html
http://www.scribd.com/doc/88579891/Wartono-Rahardjo-Metode-GeologiLapangan
c. Potensi geologi daerah tersebut : Potensi geologi apa saja yang dimiliki
oleh wilayah tersebut, baik potensi positip maupun potensi negatip.
Potensi positip berupa sumberdaya geologi, misalnya bahan tambang
yang sudah atau belum digali, air tanah yang sudah dan belum
dimanfaatkan, tanah yang dapat berfungsi sebagai lahan pertanian,
perkebunan, pemukiman atau sebagai bahan urugan, baik yang sudah
digali maupun yang belum dsb. Sedangkan potensi negatip berupa potensi
bencana alam, misalnya : tingkat kegempaan, daerah yang sudah maupun
yang belum pernah tetapi berpotensi terjadinya tanah longsor, daerah mana
yang rentan akan bahaya banjir, daerah mana yang sudah pernah atau
berpotensi terkena akibat aktifitas gunung api misalnya aliran awan panas,
aliran lahar, aliran lava.
Berdasar kondisi geologinya tersebut, maka wilayah tersebut dapat
dikembangkan dan ditata secara bijaksana, sehingga secara optimal dapat
memberikan kesejahteraan, keamanan dan kenyamanan kepada para penghuninya,
baik manusia maupun makhluk hidup yang lain secara berkesinambungan.
Untuk dapat mengetahui kondisi geologi di suatu daerah, ahli geologi
harus memiliki dasar geologi yang kuat, menyeluruh dan terintegrasi, serta
mampu memanfaatkan pengetahuan dasar tersebut untuk melakukan pemetaan
geologi. Kemahiran dalam melakukan pemetaan geologi hanya dapat dicapai
apabila yang bersangkutan mengerti dan memahami Metode Geologi Lapangan
(MGL).
2.
a.
Mineralogi/Petrologi/Petrografi.
b.
c.
d.
Stratigrafi/Sedimentologi.
e.
Geologi Struktur/Tektonik.
f.
Geologi Teknik/Lingkungan.
MGL merupakan dasar untuk :
a.
b.
Eksplorasi Mineral.
c.
d.
Studi Cekungan.
4.
5.
adalah batuan, urutan batuan, struktur batuan serta bangun bentang alam yang
dibangun oleh batuan tersebut.
a. Pengelompokan atau Penyatuan
Pengelompokan dan penyatuan aneka ragam batuan yang ada di lapangan
(pengelompokan stratigrafis) didasarkan atas :
ciri khas batuan
litostratigrafi
biostratigrafi
kronostratigrafi
6.
Peta Geologi : Peta Geologi adalah suatu peta tematik yang menggambarkan
kondisi geologi suatu daerah. Peta tersebut merupakan hasil dari proses
pemetaan geologi. Pemetaan geologi adalah suatu kerja lapangan yang
memanfaatkan metode geologi lapangan untuk menghasilkan Peta Geologi dari
daerah tersebut.
2.
3.
a.
Berdasarkan skalanya :
1 : 100.000
Skala sedang
1 :50.000
Skala besar
1 : 25.000
Skala detail
1: 10.000,
b.
1 : 5000
Suatu Peta Geologi dibuat dengan berbagai variasi, sesuai dengan kondisi medan,
tujuan utama pemetaan serta ketentuan umum pemetaan yang berlaku di instansi
dimana pemeta bekerja. Walaupun variasi itu besar, namun dalam suatu peta
geologi ada komponen-komponen utama yang bersifat universil. Komponen
tersebut adalah :
a. Judul Peta
Judul Peta mencakup :
Nama daerah.
Skala peta, sebaiknya skala angka maupun skala grafis.
Nama penyusun Instansi penerbit.
Tahun penerbitan peta tersebut. Untuk peta yang tidak diterbitkan, dicantumkan
tahun dimana laporan pernetaan tersebut dianggap selesai.
b. Penyebaran Satuan-Satuan Peta :
Umumnya adalah Satuan Batuan, baik resmi (Formasi, Anggauta) maupun tak
resmi (Satuan A, Satuan B).
Setiap Satuan diberi tanda atau warna atau kombinasi tanda dan warna khusus,
biasanya berkait dengan batuan penyusun utamanya.
Dua satuan yang berdekatan berbatasan yang dinyatakan dengan garis batas, baik
berupa batas tegas (garis menerus) maupun batas diperkirakan (garis putus-putus).
c.
Unsur geologi yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, aliran lava, sisipan
batubara) yang mempunyai kedudukan mendatar (horisontal) atau kemiringan
yang kecil (kurang dari 9 ) pola penyebarannya akan sejajar mengikuti garis
kontur.
Unsur yang mempunyai kemiringan antara 10 hingga 79 , pada daerah lembah
penyebarannya akan membentuk huruf V dengan arah meruncing mengikuti arah
kemiringan perlapisan tersebut.
Unsur geologi yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, dike, sesar, urat kuarsa)
yang mempunyai kedudukan tegak (vertikal) atau kemiringan yang besar (lebih
besar dari 80 ) pola penyebarannya akan merupakan garis lurus, memotong garis
kontur.
d.
Tanda jurus & kerniringan : perlapisan batuan sedimen, foliasi (pada batuan
metamorf).
Tanda jurus & kemiringan kekar dan sesar.
Tanda sesar, baik sesar turun, sesar naik, sesar sesar mendatar. Tanda tersebut
dapat bersifat sesar pasti (garis menerus), sesar diperkirakan (garis putus-putus)
maupun sesar tertimbun air atau sedimen muda (titik-titik).
Tanda perlipatan antiklin dan sinklin, perlu disertakan arah penunjamannya.
e.
Penjelasan tentang warna atau tanda yang dipakai pada Peta Geologi.
Urutan stratigrafi dari satuan yang ada di peta disusun secara superposisi.
Hubungan antar satuan, ditunjukkan terutama mana yang merupakan hubungan
tidak selaras.
Di bawah Legenda warna atau tanda diberikan Legenda tentang simbul struktur
maupun simbul gejala geologi lain yang ada di Peta Geologi.
f.
Indeks geografis/administratif.
Indeks terhadap lembar peta yang berdampingan (adjoining sheets).
g.
Beberapa profil :
b.
Hasil pengamatan sejumlah titik dalam suatu lintasan dirangkai menjadi peta
geologi lintasan.
c.
usahakan
yang
memiliki
kemampuan
statistis
clan
trigonometris.
k. Plester untuk memberi label pada contoh batuan.
3.
a.
Tas pinggang.
b.
Peralatan makan : terdiri dari ompreng makan dan tempat air minum (veldples
atau botol plastik).
c.
Pisau saku.
d.
e.
Kotak PPPK kecil : berisi obat untuk untuk luka kecil atau gigitan serangga di
lapangan maupun obat-obat pribadi.
f.
g.
Peralatan hiburan yang layak untuk Kerja Lapangan, misainya : radio kecil,
walkman dll.
4.
tipe azimuth atau tipe 360 , dimana lempengan skala dibagi menjadi 360 diukur
dari North ke East.
a. Koreksi Deklinasi. Karena jarum kompas adalah jarum magnet, maka
arah utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas adalah arah utara
magnetik. Arah utara magnetik ini tidak berimpit dengan arah utara
sebenarnya (arah utara geografis). Mereka membentuk sudut yang
besarnya berbeda -beda dari suatu lokasi geografis dengan lokasi geografis
lainnya, dan kadang berubah dari satu waktu ke lain waktu, meskipun
lokasi geografisnya tetap. Perbedaan suclut ini dinamakan deklinasi.
Supaya jarum kompas menunjukkan arah yang sesuai dengan arah utara
geografis maka harus dilakukan koreksi deklinasi. Misalkan, besamya
harga deklinasi di daerah Bojonegoro pada tahun 1930 adalah 2 15'E dan
bertambah 3' setiap tahun. Keterangan tersebut dapat dibaca pada peta
topografi yang digunakan. Jika kita akan bekerja di daerah itu pada tahun
1980, maka besarnya deklinasi adalah 2 15' + 50 x 3' = 4 45' E, artinya
arah utara magnetik tedetak 4 45' di sebelah timur dari utara sebenarnya
(true north). Jadi lingkaran harus kita putar sehingga index pin menunjuk
4 45' di sebelah timur dari titik 0.
b. Cara Membaca Arah.
Arah dari suatu titik ke titik lain dapat dinyatakan dengan dua cara, tergantung
jenis/tipe kompas geologi yang digunakan. Kedua cara tersebut adalah :
Dengan hanya menggunakan satu mata angin yaitu North (N) memutar melewati
East (E). Setelah arah diukur dengan cara tersebut, ditulis dengan notasi N E
(misalnya N 45 E, N 100 E, N 286 E). Arah yang diukur dengan metode ini
disebut sebagai dinamakan Azimuth, besarnya 0 s/d 360. Penulisan arah
Azimuth dinyatakan dengan NE, maksudnya pengukuran mulai dari arah North ke
East, misainya N 160 E, N 340" E, N 150" E dan sebagainya. Perhatikan, NE
disini tidak menunjukkan kuadran North-East. Kompas geologi yang digunakan
juga disebut sebagai kompas tipe azimuth (360). Kompas geologi dari Eropa dan
Jepang pada umumnya dibuat mengikuti tipe ini.
Dengan menggunakan empat mata angin, yaitu North, East, South dan West.
Arah-arah diukur dari : North ke arah East untuk yang berada pada kuadran NE,
Terbaliknya
penggambaran
kemiringan
dapat
menimbulkan
kesalahan yang serius. Cara pertama yang dibaca adalah arah dari jurusnya,
sedangkan cara kedua yang dibaca adalah arah dari kemiringannya.
Pengukuran dilakukan dari bagian atas lapisan, kalau yang tersingkap bagian
bawah maka sambunglah bidang perlapisan tersebut dengan clipboard saudara
dan pengukuran dilakukan di atas clipboard.
Tempelkan sisi E dari kompas pada lapisan batuan sambil kompas dihorisontalkan
dengan cara gelembung horisontal (horizontal bubble) diusahakan berada di
tengah. Kalau kompas sudah horisontal bacalah ujung utara, maka arah ini adalah
arah jurus dari lapisan. Arah kemiringannya adalah 90 dari arah ini searah jarum
jam.
Ukurlah besar kemiringan dengan klinometer. Caranya : kompas diletakkan
miring pada sisinya yang ada skala klinorneter dalam arah tegak lurus, kemudian
bacalah besarnya sudut kemiringannya.
Jika arah kemiringannya yang dibaca maka:
Pengukuran tetap dilakukan pada bagian atas lapisan batuan.
Tempelkan sisi S dari kompas sambil kompas dihorisontalkan seperti pada cara
pertama.
Setelah kompas horisontal, bacalah ujung jarum utara, maka arah ini adalah arah
kemiringan dari lapisan.
Ukurlah besamya kemiringan dengan klinometer.
Arah jurusnya tentu saja tegak lurus arah kemiringan tersebut.
Kedua cara pengukuran jurus dan kemiringan yang telah diuraikan di atas berlaku
untuk kompas empat kuadran maupun kompas azimut
PETA TOPOGRAFl DAN KEGUNAANNYA DALAM PEMETAAN
GEOLOGI
1.
3.
a.
b.
c.
d.
Peta turis.
4.
a.
b.
c.
d.
Tubuh intrusi membentuk kontur relatif konsentris pada daerah dengan pola
kontur yang lain.
e.
f.
5.
lembar dipakai sebagai peta pangkalan (base sheet), dan satu lembar lagi sebagai
peta petunjuk lokasi pengamatan.
Peta topografi yang paling baik untuk dipakai dalam penyelidikan geologi
adalah peta kontur. Peta jenis ini dilengkapi dengan garis kontur, yaitu garis
khayal yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya. Garis kontur ini
digambar dengan interval ketinggian tertentu yang biasanya dinyatakan pada
lembar peta yang bersangkutan. Dengan demikian, dengan melihat lokasi suatu
titik pada atau di antara garis kontur dengan nilai ketinggian tertentu, ketinggian
titik tersebut sangat mudah ditentukan. Peta kontur ini menunjukkan sifat
kuantitatif, artinya disamping dapat untuk mengetahui ketinggian dapat pula
digunakan untuk mengetahui jarak sebenarnya antara ua titik, besarnya sudut
lereng, menghitung volume dsb.
Dalam pekerjaan geologi lapangan, salah satu kegunaan utama peta
topografi adalah untuk mengeplot lokasi pengamatan. Apabila di lapangan
ditemukan suatu singkapan atau stasiun pengamatan yang balk, maka sangatlah
penting lokasi tersebut diplot dengan benar (tepat) ke dalam peta lapangan.
Kesalahan dalam pengeplotan lokasi dapat menimbulkan permasalahan yang
serius.
Ada beberapa cara untuk mengeplot lokasi, antara lain sebagai berikut:
a. Dengan membaca medan berdasarkan landmark yang jelas, seperti muara
sungai, pinggir kali di kaki bukit dan sebagainya. Untuk memudahkan cara
ini peta sebaiknya diorientasikan dulu, artinya peta diletakkan menurut
mata angin yang sebenarnya, kemudian medan dibaca.
b. Dengan satu penembakan arah dan dipotongkan dengan landmark
misaInya sungai, contoh :
Lokasi 12, ditepi utara S. Kebo dl timur desa Gowok pada arah N 201 E
dari gunung Jabalkat, ditemukon singkapan...dst.
c. Dengan dua atau lebih penembakan arah, contoh :
Lokasi 43 pada pinggir jalan desa, posisi N 160 E dari G. Sari dan N
250 E dari G. Cakaran ditemukan singkapan...dst.
a.
b.
Data tentang faktor atau masalah geologi yang ada di daerah tersebut
Setelah peta geologi yang pernah dibuat telah ditemukan, perlu ditelaah apa yang
ada di daerah tersebut. Misalnya dari pemeta terdahulu disebutkan bahwa di
daerah tersebut terdiri dari 5 Formasi batuan, masing-masing breksi vulkanis,
4.
a.
Peta jalan : menggambarkan seluruh lintasan jalan, mulai jalan raya , jalan desa,
jalan kampung hingga jalan setapak. Peta ini akan memberi garnbaran kesampaian
daerah tersebut.
b.
Peta alur : menggambarkan semua jalur aliran air, baik yang berisi air misalnya
sungai besar, kecil kecil dan lembah-lembah kering, yang berisi air hanya pada
waktu hujan. Peta ini akan menggambarkan peta pengetusan (drainage), juga
memungkinkan untuk dapat terlihatnya suatu pola aliran tertentu baik yang
terkontrol struktur/litologi maupun yang tidak, serta kerapatan aliran (drainage
density) yang memberikan garnbaran tentang intensif atau tidaknya penorehan
(dissection) di daerah tersebut. Bersama dengan Peta Jalan, Peta Alur ini dapat
digunakan untuk merencanakan lintasan pengamatan yang paling efisien di
lapangan nantinya.
c.
Peta Satuan Relief : didasarkan pada perbedaan konfigurasi kontur. Oleh karena
relief salah satu pengontrolnya adalah ketahanan batuan terhadap erosi, maka
dengan melihat jumlah satuan relief dapat diduga berapa satuan batuan yang bakal
dihadapi di lapangan dan bagaimana perkiraan batas-batasnya. Namun jumlah
satuan dan batas-batas prakiraan ini masih harus dicek kebenarannya di lapangan.
d.
e.
Peta Prakiraan Bencana, yang berupa peta yang menunjukkan daerah yang
berpotensi terkena bencana banjir maupun gerakan tanah. Untuk peta daerah
berpotensi banjir dapat dibuat dengan melihat dataran sekitar sungai yang
ketinggiannya tidak melebihi satu kontur diatas permukaan sungai yang ada.
Sedangkan untuk kemungkinan gerakan tanah dibuat pada daerah yang
menunjukkan kontur yang rapat.
5.
Persiapan Administratif:
Persiapan administratif yang diperlukan untuk pernetaan geologi adalah
ijin dari instansi yang bersangkut paut. dengan kerja lapangan. Ijin harus diurus
ditingkat Propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa (Kelurahan). Pada waktu
pengurusan ijin, disamping ke instansi yang langsung terkait (Pernda Propinsi
atau Kabupaten) supaya disempatkan untuk mencari informasi tambahan ko
Bappeda, Dinas PU, Dinas Kehtanan, Dinas Pariwisata dan lain-lain yang
berkaitan untuk memperoleh data sekunder.
Penentuan lintasan survei yang tepat dan mewakili kondisi daerah tersebut.
b.
Penentuan cara yang paling tepat untuk mengatasi kesulitan yang mungkin
timbul dalam pengamatan singkapan.
c.
d.
e.
Perencanaan teknik penempuhan untuk lokasi yang jauh atau sulit, misalnya
apakah perlu dengan sepeda motor, mobil, bis, angkudes, naik truk, naik sampan
atau jalan kaki.
f.
Perencanaan waktu kerja yang optimal agar dicapai hasil yang baik dengan jalan
membagi daerah menjadi beberapa daerah prioritas kerja.
g.
h.
2.
Lintasan Reconnaissance
Reconnaissance atau orientasi dilaksanakan dengan jalan melakukan
perjalanan yang mengikuti lintasan tertentu. Agar pekerjaan memberikan hasil
yang optimal, maka beberapa kriteria penentuan lintasan di bawah ini perlu
diperhatikan dan sejauh mungkin diusahakan pelaksanaannya di lapangan dengan
mempertimbangkan tingkat kesulitan medan yang ada. Kriteria tersebut adalah :
a. Dengan
mempertimbangkan
kondisi
morfologi,
keamananan
dan
keselamatkan kerja serta tersedianya jaringan jalan, jalur sungai yang bisa
dilalui, maka lintasan orientasi agar diusahakan untuk mewakill seluruh
batuan yang ada serta dapat diselesaikan dengan cepat. Oleh karena itu
untuk tahap orientasi sebaiknya jangan mengambil jalur yang sulit
penempuhannya.
b. Apabila batuan yang tersingkap menunjukkan kemiringan perlapisan yang
jelas, maka dengan memperhatikan jaringan jalan maupun sungai yang
ada, jalur lintasan agar diusahakan untuk melalui arah yang memotong
jurus umum dari perlapisan batuan, sehingga ketebalan dari setiap batuan
dapat ditentukan.
c. Lintasan agar diusahakan sedemikian rupa sehingga dalam waktu singkat
dapat dilalui semua jenis, macam dan variasi batuan yang ada. Untuk ini
diperlukan bantuan peta geologi regional yang meliputi daerah penelitian
sebagai garnbaran garis besar.
d. Lintasan agar diusahakan untuk rnelewati ternpat yang banyak
singkapannya, misalnya tebing sungai, perpotongan jalan dengan bukit dan
sebagainya. Untuk ini dapat dilihat pada peta topografi yang berskala besar
( 1:25.000 atau 1:12.500 ) serta kalau dimungkinkan ditetapkan berdasar
foto udara.
adanya proses longsoran atau gerakan tanah yang lain dan sebagainya. Agar
pengamatan menjadi efektif, dalam proses pengarnatan perlu diingat dan dicari
jawaban dari beberapa pertanyaan dasar yakni : dimana, ada apa, dalam keadaan
bagaimana, tersusun oleh apa, seberapa, bagaimana dan kapan terjadinya, apa
potensinya.
a.
Di kaki barat laut bukit. Jonggol, dipinggir jalan desa antara Kebon dan
Plombangan, 15 meter di selatan jembatan Sungai Tinalah : terdapat...
Tebing barat Sungai Brantas. N 2-17 0 E dari puncak Gunung Penanggungan
dijumpai...
Di kaki selatan perbukitan Jiwo Timur, N 24' E dari puncak Baturagung,
terdapat...
53 meter arah N 325' E dari puncak Gunung Gambar terdapat...
Pada jalan setapak antara Dowo dan puncak Pendul, 53 m dari pinggir utara
desa Dowo terdapat...
b.
Singkapan batupasir...
Suatu daerah perbukitan...
Suatu gosong melintang (transversal bar), di tengah sungai...
Kenampakan sesar yang memisahkan tubuh andesit dengan batupasir.
c.
d.
Seberapa :
Pertanyaan ini menyangkut segi kuantitatip kornponen batuan atau obyek geologi
yang lain, misainya :
Dataran di selatan desa Pengkol dikelilingi perbukitan di bagian barat, utara dan
timur, dengan kondisi airtanah dangkal (sumur gali kedalaman airnya hanya
berkisar dari 2 hingga 5 meter) yang potensiil sebagai sumberdaya air irigasi.
Potensi negatip :
Bagian atas tebing jalan di selatan desa Cengklik tersusun oleh breksi yang lapuk
lanjut menjadi soil yang tebainya berkisar antara 5 hingga 7 meter, tanpa
pelindung sehingga pada saat hujan sangat mudah longsor.
Selain tujuh pertanyaan tersebut di atas tentu saja pengamat boleh
mengajukan pertanyaan yang lain yang berkaitan. Yang pasti adalah bahwa semua
bentuk aspek geologi dari obyek pengamatan harus tidak boleh terlewatkan. Hal
ini sangat memerlukan pengalaman teknik pengamatan, seringnya melakukan
pengamatan, serta sangat tergantung dari kelengkapan dan tingkat pemahaman
dasar ilmu geologi yang dimiliki oleh pengamat. Kecermatan dari pengamatan
sangat menentukan kelengkapan dari rekaman dan catatan data lapangan tersebut.
2.
c. Tempat dimana dijumpai struktur yang cukup jeias, misalnya sesar, kekar,
lipatan dan sebagainya.
d. Tempat dimana dijumpai singkapan batuan yang jelas, walau tidak ada
kontak, perubahan morfologi maupun struktur.
e. Tempat dimana dijumpai proses alam atau kegiatan manusia yang
bersangkutan dengan potensi geologi.
Daerah teralterasi hydrotherrnal yang memungkinkan adanya mineralisasi logam.
Daerah yang rentan longsor, walau belum terjadi.
Daerah yang tersusun seluruhnya oleh batugamping dengan kadar kalsit tinggi.
f. Tempat dimana dari titik itu bisa diamati dan diukur kondisi bentang alam
sekitar tempat. seperri ini misalnya di puncak suatu bukit dimana justru
tidak ada singkapan batuan maupun struktur tetapi justru dari situ bisa
dibuat sketsa morfologi daerah sekitar.
g. Tempat yang letaknya di peta topografi yang digunakan sebagai dasar
kerja, sudah lebih dari 4 cm dari STA terdekat.
PROSEDUR KERJA PENGAMATAN DAN PEREKAMAN DATA
1.