Anda di halaman 1dari 3

Muhammad Shafiee bin Baharudin

10.2010.391

Dasar Teori Praktikum


Angina pectoris merupakan antara penyakit jantung iskemia yang paling tinggi
angka kejadiannya dalam masyarakat. Vasodilator golongan nitrat organik merupakan
obat pilihan utama dan dikombinasi dengan obat golongan penghambat kanal kalsium,
anti-platelet dan penghambat reseptor sebagai terapi profilaksis. Pada percobaan
praktikum kali ini, kita melakukan percobaan efek kerja obat vasodilator golongan
nitrat yaitu isosorbid dinitrat per oral dan sublingual.
Isosorbid dinitrat (ISDN) adalah obat yang sering diberikan kepada pasien
dengan angina pectoris. Dosis ISDN per oral sekitar 10-60 mg/hari, diberikan lebih dari
1 kali, interval 4-6 jam. Pemberian ketika perut kosong atau jam sebelum makan.
Dosis dapat ditingkatkan perlahan-lahan sampai dosis maksimal 240 mg/hari. Dosis
ISDN sublingual berupa tablet 2,5-10 mg dan ditaruh di bawah lidah pada serangan
angina akut. Lain-lain cara pemberian ISDN adalah secara semprotan (1-3 semprot,
1.25 mg per semprot) di bawah lidah pada serangan angina akut manakala pemberian
secara intravena 2-12 mg/jam, dosis maksimal 20 mg/jam.
Efek overdosis ISDN seperti peningkatan tekanan intracranial, pusing, palpitasi,
vertigo, demam ringan, mual-muntah, syncope, cardiac block dan kejang. Efek samping
dari pemberian ISDN antaranya hipotensi, takikardi, flushing, pusing, palpitasi, pingsan
dan nyeri abdomen. Pemberian ISDN tidak bole dihentikan mendadak karena pernah
dilaporkan terjadi rebound angina. ISDN dikontraindikasi pada pasien dengan hipotensi
berat, anemia, hipovolemia, gagal jantung obstruktif dan pada pasien dengan
peningkatan tekanan intracranial akibat trauma capitis atau hemoragik serebral.
Penelitian pada hewan menemukan efek teratogenik, maka pemberian pada wanita
hamil dihindari. Interaksi ISDN dengan vasodilator dan alcohol menyebabkan hipotensi
memberat. Pemberian ISDN dengan penghambat kanal kalsium menyebabkan
hipotensi ortostatik.
Mekanisme kerja obat golongan nitrat umumnya bekerja pada otot polos, baik
di pembuluh darah maupun pada organ lainnya. Ia menstimulasi cGMP yang
merelaksasi otot polos vaskuler. Ia juga menurunkan tekanan ventrikel kiri (preload)
dan dan resistensi arterial (afterload). Cara pemberian obat yang berbeda memberikan
kecepatan kerja obat yang berbeda. Pemberian obat per sublingual bekerja lebih cepat
dan efeknya bertahan lebih lama dibanding pada pemberian per oral. Ini karena pada
pemberian per oral, obat harus melalui salur cerna dan tidak diabsorpsi 100%. Pada
pemberian per oral, bioavailabilitasnya biasanya di bawah 10-20%. Ia juga mengalami

metabolisme lintas pertama yang ekstensif di hepar yang mengurangi kerja obat
sangat banyak. Makanya, pada kasus serangan angina darurat, pemberian obat nitrat
sublingual memberikan efek terapi yang cepat. Bagaimanapun, dosis sublingual
dibatasi karena efeknya yang lebih kuat dan cepat. Biasanya pada pemberian
sublingual, mula kerja ISDN sekitar 2-5 menit setelah pemberian, durasinya 10-30
menit. Manakala pada per oral mula kerja lebih lambat, durasinya 4-6 jam.
Tujuan percobaan praktikum farmakologi kali ini adalah memahami perbedaan
mula dan lama kerja obat vasodilator (ISDN) pada cara pemberian per oral dan
sublingual. Dengan cara pemberian yang berbeda, diharapkan ia memperlihatkan
perbedaan pada kerja obat tersebut. Selain itu, diharapkan efek samping dari
pemberian obat tadi yang terobservasi juga berbeda. Oleh itu, teori farmakodinamik
dari ISDN juga harus dipelajari secara jelas supaya kita lebih memahami kerja obat
tersebut di dalam tubuh sehingga mempengaruhi hasil percobaan.
Percobaan ini dilakukan pada OP yang telah mempersiapkan diri seutuhnya.
Sebelum percobaan OP harus berpuasa dan tidak bole makan kurang dari 4 jam karena
ia akan mempengaruhi absorpsi obat. Kondisi OP juga harus stabil, tidak mempunyai
riwayat penyakit jantung dan hipotensi yang dapat membahayakan OP.
Seperti biasa, OP diminta berbaring di atas meja laboratorium dan berada
dalam keadaan istirahat. Parameter basal OP seperti tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi pernafasan dan suhu kulit diukur dua kali interval 5 menit dan dihitung nilai
rata-rata.
Kemudian, OP disuruh minum obat yang diberikan. ISDN yang diberikan per
oral diminum bersama air manakala pada sublingual obat ditaruh di bawah lidah, tidak
ditelan atau dikunyah tanpa minum air maupun menelan liur. Hanya setelah obat
benar-benar telah larut baru dibolehkan minum air. Setelah pemberian obat, lakukan
pengukuran parameter setiap 3 menit pada OP yang diberikan ISDN per oral dan setiap
15 menit pada OP yang sublingual. Juga ditanyakan kepada OP efek yang dirasakannya
sejak pemberian obat hingga 24 jam berikutnya. Hasil dari kedua percobaan tadi
dibandingkan dan diperkirakan faktor apa saja yang menyebabkan perbedaan
tersebut. OP mungkin akan mengalami pusing yang hebat, jadi dipersiapkan
paracetamol untuk mengatasi efek ini setelah selesai praktikum.
Daftar Pustaka

1. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi, edisi 5.


Badan Penerbitan FKUI; Jakarta: 2011. Halaman 362-366.
2. Katzung BG, Masters SB, Trevor AJ. Basic & clinical pharmacology, international
edition, 12th edition. McGraw-Hill Companies, Inc; Philapdelphia: 2012.
Halaman 193-200.
3. http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/isosorbidedinitrate. Diunduh pada
28 September 2012.

Anda mungkin juga menyukai