DAN
LENGKUNG PERALIHAN
GEOMETRIK JALAN
Disusun Oleh :
1504105093
1504105112
TRASE JALAN
DAN
LENGKUNG PERALIHAN
GEOMETRIK JALAN
Dosen :
Dr. I Made Agus Ariawan, ST, MT
Disusun Oleh :
1504105093
1504105112
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
anugrah dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang
telah ditentukan. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi,
namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bimbingan dari Bapak/ Ibu Dosen sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca. Sehingga pembaca mendapat manfaat dari membaca makalah ini. Banyak
kekurangan yang mungkin terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ............................................................................................................. iv
Daftar Tabel ................................................................................................................. v
I Pengertian Trase Jalan ............................................................................................... 1
II Prinsip Perancangan Trase Jalan .............................................................................. 1
2.1 Survey Awal - Rekonesan ......................................................................... 1
2.2 Survey Pendahuluan ................................................................................. 2
2.3 Survey Lokasi ............................................................................................ 3
III Contoh Perancangan Trase Jalan Tugas Perancangan Geometrik .......................... 4
IV Klasifikasi Medan .................................................................................................. 5
V Perhitungan Klasifikasi Medan ............................................................................... 5
VI Gaya Sentrifugal ..................................................................................................... 8
VII Lengkung Peralihan .............................................................................................. 10
VIII Contoh Soal Perhitungan Lengkung Peralihan .................................................... 14
Daftar Pustaka ............................................................................................................. 16
Lampiran ...................................................................................................................... vi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Perancangan Trase Jalan .......................................................................... 4
Gambar 1.2 Penjabaran Kerja Gaya Sentrifugal ......................................................... 9
Gambar 1.3 Lengkung Peralihan Elemen Spiral ......................................................... 11
iv
DAFTAR TABEL
Gambar 1.1 Klasifikasi Medan .................................................................................... 5
Gambar 1.2 Klasifikasi Jalan Sesuai Kemiringan ....................................................... 8
Gambar 1.3 Persyaratan Perencanaan Lengkungan .................................................... 10
Berdasarkan peta-peta tersebut, dibuat suatu peta dasar (base map) dan dapat
ditentukan :
a. Titik-titik Utama (Primary Controls)
Daerah pegunungan
Daerah yang cukup penting, yang mempunyai daya beli dan daya jual
yang tinggi serta tempat-tempat bersejarah
Ditentukan alasan utama bagi daerah-daerah yang dilewati trase jalan dan
ditandai pada peta dasar.
Digambarkan satu atau beberapa jalur alternatif sebagai rencana trase jalan
yang melalui titik utama.
Jarak dan sudut jurusan dari jalur trase yang direncanakan diukur diatas peta
dasar dengan menggunakan penggaris dan busur derajat.
Peninjauan Lapangan
Peta dasar yang telah disebutkan, kemudian dibawa ke lapangan untuk disesuaikan
dengan kondisi lapangan.
Rencana trase jalan yang dibuat di peta dasar, secara kasar diukur di lapangan
dengan menggunakan alat ukur theodolit, untuk mengetahui jarak, azimuth,
sudut-sudut miring.
Semua perbedaan terhadap peta dasar yang ada, dicatat dan dibuatkan
sketsanya di peta dasar, misalnya daerah rawa, hutan, dan lain sebagainya.
Dari hasil peninjauan lapangan dan pengukuran yang dilakukan dapat dipilih
jalur trase jalan yang terbaik (the most promising route).
Dibuat polygon utama, sebagai dasar kerangka sepanjang jalur yang terdiri
dari titik-titik tetap berjarak 2-5 Km dan sedapat mungkin diikat dengan titik
2
Membuat patok-patok untuk lengkungan-lengkungan jalan, membuat patokpatok rincikan awal damija dan damaja, sekaligus rincikan untuk
pembebasan tanah.
Klasifikasi Medan
Secara umum trase jalan pada daerah perbukitan, selalu mengikuti kontur dari
topografi, sehingga banyak berkelok-kelok karena untuk mempertahankan kelandaian
memanjang (grade) jalan. Namun demikian yang paling utama adalah grade disesuaikan
dengan persyaratan yang ada, agar kendaraan-kendaraan berat masih bisa melaluinya.
Persyaratan ini mengatur kelandaian memanjang maksimum (grade jalan), agar semua jenis
kendaraan yang diijinkan pada ruas tersebut dapat mempertahankan kecepatan rencananya,
dan tidak sampai terhenti akibat keterbatasan kapasitas mesin yang dipunyai kendaraan.
Tabel Klasifikasi Medan :
Golongan Medan
Kemiringan Medan
Datar (D)
<3%
Perbukitan (B)
3% - 25 %
Pegunungan (G)
> 25 %
Tabel 1.1 Klasifikasi Medan
Sumber : TPGJAK No. 038/T/BM/1997
Perhitungan Kemiringan
Jika titik pada potongan yang ditinjau berada diantara kontur yang elevasinya sama
maka tidak diperlukan perhitungan lagi dan lokasi tersebut dianggap datar. Jika masingmasing ujung titik potongan berada pada elevasi yang berbeda, maka perlu dilakukan
perhitungan dengan cara selisih ketinggiannya di bagi dengan jarak kedua titik tersebut
kemudian di kalikan 100 %.
Contoh :
Perhitungan Kemiringan Potongan 1-1
Kemiringan =
|74 72|
100% = 1,33 %
150
Kemiringan =
|69,4 71|
100% = 1,07 %
150
6
Kemiringan =
|68,4 72|
100% = 2,04 %
150
Kemiringan =
|61 64,2|
100% = 2,13 %
150
7
JALAN
KEMIRINGAN
KLASIFIKASI MEDAN
1 s/d 23
Jalan Lurus
49.27 %
Pegunungan
23 s/d 26
Tikungan PI
29.99 %
Pegunungan
26 s/d 51
Jalan Lurus
10.51 %
Perbukitan
51 s/d 54
Tikungan P2
23.33 %
Perbukitan
54 s/d 71
Jalan Lurus
16.66 %
Perbukitan
71 s/d 74
Tikungan P3
4.99 %
Perbukitan
74 s/d 96
Jalan Lurus
28.14%
Pegunungan
Gaya Sentrifugal
Aplikasi suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap V pada suatu bidang datar
atau miring dengan lintasan berbentuk suatu lengkung seperti lingkaran, maka pada
kendaraan tersebut akan bekerja gaya kecepatan katakan V dan gaya sentrifugal katakan F.
Gaya sentrifugal akan mendorong kendaraan secara radial kaluar dari lajur jalannya, kearah
tegak lurus terhadap gaya kecepatan V. Gaya ini menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada
pengemudi.
Gaya sentrifugal (F) yang terjadi :
F=m.a
Dimana :
m = massa = W/g
W = berat kendaraan
g = gaya gravitasi bumi
a = percepatan sentrifugal = V2/ R
V = kecepatan kendaraan
R = Jari-jari lengkung lintasan
Dengan demikian bersarnya gaya sentrifugal, dapat ditulis sebagai berikut :
F=
Untuk dapat menjabarkan bagaimana gaya sentrifugal bekerja pada suatu kendaraan
yang sedang melalui jalan tikungan, maka gambar dibawah ini dapat menjelaskan hal
tersebut.
Dari gambar diatas terlihat bahwa, ketika jalan tikungan memiliki sudut kemiringan
sebesar , maka besar gaya sentrifugal tersebut dapat diimbangi oleh W sin , yang membuat
kendaraan tidak tertarik ke luar jalur atau menjauhi pusat lingkaran tikungan, sehingga
pengendara merasa nyaman melewati tikungan walaupun dengan kecepatan yang relatif
tinggi.
Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah suatu lengkung dengan jari-jari yang berubah beraturan.
Lengkung peralihan dipakai sebagai peralihan antara bagian yang lurus dan bagian lingkaran
dan sebagai peralihan antara dua jari-jari lingkaran yang berbeda. Lengkung peralihan
dipergunakan pada jari-jari lengkung yang relatif kecil, seperti terlihat pada Tabel dibawah.
Kecepatan Rencana
(km/jam)
peralihan (m)
120
2370
780
110
1990
660
100
1650
550
90
1330
440
80
1050
350
70
810
270
60
600
200
Secara teoritis perubahan arah dari jalan lurus ke tikungan yang berbentuk busur
lingkaran harus dilakukan secara mendadak (R = ke R = R). Kenyataannya hal itu tidak
perlu karena:
a. Pada saat membelok yang dibelokkan adalah roda depan sehingga jejak roda akan
melintasi lintasan yang berbentuk busur lingkaran.
b. Akibatnya, gaya sentrifugal yang timbulpun berangsur-angsur dari R = ke R = R
pada tikungan berbentuk busur lingkaran.
Pada lengkung tumpul, R besar, kendaraan dapat tetap pada lajurnya. Pada tikungan
tajam, R kecil, kendaraan sering menyimpang dan mengambil lajur di sampingnya. Untuk
menghindari hal tersebut, sebaiknya dibuat lengkung dimana lengkung tersebut merupakan
peralihan dari R = ke R = R. lengkung ini disebut dengan lengkung peralihan.
10
Bentuk lengkung peralihan yang memberikan bentuk sama dengan jejak kendaraan
ketika beralih dari jalan lurus ke tikungan berbentuk busur lingkaran dan sebaliknya,
dipengaruhi oleh:
a.
b.
c.
d.
Sifat pengemudi
Kecepatan kendaraan
Radius lengkung
Kemiringan melintang jalan
11
R=
dengan K = Konstanta
di titik SC
Rc =
K
Lc
Sehingga R =
Rc . Ls
l
90 Ls
.
Rc
x=l-
y=
Ls 5
l5
di
titik
SC
menjadi
Xc
=
Ls
40 Rc 2 Ls 2
40 R 2 ls 2
Ls 3
l3
di titik SC menjadi Yc =
6 R.ls
6 RcLs
12
+k
2
Et = (Rc + p) sec
- Rc
2
m.v 2
R
t=
Ls
v
a
:
t
a
t
Gaya = m.a
Gaya
m.a mv 3
=
=
R.Ls
Waktu
t
v3
v3
c=
Ls =
R.c
R.Ls
v3
R.c
: 40 km/jam
: 10 %
:2%
Lebar perkerasan
: 2 x 3,5 m
Sudut tikungan ()
: 108
: 50 m
14
VR
40
.T=
. 3 = 33.33 m
3.6
3.6
2. Berdasarkan rumus modifikasi Shortt
v3
v.e
Ls
= 0,022
- 2,727
R.c
c
3
40
40 x 0.0997
= 0,022
- 2,727
= 43.21 m
50 x 0.4
0.4
3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
(e en )
Ls = m
.VR
3.6 x rc
Dimana re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan Untuk
Ls =
Ls =
(0.1 0.02 )
x 40 = 25.40 m
3.6 x 0.035
4. Berdasarkan rumus Bina Marga
W
Ls =
x m x (en + er)
2
3.5 x 2
Ls =
x 120 x (0.02 +0.0997) = 50.27 50
2
Digunakan Lengkung peralihan yang memenuhi dan efisien, Ls = 43.21m 44 m
15
DAFTAR PUSTAKA
Saodang Hamirhan, 2010. Konstruksi Jalan Raya. Bandung : Nova
Anonim, 2012. Contoh Soal Lengkung Peralihan, Available at
<https://nursyamsu05.files.wordpress.com/2012/04/exercises-horizontal-alignmentscs.pdf> Diakses pada tanggal : Kamis 13 Oktober 2016
Anonim, 2012. Alinemen Horizontal, Available at
<https://ekhalmussaad.files.wordpress.com/2011/03/alinemen-horizontal1.doc>
Diakses pada tanggal : Kamis 13 Oktober 2016
16
LAMPIRAN
Kiri (m)
Tengah
(m)
Kanan (m)
MELINTANG
BEDA TINGGI
KEMIRINGAN
e =( a - c )
f = e/d x 100%
1-1'
120
80
30
150
90
60%
2-2'
120
62.5
30
150
90
60%
3-3'
120
55.7
30
150
90
60%
4-4'
120
51.9
30
150
90
60%
5-5'
120
49.8
30
150
90
60%
6-6'
100
49.9
30
150
70
46.66%
7-7'
100
51.8
30
150
70
46.66%
8-8'
100
53.5
30
150
70
46.66%
9-9'
100
67.7
30
150
70
46.66%
10-10'
100
69.6
30
150
70
46.66%
11-11'
100
74.4
30
150
70
46.66%
12-12'
100
73.6
30
150
70
46.66%
13-13'
100
74.3
30
150
70
46.66%
14-14'
100
75.9
30
150
70
46.66%
15-15'
100
76.6
30
150
70
46.66%
vi
16-16'
100
77.4
30
150
70
46.66%
17-17'
100
78,6
30
150
70
46.66%
18-18'
100
78,7
30
150
70
46.66%
19-19'
100
78,1
30
150
70
46.66%
20-20'
100
78,1
30
150
70
46.66%
21-21'
100
77.9
30
150
70
46.66%
22-22'
100
76.3
30
150
70
46.66%
23-23'
100
76,9
40
150
60
40%
ELEVASI
POTONGAN
JARAK
Kiri (m)
Tengah (m)
Kanan (m)
MELINTANG
BEDA TINGGI
KEMIRINGAN
e =( a - c )
f = e/d x 100%
24-24'
100
75.1
40
150
60
40%
25-25'
80
75.5
40
150
40
26.66%
26-26'
80
71.8
60
150
20
13.33%
27-27'
80
73.4
60
150
20
13.33%
28-28'
80
80.5
60
150
40
13.33%
29-29'
70
91.7
40
150
30
20%
30-30'
80
60.9
80
150
0,00%
31-31'
70
78.9
70
150
0,00%
vii
32-32'
80
82.8
80
150
0,00%
33-33'
80
85.1
80
150
0,00%
34-34'
80
88.1
80
150
0,00%
35-35'
80
100
80
150
0,00%
36-36'
80
132
80
150
0,00%
37-37'
80
134
90
150
10
6.66%
38-38'
100
136
90
150
10
13.33%
39-39'
100
137
90
150
10
13.33%
40-40'
100
141.5
90
150
10
13.33%
41-41'
140
147.5
90
150
10
33.33%
42-42'
140
157,5
90
150
10
33.33%
43-43'
140
157.5
90
150
10
33.330%
44-44'
140
157.5
90
150
10
33.33%
45-45'
140
157.5
140
150
0.00%
46-46'
160
157.5
140
150
20
13.33%
47-47'
170
157.5
140
150
30
20%
48-48'
170
157.5
140
150
30
20%
49-49'
170
157.5
140
150
30
20%
50-50'
170
157.5
140
150
30
20%
51-51'
170
157.5
140
150
30
20%
52-52'
170
157.9
140
150
30
20%
viii
53-53'
170
157.5
130
150
40
26,66%
54-54'
170
149.9
130
150
40
26,66%
55-55'
170
147.6
130
150
40
26,66%
56-56'
160
144.4
130
150
30
20%
57-57'
160
140.8
130
150
30
20%
58-58'
160
138.5
130
150
30
20%
59-59'
160
138.5
130
150
30
20%
60-60'
160
138.5
130
150
30
20%
61-61'
160
138.5
130
150
30
20%
62-62'
160
138.5
130
150
30
20%
63-63'
160
138.5
130
150
30
20%
64-64'
150
138.5
130
150
20
13.33%
65-65'
150
138.5
130
150
20
13.33%
66-66'
150
138.5
130
150
20
13.33%
67-67'
150
138.5
130
150
20
13.33%
ELEVASI
JARAK
MELINTANG
BEDA TINGGI
KEMIRINGAN
e =( a - c )
f = e/d x 100%
Kiri (m)
Tengah (m)
Kanan (m)
68-68'
130
138.5
130
150
13.33%
69-69'
140
138.5
130
150
10
6.66%
POTONGAN
ix
70-70'
140
138.5
130
150
10
6.66%
71-71'
140
138.5
130
150
10
6.66%
72-72'
130
138.5
130
150
10
0,00%
73-73'
140
138.7
130
150
10
6.66%
74-74'
140
138.9
130
150
10
6.66%
75-75'
140
138.9
130
150
10
6.66%
76-76'
130
138.9
130
150
0,00%
77-77'
130
138.9
130
150
0,00%
78-78'
130
138.9
120
150
10
6.66%
79-79'
110
115.5
110
150
0,00%
80-80'
60
115.6
110
150
50
40%
81-81'
120
115.8
110
150
10
6.66%
82-82'
120
91.2
60
150
60
40%
83-83'
130
120
60
150
30
46.66%
84-84'
140
130
60
150
80
53.33%
85-85'
140
134.6
60
150
80
53.33%
86-86'
140
134.6
60
150
80
53.33%
87-87'
140
134.6
90
150
50
33.33%
88-88'
140
134.6
90
150
50
33.33%
89-89'
140
134.6
100
150
40
26.66%
90-90'
140
134.6
100
150
40
26.66%
91-91'
150
134.6
100
150
50
33.33%
93-93'
150
134.6
100
150
50
33.33%
93-93'
150
134.6
100
150
50
33.33%
94-94'
150
134.6
100
150
50
33.33%
95-95'
150
134.6
100
150
50
33.33%
96-96'
150
134.6
80
150
70
46.66%
xi