Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN DIAGNOSIS KOMUNITAS SANITASI PUSKESMAS GUNUNG KOTA

PADANG PANJANG
Bab.I.Pendahuluan
A. Gambaran Umum Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gunung
1 Geografi
UPTD Puskesmas Gunung terletak di Kecamatan Padang Panjang Timur yang
merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Padang Panjang, terletak di
kaki gunung Merapi dan deretan Bukit Barisan yang mempunyai kemiringan
dari Utara ke Selatan dan topografinya dipenuhi lembah-lembah yang curam.
Relief dan lembah bukit ini makin ke timur makin melebar sedang makin ke
barat makin menyempit dan menyebabkan dataran sebelah timur jauh lebih
lapang bila dibanding dengan arah barat. Pada tempat-tempat agak ketinggian
dijadikan pusat pemukiman penduduk dan tempat-tempat kerendahan dijadikan
lahan pertanian. Luas wilayah kecamatan Padang Panjang Timur 1.325 Ha
yang berada pada posisi ketinggian antara 765 dan 790 meter dari permukaan
laut, dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu rata-rata 293 hari / tahun dan
temperature antara 18 oC 25 o C.
Kecamatan Padang Panjang Timur mempunyai batas-batas sebagai berikut:

Sebelah timur berbatas dengan Nagari Batipuh Kecamatan Batipuh

Kabupaten Tanah Datar


Sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Padang Panjang Barat
Sebelah utara berbatas dengan Nagari Paninjauan Kecamatan X Koto

Kabupaten Tanah Datar


Sebelah selatan berbatas dengan Nagari Jaho Kecamatan X Koto
Kabupaten Tanah Datar.

2 Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung merupakan satu dari empat Puskesmas yang ada di kota
Padang Panjang yang wilayah kerjanya meliputi 4 kelurahan di kecamatan
Padang Panjang Timur. Sebelum tahun 2011 wilayah kerja Puskesmas Gunung

meliputi kelurahan Ekor lubuk, Sigando, Ganting dan Guguk Malintang dan
berdasarkan PERDA no.15 Tahun 2010 dengan PERWAKO no.51 Tahun 2010
terjadi perubahan wilayah kerja dimana Kelurahan Ngalau masuk wilayah
Puskesmas Gunung sedangkan Kelurahan Guguk Malintang masuk wilayah
kerja Puskesmas Koto katik.

Tabel. 1
Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Padang Panjang Timur
Wilayah Kerja Puskesmas Gunung dan Transportasi Umum Pendukung
NO

KELURAHAN

LUAS

TRANSPORTASI

Ngalau

145 Ha

Angkot, Angdes, dll

Ekor Lubuk

340 Ha

Angkot, Angdes, dll

Ganting

310 Ha

Angkot, ojek

Sigando

140 Ha

Angkot, ojek

Tabel. 2.Jumlah RT di Kecamatan Padang Panjang Timur


Wilayah Kerja Puskesmas Gunung
NO

KELURAHAN

JUMLAH

Ngalau

13

Ekor Lubuk

12

Ganting

11

Sigando

10

JUMLAH

45

3. Demografi
Berdasarkan data kependudukan dan hasil Survey Mawas Diri (SMD)
yang dilaksanakan 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Gunung dapat
dilihat data demografi wilayah Kerja Puskesmas Gunung.

Tabel. 3

Distribusi Jumlah Penduduk per Kelurahan


Kecamatan Padang Panjang Timur Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gunung
Tahun 2015 (Berdasarkan Hasil Survey Mawas Diri)

NO

JUMLAH PENDUDUK

KELURAHAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

TOTAL (JIWA)

GANTING

1.069

1.079

2.148

SIGANDO

834

826

1.660

EKOR LUBUK

1.135

1.035

2.170

NGALAU

1.177

1.163

2.340

JUMLAH

8.318

Tabel. 4
Data Penduduk Menurut Pekerjaan per Kelurahan
Kecamatan Padang Panjang Timur Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gunung
Tahun 2015 (Berdasarkan Hasil Survey Mawas Diri)
KELURAHAN
NO

PEKERJAAN

GANTING SIGANDO

E.
NGALAU
LUBUK

TOTAL

Tidak/belum bekerja

192

506

124

864

1.686

Pelajar/Mahasiswa

676

72

349

1.097

Ibu Rumah Taangga

251

205

411

280

1.147

Petani

262

211

134

142

749

Transportasi

36

30

66

36

168

Wiraswasta

159

131

85

206

581

PNS

104

73

82

236

495

Honorer

50

77

30

60

217

K. Swasta

96

71

90

187

444

10

TNI/Polri

12

20

NO

PEKERJAAN

KELURAHAN
GANTING SIGANDO

E.

TOTAL
NGALAU

LUBUK
11

Buruh Harian

81

85

166

12

Bengkel

13

Buruh/Tukang

48

80

12

40

180

14

Penjahit

13

10

23

15

Pedagang

82

19

88

76

265

16

Peternak

21

21

17

Pengacara

18

Konsultan

19

Pensiunan

14

18

61

93

20

Ojek

16

20

36

21

Pengangguran

20

20

22

Lain-lain

51

100

151

*Sumber : SMD (Survey Mawas Diri)


4. Sarana Kesehatan dan Pendidikan
Tabel 5. Sarana kesehatan diwilayah kerja Puskesmas Gunung
Tahun 2015
No

Sarana kesehatan

Jumlah

Bidan Praktek Swasta

Rumah Sakit Bersalin

Praktek dokter

Rumah Sakit Umum Swasta

Puskesmas Induk

Puskesmas Pembantu

Poskeskel

Posyandu Balita

17

Posyandu Lansia

10

Posbindu PTM

11

BPS

12

Ambulan Siaga

Tabel 6. Sarana pendidikan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Gunung


Tahun 2015
No

Sarana pendidikan

Jumlah

PAUD

TK

SD/MI

SMP

SMU/SMK

Perguruan Tinggi

B Gambaran Umum Puskesmas Gunung


1 Sarana Kesehatan
Tabel 7. Data Puskesmas, Pustu, Puskeskel dan Klinik Puskesmas Gunung
Tahun 2015
No

Sarana Kesehatan

Lokasi

Petugas

Puskesmas Induk

Ekor Lubuk

Puskesmas Pembantu

Ganting

Adrianti,A.Md.Keb

Sigando

Sari Femailia,A.md.Keb

Ganting

Yesi Elvira,A.Md.Keb

Batu Tagak

Erni Sovia,A.Md.Keb

Kubu Gadang

Marleni,A.Md.Keb

Sigando

Virma Indah Sari,A.Md.Keb

Poskeskel

Ngalau

Sandra Sukma,A.Md.Keb

2 Tenaga Kesehatan Dan Struktur Organisasi Puskesmas


Tabel 8. Data Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Ketenagaan Puskesmas
Gunung
Tahun 2015
NON PNS
NO.

JENIS TENAGA

PNS

PTT

NPD/
Volunteer

Kepala Puskesmas

Ka.Tata Usaha

Dokter Umum

Dokter Gigi

Sanitarian

Pelaksana Gizi

Perawat

Perawat Gigi

Bidan

10

Asisten Apoteker

11

Analis Laboran

12

Petugas loket dan Medical Record

13

Umum Lainnya

14

Sopir

15

Petugas Kebersihan

16

Penjaga Malam

17

Sukarela
Jumlah

34

Tabel 9. Data Tenaga Kesehatan menurut Tingkat Pendidikan


Puskesmas Gunung Padang Panjang
NON PNS
NO.

JENIS TENAGA

PNS

Dokter Umum

Dokter Gigi

Sarjana Keperawatan

Sarjana Kesehatan
Masyarakat

D.III Kesling

D.III Gizi

D.III Keperawatan

SPK

D.III Perawat Gigi

10

SPRG

11

D.III Kebidanan

12

D.I Kebidanan

13

Asisten Apoteker

14

D.III Medical Record

15

D.III Analis

16

Umum Lainnya

PTT

NPD/
VOLUNTEER

J U M LAH :

34

3 Jenis Pelayanan kesehatan Puskesmas Gunung


Tabel 10. Jenis Pelayanan Kesehatan Puskesmas Gunung
Tahun 2015
NO

Tempat Pelayanan

Jenis Pelayanan

Laboratorium

Darah rutin, urine rutin, gula darah, gol. Darah,


kolesterol, asam urat, malaria, DBD, spesimen TB
dan Test Pack

BP Umum

Pengobatan, pemeriksaan kesehatan individu dan


haji, rujukan, EKG,

BP Gigi

Pengobatan, Pencabutan dan scaling

KB

Pemasangan alat KB seperti, Suntik, Implant, spiral,


pil, kondom dan pemeriksaan IVA

KIA

Pemeriksaan kehamilan, tindik telinga, pengobatan


balita, apras da ibu menyusui, Klas Ibu Hamil dan
Ibu Balita, Deteksi Resti

Konseling

Gizi, Kesling, PKPR,

Apotik

Pelayanan Obat Askes, Jamkesmas dan umum

P3K

Imunisasi

Imunisasi dasar, Catin dan rabies

A.
Kesehatan Lingkungan
Uraian Kegiatan

Satuan

Sasaran
Program

Target
(%)

Pengawasan rumah

Rumah

1.761

Pengawasan Jamban
Keluarga

Jamban

Pengawasan SPAL

4
5

No

Pencapaian
Abs

85

1.537

87,3

1.761

75

1.026

58,3

Sarana

1.761

85

1.252

71,1

Pengawasan SAB

Sarana

1.761

80

1.708

97

Pengawasan Sampah

Sarana

1.761

85

1.274

72,3

Pengawasan TTU

Sarana

24

100

24

100

Pengawasan TPM

Sarana

21

100

21

100

Pengawasan Damiu

Sarana

100

100

Kunjungan Klinik Sanitasi

Kunjungan

27

100

GRAFIK PENGAWASAN JAMBAN PUSKESMAS GUNUNG


TAHUN 2015

Pengawasan jamban bertujuan untuk mengetahui cakupan jamban memenuhi


syarat yang dipergunakan oleh masyarakat. Jumlah jamban yang diperiksa Tahun
2015 sebanyak 1.761 buah dan yang memenuhi syarat sebanyak 1.026 buah.
Berdasarkan laporan diagnosa terbanyak,diare menempati urutan ke 14.

JUMLAH

Dari data di atas tampak diare merupakan salah satu penyakit terbanyak yang
ditemukan

di

Puskesmas

Gunung.Diare

terkait

dengan

keadaan

lingkungan,dimana ketersediaan jamban sehat dalam rumah sangat penting.

BAB.II LANDASAN TEORI

sanitasi

Diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar
didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare
sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional
fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak
didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare
merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan,
tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4
persen. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal
karena kekurangan cairan tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka
morbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di Indonesia juga
terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut) yang selama ini didengungkan
sebagai penyebab tipikal kematian bayi.
Diare yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya
(3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa
terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi
kurang dari 14hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang
besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.

B.

Jenis-jenis Diare

1.

Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari
14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan
pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.

2.

Diare Bermasalah

Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi


laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke
orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh
diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun
tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya
nafsu makan dan badan terasa lemah.
3.

Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan
diare akut.

C.

Penyebab
Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.

D.

Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:

1.

Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.

2.

Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan


tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.

3.

Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air
yang benar.

4.

Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

E.

Tanda dan Gejala

Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai:
1.

Muntah

2.

Badan lesu atau lemah

3.

Panas

4.

Tidak nafsu makan

5.

Darah dan lendir dalam kotoran

F.

Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh
penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami
tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian
dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan
muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat penderita diare terlambat
ditangani.

G.

Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat.

1.

Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.

2.

Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

3.

Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan


tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak berasa.

4.

Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5.

Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.

6.

Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah

7.

Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.

8.

Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak


antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10

meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
Sanitasi sesuai nomenklatur MDGs adalah pembuangan tinja. Termasuk
dalam pengertian ini meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air
besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja.
Sedangkan kriteria akses terhadap sanitasi layak jika penggunaan fasilitas tempat
BAB milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat
pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air
limbah (SPAL). Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja. Menurut
Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut
tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit
serta tidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa
pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga
tidak menyebabkan

bibit

penyakit yang

ada

pada kotoran

manusia

dan

menggangguestetika.
Dampak buruk jamban terhadap penularan penyakit, menyangkut transmisi penyakit
dari tinja. Berbagai penyakit menular seperti hepatitis A, polio, kholera, dan lainnya
merupakan penyakit yang terkait dengan akses penyediaan jamban. Dan sebagai
salah satu indikator utama terjadinya pencemaran karena tinja ini adalah bakteri
E.Coli.
Diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya proses penularan penyakit antara lain
kuman penyebab penyakit, sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab, cara
keluar dari sumber, cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial,
cara masuk ke inang yang baru, serta inang yang peka (susceptible). Sedangkan
proses pemindahan kuman penyakit dari tinja sampai inang baru dapat melalui
berbagai perantara, antara lain air , tanah , makanan, tangan, atau serangga.
Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara lain dapat mencegah
berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia.
Sementara dampak serius membuang kotoran di sembarang tempat menyebabkan
pencemaran tanah, air dan udara karena menimbulkan bau. Pembuangan tinja yang
tidak dikelola dengan baik berdampak mengkawatirkan terutama pada kesehatan

dan

kualitas

air

untuk

rumah

tangga

maupun

keperluan

komersial.

Selain menyangkut perilaku buang air besar masyarakat yang belum semuanya
menggunakan jamban, kita juga dihadapkan pada masih banyaknya jumlah jamban
yang tidak memenuhi standar. Banyak di masyarakat jamban unimproved atau
jamban yang tidak sehat. Sebagai Sanitarian kita harus paham berbagai informasi
terkait jamban, baik kriteria maupun prosedur pemeliharaannya, diantaranya
persyaratan pembuangan tinja. Menurut Kumoro (1998), terdapat beberapa bagian
sanitasi

pembuangan

tinja,

antara

lain

Pada prinsipnya bangunan jamban dinagi menjadi 3 bagian utama, bangunan bagian
atas (Rumah Jamban), bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban), serta
bangunan bagian bawah (penampung tinja).
1. Rumah Jamban (Bangunan bagian atas)
Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan dinding.

Dalam prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.


Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain :
Sirkulasi udara yang cukup
Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar
Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas
maupun musim hujan)
Kemudahan akses di malam hari
Disarankan untuk menggunakan bahan lokal
Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci
tangan
2. Slab / Dudukan Jamban (Bangunan Bagian Tengah)

Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Pada jamban cemplung slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan pada
kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh
keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari
bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu
dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya. Selain slab, pada bagian ini juga
dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit)
setelah digunakan akan mengurangi bau dan kelembaban, dan membuatnya tidak
menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Sedangkan air dan sabun digunakan
untuk cuci tangan. Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah.

Terdapat penutup pada lubang sebagi pelindung terhadap gangguan


serangga atau binatang lain.

Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan


(menghindari licin, runtuh, atau terperosok).

Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya bau.

Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.

3. Penampung Tinja (Bangunan bagian bawah)


Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran,
bundar atau yang lainnya. Kedalaman tergantung pada kondisi tanah dan
permukaan air tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung
tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguatseperti anyaman
bambu, batu bata, ring beton, dan lain lain.
Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah antara lain :

Daya resap tanah (jenis tanah)

Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)

Ketinggian muka air tanah

Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadap


sumber air minum (lebih baik diatas 10 m)

Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/kapasitas)

Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal

Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole

Selain Sanitasi tinja diatas, terdapat berbagai jenis jamban keluarga. Menurut Azwar
(1990), terdapat beberapa jenis jamban, antara lain :
1. Jamban cubluk (Pit Privy): adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi
dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak
dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru.
Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam
karena akan menotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri,
1994).
2. Jamban Empang (Overhung Latrine): Adalah jamban yang dibangun diatas
empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya
tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.
3. Jamban Kimia (Chemical Toilet): Jamban model ini biasanya dibangun pada
tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat
terbang dan lain-lain. Disini tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti
caustic soda dan pembersihnya dipakai kertas tissue (toilet paper).
Sedangkan jamban kimia ada dua macam, yaitu tipe lemari (commode type),
dan tipe tangki (tank type). Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran
yang telah terkumpul perlu di buang lagi.
4. Jamban Leher Angsa (Angsa Trine): Jamban leher angsa merupakan jamban
leher lubang closet berbentuk lengkungan, dengan demikian akan terisi air
gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta

masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang


terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.

Menurut Depkes RI (2004), terdapat beberapa syarat Jamban Sehat, antara lain :
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air minum.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan
7. Lantai kedap air
8. Ventilasi cukup baik
9. Tersedia air dan alat pembersih.

Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga


Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman
3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit
4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

Sedangkan prosedur pemeliharaan jamban menurut Depkes RI (2004) adalah


sebagai berikut:
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering
2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
3. Tidak ada sampah berserakanan
4. Rumah jamban dalam keadaan baik
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7. Tersedia alat pembersih
8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki

BAB III.ANALISIS MASALAH

Penduduk memanfaatkan jamban yang dimaksud adalah pemanfaatan


jamban oleh penduduk. Jamban yang dimaksud adalah pemanfaatan suatu
bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia/najis bagi
keluarga yang lazim disebut kakus/WC dengan tujuan agar mencegah terjadinya
penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.

Perhitungan untuk penduduk yang memanfaatkan jamban menggunakan rumus :


Cakupan

Jumlah jamban yang dimanfaatkan memenuhi syarat kesehatan


Jumlah jamban yang diawasi

Dengan target Puskesmas Gunung untuk tahun 2015 adalah 75% maka pencapaian
hanya 58,3% dari 100% sehingga ini menjadi permasalahan.
Masalah merupakan suatu kesenjangan antara harapan atau tujuan yang
ingin dicapai dengan kenyataan sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa
ketidakpuasan, sehingga perlu diupayakan pemecahannya dengan menggunakan
siklus pemecahan masalah :

Identifikasi masalah

Monitoring dan Evaluasi

Penentuan Prioritas Masalah

Penyusunan Rencana Penerapan

Penentuan Penyebab Masalah

Penetapan pemecahan
masalah
Memilih
Penyebab
yang
Paling Mungkin
Gambar
1. terpilih
Siklus Pemecahan
Masalah
(Hartoyo,
2010)
Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan siklus pemecahan masalah, proses dan identifikasi masalah


dilakukan dengan mengevaluasi program Puskesmas Gunung

tahun 2015.

Penentuan prioritas masalah tidak dilakukan karena masalah yang akan dibahas
dalam hal ini hanya

satu yaitu tentang penduduk yang memanfaatkan jamban..

Untuk mengidentifikasi masalah secara menyeluruh dilakukan pendekatan sistem


yang meliputi input, proses, output, outcome, dampak, dan lingkungan berdasarkan
siklus pemecahan masalah di atas.

INPUT
Man
Money
Method
Material
Machine

PROSES
P1
P2
P3

OUTPUT
Cakupan
Program

OUTCOME

LINGKUNGAN;
Fisik, Kependudukan, Sosbud, Ekonomi, Kebijakan

Gambar 2. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem

Menentukan Penyebab Masalah


Berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan sistem, maka analisa penyebab
masalah dibahas mulai dari penyebab masalah input, proses, lingkungan, dan output
mengenai rendahnya pencapaian penduduk yang memanfaatkan jamban.
Analisis Input
Input
- Man

Kelebihan

Kekurangan

Adanya

koordinator

program

promosi

kesehatan yang ahli


Tersedianya kader disetiap
dusun
- Money

Adanya
bagi

dana

transport

Belum

untuk

untuk

petugas

kunjungan

ke

rumah-

rumah
- Method Adanya
menilai
yang

ada

anggaran
membantu

pembangunan

jamban

masyarakat
indikator
jamban
tercakup

untuk

Masih

sehat

sosialisasi dan penyuluhan

dalam

tentang

PHBS (Perilaku Hidup


Bersih dan Sehat)
Penyuluhan
kepada
masyarakat

tentang

minimnya
penggunaan

jamban sehat
Kunjungan

petugas

kesehatan lingkungan ke

penggunaan

jamban

sehat
Kunjungan

penduduk

masih

jarang ( setahun hanya 2


petugas

kesehatan
yang

rumah

lingkungan

secara

langsung

kali)

ke

aktif
rumah

warga
- Mechine Tersedianya
transportasi

alat
untuk

kegiatan penyuluhan
- Material Terdapatnya poster, leaflet, Terbatasnya poster, leaflet,
brosur

yang

brosur mengenai jamban

menjelaskan

tentang

sehat dan perilaku hidup

penggunaan

jamban

bersih dan sehat

sehat

Analisa Proses
Proses
P1 (Perencanaan)

Positif

Negatif

Program

kesehatan

pendataan

lingkungan

jamban

sehat

sudah ada

masih

belum

teratur

dan

Tersedianya
jadwal
pendataan
jamban sehat
P2 (Penggerak dan
Pelaksanaan)

Jadwal

Kerjasama yang
baik

antara

belum
mencakup
seluruh desa
Tidak

semua

masyarakat

petugas

tergerak

untuk

kesehatan

menggunakan

dengan

jamban sehat

masyarakat

dalam

efektifnya

pendataan

penyuluhan

jamban sehat

yang ada

Adanya

P3
(Pengawasan,Pengendalian,
Penilaian )

Kurang

Kurangnya

pencatatan

pemantauan

dan pelaporan

kemajuan

mengenai

pencapaian

jamban sehat

jamban

sehat

dan tindak lanjut


hasil di wilayah
setiap tahunnya

Analisa Lingkungan
Lingkungan

Positif
Sebagian

Negatif
warga

Masih

kurangnya

sudah mengetahui

pengetahuan

tentang

kesadaran

jamban

sehat

masyarakat

akan

pentingnya jamban

Partisipasi
masyarakat

dan

yang

Masih

kurangnya

cukup baik bila ada

kesadaran

penyuluhan

dan

masyarakat

untuk

promosi

berperilaku

hidup

kegiatan
kesehatan

bersih dan sehat

Kondisi lingkungan
dusun yang masih
sulit
oleh

di

jangkau
kendaraan

sehingga
menyulitkan
petugas

untuk

melakukan
kunjungan

Analisa Output
N

Indikator

Target

Sasara

Hasil

Cakupa

Pencapaia

o
1.

Penduduk

75 %

n
123

45

n
36,58 %

n
48,77 %

yang
memanfaatka
n jamban

Berdasar analisis sistem di atas, maka dapat diketahui kemungkinan penyebab


masalah, yaitu;

Belum ada anggaran untuk membantu pembangunan jamban masyarakat

Masih minimnya sosialisasi dan penyuluhan tentang penggunaan jamban


sehat

Kunjungan petugas kesehatan lingkungan ke rumah penduduk masih jarang


( setahun hanya 2 kali)

Terbatasnya poster, leaflet, brosur mengenai jamban sehat dan perilaku hidup
bersih dan sehat

Jadwal pendataan jamban sehat masih belum teratur dan belum mencakup
seluruh desa

Tidak semua masyarakat tergerak untuk menggunakan jamban sehat

Kurang efektifnya penyuluhan yang ada

Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian jamban sehat dan tindak lanjut


hasil di wilayah setiap tahunnya

Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya


jamban sehat

Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan


sehat

Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di jangkau oleh kendaraan


sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan kunjungan.

Analisa Penyebab Masalah yang Paling Mungkin


Berdasarkan konfirmasi langsung dengan Penanggung jawab program
kesehatan lingkungan, maka didapatkan penyebab masalah yang paling mungkin,
yaitu ;

Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya


jamban sehat

Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di jangkau oleh kendaraan


sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan kunjungan

Belum ada anggaran untuk membantu pembangunan jamban masyarakat

Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian jamban sehat dan tindak lanjut


hasil di wilayah setiap tahunnya.

Pendekatan sistem dengan menggunakan Diagram Fishbone


Man
Material
Terbatasnya promkes Mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat

INPUT

Method

Masih minimnya sosialisasi dan penyuluhan


tentang penggunaan jamban sehat

Kunjungan petugas kesehatan lingkungan ke


rumah penduduk masih jarang ( setahun hanya
2 kali)

Money

Machine

Belum ada anggaran untuk membantu


pembangunan jamban masyarakat

PENDUDUK YANG
MEMANFAATKAN
JAMBAN
56,3 % dari target 75 %

P1
Jadwal pendataan rumah tangga sehat
masih belum teratur
P2

Tidak semua masyarakat tergerak untuk


menggunakan jamban sehat

Kurang efektifnya penyuluhan yang ada

LINGKUNGAN

Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan


pentingnya jamban

Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih


dan sehat
Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di jangkau oleh kendaraan

P3

Proses Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian rumah


tangga sehat dan tindak lanjut hasil di wilayah setiap
tahunnya

BAB IV. PEMECAHAN MASALAH

Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah menemukan penyebab paling mungkin, maka langkah selanjutnya
ialah menyusun alternatif pemecahan penyebab paling mungkin masalah tersebut.
Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Alternatif Pemecahan Masalah
Penyebab Masalah

Alternatif Pemecahan
Masalah

Masih kurangnya
pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya
jamban sehat

Melakukan penyuluhan
kepada masyarakat tentang
pentingnya jamban sehat

Kondisi lingkungan dusun


yang masih sulit di jangkau
untuk kunjungan

Pemberdayaan dan
pembinaan kader kesehatan

Belum ada anggaran untuk


membantu pembangunan
jamban kepada masyarakat

Kurangnya pemantauan
kemajuan pencapaian
jamban sehat dan tindak
lanjut hasil di wilayah setiap
tahunnya

Prioritas Pemecahan Masalah

pembangunan jamban
percontohan

Melakukan monitoring dan


intervensi setiap bulan dan
dilakukan musyawarah desa
sesudahnya.

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya


dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Hanlon kualitatif. Untuk mencari penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi
kriteria:
U = Urgency, mendesak tidaknya cara penyelesaian masalah untuk
dilaksanakan, jadi berhubungan dg faktor waktu. Diberi nilai 1-5, semakin
tinggi nilainya berarti semakin mendesak untuk dilaksanakan.
S = Seriousness, menunjuk pada keganasan / dampak cara penyelesaian
masalah tersebut , bila tidak ditangani. Diberi nilai 1-5, semakin tinggi nilainya
berarti semakin gawat jika tidak dilaksanakan.
G = Growth, berkembangnya/meluasnya cara penyelesaian masalah atau
banyaknya penduduk yang tercakup / mendapatkannya jika dilaksanakan.
Diberi nilai 1-5, semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak penduduk
yang tercakup / mendapatkannya.
P = Potension, Menilai masalah tsb dalam penanggulangannya tentang
keberadaan sumber daya (tenaga, alat, obat, biaya, fasilitas kes dll), teknologi
yg digunakan dan kemudahan menyelesaikan masalah. Diberi nilai 1-5,
semakin tinggi nilainya berarti semakin mudah untuk dilaksanakan.
Setelah diberi nilai untuk masing-masing kriteria, maka dilakukan penjumlahan untuk
tiap pemecahan masalahnya. Pemecahan masalah yang mendapat nilai tertinggi
menjadi prioritas untuk dilaksanakan terlebih dahulu.

No
.

Alternatif Pemecahan
Masalah

Kriteria

1.

2.

3.

4.

Melakukan
penyuluhan
masyarakat
pentingnya
sehat
Pemberdayaan
pembinaan
kesehatan

kepada 4
tentang
jamban

Total

dan
kader

Pembangunan jamban
percontohan

Melakukan monitoring
dan intervensi setiap
bulan dan dilakukan
musyawarah
desa
sesudahnya.

Priorita
s

14

13

III

13

II

12

IV

Setelah melakukan penentuan prioritas penyebab pemecahan masalah


dengan menggunakan metode Hanlom kualitatif maka didapatkan urutan prioritas
alternatif pemecahan penyebab kurangnya penduduk yang menggunakan jamban
sehat di Dusun Karangwetan dan Sumber Kecamatan Salaman. Berdasarkan
prioritas

alternatif

pemecahan

masalah

tersebut,

maka

prioritas

alternatif

pemecahannya adalah sebagai berikut:


1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya jamban sehat
2. Pembangunan jamban percontohan
3. Pemberdayaan dan pembinaan kader kesehatan
4. Melakukan monitoring dan intervensi setiap bulan dan dilakukan musyawarah
desa sesudahnya.

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan analisis dari data kuesioner, didapatkan cakupan masalah
jamban sehat di Puskesmas Gunung Kota Padang Panjang baru mencapai 56,3 %
dengan target 75 %. Analisa penyebab masalah berdasarkan konfirmasi dengan
koordinator Kesling adalah:

Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya


jamban sehat

Kondisi lingkungan dusun yang masih sulit di jangkau oleh kendaraan


sehingga menyulitkan petugas untuk melakukan kunjungan

Belum ada anggaran untuk membantu pembangunan jamban masyarakat

Kurangnya pemantauan kemajuan pencapaian jamban sehat dan tindak lanjut


hasil di wilayah setiap tahunnya

Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan adalah:


1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya jamban sehat
2. Pembangunan jamban percontohan
3. Pemberdayaan dan pembinaan kader kesehatan
4. Melakukan monitoring dan intervensi setiap bulan dan dilakukan musyawarah
desa sesudahnya.

DAFTAR PUSTAKA
.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
Patramanda, A., 2010. Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terhadap
Desa Siaga di Desa Margomulyo, Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai