Anda di halaman 1dari 9

Topik

: Carcinoma Colon (Kanker Usus Besar)

Sasaran

: Pasien dan Keluarga Pasien

Tempat: Ruang G-I RSAL dr. Ramelan Surabaya


Hari / tanggal : Jumat, 18 November 2016
Waktu

: 25 Menit

I. Latar Belakang
Secara epidemiologis, karsinoma kolon (kanker usus besar) merupakan kanker
ketiga yang paling umum pada laki laki dan perempuan di Amerika Serikat.
Menurut World Health Organization pada April 2013 malporakan terdapat lebih
dari 940.000 kasus baru karsinoma kolon dan hampit 500.000 kematian
dilaporkan di seluruh dunia setiap tahunnya. Secara umum didapatkan kejadian
kanker kolon meningkat tajam setelah usia 50 tahun. Insiden puncaknya pada usia
60 dan 70 tahun (Diery, 2014).
Usus besar adalah bagian dari saluran cerna yang berfungsi untuk penyerapan
air. Usus ini berfungsi dengan rektum di bagian ujungnya yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara dari feses yang selanjutnya akan dibuang melalui
anus. Dibandingkan penyakit jantung koroner, penyakit keganasan atau kanker
usus besar (kolon) kurang mendapat perhatian masyarakat awam. Padahal angka
kejadiannya cukup tinggi. Apalagi diikuti dengan makin bertambahnya usia
harpan hidup, penyakit penyakit degeneratif seperti kanker juga akan semakin
meningkat (Robbins, 2012)
Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per 100.000 penduduk.
Kanker kolon telah menjadi salah satu kanker yang banyak terjadi di Indoneisa.
Data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolon
merupakan salah satu dari lima kanker yang sering terdapat pada pria maupun
wanita (Soeripto, 2003). Dari berbagai laporan, di Indonesia terjadapat kenaikan
jumlah kasus kanker kolon, meskipun belum ada yang pastin namun data di
Departemen Kesehatan (2006) didapatkan angka 1,8 per 100 ribu penduduk. Sejak
tahun1994 2003, terdapat 372 keganasam kanker kolon yang datang berobat ke
RS Kanker Dharmais (RSKD). Berdasarkan data rekam medik hanya didapatkan
247 penderita dengan catatan lengkap, teridiri dari 203 (54,57%) pria dan 169
(43,45%) wanita berusia antara 20-71 tahun (Kastomo, 2005).

II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 25 menit, diharapkan pasien dan keluarga
mampu memahami dan mengerti tentang carsinoma colon (kanker usus besar).
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 25 menit tentang carsinoma colon
(kanker usus besar), diharapkan warga dapat:
1. Menjelaskan tentang carsinoma colon (kanker usus besar)
2. Menyebutkan penyebab carsinoma colon (kanker usus besar)
3. Menyebutkan tanda dan gejala carsinoma colon (kanker usus besar)
4. Menjelaskan tentang diet carsinoma colon (kanker usus besar)
5. Menjelaskan tentang pencegahan carsinoma colon (kanker usus besar)
c. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien di ruangan GI RSAL dr. Ramelan Surabaya
d. Materi ( Terlampir )

e. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
f. Media
a. leaflet
g.
1.
2.
3.

Pengorganisasian
Moderator
: Doddy Hermawan
Pemateri
: Dewa Ayu Putu Putri W.
Fasilitator dan observer : Titik Sumarawati

h. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu

Langkah

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Peserta

1.

Pembukaan

1) Mengucapkan

1) Menjawab

salam
2) Memperkenalan

salam
2) Memperhatikan
3) Mendengarkan
4) Menjawab

5 menit

diri
3) Menyampaikan
tujuan
4) Menentukan
kontrak waktu

pertanyaan

5) Menggali
pengetahuan
peserta tentang
materi yang akan
2

15

Penyajian

menit

disampaikan
1) Menjelaskan

1) Mendengarkan

tentang definisi,

dan memberikan

tujuan, penyebab,

pendapat

tanda dan gejala


kanker kolon.
2) Memberi
kesempatan untuk
bertanya.

2) Bertanya jika

ada yang tidak


dipahami
tentang materi
yang

5 menit

Penutup

1) Menyimpulkan
bersama.
2) Memberikan
umpan balik.
3) Mengucapkan
terima kasih
kepada audiens
atas
partisipasinya

disampaikan
1) Membuat
kesimpulan
tentang materi
yang telah
disampaikan.
2) Mendengarkan
dan
mempehatikan
3) Membalas

dan

ucapan salam

mengucapkan

penutup dan

salam penutup.

berterima kasih

i. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan carsinoma colon (kanker
usus besar).
Penyelenggara penyuluhan pendidikan kesehatan dilakukan di
ruang G-I RSAL dr. Ramelan Surabaya.
2. Evaluasi Proses

a. Penyuluhan berjalan sesuai rencana.


b. Peserta yang diundang terlihat antusias terhadap materi
penyuluhan.
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan dari
peserta yang datang semuanya mengikuti dari awal sampai
akhir kegiatan.
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami dan mengetahui tentang cancer colon
(kanker usus besar).
CANCER COLON (KANKER USUS BESAR)
A. PENGERTIAN
Cancer colon (kanker usus besar) adalah suatu bentuk keganasan yang
terjadi pada kolon, rektum, dan apendiks (Robbins, 2012).
B. PENYEBAB CANCER COLON (KANKER USUS BESAR)
Walaupun penyebab kanker usus besar masih belum dikethui, namun
dikenali beberapa faktor presdiposisi (Price, 2005). Beberapa faktor
presdiposisi tersebut adalah:
1. Konsumsi alkohol
Resiko besar terutama pada peminum alkohol, karena usus mengubah
alkohol menjadi asetilaldehida yang dapat meningkatkan resiko kanker
kolon.
2. BAB tidak teratur
Kondisi usus yang kotor adalah satu penyebab kanker kolon.
Tumpukkan sisa makanan yang menempel di dinding usus akibat
konstipasi dapat membuat keracunan di usus besar (intensital toxemia).
Bila terjadi sumbatan di saluran pembuangan, kotoran akan membusuk dan
menghasilkan gas beracun.gas mudah terserap melalui pori pori halus
pada dinding usus, mengalir dalam darah, masuk ke sel tubuh dan
menyebabkan penyakit.
3. Asupan makanan tidak sehat
Makanan yang mengandung karsinogenik dan konsumsi makanan
cepat saji yang biasanya mengandung banyak zat kimia dan kolesterol. Zat
karsinogenik adalah suatu zat yang dapat mempercepat pertumbuhan sel

kanker, beberapa hal yang dapat bertindak sebagai zat karsiogenik adalah
makanan yang mengandung senyawa hidrokarbon atau jelaga yang banyak
ditemukan pada makanan yang dibakar, aminoaromatik, hingga senyawa
azo seperti zat pewarna (Prince, 2005).
4. Merokok
Merokok berhubungan dengan kenaikan resiko terbentuknya adenoma
dan juga kenaikan resiko perubahan adenoma menjadi kanker kolon hal ini
berhubungan karena zat racun pada rokok yang menyebabkan lesi/jaringan
parut pada organ tubuh, termasuk usus besar. Pembentukan jaringan parut
pada kolon yang tidak terkendali akan mencetuskan pembentukan
karsinoma pada kolon. Penelitian terbaru perokok jangka lama (periode
induksi 30 40 tahun) mempunyai resiko relatif berkisar 1,5 3 kali
(Prince, 2005).
C. TANDA DAN GEJALA DIABETES MELITUS
1.
Perdarahan segar peranal (hematokezia)
2.
Buang air besar lendir darah
3.
Obstruksi saluran cerna
4.
Anoreksia, berat badan menurun
D. PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan diagnosis
a. Anamnesis
Meliputi perubahan pola kebiasaan defekasi, baik berupa diare
ataupun konstipasi, perdarahan per anum, sulit buang air besar disertai
darah lendir, atau buang air besar disertai dengan darah segar,
penurunan berat badan. Dapat juga menggali riwayat:
1) Perubahan kebiasaan defekasi seperti diare dan konstipasi
2) Perdarahan rectal atau occult bleeding
3) Kram atau nyeri perut
4) Kelelahan fatigue
5) Riwayat kanker kolorektal pada keluarga
6) Riwayat menderita polip kolorektal
7) Riwayat menderita Chronic Inflammatory Bowel Desease
8) Kebiasaan makan (rendah serat, banyak lemak) (Sabiston, 2014)
b. Pemeriksaan fisik
Gejala yang sering dikeluhkan adalah adanya perubahan pola
buang air besar (change of boel habits), bisa diare bisa juga konstipasi.
Semakin distal letak tumor semakin jelas juga gejala yang ditimbulkan
karena semakin kedistal feses semakin mengeras dan sulit dikeluarkan

akibat lumen yang menyempit, bahkan bisa disertai nyeri dan


erdarahan, bisa jelas atau samar. Arna perdarahan sangat bervariasi
merang terang, purple, mahogany dan kadang kala merah kehitaman.
Makin kedistal letak tumor arna merah makin pudar (sabiston, 2014).
c. Pemeriksaan laboratorium
Meliputi pemeriksaan tinja apakah ada darah secara
makroskopik/mikroskopik atau ada darah samar (occult blood) serta
pemeriksaan CEA (Carcino Embryonic Antigen). Kadar yang dianggap
normal adalah 2,5 5 ngr/ml. Kadar CEA dapat meninggi pada epitel
dan masenkimal, emfisema paru, sirosis hepatis, hepatitis, pankreatitis,
colitis ulserosa, penyakit chorn, tukak peptik, serta pada orang sehat
yang merokok. Peranan penting dari CEA adalah bila diagnosa
karsinoma kolekrektal sudah diegakkan dan ternyata CEA meninggi
yang kemudian menurun setelah operasi maka CEA penting untuk
tindak lanjut. CEA dapat meninggkat 60 90% pasien dengan
carsinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes Skrining yang
efektif untuk keganasan. CEA tidak spesifik karena dapat meningkat
juga pada pasien dengan carcinoma selain carcinoma colorectal
(soeripto, 2003).
2. Pemeriksaan penunjang
a. Flexible sigmoidoscopy
b. Penyinaran enema barium
c. Endoscopy and biopsi
d. Kolonoskopi
e. Pemeriksaan penunjang lainnya
3. Terapi pada kanker kolon
a. Farmakologi
Penelitian di Eropa dan Amerika Serikat melaporkan bahwa respon
terhadap kombinasi dari 5 fluorouraci (5 FU), leucovorin, dan
irinotecan (CPT11) lebih baik dibandingkan dengan 5 fu/leucovin
atau CPT11 secara tungal dengan kombinasi 5 FU/LV dikenal dengan
Saltz Regimen. Obat ini kalau digunakan secara kombinasi dalam
pengobatan carcinoma colorectal.
Terapi dasar 5 FU diberikan secara infuse setiap hari selama 5
hari dalam 4 minggu (mayo klinik regimen) dan diteruskan secara

infuse setiap minggu untuk 6 minggu dalam 2 minggu off (rosell park
regimen).
Kategori obat: Antineoplastic Agents, merupakan standart terapi
dalam pengobatan ca colon termasuk kombinasi. Diare merupakan efek
samping yang biasa terjadi dalam oengobatan ini. Efek samping lain
termasuk mucositis, neutropenia kerontokan rambut dan reaksi
hipersensitivitas (Robbins, 2012).
b. Kemoterapi
Kemoterapi intrahepatic untuk carcinoma colon dengan metastase
ke hepar adalah intraarterial floxuridine (FUDR):
1) Diikuti reseksi karsinoma kolon primer dan nodus limfatikus, dengan
pilihan kemoterapi: kemoterapi sistemik menggunakan regimen 5
FU/leucovorin/CPT11 atau kemoterapi intahepatik dengan FUDR
2) Pilihan kedua untuk lesi hepar yang luas atau multiple sehingga
membutuhkan kemoterapi dosis yang tinggi. Prinsip terapi ini adalah
metastase ke hepar menerima supalai darah terutama dari sirkulasi
arteri hepatica, dimana hepar secara normal menerima darah melalui
vena porta. Efek samping utama pada intraarterial FUDR adalah
kolangitis sclerosis.
3) Terapi FUDR intraarterial biasanya diberikan melalui pompa yang di
tanam didaerah subcutan yang diganti secara periodik. Efek samping
utama yang bisa terjadi adalah sclerosing cholangitis (Robbins,
2013)
c. Pembedahan
Pengobatan utama pada kanker kolorektal adalah pengangkatan
bagian usus yang terkena dan sistem getah beningnya. 30% penderitan
tidak dapat mentolerasi pembedahan karena kesehatan yang buruk,
sehingga beberapa tumor diangkat melalui elektrokoagulasi. Cara ini
bisa meringankan gejala dan memperpanjang usia, tetapi tidak
menyembuhkan tumornya. Pada kebanyakan kasus kanker kolon,
bagian usus yang ganas diangkat dengan pembedahan dan bagian yang
tersisa disambungkan lagi (Kastomo, 2005).
Prosedur pembedahan klasik untuk karsinoma kolon adalah reseksi
anterior, abdomen dieksplorasi untuk menentukan letak tumor yang
akan direseksi, dan kemudian direseksi dilakukan secara segmental

(hemikolectomy kanan dan kiri) dengan end to end anastomosis.


Reseksi kolon total dilakukan terhadap pasien dengan polyposis
familial dan polip colon multiple.
Laparoscopic colon resection: menggunakan teknik laparoscopic
untuk melakukan reseksi colon.
Penggantian sphincter secara elektrik untuk menstimulasi
musculus neosphincter dan penambahan anal sphincter untuk
pasien dengan inkontinensia fecal stadium akhir (Kastomo, 2005).
d. Radiasi onkologi
Pasien dengan carsinoma rektal perlu dilakukan radiasi onkologi.
Radiasi bertujuan untuk mengurangai resiko kekambuhan dari
carsinoma rektal. Radiasi bermanfaat juga sebagai terapi paliatif. Terapi
ini juga dapat meningkatkan kualitas hidup. Terapi sinar setelah
pengangkatan tumor bisa mengendalikan pertumbuhna tumor yang
tersisa. Melambatkan kekambuhan dan meningkatkan harapan hidup.
Tetapi pengangkatan tumor dan terapi radiasi kurang efektif pada
penderita kanker rektum yang memiliki lebih dari 4 kanker kelenjar
getah bening (Robbins, 2013).
E. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang terjadi akibat kanker kolon diantaranya:
1. Perdarahan pada usus besar sehingga menimbulkan anemia
2. Ileus obtruksi yang menyebabkan mual dan muntah sehingga terjadi
ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
3. Peritonitis akibat penyebaran kuman dari kolon dan iritasi dari cairan
kolon yang menyebar pada rongga perut
4. Sepsis yang tidak tertolong sehingga menyebabkan kematian\
F. PENCEGAHAN
1. Pada orang yang belum terkena kanker kolon dianjurkan untuk
menghindari konsumsi makanan yang tidak sehat seperti makanan instan
yang banyak mengandung zat aktiv kimia berbahaya tidak mengkonsumsi
alkohol, rokok, serta dianjurkan makan banyak serat dan vitamin untuk
memperlancar eleminasi feses (mencegah konstipasi)
2. Jikaterdapat tanda dan gejala dari kanker kolon seperti pola defekasi tidak
teratur (konstipasi dan diare), perut terasa nyeri dan kram, BAB berdarah
dan keluar lendir serta darah. Maka segera periksakan ke layanan

kesehatan untuk segera mendapatkan penanganan lebih awal prognosis


tidak memburuk.
3. Pada penderita yang sudah mengidap kanker kolon maka dianjurkan untuk
mematuhi regimen terapi yang telahb diberikan oleh dokter.

DAFTAR PUSTAKA
Sabiston, D. C. Jr., M.D. 2014. Buku Ajar Bedah Jilid 2. Jakarta: EGC.
Robbins, S. L., M.D, dan Kumar, V., M.D. 2012. Traktus Gastrointestinal dalam
Buku Ajar Patologi II, ed. 4. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologis: Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Jilid II. Jakarta: EGC.
Kastomo DR, Soemardi A. 2005. Tindakan Bedah Pada Keganasan Kolorektal
Stadium Lanjut. Majalah Kedokteran Indonesia; Vol 55 No 7.

Anda mungkin juga menyukai