Sasaran
Materi
Metode
: poster
Waktu
Tempat
A. LATAR BELAKANG
Secara epidemiologis, karsinoma kolon (kanker usus besar) merupakan
kanker ketiga yang paling umum pada laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat.
Menurut World Health Organization pada April 2013 melaporkan terdapat lebih dari
940.000 kasus baru karsinoma kolon dan hampir 500.000 kematian dilaporkan di
seluruh dunia setiap tahunnya.Secara umum didapatkan kejadian kanker kolon
meningkat tajam setelah usia 50 tahun. Insidensi puncaknya pada usia 60 dan 70
tahun (Deiry, 2014).
Usus besar adalah bagian dari saluran cerna yang berfungsi untuk
penyerapan air. Usus ini berhubungan dengan rektum di bagian ujungnya yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara dari feses (tinja) yang selanjutnya
akan dibuang melalui anus. Dibandingkan penyakit jantung koroner, penyakit
keganasan atau kanker usus besar (kolon) kurang mendapat perhatian masyarakat
awam. Padahal angka kejadiaannya cukup tinggi. Apalagi diikuti dengan makin
bertambahnya usia harapan hidup, penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker juga
akan semakin meningkat (Robbins, 2012).
Perkiraan insiden kanker di Indonesia
adalah
100
per
100.000
penduduk. Dewasa ini kanker kolon telah menjadi salah satu dari kanker yang
banyak terjadi di Indonesia. Data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker
menunjukkan bahwa kanker kolon merupakan salah satu dari lima kanker yang
paling sering terdapat pada pria maupun wanita (Soeripto, 2003). Dari berbagai
laporan, di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus kanker kolon, meskipun belum
ada data yang pasti, namun data di Departemen Kesehatan (2006) didapati angka
1,8 per 100 ribu penduduk. Sejak tahun 1994-2003, terdapat 372 keganasan kanker
kolon yang datang berobat ke RS Kanker Dharmais (RSKD). Berdasarkan data
rekam medik hanya didapatkan 247 penderita dengan catatan lengkap, terdiri dari
203 (54,57%) pria dan 169 (43,45%) wanita berusia antara 20-71 tahun (Kastomo,
2005).
Berdasarkan latar belakang diatas, kami selaku mahasiswa Ilmu keperawatan
Universitas Brawijaya tertarik untuk memberikan penyuluhan tentang carsinoma
colon (kanker usus besar).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien, keluarga, pengunjung, dan
petugas di Ruang 21 RSUD dr. Saiful Anwar Malang mampu mengerti konsep
carsinoma colon (kanker usus besar).
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mampu mengetahui:
a. Definisi dari carsinoma colon (kanker usus besar)
b. Faktor risiko dari carsinoma colon (kanker usus besar)
c. Tanda dan gejala dari carsinoma colon (kanker usus besar)
d. Penatalaksanaan dari carsinoma colon (kanker usus besar)
e. Komplikasi carsinoma colon (kanker usus besar)
f. Pencegahan carsinoma colon (kanker usus besar)
C. KEGIATAN PENYULUHAN
TAHAP
Pembukaan
WAKTU
KEGIATAN
5 menit
PENYULUH
Membuka
dengan salam
KEGIATAN
METODE
PESERTA
Mendengarkan, Penjelasan
dan
(ceramah)
, dan menjawab Tanya jawab
memperkenalka
pertanyaan
MEDIA
-
memperhatikan
n diri
Menjelaskan
tujuan umum
dan khusus
Menentukan
kontrak waktu
dengan peserta
Menggali
pengetahuan
peserta tentang
materi yang
akan
Penyajian
15 menit
disampaikan
Menjelaskan
pengertian,
Mendengarkan,
memberikan
Penjelasan
(ceramah)
Poster
faktor risiko,
tanda gejala,
pendapat
Bertanya jika ada
pemeriksaan
yang tidak
diagnostik,
dipahami
penatalaksanaa
tentang materi
n, dan
yang
pencegahan
disampaikan
Tanya
jawab
dari kanker
kolon
Memberikan
kesempatan
peserta untuk
bertanya dan
menyampaikan
Penutup
10 menit
pendapatnya
Memberikan
kesempatan
pada peserta
(ceramah)
Tanya
untuk bertanya
diberikan
jawab
tentang materi
penyuluh
disampaikan
Memberikan
pertanyaan
sebagai acuan
evaluasi
Membuat
kesimpulan
tentang
kegiatan
penyuluhan
yang sudah
Penjelasan
pertanyaan yang
yang
Mendengarkan
menjawab
dilakukan
Mengakhiri
penyuluhan
dengan
mengucapkan
salam
Poster
D. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria Evaluasi Struktur
a. Penyuluh mencari literatur mengenai carsinoma colon (kanker usus besar)
b. Penyuluh membuat SAP mengenai carsinoma colon (kanker usus besar)
c. diharapkan telah mempersiapkan terkait materi, media, alat bantu, serta
sarana prasarana yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan dengan
matang
d. Penyuluhan dilakukan dengan sesuai pengorganisasian
Moderator
: Triana Novitasari
Pemateri
: Reny Rudy Asista, Hesthi Purwaningsih
Fasilitator dan observer
: Nunik Fatmawati
2. Kriteria Evaluasi Proses
a. Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai rencana
b. Diharapkan suasana penyuluhan konduksif dan tidak ada peerta yang
meninggalkan ruangan saat dilakukan penyuluhan
c. Diharapkan peserta antusias terhadap materi penyuluhan
d. Diharapkan peserta memberikan respon atau umpan
balik
berupa
pertanyaan-pertanyaan
3. Kriteria Evaluasi Hasil
Sebelum melakukan penyuluhan pemateri memberikan pertanyaan dasar
mengenai
kanker
usus
besar, kemudian
setelah
penyuluhan
diberikan
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
1. Definisi Kanker Kolon
Ca Colon atau Kanker usus besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi
pada kolon, rektum, dan apendiks (Robbins, 2012).
2. Faktor Risiko Kanker Kolon
Walaupun penyebab kanker usus besar (seperti kanker lainnya) masih belum
diketahui, namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi (Price, 2005).
Beberapa faktor predisposisi tersebut adalah:
a. Konsumsi alkohol
Resiko besar terutama pada peminum alkohol, karena usus mengubah alkohol
menjadi asetilaldehida yang dapat meningkatkan resiko kanker kolon.
b. BAB tidak teratur
Kondisi usus yang kotor adalah satu penyebab kanker kolon. Tumpukan sisa
makanan yang menempel di dinding usus akibat konstipasi dapat membuat
keracunan di usus besar (intensital toxemia). Bila terjadi sumbatan di saluran
pembuangan, kotoran akan membusuk dan mengahilkan gas beracun. Gas
mudah terserap melalui pori-pori halus pada dinding usus, mengalir dalam
darah, masuk ke sel tubuh dan menyebabkan penyakit.
c. Asupan makanan tidak sehat
Makanan yang mengandung zat karsinigenik dan konsumsi makanan cepat
saji yang biasanya mengandung banyak zat kimia dan kolesterol. Zat
karsinogenik adalah suatu zat yang dapat mempercepat pertumbuhan sel
kanker, beberapa hal yang dapat bertindak sebagai karsinogenik adalah
makanan yang mengandung senyawa hidrokarbon ataujelaga yang banyak
ditemukan pada makanan yang dibakar, amino aromatic, hingga senyawa azo
seperti zat pewarna (Price, 2005)
d. Konsumsi rokok
Merokok berhubungan dengan kenaikan resiko terbentuknya adenoma dan
juga kenaikkan resiko perubahan adenoma menjadi kanker kolon hal ini
berhubungan karena zat racun pada rokok yang menyebabkan lesi/ jaringan
parut pada organ tubuh, termasuk usus besar. Pembentukan jaringan parut
pada kolon yang tidak terkendali akan mencetuskan pembentukan karsinoma
pada kolon. Penelitian terbaru perokok jangka lama (periode induksi 30-40
tahun) mempunyai resiko relatif berkisar 1,5-3 kali (Price, 2005).
3. Tanda dan Gejala Kanker Kolon
a. Perdarahan segar peranal (hematokezia)
Sebagian besar pasien karsinoma kolorektal yang terletak di di bagian distal
sering mempunyai keluhan buang besar berdarah segar. Sumber perdarahan
segar yang terbanyak dari kanker terletak di bagian distal kolon dari kanker,
terutama di rektum 89 dari 137 penderita (64,9%), menyusul dari sigmoid
62,7%, rektosigmoid 60,3% dan dari kolon descendens 28,6%. Dari mereka
yang mengalami perdarahan segar, ditemukan 7 pasien mengalami
perdarahan masif, yaitu yang lokasinya di rektum 4, rektosigmoid 1, dan
sigmoid 2. Ketujuh penderita dengan perdarahan masif mengalami renjatan
hipovolemik, dan dilakukan pembedahan segera (Sabiston, 2014).
b. Buang air besar lendir darah
Seseorang yang mempunyai keluhan buang air besar darah lendir, perlu
dipikirkan adanya infeksi misal disentri basiler atau amoeba, kolitis ulseratif,
selain disebabkan oleh keganasan. Dari 291 pasien yang diteliti ditemukan 92
pasien (31,6%) mempunyai keluhan buang air besar darah lendir. Dari hasil
penelitian bahwa letak karsinoma kolorektal dibagian proksimal lebih sering
menimbulkan buang air besar darah lendir. Hal ini disebabkan karena darah
Kolon Kanan
Kolitis
Kolon Kiri
Obstruksi
Rektum
Proktitis
Nyeri
Karena penyusupan
Karena Obstruksi
Tenesmi
Defekasi
Diare
atau
berkala
Obstruksi
menerus
Hampir selalu
Tidak jarang
Makroskopik
Darah pada
Jarang
Samat atau
feses
Samar
makroskopik
Feses
Normal
Normal (diare)
Dispepsia
Keadaan
Sering
Tenesmi terus
Perubahan
bentuk
Jarang
Jarang
Lambat
Lambat
umum
Hampir selalu
memburuk
Anemia
Lambat
Lambat
Hampir selalu
(Robbins, 2014).
4. Penatalaksanaan Kanker Kolon
Pemeriksaan diagnosis
a. Anamnesis
Meliputi perubahan pola kebiasaan defekasi, baik berupa diare ataupun
konstipasi (change of bowel habit), perdarahan per anum (darah segar), sulit
buang air besar disertai darah lendir, atau buang air besar disertai darah
segar, penurunan berat badan. Dapat juga untuk menggali riwayat :
-
b. Pemeriksaan Fisik
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah adanya perubahan pola buang air
besar (change of bowel habits), bisa diare bisa juga konstipasi. Semakin distal
letak tumor semakin jelas gejala yang ditimbulkan karena semakin ke distal
feses semakin keras dan sulit dikeluarkan akibat lumen yang menyempit,
bahkan bisa disertai nyeri dan perdarahan, bisa jelas atau samar. Warna
perdarahan sangat bervariasi, merah terang, purple, mahogany, dan kadang
kala merah kehitaman. Makin ke distal letak tumor warna merah makin pudar.
Perdarahan sering disertai dengan lendir, kombinasi keduanya harus dicurigai
Kolon Kanan :
adanya proses
padakelemahan
colorectal. Selain itu, pemeriksaan fisik lainnya
- patologis
Anemia dan
Darah
okul
di feses
yaitu adanya -massa
yang
teraba
pada fossa iliaca dextra dan secara perlahan
- Dispepsia
makin lama makin
membesar.
Penurunan
- Perasaan
kurang
enak di berat
perut badan
kanan sering
bawah terjadi pada fase
Massa
di
perut
kanan
bawah
lanjut, dan 5% kasus sudah metastasis jauh ke hepar.
Kolon Kiri
:
Pemeriksaan
Digital
Rectal Examination (DRE) bisa ditemukan massa maligna
- Perubahan pola defekasi
(massa berbenjol-benjol
- Darah di dengan
feses striktura) direktum dan rektosigmoid teraba
Gejala
dan
tanda
keras kenyal dan lendir darah
padaobstruksi
sarung tangan.
Rektum :
- Perdarahan rektum
- Darah di feses
- Perubahan pola defekasi
- Pasca defekasi perasaan tidak puas atau rasa
penuh
- Penemuan tumor pada colok dubur
- Penemuan tumor rektosigmoid
(Sabiston, 2014).
Colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap penderita dengan tujuan
untuk menentukan keutuhan spinkter ani, ukuran dan derajat fiksasi tumor
pada rectum 1/3 tengah dan distal. Pada pemeriksaan colok dubur yang
harus dinilai adalah pertama, keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding
rectum.
Kedua,
mobilitas
tumor
untuk
mengetahui
prospek
terapi
pembedahan. Ketiga, ekstensi penjalaran yang diukur dari ukuran tumor dan
karakteristik pertumbuhan primer, mobilitas atau fiksasi lesi (Sabiston, 2014).
c. Pemeriksaan Laboratorium
Meliputi pemeriksaan tinja apakah ada darah secara makroskopis/mikroskopis
atau ada darah samar (occult blood) serta pemeriksaan CEA (carcino
embryonic antigen). Kadar yang dianggap normal adalah 2,5-5 ngr/ml. Kadar
CEA dapat meninggi pada tumor epitelial dan mesenkimal, emfisema paru,
sirhosis hepatis, hepatitis, perlemakan hati, pankreatitis, colitis ulserosa,
penyakit crohn, tukak peptik, serta pada orang sehat yang merokok. Peranan
penting dari CEA adalah bila diagnosis karsinoma colorectal sudah ditegakkan
dan ternyata CEA meninggi yang kemudian menurun setelah operasi maka
CEA penting untuk tindak lanjut. CEA dapat meningkat pada 60-90% pasien
dengan carcinoma colorectal. Namun CEA bukan merupakan tes skrining
yang efektif untuk keganasan. CEA tidak spesifik karena dapat meningkat juga
pada pasien dengan carcinoma selain carcinoma colorectal (Soeripto et al.,
2003).
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Flexible Sigmoidoscopy (FS)
polip
colorectal
kesempurnaan
adalah
prosedur
95%.
Namun
pemeriksaannya
tingkat
sangat
kualitas
tergantung
dan
pada
pada
pemeriksaan,
skrining
dan
angka
karsinoma
colorectal
kejadian
perdarahan
antara
3-61/10.000
sebesar
2-3/1.000
Gambar :
CT
bagian
atas
multipel
tumor
dan
hati
Scan
menunjukkan
dalam
(metastase)
dari kanker
abdomen
limpa
berasal
usus (karsinoma).
Fluorouracil (Adrucil)
Digunakan terutama dalam pengobatan carsinoma kolon pada
penderita yang berusia lebih dari 40 tahun. Dapat digunakan sebagai
agen tunggal atau kombinasi untuk terapi jangka panjang dengan
leucovorin sebagai modulator biokimia.
Sebagai antimetabolit (obat anti kanker dengan struktur kimia yang
hampir sama dengan faktor endogen intermediate atau memblok
sintesis DNA atau RNA). 5-FU menghambat pertumbuhan sel tumor
melalui tiga mekanisme berbeda yang berhubungan dengan aktivitas
sintesis DNA atau kemampuan selular. Efek ini tergantung pada
konversi intraseluler dari 5-FU menjadi 5-FdUMP, 5-FUTP, dan 5FdUTP. 5-FdUMP menghambat thymidylate synthase (enzim kunci
LV
untuk
hari
setiap
minggu.
minggu
Hipersensitivitas; supresi sumsum tulang belakang, infeksi berat,
Interaksi
Kehamilan
Precautions
Nama obat
DNA. Efektif
Interaksi
memanjang
dan
lain
dapat
trombositpenia
menyebabkan
yang
dapat
Kehamilan
Perhatian
Nama obat
Dosis dewasa
kiombinasi
Standard therapy: 20 mg/m2 IV setiap minggu untuk 4-6 minggu
Terapi tambahan: 20 mg/m2 IV sebelum pemberian 5-FU pada hari ke
Kontraindikasi
Nama obat
Dosis dewasa
Interaksi
Kehamilan
Perhatian
Nama obat
epidermal
Cetuximab-bound
(EGFR,
EGF
HER1,
menghambat
c-ErbB-1).
aktivasi
Reseptor
reseptor
kinase,
produksi
growth
matriks
factor
metalloproteinase
(VEGF).
dan
Diindikasikan
vascular
untuk
terapi
irinotecan
Dosis
awal:
mg/m2
400
IV
(infuse
>
jam)
Kontraindikasi
Perhatian
Nama obat
Murine-derived
monoclonal
antibody
menghambat
oksigen
dan
nutrisis
yang
dibutuhkan
dalam
kejadian tromboembolik yang serius dan fatal (CVA, MI, TIAs, angina)
Hipertensi, fatigue, thrombosis, diarrhea, leukopenia, proteinuria, sakit
Perhatian
terjadinya
trombotik
arterial
dengan
pemberian
5-
fluorouracil.
(Robbins, 2013).
b. Kemoterapi
Kemoterapi Intrahepatic untuk carcinoma colon dengan metastase ke hepar
adalah intraarterial floxuridine (FUDR).
Diikuti reseksi karsinoma kolon primer dan nodus limfatikus, dengan pilihan
kemoterapi:
kemoterapi
sistemik
menggunakan
regimen
5-
Pilihan kedua untuk pasien dengan lesi hepar yang luas atau multiple
sehingga membutuhkan kemoterap dosis yang lebih tinggi. Prinsip terapi ini
adalah metastase ke hepar menerima suplai darah terutama melalui
sirkulasi arteri hepatica, dinama hepar secara normal menerima darah
melalui vena porta. Efek samping utama pada intraarterial FUDR adalah
kolangitis sclerosis.
c. Pembedahan
Pengobatan utama pada kanker kolorektal adalah pengangkatan bagian
usus yang terkena dan sistem getah beningnya. 30% penderita tidak dapat
mentoleransi pembedahan karena kesehatan yang buruk, sehingga beberapa
tumor diangkat melalui elektrokoagulasi. Cara ini bisa meringankan gejala dan
memperpanjang usia, tapi tidak menyembuhkan tumornya. Pada kebanyakan
kasus kanker kolon, bagian usus yang ganas diangkat dengan pembedahan dan
bagian yang tersisa disambungkan lagi (Kastomo, 2005).
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh
jarak kanker ini dari anus dan seberapa dalam tumbuh ke dalam dinding rektum.
Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani
Gambar : Colostomy
Prosedur pembedahan klasik untuk carcinoma kolon adalah reseksi anterior.
Abdomen dieksplorasi untuk menentukan letak tumor yang akan direseksi, dan
kemudian reseksi dilakukan secara segmental (hemikolectomy kanan atau kiri)
dengan end-to-end anastomosis. Reseksi kolon total dilakukan terhadap pasien
dengan polyposis familial dan polip colon multiple.
Penggantian
sphincter
secara
elektrik
untuk
menstimulasi
musculus
Deiry,
Depkes.
Jong, De Wim. 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC.
Kastomo DR, Soemardi A. 2005. Tindakan Bedah pada Keganasan Kolorektal
Stadium Lanjut. Majalah Kedokteran Indonesia; Vol 55 No 7, p 499-500.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jilid II. Jakarta: EGC.
Robbins, S.L., M.D. dan Kumar, V., M.D. 2012. Traktus Gastrointestinal dalam Buku
Ajar Patologi II, ed. 4. Jakarta: EGC.
Sabiston, D.C.Jr., M.D. 2014. Buku Ajar Bedah Jilid 2. Jakarta: EGC.
Soeripto et al. 2003. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal of
Cancer
Prevention,
(Online);
Vol.
4,
No.
4,
(http://www.apocp.org/ cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf, diakses
01 Oktober 2015).