pada tanggal 8 Januari 2010, Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan gerakan wakaf uang di Istana Negara


sehingga hingga saat ini wakaf uang telah menjadi gerakan nasional.
Dalam Undang-Undang Tentang Wakaf, wakaf uang juga diatur dalam
bagian tersendiri. Dalam Pasal 28 UU No 41 tahun 2004 disebutkan bahwa wakif
dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan
syariah penerima wakaf uang (LKS-PWU) yang ditunjuk oleh Kementerian
Agama. Dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak yang dilakukan
secara tertulis. Kemudian diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang dan
disampaikan oleh LKS-PWU kepada wakif dan nadzir sebagai bukti penyerahan
harta benda wakaf. Dan lembaga keuangan syariah atas nama nazhir mendaftarkan
harta benda wakaf berupa uang kepada Menteri selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja sejak diterbitkannya Sertifikat Wakaf Uang.
Wakaf uang harus disetor melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang
ditetapkan oleh Menteri Agama RI yaitu BNI Syariah, Bank Muamalat, Bank
Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank DKI Syariah, Bank Bukopin Syariah,
Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah, dan Bank Jogya Syariah. Wakaf uang
harus dibuktikan dengan sertifikat. Menurut Peraturan Badan Wakaf Indonesia
(No. 1 tahun 2009), sertifikat dapat diberikan kepada wakaf yang telah
mewakafkan uangnya paling sedikit Rp1.000.000 dan menyertakan asal usul uang
dan identitas lengkap wakifnya.
Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional,
dibentuk Badan Wakaf Indonesia yang melakukan pembinaan, pemberhentian dan
penggantian nazhir (pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya), mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf berskala nasional dan internasional,
memberikan izin atas perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf,
memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf, dan memberikan
saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di
bidang perwakafan.
Wakaf uang memudahkan mobilisasi dana dari masyarakat melalui
sertifikat tersebut karena beberapa hal. Pertama, lingkup sasaran pemberi wakaf
(wakif) bisa menjadi luas dibanding dengan wakaf biasa. Kedua, dengan
sertifikat tersebut, dapat dibuat berbagai macam pecahan yang disesuaikan dengan
segmen muslim yang dituju yang dimungkinkan memiliki kesadaran beramal
tinggi. Ketiga, wakif tidak perlu menunggu kaya raya atau tuan tanah untuk
berwakaf karena uang lebih mudah dibuat pecahannya dan dapat berupa wakaf
kolektif. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan dalam wakaf uang, maka
umat akan lebih mudah memberikan kontribusi mereka dalam wakaf tanpa harus
menunggu kapital dalam jumlah yang sangat besar.
Tabel 2.
Potensi Wakaf Uang di Indonesia
Penghasilan/
bulan

Jumlah
muslim

Besar
Wakaf/bulan

Potensi Wakaf
Uang/bulan

Potensi
Wakaf
Uang/tahun

Rp 500.000

4 juta

Rp 5.000

Rp 20 miliar

Rp 240 miliar

Rp 1 juta-Rp2 juta

3 juta

Rp 10.000

Rp 30 miliar

Rp 360 miliar

Rp 2 juta-Rp5 juta

2 juta

Rp 50.000

Rp 100 miliar

Rp 1,2 triliun

Rp 5 juta

1 juta

Rp 100.000

Rp 100 miliar

Rp 1,2 triliun
Rp 3 triliun

Total

Sumber: Nasution, 2006


Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia
Kredit atau Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang
selanjutnya disebut dengan Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah Kredit atau
Pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian
Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pada Peraturan Bank
Indonesia ini telah dengan jelas disebutkan bahwa bank umum termasuk bank
syariah wajib memberikan kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) dengan jumlah kredit atau pembiayaan ditetapkan paling
rendah 20% dihitung berdasarkan rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap
total Kredit atau Pembiayaan.
Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM oleh Bank Umum dilakukan
secara langsung kepada UMKM dan/atau tidak langsung melalui kerjasama pola
executing, pola channeling, dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi). Dalam
pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM, Bank Umum dapat melakukan
kerjasama dengan lembaga keuangan tertentu, yaitu: Bank Perkreditan Rakyat
(BPR), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dan Lembaga Keuangan Non
Bank. Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank lainnya adalah sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan BI yang mengatur mengenai pedoman penyusunan
laporan bulanan bank umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa
Tamwil dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Pada pola executing lembaga keuangan ini merupakan pihak yang
menanggung risiko apabila debitur UMKM wanprestasi atau cidera janji. Pola
channeling, lembaga keuangan ini tidak mempunyai kewenangan memutus
pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM. Dan sindikasi, bank umum dan
lembaga keuangan merupakan pihak yang menanggung risiko secara bersamasama sesuai dengan porsi pembiayaan masing-masing apabila debitur UMKM
wanprestasi atau cidera janji (Surat Edaran No. 15/35/DPAU).
Ada juga undang-undang yang khusus menanungi lembaga keuangan
mikro yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro, seperti halnya Baitul Maal wat Tamwil (BMT).
Pada lembaga keuangan syariah terdapat pilihan prinsip yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, yaitu prinsip bagi hasil, prinsip jual beli,
prinsip sewa, dan prinsip jasa. Salah satu prinsip yang tepat diperuntukkan bagi
pemberdayaan UMKM adalah prinsip bagi hasil. Secara umum prinsip bagi hasil
dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu mudharabah, musyarakah, muzaraah,
dan musaqah. Berbeda dengan bank yang jenis usahanya lebih luas sehingga
segmentasi yang dilayani juga lebih besar.

Pemberian pembiayaan dengan prinsip bagi hasil kepada UMKM


menggunakan prosedur umum pembiayaan, mulai dari pengajuan, analisis
kelayakan, pembuatan akad (perjanjian), dan pengawasan. analisis kelayakan
usaha, dalam hal ini bank akan menerapkan prinsip 5 C yaitu:Character (penilaian
watak/kepribadian), Chapacity (penilaian kemampuan), Capital (penilaian
modal), Condition of economy (penilaian terhadap keadaan pasar), dan Collateral
(penilaian jaminan). Analisis 5C dipergunakan oleh bank konvensional maupun
bank syariah sebelum kredit dikucurkan, sehingga memberikan keyakinan kepada
bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible).
Kecilnya porsi pembiayaan oleh lembaga keuangan syariah dengan prinsip
bagi hasil karena dihadapkan pada beberapa faktor. Instrumen yang digunakan
dalam menemukan faktor penghambat tersebut adalah instrumen penilaian
efektifitas hukum, yaitu: (a) hukum atau peraturan itu sendiri (substansi hukum),
(b) mentalitas petugas yang menegakkan (struktur hukum), (c) fasilitas yang
diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum, (d) kesadaran hukum dan
budaya masyarakat (budaya hukum).
Melalui instrumen penilaian diatas, maka dapat diketahui faktor-faktor
penghambat tersebut antara lain: Pertama, pelaksanaan prinsip kehati-hatian
(prudential principle) yang diberlakukan perbankan. Prinsip ini membuat bank
konvensional maupun bank syariah melakukan kegiatan usaha menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat bertindak
secara hati-hati, cermat, teliti dan bijaksana guna meminimalisir kemungkinan
risiko yang kesemuanya adalah dalam rangka memberikan perlindungan terhadap
dana masyarakat yang dipercayakan kepada lembaga perbankan, terlebih pada
produk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang digunakan oleh UMKM
memiliki risiko yang tinggi, yaitu diantaranya side streaming, yaitu nasabah
menggunakan dana tersebut bukan seperti dalam kontrak, lalai dan kesalahan yang
disengaja, penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
Wujud kehati-hatian perbankan dikenal dengan prinsip 5C. (Dendawijaya, 2003).
Kedua, mentalitas petugas yang menegakkan (struktur hukum) yaitu
membuka peluang untuk bank membuat suatu self regulatory banking, yang berisi
tentang ketentuan intern bank dalam menjalankan usahanya, walaupun tetap tidak
diperbolehkan menyalahi ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia.
Adanya self regulatory banking tersebut tentu akan membuka peluang untuk bank
dengan bebas membuat aturan sesuai dengan keinginannya sendiri tanpa
memperhatikan bahwa ada pihak-pihak yang mungkin tidak memiliki kemampuan
yang sama. Adanya kemampuan yang tidak sama tersebut diatas misalnya saja
dalam hal adanya jaminan. Jaminan di dalam hukum Islam dibagi menjadi dua,
yaitu jaminan yang berupa orang (personal guaranty) dan jaminan yang berupa
harta benda. Jaminan yang berupa orang (personal guaranty) dalam Islam disebut
dengan kafalah, sedangkan jaminan yang berupa harta benda dalam Islam disebut
dengan rahn.
Ketiga, fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum,
yaitu Sumber daya insani (SDI) juga menjadi permasalahan tersendiri bagi pihak
bank. Terlebih sistem perbankan syariah di Indonesia masih belum lama dikenal,
sehingga lembaga akademik dan pelatihan masih sangat terbatas. Hal ini
menyebabkan tenaga terdidik dan berpengalaman di bidang perbankan syariah
kurang memadai, padahal keberhasilan pengembangan bank syariah terutama

dalam hal pengembangan UMKM sangat ditentukan oleh kualitas manajemen


dan tingkat pengetahuan serta keterampilan pengelola bank.
Keempat, kesadaran hukum dan budaya masyarakat (budaya hukum), yaitu bahwa
usaha UMKM kurang menyadari pentingnya menjadi unit usaha yang bankable.
Usaha yang bankable disini adalah usaha yang layak untuk dibiayai. Beberapa
kriteria untuk menjadi usaha yang bankable antara lain usaha tersebut berbadan
hukum, memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), memiliki pencatatan
keuangan yang baik (termasuk di dalamnya invoice, tagihan, kwitansi, serta semua
kertas atau dokumen yang berhubungan dengan usaha), serta memiliki asset (bisa
berupa mesin, kendaraan, tanah).
Proses Pengembangan Wakaf Tunai sebagai Alternatif Pembiayaan Usaha
Mikro, Kecil Dan Menengah
Dalam perwakafan, pihak wakif dapat menentukan peruntukan hasil
pengelolaan harta wakaf. Jika ditinjau dari jangka waktunya, wakaf uang dapat
dibagi menjadi dua yaitu wakaf uang tak terbatas atau abadi dan wakaf uang
temporer. Contoh dari wakaf uang temporer, misalnya wakif mewakafkan
uangnya selama lima tahun sehingga sesudah itu uangnya dapat diambil kembali
hanya diperbolehkan dalam bentuk produk keuangan syariah pada LKS PWU
(Lembaga Keuangan Syariah Pengelola Wakaf Uang) yang telah dilegalkan oleh
BWI. Hal ini sejalan dengan ketentuan pada Pasal 28 UU No 41/2004 tentang
Wakaf, dimana dinyatakan bahwa pengelolaan wakaf uang ini harus dilakukan
oleh LKS PWU, baik LKS bank maupun non bank. Tujuannya adalah agar lebih
aman dan memudahkan pihak wakaf dalam menerima uangnya kembali pada saat
jatuh tempo. Sedangkan wakaf uang tak terbatas atau abadi, pihak nazhir memiliki
otoritas penuh untuk mengelola dan mengembangkan uang wakaf untuk mencapai
tujuan wakafnya.
Berdasarkan UU No. 41 tahun 2004, penerimaan dan pengelolaan wakaf
uang dapat diintegrasikan dengan lembaga keuangan syariah. Dalam wakaf uang,
wakif tidak boleh langsung menyerahkan mauquf yang berupa uang kepada
nazhir, tapi harus melalui LKS, yang disebut sebagai LKS Penerima Wakaf Uang.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 pasal 48 dijelaskan
bahwa pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat
dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen
keuangan syariah. Menurut pasal ini instrumen investasi wakaf uang terdiri dari
dua sektor; investasi pada lembaga keuangan syariah dan instrumen syariah
lainnya. Selain itu, investasi wakaf uang sebenarnya dapat dilakukan pada sektor
riil, seperti pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Semua investasi, baik melalui LKS, instrumen keuangan syariah dan
sektor riil, harus dijaminkan sesuai ketentuan yang berlaku. Penjaminan itu
sebagai bentuk pelestarian harta benda wakaf yang merupakan karakter utama dari
wakaf. Investasi melalui bank syariah dijaminkan melalui lembaga penjamin
simpanan dan investasi di luar bank syariah dijaminkan melalui asuransi syariah.
(PP Nomor 42 Tahun 2006 pasal 48 ayat 4 dan 5).
Pengelola wakaf (nzhir) dapat menyalurkan wakaf uang untuk
membiayai kegiatan usaha masyarakat dengan skema mudhrabah. Mudhrabah
adalah kerjasama dua belah pihak, dalam hal ini nazhir sebagai penyedia dana
(shahibul
ml) dan pengusaha UMKM sebagai pengelola (mudhrib).

Mudhrabah menggunakan prinsip bagi hasil keuntungan (profit sharing) dan


pembagian kerugian (loss sharing). Kerugian pada pembiayaan dengan akad
mudharabah akan ditanggung sepenuhnya oleh bank, kecuali bila nasabah
melakukan kelalaian dan kesengajaan yang menyebabkan dialaminya kerugian.
Hasil dari investasi yang diterima nazhir digunakan untuk kepentingan masyarakat
luas. Menurut Pasal 12 UU No 41 tahun 2004, hasil investasi dialokasikan untuk
upah nazhir (maksimal 10%) dan kesejahteraan masyarakat (minimal 90%).
Skema lain dapat digunakan dalam investasi wakaf uang di sektor riil ini,
seperti murbahah dan musyrakah. Investasi musyrakah ini hampir sama
dengan investasi mudhrabah. Pada pembiayaan musyarakah maka terjadi
percampuran dana antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu
yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagi
sesuai dengan nisbah yang disepakati dan risiko akan ditanggung sesuai porsi
kerjasama.
Dalam investasi murbahah, pengelola wakaf diharuskan berperan sebagai
enterpreneur (pengusaha) yang membeli peralatan dan material yang diperlukan
melalui suatu kontrak murabahah. Adapun keuntungan dari investasi ini adalah
pengelola wakaf dapat mengambil keuntungan dari selisih harga pembelian dan
penjualan. Manfaat dari investasi ini ialah pengelola wakaf dapat membantu
pengusaha-pengusaha kecil yang membutuhkan alat-alat produksi, misalnya
tukang jahit yang memerlukanan mesin jahit.
Untuk investasi dengan skema murbahah dan musyrakah harus ada
penjaminan atas investasi itu. Dalam mudhrabah dan musyrakah kemungkinan
kerugian atas investasi bisa terjadi dan kerugian itu ditanggung antara pengelola
wakaf dan pengelola investasi. Artinya, jika terjadi kerugian maka harta benda
wakaf berkurang dan hal ini tidak sesuai dengan sifat harta benda wakaf yang
kekal. Penjaminan berfungsi agar ketika terjadi kemungkinan kerugian dapat
diganti sehingga harta benda wakaf bersifat tetap. Penjaminan atas investasi
dilakukan melalui asuransi syariah.
Asuransi syariah (tamn, takful atau tadhmun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan/atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.

Gambar 2.
Skema Investasi Wakaf Uang pada Sektor Riil

Penghimpunan
dan Penerimaan

Waqif

Pengelolaan dan
pengembangan

LKS PWU

Investasi

Pendayagunaan
dan Penyaluran

Hasil
Investasi

90%

Mauquf
Alaih

Sektor Riil

Nazhir

Investasi

10%

Sumber : Al Arif, 2012

Optimalisasi Lembaga Masjid untuk Memaksimalkan Wakaf Tunai


Langkah Strategis dan Implementasi Kebijakan
***
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Wakaf tunai telah mempunyai kekuatan hukum tetap (legal standing)
setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Sejak tanggal
8 Januari 2010 wakaf uang telah menjadi gerakan nasional.
2. Dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM, Bank Umum
dapat melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan tertentu, yaitu:
Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) dan Lembaga Keuangan Non Bank.

3. Nazhir dapat menyalurkan wakaf uang untuk membiayai kegiatan


usaha masyarakat dengan skema mudhrabah. Nazhir berperan
sebagai shahibul mal dan pengusaha UMKM adalah sebagai
mudharib. Hasil investasi dialokasikan untuk nazhir (maksimal 10%)
dan kesejahteraan masyarakat (minimal 90%).

DAFTAR PUSTAKA

. 2012. 10 Negara dengan Jumlah Penduduk Muslim Terbesar di


Dunia. Diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari http://anashir.com
. 2013. Pengembangan UKM di Indonesia Dihadang Masalah.
Metro TV News: Jakarta. Edisi 8 Maret 2013. Diakses pada tanggal 11
Januari 2014 dari http://www.metrotvnews.com
Al-Arif, M. Nur Rianto. 2012. Efek Multiplier Wakaf Uang Dan Pengaruhnya
Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Asy-Syirah Vol. 46
No. I, Januari-Juni 2012
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah. 1977. Ahkam al-Waqf fi al-Syariah alIslamiyah. (Baghdad: Mathbaah al-Irsyad, 1977). Alih bahasa Ahrul Sani
Faturrahman dkk, judul Indonesia: Hukum Wakaf, (Jakarta: DD Republika
dan IIMan, 2004)
Anoraga, Panji dan Sudantoko, Djoko. 2002. Koperasi Kewirausahaan dan
Usaha. Jakarta: Rineka Cipta.
Azhari, Irsan. 1991. Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta:
LPES.
Beik, Irfan Syauqi. 2013. Mengoptimalkan Wakaf Uang bagi Pengembangan
UMKM. Diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari www.blogdetik.com
Cizakca, Murat. 2004. Ottoman Cash Waqfs Revisited: The Case of Bursa 15551823. UK: FSTC.
Dendawijaya , Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ibn Manzur, Lisan al-Arab, jil. 11. (Kairo: al-Dar al-Misriyyah li al-Talif wa al
Tarjamah, 1954), hal. 276.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.
UMKM Serap 97 Persen Tenaga Kerja di Indonesia. Diakses pada tanggal
10 Januari 2014 dari http://www.depkop.go.id.
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Wakaf Uang
Lestari, Sri. 2009. Perkembangan dan Strategi Pengembangan Pembiayaan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Jurnal Pengkajian Koperasi
dan UKM. Volume 4. Agustus, Hal. 116-139
Madjid, Baihaqi Abdul dan Rasyid, Saifuddin. A. 2000. Paradigma Baru
Ekonomi Kerakyatan Sistem Syariah Perjalanan Gagasan Gerakan BMT di
Indonesia. Jakarta: PINBUK
Masyita, Dian et al. A Dynamic Model for Cash Waqf Management as One of
The Alternative Instrumens for the Poverty Alleviation in Indonesia, hal. 1
diakses dari http://www.islamic-world.net.
Musnandar , Aries. 2012. Peran UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi Bangsa.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2014 dari http://www.uin-malang.ac.id
Nafis, Cholil. 2007. Menggali Sumber Dana Umat Melalui Wakaf Uang. Diakses
pada tanggal 11 Januari 2014 dari http://www.nu.or.id
Nasution, Mustafa Edwin. 2001 . Wakaf Tunai dan Sektor Volunter : Strategi
untuk Mensejahterakan Masyarakat dan Melepaskan Ketergantungan
Hutang Luar Negeri. Makalah disampaikan dalam Seminar Wakaf TunaiInovasi Finansial Islam: Peluang danTantangan dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta, 10 November 2001
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/ 22 /PBI/2012 Tentang Pemberian Kredit
atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan menengah
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
Riadi, Muchlisin. 2013. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah . Diakses pada
tanggal 11 Januari 2014 dari www.kajianpustaka.com
Republika Online 27 Juni 2013. BI: Tidak Semua Bank Ahli Biayai UMKM.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2014 dari http://www.republika.co.id
Republika Online 18 November 2013. Kadin: Dorong Peningkatan Ekspor
Nonmigas UKM. Diakses pada tanggal 12 Januari 2014 dari
http://www.republika.co.id
Rosmawati ,Rosi dan Supriyatni ,Renny. 2010. Implementasi Wakaf Tunai dalam
Bank Syariah melalui Pembiayaan Al Qardhul Hasan sebagai Upaya
Pemberdayaan Sektor Riil. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Rozalinda. 2013. Peran Wakaf Dalam Pemberdayaan Ekonomi Perempuan.
Kamis, 30 Mei 2013, http://bwi.or.id, akses 5 Juli 2013
SK. Direktur BI No.31/24/Kep/DER tanggal 5 Mei 1998

SK Direktur BI No.30/45/Dir/Uk tanggal 5 Januari 1997


Sula, M. Syakir. 2009. Implementasi Wakaf dalam Instrumen Asuransi Syariah.
Jurnal Al-Awqaf, Vol. II, No. 2, April (BWI: Jakarta, 2009).
Surat Edaran kepada Semua Bank Umum Di Indonesia No. 15/35/DPAU, 2013.
Syafrudin, Arif. 2010. Wakaf Tunai sebagai Alternatif Mekanisme Redistribusi
Keuangan Islam. Jurnal Ekonomi Islam La_Riba Volume IV. No.1, Juli
2010.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro dan
Menengah, Usaha Mikro.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Anda mungkin juga menyukai