Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

PERALATAN DAN TEKNIK PENCAMPURAN KARET


4.1

Pendahuluan
Seiring perkembangan zaman kebutuhan manusia secara terus menerus akan

meningkat sesuai berjalannya waktu. Berbagai kebutuhan sehari-hari pun terus


dikembangkan agar manusia dapat menggunakan dengan efisien sesuai
kebutuhan. Salah satu alat atau benda yang sangat dipergunakan oleh manusia
berbahan dasar dari karet. Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat
menghasilkan berbagai macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan.
Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring
berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri
ini. Ada dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan
karet sintesis. Karet alam (natural rubber) merupakan air getah dari tumbuhan
Hevea brasiliensis, yang merupakan polimer alam dengan monomer isoprena,
sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku
minyak bumi.
Perkembangan teknologi karet yang sangat luas ini, menuntut agar di masa
yang akan datang manusia dapat menggunakan karet sebaik dan seefisien
mungkin. Bukan hanya sedikit melainkan banyak sekali kebutuhan manusia yang
menggunakan karet, seperti pakaian, kebutuhan rumah tangga, transportasi, bahan
bangunan dan lain lain. Oleh sebab itu kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang
berkaitan dengan karet tersebut. Salah satunya yang harus kita ketahui adalah
proses dan alat alat pembuatan kompon.
4.2

Pengertian Kompon
Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama

lain sehingga sangat disukai. Kompon karet dapat dibuat sesuai dengan formulasi
yang dibutuhkan ,seperti kompon untuk karet vulkanisir ,kompon karet silikon
dengan berbagai pilihan warna,ataupun kompon yang dikerjakan sesuai dengan
kriteria akhir yang dibutuhkan .

Gambar 4.1 Kompon Karet

Gambar 4.2 Kompon Karet Silikon


Pembuatan dan pembentukan kompon karet merupakan tahap awal dari
produksi barang jadi karet. Pembuatan kompon dilakukan dengan cara
pencampuran karet dengan bahan kimia sesuai dengan formulasi yang dibutuhkan
di dalam mesin pencampur dan pembentukan dilakukan di dalam mesin
pembentuk setelah terlebih dahulu dilunakkan. Mesin open mill atau pun mesin
internal mixer

mampu menghasilkan kompon yang homogen dengan cara

memasukkan dan mendispersikan bahan-bahan pencampur kedalam karet


sehingga mudah diolah . Mesin pembentuk mampu melunakkan kompon dengan
cara menggesek dan memanaskannya di dalam silinder dan lalu dibentuk dalam
cetakan . Dalam proses pencampuran dan pembentukkan kompon diperlukan gaya
geser yang digunakan untuk melunakkan bahan dan ditambah lagi dengan energi
panas.

4.3

Peralatan pada Proses Pencampuran Karet


Alat atau mesin pengolahan kompon karet digunakan untuk melunakkan

bahan baku (karet mentah) dan mencampurnya dengan karbon (bahan kimia lain)
secara homogen. Oleh karena kompon karet terbuat dari campuran karet dan
bahan kimia, maka mesin pembuat kompon karet sering disebut mesin pencampur
karet (rubber mixing machines).
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, mesin pembuat kompon karet dibedakan
menjadi 3, yaitu:
a. Mesin Pencampur Karet Terbuka (Mesin Giling Karet Dua Rol)
Mesin pencampur karet ini mempunyai unit pencampur (rotor) yang
terdiri dari dua buah silinder panjang dan berongga. Rotor terbuat dari
bahan baja cor atau besi cor yang diperkeras, yang pemukaannya licin dan
tahan karat. Rongga silinder berfungsi sebagai saluran media pemanas dan
pendingin. Unit pencampur karet (silinder) dalam keadaan terbuka, dan
pemasukan bahan baku serta pemotongan kompon karet dilakukan oleh
operator.
Rol tambahan (stock blender) berfungsi untuk menampung sebagian
kompon karet dan memasukkan kembali ke dalam celah kedua rol mesin
giling karet agar pencampuran lebih baik. Dengan menggunakan stock
blender ini maka kompon karet lebih cepat dingin, lebih homogen dan
plastis dalam selang waktu pencampuran tertentu.

Gambar 4.5 Mesin Pencampur Karet Terbuka


Untuk menghubungkan mill ke peralatan batch-off biasanya digunakan
conveyor. Peralatan batch-off berfungsi mengotomatisasi pemindahan

kompon karet ke proses selanjutnya. Di dalam batch-off, lembaran kompon


karet didinginkan dengan mencelupkan ke dalam air (non stick solvent) dan
dikeringkan dengan blow drying. Lembaran berjalan di atas rol-rol yang
dipasang di dalam batch-off dan dipotong menjadi lembaran-lembaran yang
berukuran tertentu. Lembaran ditumpuk secara berlapis (wig-wag form)
pada bagian keluar batch-off dan dipindahkan ke mesin pengolah karet
berikutnya dengan alat angkut (conveyor). Unit-unit lain yang perlu
diperhatikan pada mesin pencampur karet terbuka, antara lain alat
penampung, alat pengaman, pengatur nip, motor penggerak, transmisi dan
putaran, unit pemanas, pendingin, dan pelumas mesin.
b. Mesin Pencampur Karet Tertutup Non Kontinu
Pada mesin pencampur karet tertutup non kontinu (internal batch
mixer), rotor berada dalam ruang tertutup. Unit pencampur (rotor) mesin
karet berbentuk benjolan sehingga rotor tampak seperti bersayap dan bidang
geser lebih luas. Pencampuran berlangsung lebih singkat dan lebih bersih
dibandingkan dengan mesin pencampur karet terbuka.
Poros, sayap, dan dinding ruang pencampuran dibuat berongga agar
dapat dilalui media pemanas dan pendingin. Proses pencampuran tidak perlu
dibantu oleh operator kecuali pada saat pengisian bahan ke dalam hopper
dan pada waktu pengeluaran kompon karet dari ruang pencampuran. Bahan
ditekan oleh ram secara hidrolik selama proses pencampuran.
Mesin pencampur karet tertutup non kontinu dikelompokkan menjadi
dua tipe menurut disain rotor atau cara pencampuran di dalam ruang
pencampuran, yaitu tipe non-intermeshing dan tipe intermeshing. Kelompok
mesin-mesin

yang

termasuk

tipe

non-intermeshing

adalah

mesin

Banburry,Bolling, dan Werner-Pfleiderer, dan mesin tipe intermeshing


adalah Intermix Francis Shaw dan Werner Pfleiderer.
Gambar 4.6 Intermix Francis Shaw
4

Gambar 4.7 Werner Pfleiderer


Pada mesin tipe non-intermeshing, aksi geser gumpalan kompon karet
terjadi di dalam celah antara rotor dengan ruang pencampuran, sedangkan
pada tipe intermeshing aksi geser gumpalan kompon terjadi di dalam celah
antara kedua rotor. Rotor tipe intermeshing memberikan pemindahan panas
yang lebih baik, dan cocok digunakan untuk kompon karet yang peka
terhadap panas dengan siklus pencampuran yang agak lama.Mesin
pencampur jenis yang baru telah dibuat di perusahaan Italian Firm Rutital
yang dinamakan Rutital Monomix Mixer. Mesin ini hanya mempunyai
sebuah rotor yang berbentuk kerucut rangkap (biconical), yang berulir dua
dengan arah terpusat, sedangkan ruang pencampurannya berbentuk silinder.
Salah satu contohnya adalah Tandem mixer. Tandem mixer adalah jenis
mesin pencampur karet yang dikombinasikan dari dua buah mesin
pencampur karet tipe intermix dan dipanaskan secara bertingkat. Pada
bagian atas dipasang ram mixer dan pada bagian bawah dipasang ramless
mixer. Agar ramless mixer dapat mengisi sendiri tanpa bantuan tekanan dan
kerja mekanik ram, maka rotor ramless mixer haruslah interlocking.
Masterbatch yang dihasilkan mixer atas dipindahkan langsung ke mixer
bawah, lalu didinginkan dan pencampuran selesai, sementara masterbatch
berikutnya telah diolah dan tersedia pada mixer atas. Masterbatch yang
keluar dari mixer bawah dipindahkan ke mesin pengolah berikutnya melalui

dua roll mill ataupun dump extruder. Kinerja tandem mixer sangat
bergantung pada operasi fasilitas pendingin dan sifat bahan kompon yang
diolah, dan mesin ini mempunyai system pendinginan yang mampu
menyerap kalor masterbatch. Suhu masterbatch pada saat keluar dari mixer
atas antara 150-160C, waktu pencampuran 3,5-4 menit. Untuk mixer
bawah fill factor 0,45-0,47, laju putaran dapat divariasi hingga 60 rpm.
c. Mesin Pencampur Karet Tertutup Kontinu
Mesin pencampur karet tertutup kontinu terdiri atas pengumpan dan
ekstruder pencampur. Pengumpan berfungsi sebagai pemasuk bahan ke
dalam ekstruder pencampur dan ekstruder pencampur berfungsi sebagai
pencampur dan pemindah bahan ke mesin pengolah berikutnya. Sebelum
memasuki ekstruder pencampur, bahan telah mengalami pelunakan di dalam
pengumpan. Pelunakan di dalam pengumpan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan menggunakan sekrup (sikoplast) dan rotor Farrel M.V.X.

Gambar 4.8 Mesin Pencampur Karet Tertutup Kontinu

4.4 Teknik Pencampuran Karet

Pencampuran adalah proses pembuatan kompon dari elastomer yang


ditambahkan bahan bahan kimia tertentu dengan urutan tertentu pula. Di dalam
proses pencampuran antara elatromer dengan bahan bahan kimia terdapat satu
tahap yang tidak mungkin dilewati yaitu mastikasi.
Dalam proses pembuatan kompon karet mastikasi adalah proses pertama
yang dilakukan sebelum proses pencampuran dengan bahan kimia lainnya. Tujuan
mastikasi adalah menjadikan elastomer menjadi plastis agar proses pencampuran
dengan bahan bahan kimia penyusunan kompon dapat menghasilkan dispersan
yang merata.
4.4.1 Mastikasi (penghancuran)
Mastikasi adalah proses pemutusan molekul karet agar menjadi plastis
sehingga mudah untuk menambahkan bahan kimia yang di inginkan. Proses ini
dapat dilakukan dengan cara mechanical shearing di open mill atau didalam
internal mixer.
1. Mastikasi pada Karet Alam
Komponen yang berperan dalam pemutusan rantai molekul pada
mastikasi aadalah tenaga mekanis yang berasal dari gaya geser antara
permukaan gilingan dengan karet dan antara molekul karet sendiri.
Pemutusan rantai molekul oleh tenaga mekanis akan diikuti oleh terikatnya
oksigen dari udara pada radikal radikal bebas.
a. Mula mula rantai molekul karet diputuskan oleh tenaga mekanis menjadi
radikal radikal bebas.
Tenaga mekanis
R-R

2R

b. Dengan adanya oksigen dari udara, maka bagian terbesar dari sejumlah
radikal bebas yang terbentuk akan mengikat O2
R, + 02

RO2

c. Sisa radikal yang bebas akan bergabung kembali


R + R

R- R

Berdasarkan mekanisme terjadinya pemutusan rantai molekul, maka


peran oksigen adalah menghalangi terjadinya penggabungan kembali rantai-

rantai molekul yang terputus. Terdapat beberapa bahan kimia yang dapat
berperan seperti oksigen, diantaranya adalah thiopanol.
2. Mastikasi pada Karet Sintetis
Dalam mastikasi jenis karet tertentu, oksigen tidak seefektif pada
mastikasi karet alam, karena kurang efektif terhadap gugus radikal yang
dihasilkan dari mastikasi karet sintetis tersebut. Hal ini mengakibatkan
tenaga dari mesin lebih tinggi dari pada untuk mastikasi karet alam. Maka
dari itu, untuk membantu proses dari mastikasi jenik karet sintetis dapat
digunakan suatu bahan yang disebut peptizers. Bahan peptizers dapat
meningkatkan efisiensi terjadinya pemutusan rantai molekul karet.
4.4.2

Proses Pencampuran Kompon


Faktor faktor yang berpengaruh terhadap mutu campuran antara lain suhu

mesin, waktu pencampuran, dan urutan pemasukan bahan. Hal yang perlu
mendapat perhatian adalah dalam pemasukan bahan pengisi, terutama carbon
black. Seperti diketahui carbon black dalam kompon karet akan meningkatkan
beberapa sifat fisik, antara lain sifat tarik (tensite properties), kikis (abrasion), dan
sobek (strength) selain kekerasan (hardness) dan modulus. Mengingat kepada
struktur carbon black dan peran yang baik dalam perbaikan sifat fisik karet maka
proses pencampuran harus mampu memecah aglomerat ke bentuk terkecil dan
sekaligus dapat mendistribusikan ke seluruh matriks karet secara homogen. Pada
proses pencampuran bahan kimia kompon karet, termasuk bahan pengisi, terdapat
beberapa tahapan yang dilalui yaitu :
a. Penurunan viskositas karet
Penurunan viskositas karet dilakukan pada tahap mastikasi dimana rantai
polimer karet mengalami pemutusan.

b. Subdivisi

Pada awal pencampuran terjadi pemecahan partikel besar menjadi berukuran


lebih kecil dengan bantuan tenaga gesekan antara karet dengan mesin, atau
antara partikel dengan karet dan mesin.
c. Inkorporasi
Tahap ini disebut sebagai wetting stage yaitu karet yang telah mengalami
penurunan viskositas siap untuk menerima bahan pengisi dan bahan serbuk
lainnya. Selanjutnya bahan bahan yang dimasukkan ke dalam matriks
karet akan diselimuti oleh lapisan lapisan karet yang sudah bersifat plastis.
d. Distribusi / Penyebaran
Tenaga mekanis gilingan atau rotor, yang dihasilkan dari geseran antara dua
rol (gilingan terbuka) atau antar rotor serta rotor dan dinding ruang
pencampur (gilingan tertutup) mampu memutuskan gaya Van Der Wals
sehingga aglomerat carbon black akan hancur menjadi struktur carbon black
yang lebih kecil. Struktur yang lebih kecil tersebut selanjutnya harus
terdistribusi secara merata dalam matriks karet. Distribusi carbon black akan
lebih mudah dan akan menghasilkan campuran lebih homogen apabila
dicampurkan pula bahan pelunak seperti oil.
e. Dispersi
Karet yang telah bercabang bercampur dengan bahan kimia termasuk bahan
pengisi akan mengalami plastisasi lebih lanjut sehingga bahan pencampur
akan lebih memudahkan terdispersi lebih lanjutt hingga merata (homogen)
Gambar 4.4 Skema tahap dalam pencampuran karet

Pada proses pencampuran, suhu yang timbul pada kompon akibat tenaga
mekanis geseka antara permukaan kompon dengan gilingan atau rotor serta
dinding ruang pencampur akan tinggi sehingga mencapai pada suhu vulkanisasi.
Oleh sebab itu, selain harus mengawasi suhu pada gilingan rotor, urutan
pencampuran, terutama bahan vulkanisasi dan pencepat harus diperhatikan
sehingga resiko timbulnya vulkanisasi dini (scorch) dapat dihindarkan.
4.4.3 Urutan Penambahan Ingredient pada Karet
Berdasarkan jenis karet nya terdapat beberapa urutan dalam penambahan
bahan kimia pada saat proses pembentukan kompon yang diinginkan, antara lain :
a. Proses pencampuran Karet Alam
Prinsip dasar urutan pencampuran pada mesin giling tertutup atau
terbuka untuk jenis karet alam adalah terlebih dahulu di mastikasikasi,
kemudian bahan-bahan pencepat dan pemvulkanis dicampurkan pada tahap
akhir.
b. Proses pencampuran Neoprene (CR)
Hal yang terpenting dalam proses pencampuran setiap jenis karet adalah
mengihndari

suatu

proses

yang

mengakibatkan

pravulkanisasi.
10

Pencampuran pada jenis karet CR pertama tama adalah didahului dengan


penambahan bahan bahan pembantu (procesing aids) seperti minyak atau
peptiser (peptizer). Urutan kedua adalah penambahan bahan stabilisiser
seperti magnesium oksida dan antioksidasi. Urutan ketiga dilaksanakan
dengan penambahan bahan-bahan pengisi (filler) dan pelunak dan urutan
terakhir adalah penambahan ZnO, curing agent dan accelerator. Urutan
pencampuran seperti tersebut dapat diterapkan pada pencampuran dengan
menggunakan mesin giling terbuka (open mill mixer) atau tertutup.
c. Proses pencampuran karet nitril (NBR)
Proses Pencampuran pada karet nitril tidak jauh berbeda dengan karet
alam bahkan lebih mudah dikarenakan Nitril Rubber ini memiliki
karakteristik diantaranya tahan terhadap bahan bakar dan bahan kimia
lainnya dan memiliki kekuatan dan fleksibilitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan karet alam, itulah sebab nya beberapa jenis karet nitril
tidak perlu dimastikasi tetapi ada juga yang perlu dimastikasi terlebih
dahulu tergantung komposisi acrylonitrile yang berperan sebagai penyusun
dari Nitril Rubber. Yang pasti, untuk mendapatkan kelekatan yang lebih baik
viskositaas harus cukup rendah. Tahap pencampuran pada jenis karet ini
adalah dengan menambahkan Belerang terlebih dahulu, setelah itu baru
ditambahkan bahan pengisi dan bahan pelindung atau pelunak sebaiknya
ditambahkan setelah bahan pengisi terdispersi. Namun, demikian jika bahan
pengisi yang ditambahkan dalam jumlah banyak, bahan pelunak terlebih
dahulu dicampurkan pada pencampuran dikarenakan kadar bahan pelunak
yang cukup yang mampu melakukan proses pencampuran dengan baik bagi
campuran yang menggunakan filler banyak.

11

4.4.3 Problem dalam proses mixing dan dispersion rating dan kemungkinan
penyebab
Biasanya problem dalam pencampuran adalah dispersi, scorch, kontaminasi,
sulit di proses.
a. Dispersi
Size batch tidak sesuai
Mixing time tidak cukup
Penambahan filler pada waktu yang tidak tepat
Karet sudah terlalu lama
Filler mengandung air
b. Scorchy
Temperatur ketinggian
Air pendingin tidak cukup
Dispersi sistem vulkanisasi buruk
Kecepatan rotor terlalu tinggi
c. Kontaminasi
Oli dari mesin yang bocor
Ingredient terkontaminasi
Kompon tersisa pada rotor
d. Sulit di proses
Roll temperatur sulit dikontrol
Viskositas kompon terlalu tinggi/rendah
Filler kurang/terlalu banyak

DAFTAR PUSTAKA
Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu. 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Karet Alam
Dengan H2O2-NaOCl Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet
Siklo Dari Lateks. Simposium Nasional Polimer IV. Jakarta.
Balit Sembawa. 2006. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet.
12

Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT. Gramedia, Jakarta.


Budi , Wibawa G, Ilahang , Akiefnawati R, Joshi L, Penot E dan Janudianto.
2008. Panduan Pembangunan Kebun Wanatani Berbasis Karet Klonal (A
manual for Rubber Agroforestry System RAS). Bogor, Indonesia.
Kamarijani, 1983. Perencanaan Unit Pengolahan. Fakultas Teknologi Pertanian
UGM : Yogyakarta.
Setyamidjaja, Djoehana. 1982. Karet Budidaya dan Pengolahan. CV. Yusa Guna:
Jakarta.
Goutara, B. Djatmiko, dan W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet.
Agroindustri Press, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Honggokusumo, S. 1978. Pengetahuan Lateks. Kursus Pengolahan Barang Jadi
Karet. Balai Perkebunan Bogor. Bogor.
Loo, Thio Goan. 1980. Mengelola Karet Alam. PT. KINTA, Jakarta.
Suryawan, D. 2002. Pedoman Praktek Pengolahan Lateks Pekat, Kursus
Teknologi Barang Jadi Dari Lateks. Balai Penelitian Teknologi Karet :
Bogor.
Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Pradnya Paramitra, Jakarta.
Triwijoso, S.U. dan Oerip Siswantoro. 1989. Pedoman Teknis Pengawetan dan
Pemekatan Lateks Hevea. Balai Penelitian Perkebunan Bogor : Bogor.
Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.
Medan

13

Anda mungkin juga menyukai