Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

OBSTRUKSI JALAN NAFAS

Oleh :
NISMANIKA,S.Kep
RAHMI SUCI ARDILA,S.Kep
RIZKY PANI DWI.P,S.Kep

Pembimbing

Klinik

Akademik

STIKes FORT DE KOCK BUKITTINGGI


PROFESI NERS TAHUN 2016/2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN


OBSTRUKSI JALAN NAPAS

Topik

: Obstruksi Jalan Nafas

Sub Topik

: Obstruksi jalan nafas

Hari/Tanggal

:Sabtu, 1 Oktober 2016

Waktu / Jam

: 25 Menit /10.00 10.25 WIB

Tempat
Peserta

: Ruang Rawat Inap Telinga Hidung Tenggorokan


: Ny E (56 tahun)

A. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Ny.E mampu mengetahui apa itu
obstruksi jalan napas.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit Ny E mampu :
1.
Menjelaskan pengertian obstruksi jalan napas
2.
Menjelaskan tentang penyebab obstruksi jalan napas.
3.
Menjelaskan tentang tanda dan gejala obstruksi jalan napas
4.
Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang obstruksi jalan napas.
5.
Menjelaskan tentang penatalaksanaan obstruksi jalan napas
C.

MATERI
1.
Pengertian obstruksi jalan napas
2.
Penyebab obstruksi jalan napas
3.
Tanda dan gejala obstruksi jalan napas.
4.
Pemeriksaan penunjang obstruksi jalan napas
5.
Penatalaksanaan obstruksi jalan napas

D. METODE
Ceramah Dan Tanya Jawab
E. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Peserta
: Fasilitator
: Pembimbing (klinik dan akademik)
: Observer
: Penyaji
: Moderator

a. Pengorganisasian

Penanggung Jawab

: Kelompok

Tugas

: Mengkoordinasi kegiatan penyuluhan

Moderator

: Rizky Pani Dwi.P, S.Kep

Tugas

Membuka dan menutup acara penyuluhan


Memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya
Mengarahkan jalannya penyuluhan
Menjawab pertanyaan peserta

Penyaji

: Rahmi Suci Ardila, S.Kep

Tugas

Menyajikan atau menyampaikan materi penyuluhan


Menggali pengetahuan peserta tentang materi penyuluhan
Menjawab pertanyaan peserta

Fasilitator

: Rizky Pani Dwi.P, S.Kep , Nismanika, S.Kep

Tugas

Memotivasi peserta untuk bertanya


Menjawab pertanyaan peserta

Observer

: Nismanika, S.Kep

Tugas

Mengamati jalannya penyuluhan


Mencatat jumlah peserta yang hadir
Mencatat tanggapan yang dikemukakan
Menjawab pertanyaan peserta
Melaporkan hasil kegiatan

F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO

WAKTU

3
Menit

KEGIATAN

KEGIATAN PESERTA

PENYULUHAN
Pembukaan :
a. Membuka/memulai ke-

a.

Menjawab salam

giatan dengan
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri

b. Mendengarkan

c. Menjelaskan tujuan dari

c. Mendengarkan

penyuluhan
d. Menyebutkan materi

d. Mendengarkan &

penyuluhan
e. Bertanya kepada peserta

memper-hatikan
e. Menjawab pertanyaan

apakah sudah menge


tahui tentang obstruksi
2

15 menit

jalan napas
Pelaksanaan :
Penyampaian materi :
a.

Menjelaskan tentang

a. Mendengarkan

Pengertian obstruksi
jalan napas
b.

Memberikan kesem

b. Menmberikan pertanyaan

patan kepada peserta


untuk bertanya
c.

Menjelaskan tentang

c.

Mendengarkan

d.

Memberikan pertanyaan

e.

Mendengarkan

f.

Memberikan pertanyaan

g.

Mendengarkan

Penyebab obstruksi
jalan napas
d.

Memberikan kesem
patan kepada peserta
untuk bertanya

e.

Menjelaskan tentang
tanda dan gejala
obstruksi jalan napas

f.

Memberikan kesem
patan kepada peserta
untuk bertanya

g.

Menjelaskan tentang
pemeriksaan
penunjang obstruksi

jalan napas
h. Memberikan kesem

h. Memberikan pertanyaan

patan kepada peser-ta


untuk bertanya
i. Menjelaskan

i. Mendengarkan

penatalaksanaan
obstruksi jalan napas
j.

Memberikan

j.

Memberikan pertanyaan

kesempatan kepada
peserta untuk bertanya

5 menit

Evaluasi :
a. Menanyakan kepa-da

Menjawab pertanyaan

peserta tentang materi


yang telah diberikan, dan
rein-forcement kepada
peserta yang dapat
menjawab.
4

2 menit

Terminasi :
a. Mengucapkan terima

a. a. Mendengarkan.

kasih atas peran sertanya


b. Mengucapkan salam

b. Menjawab salam

penutup.

MATERI PENYULUHAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS

A. PENGERTIAN
Obstruksi saluran napas atas adalah gangguan yang menimbulkan penyumbatan
pada saluran pernapasan bagian atas (Somantri, 2008).

Obstruksi saluran napas atas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam


memenuhi kebutuhan metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari
hidung sampai percabangan trakea). (Dorlan W.A. Nawman. 2002
Obstruksi saluran napas atas adalah adanya sumbatan pada struktur saluran napas
atas, sehingga ruang untuk mengalirnya udara inspirasi mengecil yang menyebabkan
penderita mengalami gangguan pernapasan. (Hinchliff,Sue.1999)
B. ETIOLOGI
Menurut Somantri (2008) penyebab obstruksi saluran napasa adalah sebagai
berikut :
1. Kelainan congenital hidung atau laring
a. Atresia koane
b. Stenosis supraglotis, glotis dan infra glotis
c. Kista diktus tiroglossus
d. Kista brankiogen yang besar
e. Laringokel yang besar.
2. Trauma
a. Trauma dapat disebabkan oleh karena kecelakaan misalnya ingesti kaustik,
patah tulang wajah,cedera laringotrakeal, intubasi lama, paralisis nervus
laringeus rekuren bilateral, gantung diri, atau kasus percobaan pembunuhan.
Lokasi obstruksi biasanya terjadi di tulang rawan sekitar laring, misalnya
3.

4.

5.
6.
7.

aritenoid, pita suara, dan lain-lain.


Tumor
a. Hemangioma
b. Higroma kistik
c. Papiloma laring rekurren
d. Limfoma
e. Tumor ganas tiroid
f. Karsinoma sel squamous laring, faring dan esofagus
Infeksi akut
a. Laringotrakeitis.
b. Epiglotitis
c. Hipertropiatonsiler
d. Angina Ludwig
e. Abses para faring
Paralisis satu atau kedua plika vokalis
Pangkal lidah jatuh ke belakang pada pasien tidak sadar.
Benda asing
Benda-benda asing tersebut dapat tersangkut pada:
a. Laring
Terjadinya obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-tanda sebagai
berikut, yakni secara progresif terjadi stridor, dispnoe, apnea, disfagia,
hemoptisis, pernapasan otot-otot napas tambahan atau dapat pula terjadi

sianosis. Gangguan oleh benda asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yang
disebabkan oleh berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak teratur bentuknya.
b. Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran napas maka
dapat dibagi atas pada trachea, dan pada bronkus.
8. latrogenik
Disebabkan oleh karena pemasangan alat-alat intubasi trakeostomi, misalnya
infeksi. Pada anak-anak , misalnya disebabkan oleh difteri, virus, dan berbagai
bakteri gram positif, dapat menyebabkan terjadinya laringitis akut.
D.

KLASIFIKASI
Klasifikasi obstruksi saluran napas atas,terdiri dari:
1. Obstruksi Nasal
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril
oleh deviasi septum nasi, hipertrofi tulang torbinat / tekanan polip yang dapat
mengakibatkan episode nasofaringitis infeksi. (Mansjoer dkk, 1999)
Perjalanan udara melalui nostril sering kali tersumbat oleh deviasi septum
nasi, hipertrofi tulang turbinat, atau tekanan polip, yaitu pembengkakan seperti
buah jeruk yang timbul dari membran mukosa sinus, terutama etmoid. Obstruksi
ini juga dapat mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan mengakibatkan
episode nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai sinus-sinus
hidung (rongga yang dilapisi lendir yang dipenuhi oleh udara yang normalnya
mengalir ke dalam hidung). Bila terjadi sinusitis dan drainase dari rongga ini
terhambat oleh deformitas atau pembengkakan di dalam hidun, maka nyeri akan
dialami pada region sinus yang sakit. (Brunner & Suddarth, 2001)
Obstruksi pada nasal meliputi:
a. Tumor hidung
Yaitu pertumbuhan sel yang abnormal sebagai akibat radang pada
hidung. (Ramis Ahmad, 2000)
Ada 2 jenis tumor, yaitu:
1) Tumor jinak, biasanya terjadi di kavum nasi dan sinus paranasal.
2) Tumor ganas, sering ditemukan di papiloma.
b. Karsinoma Nasofaring
Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan
predileksi difosa rosenmuller dan atap nasofaring dan merupakan tumor di
daerah leher. (Mansjoer dkk, 1999)
c. Polip Hidung
Merupakan masa lunak, berwarna puth, keabu-abuan yang terdapat di
dalam ringga hidung, paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel dan
2.

bilateral. (Mansjoer dkk, 1999)


Obstruksi Laring

Adalah adanya penyumbatan pada ruang sempit pita suara yang berupa
pembengkakan membran mukosa laring, dapat menutup jalan dengan rapat
mengarah pada astiksia. (Mansjoer dkk, 1999)
Penyakit obstruksi laring, yaitu :
a. Sumbatan Total Laring
Sumbatan total laring dapat terjadi karena benda asing yang teraspirasi
tersangkut dilaring dan menutup seluruh rimaglotis. Keluhan dan gejala yang
timbul berupa serangan batuk secara tiba-tiba segera setelah terjadi aspirasi.
Penderita gelisah memegang lehernya dengan jarinya. Suara menghilang dan
sukar bernapas. Tidak lama kemudian wajah penderita menjadi biru (Somantri,
2008).
b. Sumbatan Partial Laring
Benda asing yang yang terdapat di laring akan menyebabkan keluhan
sumbatan saluran pernapasan berupa batuk tiba-tiba, suara sesak, dan sesak
napas. Jika sumbatan ini berlangsung terus menerus maka akan timbul gejala
tambahan yaitu stridor. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan
laring yang dibagi dalam empat stadium .
Stadium I
:
Cekungan sedikit pada inspirasi di daerah suprasternal,
kadang-kadang belum ada stridor.
Stadium II
:
Cekungan di suprasentral dan epigastrium, stridor mulai
terdengar.
Stadium III

Cekungan

terdapat

di

suprasternal,

epigastrium,

interkostal dan supraklavikula. Stridor jelas terdengar dan pasien tampak


gelisah.
Stadium IV

Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien yang

mula-mula gelisah, mulai tampak bertambah lemah, dan akhirnya diam dengan
kesadaran menurun (Somantri, 2008).

E.

MANIFESTASI KLINIS
1.

Obstruksi Nasal
a. Tumor Hidung
Secara makroskopi mirip dengan polip hidung, hanya lebih keras, padat
dan tidak mengkilat. Ada dua jenis, yaitu aksolitik dan andolitik (papiloma

inversi) yang terakhir bersifat sangat invasif, dapat merusak tulang dan jaringan
lunak sekitarnya diduga dapat berubah menjadi ganas (Mansjoer dkk, 1999).
b. Karsinoma Nasofaring
Gejalanya dibagi dalam 4 kelompok, yaitu:
1) Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek / sumbatan
hidung.
2) Gejala telinga, berupa tinitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di telinga.
3) Gejala saraf, berupa gangguan saraf otak seperti diplopia, parestesia di
daerah pipi, neurolgia trigeminal, parasis / paralisis arkus faring,
kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.
4) Gejala / metastatis di leher, berupa benjolan di leher (Mansjoer dkk,
1999).
c. Polip Hidung
Sumbatan hidung yang menetap dan rinorea.
1) Dapat terjadi hiposmig / anosmia
2) Bersin
3) Iritasi di hidung
4) Pembengakakan mukosa dari mukosa hidung di luar sinus.
5) Masa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
6) Bila ditusuk tidak memberikan rasa sakit dan tidak berdarah (Mansjoer
dkk, 1999).
2. Obstruksi Laring
a. Hipersalivasi
b. Suara sengau
c. Kadang-kadang sulit membuka mulut
d. Pembengkakan
e. Nyeri tekan pada kelenjar submandibular
f. Palatum mole pembengkakan
g. Teraba fruktuasi
h. Tonsil bengkak (Somantri, 2008).
F.

PATOFISIOLOGI
1.

Obstruksi Nasal
a. Tumor hidung
Tumor hidung dapat diketahui bersama-sama dengan polip nasi dan
cenderung kambuh. Mempunyai kecenderungan untuk timbul bersama tumor
hidung sel skuamosa maligna, lebih sering timbul di dinding lateral hidung dan

dapat pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan hidung, perdarahan


intermiten atau keduanya. (Ramis Ahmad, 2000)
b. Karsinoma Nasofaring
Agen penyebab masuk ke saluran napas atas dan mengiritasi epitoliuma
yang terdapat pada dinding mukosa nasofaring sampai berulserasi dan
terinfeksi, menyebabkan pertumbuhan jaringan baru yang dapat bersifat ganas
yang

dapat

menyebabkan

obstruksi

saluran

pernapasan

bagian

atas.

Menyebabkan pertukaran O2 di dalam tubuh terhambat, sehingga pemenuhan


kebutuhan O2 tidak adekuat. Selain itu, karsinoma nasofaring bisa bermetastase
ke jaringan / organ tubuh lain. (Mansjoer dkk, 1999)
c. Polip Hidung
Akibat reaksi alergi pada mukosa hidung, menyebabkan mukosa hidung
membengkak dan terisi banyak cairan interseluler, sehingga sel menjadi radang
kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat dan akan menekan
jaringan saraf, pembuluh darah dan kelenjar pada hidung. Sehingga terbentuklah
masa yang mengandung jaringan saraf pembuluh darah yang rusak, yang dapat
menimbulkan sumbatan hidung yang menetap dan rinorea serta terjadinya
hiposmig / anemia, sehingga mengakibatkan klien terlihat bersin-bersin dan
2.

terjadinya iritasi di hidung. (Mansjoer dkk, 1999)


Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan mengandung ruangan sempit antara pita
suara (glotis), dimana udara harus melewati ruang ini. Adanya pembengkakan
membran mukosa larings dapat menutupi jalan ini yang menjadi penyebab
kematian. (Mansjoer dkk, 1999)

G.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.

Obstruksi Nasal
a. Tumor hidung dan karsinoma
1) Naso endoskopi : untuk menemukan tumor dini
2) CT Scan : perluasan tumor dan destruksi tulang
3) MRI : membedakan jaringan tumor dari jaringan normal

4) Pemeriksaan Radiologik Konvensional : tampak masa jaringan lunak di


daerah nasofaring.
5) Tomografi komputer : terlihat adanya simetri dari resesus lateratif, tonus
tubarius dan dinding posterior nasofaring.
6) Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal, dll : untuk memastikan adanya
tumor, mendeteksi kekambuhan / untuk mendeteksi secara dini tumor.
b. Polip Hidung
1) Rinoskopi anterior terlihat adanya polip
2) Endoskopi terlihat polip yang masih sangat kecil
3) Rontgen polos (CT Scan) mendeteksi adanya simetrif
4) Biopsi penampakan makroskopis menyerupai keganasan / bila pada foto
rontgen ada gambaran erosi tulang.
H.

PENATALAKSANAAN
1.

Obstruksi Nasal
Pengobatan obstruksi hidung membutuhkan pengangkatan obstruksi, diikuti
dengan tindakan untuk mengatasi apakah terdapat infeksi kronis. Pada banyak
pasien alergi yang mendasari memerlukan pengobatan. Pada waktunya diperlukan
tindakan operasi untuk mengalirkan sinus nasal. Prosedur spesifik dilakukan
tergantung pada jenis obstruksi hidung yang ditemukan. Biasanya, operasi
dilakukan dibawah anestesi lokal (Brunner & Sudarth,2001)
Jika deviasi septum menjadi penyebab obstruksi, maka dokter bedah akan
membuat insisi kedalam membrane mukosa dan setelah mengangkat membrane
mukosa tersebut dari tulang, mengangkat tulang dan kartilago yang menyimpang
dengan forsep tulang. Mukosa kemudian dibiarkan untuk jatuh ke tempatnya dan
ditahan dengan sumbat yang kuat. Umumnya sumbat dibasahi dalam petrolatum
cair sehingga sumbat tersebut dapat dengan mudah dilepaskan dalam 24 sampai 36
jam. Operasi ini disebut reseksi submukosa atau septoplasti. (Brunner &
Sudarth,2001)
a. Tumor hidung
1) Pembedahan luas, bila ada yang tertinggi dapat residif.
2) Radiasi dapat mengecilkan tumor, tapi tidak dianjurkan karena bisa dapat
menjadikan ganas.

b. Karsinoma Nasofaring
1) Radio terapi
2) Dilakukan diseksi leher
3) Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi
vaksin dan anti virus.
4) Kemoterapi dengan kombinasi sis-platinum.
c. Polip hidung
1) Tindakan konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misal
Prednison 50 mg/hari.
2) Secara lokal disuntikan ke dalam polip, misal Triamsinolon asetonis /
prednisolon 0,5 mg tiap 5-7 hari.
3) Secara topikal sebagai semprot hidung, misal Beklometason dipropionah
4) Dilakukan ekstraksi polip dengan senar.
5) Operasi etmoidektomi intranasal dan ekstranasal.
Polip hidung diangkat dengan menjepitnya pada dasarnya dengan
kawat senar. Turbinat yang mengalami hipertrofi dapat diobati dengan
memberikan astringen untuk mengerutkan hipertrofi ini mendekati sisi
hidung. (Brunner & Sudarth,2001)
2.

Obstruksi Laring
a. Sumbatan Total Laring
Prinsip Penatalaksanaan adanya benda asing disaluran napas adalah
dengan segera mengeluarkan benda asing tersebut. Bila sumbatan total
berlangsung lebih dari lima menit pada orang dewasa atau delapan menit pada
anak, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jantung berhenti.
Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam menegakkan diagnosis dan
kecepatan dalam melakukan tindakan pertolongan. Bila peristiwa ini terjadi
dimana tidak terdapat peralatan laringoskopi langsung, maka dapat dilakukan :
1) Perasat Heimlich (Heimlich Maneuver)
Merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat
laring secara total atau benda asing ukuran besar yang terletak di
hipofaring. Prinsipnya memberi tekanan pada paru. Dilakukan tekanan
keatas dan kedalam rongga perut sehingga diafragma terdorong keatas
sehingga udara mendorong sumbatan laring keluar dalam 3-4 kali hentakan.
Dapat dilakukan pada orang dewasa dan pada anak-anak. (Rachman, 2000)
Perasat Heimlich adalah suatu cara mengeluarkan benda asing yang
menyumbat laring secara total atau benda asing berukuran besar yang
terletak dihipofaring. Prinsip mekanisme perasat Heimlich adalah dengan
memberikan tekanan pada paru-paru. (Somantri,2008)

Pada Perasat Heimlich lakukanlah tekanan kedalam dan keatas rongga


perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong keatas. Tenaga dorongan
ini akan mendesak udara dalam paru keluar. Perasat Heimlich ini dapat
dilakukan pada orang dewasa dan juga pada anak. (Somantri, 2008)
Tata cara Pelaksanaannya adalah: penolong berdiri dibelakang
penderita sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan
bantuan tangan kiri,kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas,
kemudian dilakukan penekanan rongga perut kearah dalam dan keatas
dengan hentakan beberapa kali. Diharapkan dengan hentakan 4-5 kali benda
asing akan terlempar keluar. (Somantri, 2008)
Pada pasien yang tidak sadar atau terbaring, perasat Heimlich dapat
juga dilakukan denga cara : penolong berlutut dengan kaki pada kedua sisi
penderita. Sebelumnya posisi muka penderita dan leher harus lurus.
Kepalan tangan kanan diletakkan dibawah tangan kiri didaerah epigastrium.
Dengan hentakan tangan kiri kebawah dan keatas beberapa kali udara
dalam paru-paru akan mendorong benda asing keluar. (Somantri, 2008)
2)

Krikotirotomi
Krikotirotomi adalah tindakan life saving untuk mengatasi sumbatan
jalan napas dilaring. Hal tersebut dilakukan dengan cara membuka
membrane krikotiroid secara cepat. Penderita dibaringkan telentang dengan
leher ekstensi. Kartilago tiroid diraba, dibuat sayatan kulit tepat
dibawahnya. Jaringan dibawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah.
Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat tusukan pisau dengan arah
kebawah untuk menghindari tersayatnya pita suara. Masukkan corong atau

pipa plastik sebagai ganti kanul. (Somantri, 2008)


3) Laringoskopi
Laringoskopi merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan benda yang
tersangkut dilaring. Oleh karena itu benda asing tersebut langsung dapat
dikeluarkan dengan bantuan cunam. Untuk tindakan ini penderita dirujuk
kerumah sakit. (Somantri,2008)

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.1997.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC.

Dorlan W.A. Nawman. 2002. Kamus Kedokteran Darkin. Edisi 29.Jakarta:EGC.


Herawati, sri, dkk. 2003. Buku ajar Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok untuk mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta : EGC.
Iskandar, Nurbaiti. 2006. Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok untuk perawat, edisi 2.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Junadi Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : FKUI.
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. : Jakarta:FKUI
Ramli Ahmad, dkk. 2000. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta.
Somantri,Irman.2008.Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Jakarta :
Salembah Medika.

Anda mungkin juga menyukai