Anda di halaman 1dari 1

Nama

Kelas
Mata Kuliah

: FADHILAH KHAIRANI
: PD A
: Teori dan Psikologi Belajar
SUMMARY PERTEMUAN 9
MOTIVASI

Motivasi mengacu pada proses penguatan dan mempertahankan perilaku yang diarahkan pada tujuan.
Beberapa pandangan awal mengenai motivasi yaitu teori dorongan, teori pengkondisian, teori konsistensi kognitif, dan
teori humanistik. Masing-masingnya berkontribusi pada pemahaman motivasi, tetapi tidak ada yang terasa cukup
untuk menjelaskan perilaku yang memotivasi manusia. Teori-teori terkini melihat motivasi sebagai cerminan proses
kognitif, meski teori tersebut berbeda dalam hal perttingnya beragam kognisi yang diperlukan. Model pembelajaran
termotivasi mengasumsikan bahwa motivasi muncul sebelum, selama, dan setelah belajar.
Teori motivasi berprestasi Atkinson mend alilkan bahwa kebutuhan untuk berprestasi merupakan motivasi
umum yang mengarahkan individu untuk menuniukkan hal terbaik dalam konteks berprestasi. Perilaku berprestasi
merupakan representasi dali konflik emosional antara harapan untuk berhasil dan ketakutan pada kegagalan. Eccles
dan Wigfield mengembangkan teori nilai prediksi motivasi berprestasi yang melliawab banyak masalah di pandangan
terdahulu. Teori nilai-diri dari Covington dan koleganya.
Teori kognitif sosial melihat motivasi sebagai hasil dart tujuan dan harapan.Orang-orang membuat tujuan
dan bertindak dengan Cara yang mereka yakini akan membarttu mereka mencapai tujuan. Dengan membandingkan
kinerja terkini dengan tujuan dan kemajuan, orang-orang rnerasakan zfikasi-diri untuk berkembang. Motivasi
tergantung pada keyakinan bahwa seseorang akan mencapai basil yang diinginkan dari perilaku yang ditunjukkan
(harapan hasil positie dan kepercayaan bahwa seseorang mampu me-nunjukkan atau belajar menunjukkan perilaku
tersebut (efikasi-diri tinggi). Perbandingan sosial dengan orang lain merupakan sumber informasi yang penting untuk
rnembentuk basil dan prediksi yang diyakini.
Teori tujuan mendalilkan pentingnya kaitan antara tujuan, harapan, atribusi, konsep kemampuan, orientasi
mental, perbandingan sosial dan diri, dan perilaku berprestasi. Dalam konteks prestasi, siswa akan memiliki tujuan
pernbelajaran (penguasaan) atau tujuan kinerja (berfokus pada kemampuan). Teori menyatakan bahwa tujuan
pembeiajaran memfokuskan- perhatian pada kemampuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk belajar saat
kemajuan siswa, efikasi-diri dan motivasi mereka diperkuat. Sebaliknya, tujuan kinerja tidak memunculkan fokus
kemajuan yang sama, tetapi terwujud dalam perbandingan sosial, yang tidak meningkatkan motivasi. orientasi tujuan
dihubungkan dengan konsep kemampuan yang mencerminkan entitas (cara pikir tetap) atau sudut Pandang bertambah
(cara pikir yang bertambah).
Secara intrinsik aktivitas yang menarik merupakan tujuan, hal sebaliknya terjadi pada tindakan yang
termotivasi secara ekstrinsik, yang merupakan cars untuk mendapatkan tujuan. White dan Harter membuat hipotesis
bahwa anak berusia muda memiliki motivasi intrinsik untuk memahami dan mengendalikan lingkungan mereka, yang
menjadi Iebih terspesialisasi seiring perkembangan dan kemajuan di sekolah. Teori Harter menyoroti peran nlai-nlai
sosialisasi dan kompetensi. Pakar teori yang lain membuat hipotesis bahwa motivasi intrinsik tergantung pada
kebutuhan atas tingkat ketidakselarasan psikologis atau fisiologi, pada usaha mewujudkan kebulatan tekad, dan pada
jenis keterlibatan yang mengalir dalam aktivitas. Banyak penelitian membahas pengaruh penghargaan pada motivasi
intrinsik. Menawarkan penghargaan pada pelaksanaan tugas menurunkan motivasi intrinsik ketika penghargaan dilihat
sebagai perilaku kontrol. Penghargaan yang diberikan pada tingkat kinerja seseorang merupakan informasi mengenai
kemampuan dan meningkatkan efikasi-diri, minat, dan pemerolehan kemampuan.
Motivasi berprestasi, atribusi, dan orientasi tujuan memiliki penerapan pendidikan yang penting. Program
motivasi berprestasi dirancang untuk membantu keinginan siswa belajar dan mengerjakan tugas dengan balk. Program
pengubahan atribusi mencoba mengubah atribusi disfungsi siswa terhadap kegagalan, seperti dari rendahnya
kemampuan hingga usaha yang tidak cukup. Umpan balik atribusi bagi kesuksesan sebelumnya meningkatkan
efikasi-diri, motivasi, dan pemerolehan kemampuan. Guru bisa mernunculkan orientasi tujuan produktif dalam diri
siswa dengan mengajari mereka membuat tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik tentang kemajuan
mereka dalam mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai