PADANG PANJANG
Bab.I.Pendahuluan
A. Gambaran Umum Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gunung
1 Geografi
UPTD Puskesmas Gunung terletak di Kecamatan Padang Panjang Timur yang
merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Padang Panjang, terletak di
kaki gunung Merapi dan deretan Bukit Barisan yang mempunyai kemiringan
dari Utara ke Selatan dan topografinya dipenuhi lembah-lembah yang curam.
Relief dan lembah bukit ini makin ke timur makin melebar sedang makin ke
barat makin menyempit dan menyebabkan dataran sebelah timur jauh lebih
lapang bila dibanding dengan arah barat. Pada tempat-tempat agak ketinggian
dijadikan pusat pemukiman penduduk dan tempat-tempat kerendahan dijadikan
lahan pertanian. Luas wilayah kecamatan Padang Panjang Timur 1.325 Ha
yang berada pada posisi ketinggian antara 765 dan 790 meter dari permukaan
laut, dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu rata-rata 293 hari / tahun dan
temperature antara 18 oC 25 o C.
Kecamatan Padang Panjang Timur mempunyai batas-batas sebagai berikut:
2 Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung merupakan satu dari empat Puskesmas yang ada di kota
Padang Panjang yang wilayah kerjanya meliputi 4 kelurahan di kecamatan
Padang Panjang Timur. Sebelum tahun 2011 wilayah kerja Puskesmas Gunung
meliputi kelurahan Ekor lubuk, Sigando, Ganting dan Guguk Malintang dan
berdasarkan PERDA no.15 Tahun 2010 dengan PERWAKO no.51 Tahun 2010
terjadi perubahan wilayah kerja dimana Kelurahan Ngalau masuk wilayah
Puskesmas Gunung sedangkan Kelurahan Guguk Malintang masuk wilayah
kerja Puskesmas Koto katik.
Tabel. 1
Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Padang Panjang Timur
Wilayah Kerja Puskesmas Gunung dan Transportasi Umum Pendukung
NO
KELURAHAN
LUAS
TRANSPORTASI
Ngalau
145 Ha
Ekor Lubuk
340 Ha
Ganting
310 Ha
Angkot, ojek
Sigando
140 Ha
Angkot, ojek
KELURAHAN
JUMLAH
Ngalau
13
Ekor Lubuk
12
Ganting
11
Sigando
10
JUMLAH
45
3. Demografi
Berdasarkan data kependudukan dan hasil Survey Mawas Diri (SMD)
yang dilaksanakan 4 kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Gunung dapat
dilihat data demografi wilayah Kerja Puskesmas Gunung.
Tabel. 3
NO
JUMLAH PENDUDUK
KELURAHAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
TOTAL (JIWA)
GANTING
1.069
1.079
2.148
SIGANDO
834
826
1.660
EKOR LUBUK
1.135
1.035
2.170
NGALAU
1.177
1.163
2.340
JUMLAH
8.318
Tabel. 4
Data Penduduk Menurut Pekerjaan per Kelurahan
Kecamatan Padang Panjang Timur Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gunung
Tahun 2015 (Berdasarkan Hasil Survey Mawas Diri)
KELURAHAN
NO
PEKERJAAN
GANTING SIGANDO
E.
NGALAU
LUBUK
TOTAL
Tidak/belum bekerja
192
506
124
864
1.686
Pelajar/Mahasiswa
676
72
349
1.097
251
205
411
280
1.147
Petani
262
211
134
142
749
Transportasi
36
30
66
36
168
Wiraswasta
159
131
85
206
581
PNS
104
73
82
236
495
Honorer
50
77
30
60
217
K. Swasta
96
71
90
187
444
10
TNI/Polri
12
20
NO
PEKERJAAN
KELURAHAN
GANTING SIGANDO
E.
TOTAL
NGALAU
LUBUK
11
Buruh Harian
81
85
166
12
Bengkel
13
Buruh/Tukang
48
80
12
40
180
14
Penjahit
13
10
23
15
Pedagang
82
19
88
76
265
16
Peternak
21
21
17
Pengacara
18
Konsultan
19
Pensiunan
14
18
61
93
20
Ojek
16
20
36
21
Pengangguran
20
20
22
Lain-lain
51
100
151
Sarana kesehatan
Jumlah
Praktek dokter
Puskesmas Induk
Puskesmas Pembantu
Poskeskel
Posyandu Balita
17
Posyandu Lansia
10
Posbindu PTM
11
BPS
12
Ambulan Siaga
Sarana pendidikan
Jumlah
PAUD
TK
SD/MI
SMP
SMU/SMK
Perguruan Tinggi
Sarana Kesehatan
Lokasi
Petugas
Puskesmas Induk
Ekor Lubuk
Puskesmas Pembantu
Ganting
Adrianti,A.Md.Keb
Sigando
Sari Femailia,A.md.Keb
Ganting
Yesi Elvira,A.Md.Keb
Batu Tagak
Erni Sovia,A.Md.Keb
Kubu Gadang
Marleni,A.Md.Keb
Sigando
Poskeskel
Ngalau
Sandra Sukma,A.Md.Keb
JENIS TENAGA
PNS
PTT
NPD/
Volunteer
Kepala Puskesmas
Ka.Tata Usaha
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sanitarian
Pelaksana Gizi
Perawat
Perawat Gigi
Bidan
10
Asisten Apoteker
11
Analis Laboran
12
13
Umum Lainnya
14
Sopir
15
Petugas Kebersihan
16
Penjaga Malam
17
Sukarela
Jumlah
34
JENIS TENAGA
PNS
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana Keperawatan
Sarjana Kesehatan
Masyarakat
D.III Kesling
D.III Gizi
D.III Keperawatan
SPK
10
SPRG
11
D.III Kebidanan
12
D.I Kebidanan
13
Asisten Apoteker
14
15
D.III Analis
16
Umum Lainnya
PTT
NPD/
VOLUNTEER
J U M LAH :
34
Tempat Pelayanan
Jenis Pelayanan
Laboratorium
BP Umum
BP Gigi
KB
KIA
Konseling
Apotik
P3K
Imunisasi
A.
Kesehatan Lingkungan
Uraian Kegiatan
Satuan
Sasaran
Program
Target
(%)
Pengawasan rumah
Rumah
1.761
Pengawasan Jamban
Keluarga
Jamban
Pengawasan SPAL
4
5
No
Pencapaian
Abs
85
1.537
87,3
1.761
75
1.026
58,3
Sarana
1.761
85
1.252
71,1
Pengawasan SAB
Sarana
1.761
80
1.708
97
Pengawasan Sampah
Sarana
1.761
85
1.274
72,3
Pengawasan TTU
Sarana
24
100
24
100
Pengawasan TPM
Sarana
21
100
21
100
Pengawasan Damiu
Sarana
100
100
Kunjungan
27
100
JUMLAH
Dari data di atas tampak diare merupakan salah satu penyakit terbanyak yang
ditemukan
di
Puskesmas
Gunung.Diare
terkait
dengan
keadaan
sanitasi
Diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar
didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare
sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional
fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak
didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare
merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan,
tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4
persen. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal
karena kekurangan cairan tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka
morbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di Indonesia juga
terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut) yang selama ini didengungkan
sebagai penyebab tipikal kematian bayi.
Diare yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya
(3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa
terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi
kurang dari 14hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang
besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.
B.
Jenis-jenis Diare
1.
Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari
14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan
pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.
2.
Diare Bermasalah
Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan
diare akut.
C.
Penyebab
Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.
3. Alergi.
4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.
5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.
6. Penyebab lain.
D.
Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:
1.
Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2.
3.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air
yang benar.
4.
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
E.
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai:
1.
Muntah
2.
3.
Panas
4.
5.
F.
Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh
penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami
tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian
dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan
muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat penderita diare terlambat
ditangani.
G.
Pencegahan
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat.
1.
2.
3.
4.
5.
Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6.
Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7.
Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
8.
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
Sanitasi sesuai nomenklatur MDGs adalah pembuangan tinja. Termasuk
dalam pengertian ini meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air
besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja.
Sedangkan kriteria akses terhadap sanitasi layak jika penggunaan fasilitas tempat
BAB milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis latrine dan tempat
pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air
limbah (SPAL). Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja. Menurut
Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut
tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit
serta tidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa
pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga
tidak menyebabkan
bibit
penyakit yang
ada
pada kotoran
manusia
dan
menggangguestetika.
Dampak buruk jamban terhadap penularan penyakit, menyangkut transmisi penyakit
dari tinja. Berbagai penyakit menular seperti hepatitis A, polio, kholera, dan lainnya
merupakan penyakit yang terkait dengan akses penyediaan jamban. Dan sebagai
salah satu indikator utama terjadinya pencemaran karena tinja ini adalah bakteri
E.Coli.
Diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya proses penularan penyakit antara lain
kuman penyebab penyakit, sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab, cara
keluar dari sumber, cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial,
cara masuk ke inang yang baru, serta inang yang peka (susceptible). Sedangkan
proses pemindahan kuman penyakit dari tinja sampai inang baru dapat melalui
berbagai perantara, antara lain air , tanah , makanan, tangan, atau serangga.
Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara lain dapat mencegah
berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia.
Sementara dampak serius membuang kotoran di sembarang tempat menyebabkan
pencemaran tanah, air dan udara karena menimbulkan bau. Pembuangan tinja yang
tidak dikelola dengan baik berdampak mengkawatirkan terutama pada kesehatan
dan
kualitas
air
untuk
rumah
tangga
maupun
keperluan
komersial.
Selain menyangkut perilaku buang air besar masyarakat yang belum semuanya
menggunakan jamban, kita juga dihadapkan pada masih banyaknya jumlah jamban
yang tidak memenuhi standar. Banyak di masyarakat jamban unimproved atau
jamban yang tidak sehat. Sebagai Sanitarian kita harus paham berbagai informasi
terkait jamban, baik kriteria maupun prosedur pemeliharaannya, diantaranya
persyaratan pembuangan tinja. Menurut Kumoro (1998), terdapat beberapa bagian
sanitasi
pembuangan
tinja,
antara
lain
Pada prinsipnya bangunan jamban dinagi menjadi 3 bagian utama, bangunan bagian
atas (Rumah Jamban), bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban), serta
bangunan bagian bawah (penampung tinja).
1. Rumah Jamban (Bangunan bagian atas)
Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan dinding.
Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Pada jamban cemplung slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan pada
kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh
keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari
bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu
dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya. Selain slab, pada bagian ini juga
dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit)
setelah digunakan akan mengurangi bau dan kelembaban, dan membuatnya tidak
menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Sedangkan air dan sabun digunakan
untuk cuci tangan. Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah.
Selain Sanitasi tinja diatas, terdapat berbagai jenis jamban keluarga. Menurut Azwar
(1990), terdapat beberapa jenis jamban, antara lain :
1. Jamban cubluk (Pit Privy): adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi
dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak
dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru.
Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam
karena akan menotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri,
1994).
2. Jamban Empang (Overhung Latrine): Adalah jamban yang dibangun diatas
empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya
tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.
3. Jamban Kimia (Chemical Toilet): Jamban model ini biasanya dibangun pada
tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat
terbang dan lain-lain. Disini tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti
caustic soda dan pembersihnya dipakai kertas tissue (toilet paper).
Sedangkan jamban kimia ada dua macam, yaitu tipe lemari (commode type),
dan tipe tangki (tank type). Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran
yang telah terkumpul perlu di buang lagi.
4. Jamban Leher Angsa (Angsa Trine): Jamban leher angsa merupakan jamban
leher lubang closet berbentuk lengkungan, dengan demikian akan terisi air
gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta
Menurut Depkes RI (2004), terdapat beberapa syarat Jamban Sehat, antara lain :
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air minum.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan
7. Lantai kedap air
8. Ventilasi cukup baik
9. Tersedia air dan alat pembersih.
Dengan target Puskesmas Gunung untuk tahun 2015 adalah 75% maka pencapaian
hanya 58,3% dari 100% sehingga ini menjadi permasalahan.
Masalah merupakan suatu kesenjangan antara harapan atau tujuan yang
ingin dicapai dengan kenyataan sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa
ketidakpuasan, sehingga perlu diupayakan pemecahannya dengan menggunakan
siklus pemecahan masalah :
Identifikasi masalah
Penetapan pemecahan
masalah
Memilih
Penyebab
yang
Paling Mungkin
Gambar
1. terpilih
Siklus Pemecahan
Masalah
(Hartoyo,
2010)
Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
tahun 2015.
Penentuan prioritas masalah tidak dilakukan karena masalah yang akan dibahas
dalam hal ini hanya
INPUT
Man
Money
Method
Material
Machine
PROSES
P1
P2
P3
OUTPUT
Cakupan
Program
OUTCOME
LINGKUNGAN;
Fisik, Kependudukan, Sosbud, Ekonomi, Kebijakan
Kelebihan
Kekurangan
Adanya
koordinator
program
promosi
Adanya
bagi
dana
transport
Belum
untuk
untuk
petugas
kunjungan
ke
rumah-
rumah
- Method Adanya
menilai
yang
ada
anggaran
membantu
pembangunan
jamban
masyarakat
indikator
jamban
tercakup
untuk
Masih
sehat
dalam
tentang
tentang
minimnya
penggunaan
jamban sehat
Kunjungan
petugas
kesehatan lingkungan ke
penggunaan
jamban
sehat
Kunjungan
penduduk
masih
kesehatan
yang
rumah
lingkungan
secara
langsung
kali)
ke
aktif
rumah
warga
- Mechine Tersedianya
transportasi
alat
untuk
kegiatan penyuluhan
- Material Terdapatnya poster, leaflet, Terbatasnya poster, leaflet,
brosur
yang
menjelaskan
tentang
penggunaan
jamban
sehat
Analisa Proses
Proses
P1 (Perencanaan)
Positif
Negatif
Program
kesehatan
pendataan
lingkungan
jamban
sehat
sudah ada
masih
belum
teratur
dan
Tersedianya
jadwal
pendataan
jamban sehat
P2 (Penggerak dan
Pelaksanaan)
Jadwal
Kerjasama yang
baik
antara
belum
mencakup
seluruh desa
Tidak
semua
masyarakat
petugas
tergerak
untuk
kesehatan
menggunakan
dengan
jamban sehat
masyarakat
dalam
efektifnya
pendataan
penyuluhan
jamban sehat
yang ada
Adanya
P3
(Pengawasan,Pengendalian,
Penilaian )
Kurang
Kurangnya
pencatatan
pemantauan
dan pelaporan
kemajuan
mengenai
pencapaian
jamban sehat
jamban
sehat
Analisa Lingkungan
Lingkungan
Positif
Sebagian
Negatif
warga
Masih
kurangnya
sudah mengetahui
pengetahuan
tentang
kesadaran
jamban
sehat
masyarakat
akan
pentingnya jamban
Partisipasi
masyarakat
dan
yang
Masih
kurangnya
kesadaran
penyuluhan
dan
masyarakat
untuk
promosi
berperilaku
hidup
kegiatan
kesehatan
Kondisi lingkungan
dusun yang masih
sulit
oleh
di
jangkau
kendaraan
sehingga
menyulitkan
petugas
untuk
melakukan
kunjungan
Analisa Output
N
Indikator
Target
Sasara
Hasil
Cakupa
Pencapaia
o
1.
Penduduk
75 %
n
123
45
n
36,58 %
n
48,77 %
yang
memanfaatka
n jamban
Terbatasnya poster, leaflet, brosur mengenai jamban sehat dan perilaku hidup
bersih dan sehat
Jadwal pendataan jamban sehat masih belum teratur dan belum mencakup
seluruh desa
INPUT
Method
Money
Machine
PENDUDUK YANG
MEMANFAATKAN
JAMBAN
56,3 % dari target 75 %
P1
Jadwal pendataan rumah tangga sehat
masih belum teratur
P2
LINGKUNGAN
P3
Alternatif Pemecahan
Masalah
Masih kurangnya
pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya
jamban sehat
Melakukan penyuluhan
kepada masyarakat tentang
pentingnya jamban sehat
Pemberdayaan dan
pembinaan kader kesehatan
Kurangnya pemantauan
kemajuan pencapaian
jamban sehat dan tindak
lanjut hasil di wilayah setiap
tahunnya
pembangunan jamban
percontohan
No
.
Alternatif Pemecahan
Masalah
Kriteria
1.
2.
3.
4.
Melakukan
penyuluhan
masyarakat
pentingnya
sehat
Pemberdayaan
pembinaan
kesehatan
kepada 4
tentang
jamban
Total
dan
kader
Pembangunan jamban
percontohan
Melakukan monitoring
dan intervensi setiap
bulan dan dilakukan
musyawarah
desa
sesudahnya.
Priorita
s
14
13
III
13
II
12
IV
alternatif
pemecahan
masalah
tersebut,
maka
prioritas
alternatif
DAFTAR PUSTAKA
.
Departemen Kesehatan RI, 2007. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
Patramanda, A., 2010. Analisis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terhadap
Desa Siaga di Desa Margomulyo, Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Indonesia.