Oleh :
NISMANIKA,S.Kep
RAHMI SUCI ARDILA,S.Kep
RIZKY PANI DWI.P,S.Kep
Pembimbing
Klinik
Akademik
Topik
Sub Topik
Hari/Tanggal
Waktu / Jam
Tempat
Peserta
A. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Ny.E mampu mengetahui apa itu
obstruksi jalan napas.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit Ny E mampu :
1.
Menjelaskan pengertian obstruksi jalan napas
2.
Menjelaskan tentang penyebab obstruksi jalan napas.
3.
Menjelaskan tentang tanda dan gejala obstruksi jalan napas
4.
Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang obstruksi jalan napas.
5.
Menjelaskan tentang penatalaksanaan obstruksi jalan napas
C.
MATERI
1.
Pengertian obstruksi jalan napas
2.
Penyebab obstruksi jalan napas
3.
Tanda dan gejala obstruksi jalan napas.
4.
Pemeriksaan penunjang obstruksi jalan napas
5.
Penatalaksanaan obstruksi jalan napas
D. METODE
Ceramah Dan Tanya Jawab
E. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Peserta
: Fasilitator
: Pembimbing (klinik dan akademik)
: Observer
: Penyaji
: Moderator
a. Pengorganisasian
Penanggung Jawab
: Kelompok
Tugas
Moderator
Tugas
Penyaji
Tugas
Fasilitator
Tugas
Observer
: Nismanika, S.Kep
Tugas
F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO
WAKTU
3
Menit
KEGIATAN
KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
Pembukaan :
a. Membuka/memulai ke-
a.
Menjawab salam
giatan dengan
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
b. Mendengarkan
c. Mendengarkan
penyuluhan
d. Menyebutkan materi
d. Mendengarkan &
penyuluhan
e. Bertanya kepada peserta
memper-hatikan
e. Menjawab pertanyaan
15 menit
jalan napas
Pelaksanaan :
Penyampaian materi :
a.
Menjelaskan tentang
a. Mendengarkan
Pengertian obstruksi
jalan napas
b.
Memberikan kesem
b. Menmberikan pertanyaan
Menjelaskan tentang
c.
Mendengarkan
d.
Memberikan pertanyaan
e.
Mendengarkan
f.
Memberikan pertanyaan
g.
Mendengarkan
Penyebab obstruksi
jalan napas
d.
Memberikan kesem
patan kepada peserta
untuk bertanya
e.
Menjelaskan tentang
tanda dan gejala
obstruksi jalan napas
f.
Memberikan kesem
patan kepada peserta
untuk bertanya
g.
Menjelaskan tentang
pemeriksaan
penunjang obstruksi
jalan napas
h. Memberikan kesem
h. Memberikan pertanyaan
i. Mendengarkan
penatalaksanaan
obstruksi jalan napas
j.
Memberikan
j.
Memberikan pertanyaan
kesempatan kepada
peserta untuk bertanya
5 menit
Evaluasi :
a. Menanyakan kepa-da
Menjawab pertanyaan
2 menit
Terminasi :
a. Mengucapkan terima
a. a. Mendengarkan.
b. Menjawab salam
penutup.
A. PENGERTIAN
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan
pada saluran pernapasan bagian atas (Somantri, 2008).
4.
5.
6.
7.
sianosis. Gangguan oleh benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yang
disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak teratur bentuknya.
b. Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka
dapat dibagi atas pada trachea, dan pada bronkus.
8. latrogenik
Disebabkan oleh karena pemasangan alat-alat intubasi trakeostomi, misalnya
infeksi. Pada anak-anak , misalnya disebabkan oleh difteri, virus, dan berbagai
bakteri gram positif, dapat menyebabkan terjadinya laringitis akut.
D.
KLASIFIKASI
Klasifikasi obstruksi saluran napas atas,terdiri dari:
1. Obstruksi Nasal
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril
oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat
mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Mansjoer dkk, 1999)
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum
nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti
buah jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi
ini juga dapat mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan
episode nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus
hidung (rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya
mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini
terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan
dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, 2001)
Obstruksi pada nasal meliputi:
a. Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada
hidung. (Ramis Ahmad, 2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
1) Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
2) Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.
b. Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di
daerah leher. (Mansjoer dkk, 1999)
c. Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di
dalam ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan
2.
Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat
mengarah pada astiksia. (Mansjoer dkk, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
a. Sumbatan Total Laring
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi
tersangkut dilaring dan menutup seluruh rimaglotis. Keluhan dan gejala yang
timbul berupa serangan batuk secara tiba-tiba segera setelah terjadi aspirasi.
Penderita gelisah memegang lehernya dengan jarinya. Suara menghilang dan
sukar bernapas. Tidak lama kemudian wajah penderita menjadi biru (Somantri,
2008).
b. Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang yang terdapat di laring akan menyebabkan keluhan
sumbatan saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak, dan sesak
napas. Jika sumbatan ini berlangsung terus menerus maka akan timbul gejala
tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan
laring yang dibagi dalam empat stadium .
Stadium I
:
Cekungan sedikit pada inspirasi di daerah suprasternal,
kadang-kadang belum ada stridor.
Stadium II
:
Cekungan di suprasentral dan epigastrium, stridor mulai
terdengar.
Stadium III
Cekungan
terdapat
di
suprasternal,
epigastrium,
mula-mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah, dan akhirnya diam dengan
kesadaran menurun (Somantri, 2008).
E.
MANIFESTASI KLINIS
1.
Obstruksi Nasal
a. Tumor Hidung
Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat
dan tidak mengkilat. Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma
inversi) yang terakhir bersifat sangat invasif, dapat merusak tulang dan jaringan
lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas (Mansjoer dkk, 1999).
b. Karsinoma Nasofaring
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
1) Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan
hidung.
2) Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
3) Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di
daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring,
kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.
4) Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher (Mansjoer dkk,
1999).
c. Polip Hidung
Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.
1) Dapat terjadi hiposmig / anosmia
2) Bersin
3) Iritasi di hidung
4) Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.
5) Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
6) Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah (Mansjoer
dkk, 1999).
2. Obstruksi Laring
a. Hipersalivasi
b. Suara sengau
c. Kadang-kadang sulit membuka mulut
d. Pembengkakan
e. Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
f. Palatum mole pembengkakan
g. Teraba fruktuasi
h. Tonsil bengkak (Somantri, 2008).
F.
PATOFISIOLOGI
1.
Obstruksi Nasal
a. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan
cenderung kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor
hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan
dapat
menyebabkan
obstruksi
saluran
pernapasan
bagian
atas.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Obstruksi Nasal
a. Tumor hidung dan karsinoma
1) Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
2) CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang
3) MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal
PENATALAKSANAAN
1.
Obstruksi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti
dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak
pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan
tindakan operasi untuk mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan
tergantung pada jenis obstruksi hidung yang ditemukan. Biasanya, operasi
dilakukan dibawah anestesi lokal (Brunner & Sudarth,2001)
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan
membuat insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane
mukosa tersebut dari tulang, mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang
dengan forsep tulang. Mukosa kemudian dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan
ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum
cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36
jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau septoplasti. (Brunner &
Sudarth,2001)
a. Tumor hidung
1) Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
2) Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat
menjadikan ganas.
b. Karsinoma Nasofaring
1) Radio terapi
2) Dilakukan diseksi leher
3) Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi
vaksin dan anti virus.
4) Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
c. Polip hidung
1) Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal
Prednison 50 mg/hari.
2) Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis /
prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.
3) Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah
4) Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
5) Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan
kawat senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan
memberikan astringen untuk mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi
hidung. (Brunner & Sudarth,2001)
2.
Obstruksi Laring
a. Sumbatan Total Laring
Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah
dengan segera mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total
berlangsung lebih dari lima menit pada orang dewasa atau delapan menit pada
anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung berhenti.
Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan
kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi
dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan :
1) Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat
laring secara total atau benda asing ukuran besar yang terletak di
hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada paru. Dilakukan tekanan
keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong keatas
sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan.
Dapat dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak. (Rachman, 2000)
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang
terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan
memberikan tekanan pada paru-paru. (Somantri,2008)
Krikotirotomi
Krikotirotomi adalah tindakan life saving untuk mengatasi sumbatan
jalan napas dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka
membrane krikotiroid secara cepat. Penderita dibaringkan telentang dengan
leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan kulit tepat
dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah.
Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah
kebawah untuk menghindari tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC.