Anda di halaman 1dari 8

1

Mata Kuliah: Psikologi Faal


Kuliah ke: 4
Materi: Sistem Saraf Otonom, Kesadaran
Dosen: Rah Madya Handaya,M.Psi

SISTEM SARAF OTONOM


(Autonomic Nervous System)
Alat-alat dalam tubuh seperti paru, jantung, pembuluh darah, lambung, usus,
ginjal dan lain-lain bekerja sendiri dan untuk sebagian besar tidak dapat dipengaruhi
oleh kehendak manusia tetapi bekerja sesuai dengan keperluan kegiatan yang
berjalan. Contohnya adalah ketika berlari jantung harus bekerja lebih cepat dan lebih
kuat, paru harus menyerap oksigen lebih banyak, aliran darah ke otot-otot anggota
badan harus ditingkatkan, untuk mempertahankan suhu tubuh pada taraf normal
kelenjar keringat harus meningkat pula kegiatannya. Kerja-kerja alat-alat ini harus
diatur pula dan yang mengaturnya adalah sistem saraf otonom. Jadi secara
singkatnya, sistem saraf otonom merupakan sistem saraf yang mengatur fungsi
viseral (alat-alat dalam) tubuh seperti hati, limpa, jantung dan usus.
Ada sistem saraf yang kerjanya meningkatkan fungsi alat dalam, ada sistem
lain yang mengurangi aktivitasnya. Alat-alat dalam tubuh pada umumnya mendapat 2
sistem persarafan ini, yang bekerjanya bertentangan tersebut. Karena kerjanya
sebagian besar tidak dapat dikendalikan kehendak, maka sistem saraf ini disebut
sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom memang ada 2 jenis, yaitu sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Pengaruh perangsangan kedua sistem saraf otonom
pada alat-alat tubuh dapat dilihat pada tabel berikut:
Alat

Simpatis

Parasimpatis

Jantung

Meningkat

Melambat

Pembuluh darah wajah

Melebar

Menciut

Pembuluh darah koronaria

Melebar

Menciut

Pembuluh darah perifer lain

Menciut

Melebar

Pembuluh darah alat dalam lain

Menciut

Melebar

Pupil

Melebar

Menciut

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ray Madya
PSIKOLOGI FAAL

2
Kelenjar ludah, liur

Pekat

Encer

Kelenjar keringat

Pekat

Encer

Kelenjar air mata

menurun

Meningkat

Kandung kencing

menguncup

Tampak pada tabel di atas bahwa aktivitas saraf simpatis bekerja pada emosi
marah atau takut. Pada keduanya diperlukan persiapan untuk kerja otot yang
bertambah, menyerang kalau berani, dan lari kalau takut.
Pada keadaan marah, tegang atau kesal makan saluran cerna akan
menurun. Jadi sebaiknya bila sedang kesal janganlah makan karena selain makanan
lebih susah masuk juga menyebabkan makanan tidak diolah.
Seperti pada uraian di atas, sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem
saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf
simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang
belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf
parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel
pada organ yang dibantu.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak
maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam
sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis
yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada
pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung
ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom digerakkan terutama oleh pusat-pusat di dalam medula
spinalis, batang otak dan hipotalamus, juga digerakkan oleh korteks serebri sehingga
dapat di atur.
Sistem saraf otonom sering bekerja dengan menggunakan Reflek Viseral:
Bagian tubuh

Rangsang sensoris

Pusat Pengaturan SSO

Organ Viseral

respon Refleks

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ray Madya
PSIKOLOGI FAAL

REFLEK OTONOM
1. Reflek Otonom Kardiovaskuler (Pembuluh darah jantung)
Bekerja dalam mengatur tekanan darah pembuluh darah arteri, curah
jantung, frekuensi denyut jantung. Ada reseptor Regang (Baroreseptor) di dalam
dinding pembuluh darah besar.
Contoh: Peregangan: rangsang dikirim ke batang otak, selanjutnya pusat
simpatis dihambat dan mengakibatkan rangsang simpatis ke jantung dan pembuluh
darah menurun. Hal ini akan menyebabkan tekanan arteri normal kembali
2. Reflek Otonom Gastro-Intestinal (Sistem Alat Pencernaan)
Bagian atas saluran pencernaan & rectum diatur oleh Reflek Otonom.
Contoh: Bahan feses di rectum rectum regang rangsang sensoris ke bagian
sakral medula spinalis dikirim kembali melalui serabut parasimpatis ke usus besar
bagian bawah kontraksi kuat untuk dorong keluar.
3. Reflek Pengosongan Kantung Kemih (Vesica Urinaria) dan defekasi
(buang air besar)
Mekanisme kencing dan buang air pada dasarnya adalah refleks. Bila
kandung kencing penuh, muskulus dstrusor dalam dindingnya mengerut dan sfingter
(otot yang melingkar pada perbatasan vesika urinaria-uretra) membuka dan urine
mengalir keluar. Pada defekasi, kalau colon penuh, timbul peristaltik yang
mendorong feses ke bawah dan sfingter membuka.
Sifat refleks ini tampak pada bayi dan balita. Setelah anak lebih besar,
berkembang mekanisme yang menghambat yang pusatnya terletak di dalam girus
singuli sehingga kencing dan buang air dapat ditahan. Keadaan tidak dapat
menahan kencing dan mengompol disebut inkontinensia urine dan tidak dapat
menahan defekasi disebut inkontinensia alvi.
4. Reflek Seksual
Pada dasarnya fungsi ini juga suatu refleks. Alat yang mendapat persarafan
parasimpatis adalah pembuluh darahnya. Pada ereksi penis darah yang mengalir
korpus kavernosum dapat mencapai hingga 7 kali lipat.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ray Madya
PSIKOLOGI FAAL

4
FUNGSI ALARM DARI SISTEM SIMPATIS
Sifat kegiatan dari sistem simpatis

adalah tersebar dan sifat kegiatan

parasimpatis adalah sangat spesifik pada organ tertentu. Perangsangan simpatis


biasanya meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan otot secara
besar-besaran:
1. Peningkatan tekanan darah arteri
2. Peningkatan aliran darah ke otot-otot aktif dan penurunan aliran darah ke
organ tidak penting untuk kegiatan cepat.
3. Metabolisme sel diseluruh tubuh meningkat sehingga suhu tubuh naik
4. Konsentrasi gula darah meningkat
5. Pemecahan glikogen di otot meningkat
6. Kekuatan otot meningkat
7. Aktivitas Mental meningkat

sehingga mengakibatkan stress fisik

(kegiatan fisik meningkat)


Sistem Simpatis juga dapat digiatkan oleh keadaan emosional (mis:marah).
Mekanismenya adalah: Hipotalamus terangsang lewat Formatio Retikularis &
Medula Spinalis rangsang simpatis meningkat Flight or Fight (Reaksi Alarm
Simpatis).
PENGATURAN SISTEM SARAF OTONOM
Sistem

saraf

otonom

diatur

oleh

medula

oblongata,

pons

dan

mesencephalon. batang otak bagian bawah mengatur tekanan arteri, frekuensi


denyut jantung, dan pernafasan. Sedangkan pusat-pusat pengaturan sistem saraf
otonom dibatang otak bagian bawah diatur oleh hipotalamus dan korteks serebri.
Pusat-pusat ini dapat mengubah fungsi, seluruh sistem saraf otonom atau bagianbagiannya dengan cukup kuat untuk menyebabkan penyakit-penyakit seperti ulkus
peptikum (tukak lambung), konstipasi, palpitasi jantung dan serangan jantung.
Obat2 yang mengandung Nor-Epinefrin punya efek yang sama dengan
perangsangan simpatis (Obat Simpatomimetik). Efedrin, Tiramin, Amfetamin memiliki
efek simpatonimetik tak langsung, artinya tidak langsung ke target organ tapi dengan
melepas NE diujung-ujung saraf simpatis. Obat parasimpatonimetik bekerja diorganorgan target dan organ efektor serabut simpatis kolinergik. Beberapa obat tidak
punya efek langsung diorgan efektor parasimpatis tetapi memperkuat efek Ach.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ray Madya
PSIKOLOGI FAAL

5
KESADARAN
Istilah kesadaran mencakup dua pengertian:
1. Kesadaran dasar, yaitu keadaan dapat menangkap dan bereaksi
secara adekuat terhadap rangsangan dari dalam tubuh dan
lingkungan.
-

Contoh dari kesadaran dasar adalah bangun dan tidur dimana kedua
kegiatan tersebut dilakukan secara alamiah.

Kesadaran Dasar dapat meningkat atau menurun secara patologis.

2. Kesadaran Luhur atau sadar diri, yaitu pengertian kedudukan diri di


dalam masyarakat. Contohnya adalah kesadaran mengenai peran
sebagai mahasiswa dimana hal tersebut merupakan sesuatu yang
dipelajari.
Dalam kondisi seseorang sadar atau tidak sadar, otak tetap aktif bekerja.
Pada keadaan normal kesadaran akan naik dan turun secara periodik. Pada saat
tidur kesadaran akan menurun dan pada waktu bekerja dengan konsentrasi maka
kesadaran akan meningkat.
Menurunnya kesadaran dasar secara patologis (tidak normal) ada beberapa
tingkatan.

Menurunnya Penurunan Kesadaran Patologis (karena rusaknya salah satu


fungsi otak):

1. Apatis
-

Kesadarannya yang menurun disebabkan rangsangan pada otak berkurang

Perhatian terhadap sekeliling berkurang

Pasien jadi acuh tak acuh

2. Somnolen
-

Mengantuk

Pasien cenderung tidur

3. Sopor/ Letargis
-

Susah bangun

Tidur lelap/nyenyak yang masih dapat dibangunkan tetapi sukar; pasien tidur
lagi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ray Madya
PSIKOLOGI FAAL

6
4. Soporo Koma
-

Pasien tidak dapat dibangunkan lagi

Masih bereaksi terhadap rangsangan rasa nyeri

5. Koma
-

Penurunan kesadaran yang parah

Reaksi nyeri berkurang/ hilang total

Anatomi Kesadaran
-

Otak

punya

aktivitas

listrik

yang

dapat

diukur

dengan

EEG

(Electroencephalogram).
-

Sangat kecil (kira-kira mikrovolt s/d sepersepuluh mikrovolt)

Dibagian tengah Mesencephalon terdapat banyak sel-sel neuron kecil yang


berhubungan satu sama lain dan berhubungan dengan jaringan rangsang
saraf (serabut) naik/ turun dalam batang otak.

Generator listrik yang meningkatkan reaksi pada otak bagian tengah


mesencephalon menghubungkan Forebrain dengan Hindbrain.

Sel2 neuron itu disebut formatio retikularis

Ada didalam medula spinalis sampai Diencephalon (talamus)

Jadi ada ditingkat medula spinalis (plg rendah), ditingkat batang otak,
ditingkat talamus (paling tinggi) yang membentuk Sistem Aktivasi Retikularis
(SAR)

Untuk kesadaran jika SAR berkurang/rusak/ tidak berfungsi maka kesadaran


berkurang/menurun.

Fungsi SAR
Fungsi dari SAR adalah menggiatkan/ meningkatkan/ menyebarkan rangsang
saraf ke seluruh bagian otak (Korteks Cerebri)
SAR terdiri dari 2 bagian yang berfungsi berlawanan:
1. Bagian yang merangsang/ mengaktifkan korteks aktif
2. Bagian yang menghambat/ melemahkan korteks mengantuk

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ray Madya
PSIKOLOGI FAAL

SISTEM AKTIVASI RETIKULARIS (SAR) / Reticular Activating System


SAR adalah suatu sistem yang mengatur seluruh tingkat kegiatan Sistem
Saraf Pusat, termasuk pengaturan sleep & wake, kemampuan mengarahkan
perhatian kedaerah spesifik dari pikiran sadar.
Contoh:
-

fokus ke suara AC

melihat lebih detail pada suatu objek tingkat kesadaran lebih tinggi.

Tempat dimulainya dari daerah Medula Spinalis ke Batang Otak bagian


bawah meluas ke atas lewat Mesencephalon & Talamus untuk disebarkan
keseluruh bagian korteks serebri.

Penurunan kegiatan korteks serebri = penurunan kesadaran

Keadaan koma terjadi karena ada hambatan rangsang dibagian bawah korteks
serebri, misal karena:
-

Tumor otak

Pendarahan berat

Penyakit infeksi otak, mis: Ensefalitis Letargika (penyakit tidur)

Perangsangan listrik didaerah-daerah SAR menyebabkan meningkatnya kegiatan


korteks serebri sehingga menyebabkan kondisi bangun/jaga
SAR bagian Batang Otak
Bertanggung jawab untuk kewaspadaan normal dari otak. Perangsangan
listrik menyebabkan kegiatan umum otak:
a. Korteks Serebri
b. Talamus
c. Ganglia Basalis
d. Hipotalamus
e. Bagian lain Batang Otak belakang Medula Spinalis
SAR bagian Talamus
Mempunyai 2 fungsi spesifik: (meningkatkan rangsang listrik)
1. Memancarkan kembali sinyal listrik dari SAR batang otak ke seluruh korteks
untuk menyebabkan kegiatan umum otak.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ray Madya
PSIKOLOGI FAAL

8
2. Merangsang titik2 tertentu (daerah korteks lain)
Kemampuan untuk mengarahkan perhatian seseorang pada bagian2 tertentu
dari kegiatan mental.

Bila SAR bagian Talamus rusak, seseorang tidak mampu melihat sesuatu
secara spesifik/detail dan hanya keseluruhan saja karena otak tidak terbiasa melihat
volt yang tinggi. Selain itu, tidak hanya visual saja tetapi juga rangsang2 lain seperti
suara, membayangkan dan lain-lain.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ray Madya
PSIKOLOGI FAAL

Anda mungkin juga menyukai